Edema Perifer
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh
Oleh:
ESPIAKHIRIA PUTRI
1607101030047
Pembimbing:
dr. Muhammad Ridwan, MappSc, Sp. JP(K)-FIHA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“EDEMA PERIFER”. Laporan Kasus ini merupakan salah satu tugas dalam
menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran
Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUD Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dr. Muhammad Ridwan,
MappSc, Sp. JP(K)-FIHA yang telah bersedia membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini. Penulis mengharapkan kritik dan juga saran yang
membangun dari semua pihak terhadap laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi penulis dan orang lain.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.2 Etiologi..........................................................................................................3
2.3 Patofisiologi..................................................................................................6
2.4 Diagnosa........................................................................................................9
2.6 Tatalaksana..................................................................................................18
BAB III KESIMPULAN........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1
0,60%, 1,32%, 2,55% dan 4,10% pada usia 35 hingga 44 tahun, 45 hingga 54
tahun, 55 hingga 64 tahun, 65 hingga 74 tahun dan lebih dari 75 tahun.(3)
Edema perifer merupakan suatu gejala yang didasari oleh beragam etiologi. Oleh
sebab itu diagnosa yang tepat diperlukan untuk menentukan pemberian
tatalaksana yang tepat pada pasien dengan edema perifer. Perkembangan edema
dapat dihentikan dengan mengarahkan terapi spesifik untuk mengoreksi gangguan
hemodinamik kapiler yang mendasarinya. Modifikasi gaya hidup dan diet
bersamaan dengan farmakoterapi juga berguna dalam manajemen jangka panjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Edema adalah suatu keadaan akumulasi cairan di ekstraseluler secara
berlebih akibat penambahan volume yang melebihi kapasitas penyerapan
pembuluh limfe. Akumulasi cairan di ekstraseluler dapat dilihat sebagai suatu
pembengkakan. Pembengkakan akibat akumulasi cairan ini dapat disertai dengan
atau tanpa penurunan volume intravaskular.
Edema perifer merupakan suatu keadaan pembengkakan pada ekstremitas.
Cairan akan mengikuti gravitasi sehingga pergelangan kaki merupakan lokasi
pertama yang mengalami edema pada pasien yang berdiri tegak. Edema perifer
umumnya terjadi pada ekstremitas bawah, namun dapat memberat hingga ke
genitalia dan perut.
Gambar 2.1
Edema ekstremitas
2.2 Etiologi
Edema perifer dapat disebabkan oleh gangguan lokal maupun sistemik.
Edema yang bersifat lokal terbatas pada organ atau pembuluh darah tertentu. Oleh
sebab itu edema lokal dapat bersifat unilateral ataupun bilateral. Edema lokal yang
bersifat unilateral dapat mengenai ekstremitas atas maupun bawah. Pada edema
unilateral umumnya disebakan oleh obstruksi pada vena atapu sistem limfatik.
Sebagi contoh yaitu pada Deep Vein Trombosis (DVT), insufisiensi vena kronis,
obstruksi oleh tumor dan infeksi, limfedema primer dan lain-lainn. Sedangkan
pada edema bilateral umumnya hanya terjadi pada ekstremitas bawah, seperti
obstruksi vena cafa inferior, tekanan akibat asites dan massa intra abdomen.
Edema yang disebabkan gangguan sistemik bersifat generalisata. Pada
edema generalisata pembengkakan terjadi seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh
pasien. Pada ekstremitas bawah, edema terjadi secara bilateral. Beberapa etiologi
dari edema generalisata adalah kelainan jantung, kelainan ginjal, kelainan hepar,
premenstrual dan kehamilan, serta malnutrisi protein yang berat.
Berikut tabel mengenai beberapa etiologi pada edema lokal dan
generalisata.
Tabel 2.1 Etiologi Edema Perifer
Patologi Mekanisme Aksi
Generalisata
Kelainan jantung Peningkatan tekanan vena sistemik dan
peningkatan volume plasma
Kelainan hepar Peningkatan tekanan vena sistemik dan
penurunan tekanan onkotik plasma
akibat penurunan sintesis protein
Kelainan ginjal Peningkatan volume plasma dan
penurunan tekanan onkotik plasma
akibat kehilangan protein
Malnutrisi Penurunan asupan dan sintesis protein
yang menyebabkan penurunan tekanan
onkotik plasma
Premenstrual dan kehamilan Peningkatan volume plasma dan
penekanan vena akibat uterus yang
membesar
Lokal
Selulitis Peningkatan permeabilitas kapiler
akibat infeksi
Insufisiensi vena kronis Peningkatan permeabilitas kapiler
akibat peningkatan tekanan pada vena
lokal
Kompartemen sindrom Peningkatan permeabilitas kapiler
akibat peningkatan tekanan pada vena
lokal
DVT Peningkatan permeabilitas kapiler
Obstruksi vena Peningkatan permeabilitas kapiler
akibat peningkatan tekanan pada vena
lokal
Lipedema Akumulasi cairan pada jaringan adiposa
Limfedema Obstruksi sistem limfatik
May-Thurner Syndrome Peningkatan permeabilitas kapiler
karena peningkatan tekanan pada vena
lokal
Selain itu edema juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan. Hal
ini umumnya disebabkan oleh retensi natrium dan air, serta peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler. Berikut beberapa obat-obatan yang dapat menyebabkan edema
perifer.
Tabel 2.2 Obat-obatan yang dapat menyebabkan edema
Antidepresan Monoamin oksidase inhibitor,
trazodone
Antihipertensi Beta-adrenergik bloker, calcium
channel bloker, clonidine (catapres),
hydralazine, methyldopa, minoxidil
Antiviral Acyklovir (Zovirax)
Kemoterapeutik Cyclophosphamide, cyclosporine
(Sandimmune), cytosine arabinoside,
mithramycin
Sitokin Granulocyte colony-stimulating factor,
granulocyte-macrophage
colonystimulating factor, interferon
alfa, interleukin-2, interleukin-4
Hormon Androgen, corticosteroids, estrogen,
progesterone, testosterone
NSAID Celecoxib (Celebrex), ibuprofen
2.3 Patofisiologi
Sesuai dengan hukum Starling, pergerakan cairan antara ruang
intravaskular dan interstisial diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik
masing-masing kompartemen. Tekanan hidrostatik kapiler adalah tekanan yang
bekerja pada bagian dalam dinding kapiler yang mendorong cairan dari membran
kapiler ke ruang interstisial. Tekanan onkotik plasma adalah gaya yang
disebabkan oleh dispersi koloid protein plasma dimana tekanan ini dapat
mendorong pergerakan cairan kedalam kapiler.
Terdapat beberapa mekanisme yang mempengaruhi patofisiologi edema,
yaitu:
1. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
2. Penurunan tekanan onkotik plasma
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Obstruksi sistem limfatik
2.4 Diagnosa
Untuk menentukan diagnosa pada edema perifer perlu dilakukan
anamnesis yang mengarah kepada gejala dan pemeriksaan fisik yang tepat serta
pemeriksaan lain yang dapat menunjang diagnosis.
1. Anamnesis
Edema dapat merupakan suatu manifestasi klinis masalah kardiak maupun
non-kardiak. Penyebab dari edema umumnya dapat diketahui setelah melakukan
anamnesis yang sistematis dan rinci karena seringkali terdapat gejala penyerta
yang berhubungan dengan kelainan yang mendasari. Sesak napas, dapat terjadi
karena gagal jantung atau gagal ginjal. Nyeri dada dan berdebar, dapat disebabkan
oleh penyakit jantung iskemik ataupun aritmia. Selain itu juga perlu ditanyakan
mengenai onset edema untuk menentukan diagnois banding. Edema terbagi
menjadi akut (kurang dari 72 jam) dan kronik (lebih dari 72 jam). Kondisi akut
dapat disebabkan oleh Deep Vein Trombosis (DVT), selulitis, eritema nodusum,
trauma atau ruptur musculotendinous gastrocnemius. Selain itu edema juga dapat
muncul secara unilateral maupun bilateral. Pada edema unilateral yang menjadi
fokus utama adalah lokasi munculnya edema dan riwayat medis seperti infeksi
yang baru terjadi, keganasan, riwayat radiasi atau trombofilia. Sedangkan pada
edema bilateral umumnya disebabkan oleh penyakit sistemik. Oleh sebab itu perlu
ditanyakan mengenai riwayat penyakit sistemik sebelumnya, seperti riwayat gagal
jantung kongestif, sirosis, sindroma nefrotik, miksedema pretibial, dan
penggunaan obat-obatan.
Riwayat medis pasien, riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat sosial
juga perlu ditanyakan. Riwayat penggunaan alkohol atau penyalahgunaan obat
dan riwayat gangguan hati sebelumnya dapat menunjukkan penyebab hepatik dari
edema.
2. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan manifestasi klinisnya, edema dapat dibagi menjadi dua, yaitu
edema pitting dan non-pitting. Perbedaan ini menggambarkan perbedaan
patofisiologi sehingga penting untuk menentukan penyebab edema dan
tatalaksananya. Edema pitting dan non-pitting dilihat dengan cara menekan pada
area pembengkakan selama 15 detik. Pada edema non-pitting, saat tekanan
dilepaskan maka jaringan akan kembali seperti semula. Sedangkan pada edema
pitting, saat tekanan dilepaskan maka akan tampak indentasi pada area penekanan.
Hal ini terjadi karena cairan di ruang interstitial memiliki konsentrasi protein yang
rendah, yang dikaitkan dengan penurunan tekanan onkotik plasma dan gangguan
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler, seperti pada DVT, CHF, dan
kompresi vena iliaka. Sedangkan non-pitting edema umumnya terjadi karena
obstruksi dari sistem lmfatik sehingga penyerapan cairan menjadi terganggu dan
cairan terkumpul
di dalam ruang
interstisial.
Gambar 2.3 Pitting edema
Lokasi, waktu, dan luasnya indentasi yang terbentuk dapat menentukan
tatalaksana yang akan diberikan. Pemeriksaan pitting edema umumnya dilakukan
pada ekstremitas bawah di daerah medial malleolus, bagian tulang tibia, dan
dorsum kaki. Berikut merupakan derajat pitting edema yang umum digunakan.
Perubahan suhu kulit, warna, dan tekstur juga dapat memberikan petunjuk
mengenai penyebab edema. Sebagai contoh, pada DVT akut dan selulitis
ekstremitas yang terkena akan teraba lebih hangat. Pada insufisiensi vena kronis,
kulit akan terlihat kuning kemerah-merahan dan biasanya melibatkan daerah
malleolus medial. Lama-kelamaan insufisiensi vena kronis ini dapat menyebabkan
lipodermatosklerosis akibat adanya jaringan sklerotik dan hiperpigmentasi yang
menyebabkan fibrosis. Selain itu deposisi hemosiderin juga dapat menyebabkan
ulkus vena di atas maleolus medial.
Myxedema pada hipotiroidisme dapat menyebabkan perubahan kulit
menjadi kering dan tebal perubahan warna menjadi oranye di daerah lutut, siku,
telapak tangan, dan telapak kaki. Myxedema pretibial yang terlokalisasi umumnya
disebabkan oleh penyakit Graves. Pada lymphedema, kulit memiliki penampilan
yang pucat pada tahap awal dan akan menjadi fibrotik, menebal, dan verukosa
seiring dengan perkembangan penyakitnya.
Selain itu, pemeriksaan fisik yang menyeluruh dari semua sistem
umumnya dapat menentukan penyakit yang mendasari terjadinya edema.
Sistem Kardiovaskuler
Ekokardiografi
Pada pasien dengan edema pada pergelangan kaki yang tidak memiliki
bukti penyakit jantung, ginjal, atau hati maka obstruksi vena atau kompresi
eksternal harus disingkirkan. Dalam hal ini dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi Doppler untuk mendeteksi trombolisis vena dan ultrasonografi
pelvis untuk menyingkirkan lesi massa yang menyebabkan kompresi.
Limfoskintigrafi
Saluran lmfatik tidak dapat dilihat dengan menggunakan ultrasonografi.
Oleh karena itu, penggunaan lymphoscintigraphy radionuclide indirek dapat
menunjukkan pengisian saluran limfatik yang tertunda atau tidak ada sama sekali.
Metode ini adalah metode pilihan untuk mengevaluasi lymphedema ketika
diagnosis sulit ditegakkan secara klinis.
Berikut terdapat beberapa algoritma untuk melakukan penegakan
diagnosis terhadap edema perifer yang bersifat unilateral dan bilateral.
Gambar 2.4
Gambar 2.5 Algoritma penegakan diagnosis edema bilateral
2.6 Tatalaksana
Edema merupakan suatu gejala klinis yang disebabkan oleh beberapa
etiologi. Oleh karena itu, penatalaksanaan edema harus disesuaikan pada penyakit
yang mendasarinya. Namun secara umum terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk tatalaksana edema secara umum seperti berikut:
a. Tirah baring dianjurkan dengan posisi kaki yang sedikit diangkat.
b. Pada pasien dengan edema diperlukan diet rendah natrium antara 40-60
meq/hari atau setara dengan <500 mg/hari. Jika kadar natrium tetap tinggi,
maka ekskresi natrium melalui ginjal menjadi tidak efektif, sehingga
volume cairan ekstraseluler tidak dapat dikeluarkan. Selain itu pada pasien
dengan edema juga diperlukan diet tinggi protein dan albumin, agar
tekanan onkotik plasma dapat terjaga.
c. Penggunaan stoking suportif
d. Retriksi cairan <1500/hari
e. Penggunaan diuretik
Gagal Jantung. Pada gagal jantung hindari overdiuresis karena
dapat menurunkan curah jantung dan menyebabkan azotemia
prerenal. Selain itu juga hindari penggunaan diuretik yang bersifat
hipokalemia karena dapat menyebabkan intoksikasi digitalis.
Sirosis Hepatis. Pada sirosis hepatis penggunaan spironolakton
dapat menyebabkan asidosis dan hiperkalemia.
f. Hindari faktor yang dapat memperburuk penyakit dasar. Diuresis yang
berlebihan dapat menyebabkan pengurangan volume plasma, hipotensi,
serta perfusi yang tidak adekuat. Oleh sebab itu diuretik harus diberikan
dengan hati-hati.
BAB V
KESIMPULAN