Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENGINDRAAN JAUH II

“EKSTRASI SUHU DENGAN MENGUNAKAN DATA THERMAL”

Disusun Oleh :

Siti Mutawalia (23115018)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini kemajuan teknologi sangat pesat sehingga juga berpengaruh pada
perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu perpetaan adalah salah satu ilmu yang sangat besar di
pengaruhi oleh kemajuan teknologi tersebut ditandai dengan proses perekaman jarak jauh
yang perekamannya melalui satelit. Peta yang dihasilkan oleh perekaman jarak jauh ini
dikenal dengan nama citra pengindraan jauh. Namun pada dasarnya citra satelit dengan peta
mempunyai perbedaan yang mencolok dan tidak bisa dikatakan sama.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini membawa dampak positif bagi manusia,
karena dengan penginderaan jarak jauh tersebut manusia dapat melakukan penelitian tanpa
terjun langsung kelapangan melainkan hanya melihat pada citra tersebut. Dengan
menggunakan data pengindraan jarak jauh tersebut, secara langsung kita dalam mengkaji
objek permukaan bumi yang tergambar pada citra tersebut secara langsung menunjukan
pendekatan kewilayahan, kelingkungan dalam konteks keruangan. Hal ini didasarkan bahwa
sifat dan karakteristik objek di permukaan bumi terjadi relasi, interaksi dan interpedensi
antara suatu faktor dengan faktor lainnya dalam suatu ruang maupun faktor-faktor antar
ruang.
Karakter utama dari suatu image (citra) dalam penginderaan jauh adalah adanya rentang
panjang gelombang (wavelength band) yang dimilikinya. Beberapa radiasi yang bisa
dideteksi dengan sistem penginderaan jarak jauh seperti : radiasi cahaya matahari atau
panjang gelombang dari visible dan near sampai middle infrared, panas atau dari distribusi
spasial energi panas yang dipantulkan permukaan bumi (thermal), serta refleksi gelombang
mikro. Setiap material pada permukaan bumi juga mempunyai reflektansi yang berbeda
terhadap cahaya matahari. Sehingga material-material tersebut akan mempunyai resolusi
yang berbeda pada setiap band panjang gelombang.
1.2 Tujuan Tujuan dari laporan ekstraksi suhu permukaan dari data thermal Landsat 8
Menggunakan ENVI 5.1 ini adalah :
1. Untuk memahami karakteristik dan spesifikasi software ENVI.
2. Menghasilkan nilai suhu dari permukaan citra melalui pengolahan otomatis.
3. Mampu mengkonversi nilai suhu citra dari satuan kelvin menjadi celcius.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Citra Satelit

Citra satelit merupakan citra yang dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana satelit.
Kini sudah banyak satelit mengorbit di luar angkasa dengan fungsinya yang beragam misalnya
satelit militer, satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet dan satelit inderaja sumber daya
bumi. Oleh karena itu perkembangan teknik inderaja sistem satelit lebih maju dibandingkan
sistem air-borne (foto udara).

2.2 karakterisrtik citra Landsat TM

Landsat TM/ETM+ merupakan satelit sumber daya bumi. Satelit yang merupakan
program lanjutan Landsat ini dicirikan oleh alat penginderaan yang ditingkatkan resolusi spasial
dan kepekaan radiometriknya, Laju pengiriman data yang lebih cepat, serta fokus untuk
penginderaan informasi yang berkaitan dengan vegetasi. Sebagai tambahan terhadap empat
saluran Landsat MSS (Multispectral scanning) sebelumnya, Landsat TM/ETM+ akan membawa
penyiaman multispektral yang lebih maju dan disebut pemeta tematik (thematic mapper /TM).
Nama tersebut berkaitan dengan tujuan terapan sistem data yang diarahkan pada teknik
pengenalan pola spektral yang akan menghasilkan citra terkelas (peta tematik). Pemeta tematik
direncanakan memiliki tujuh buah saluran spektral yang dirancang untuk memaksimumkan
kemampuan analisis vegetasi untuk terapan bidang pertanian. (Lillesand dan Kiefer 1997).

Sistem TM meliputi lebar sapuan (scanning) sebesar 185 km, direkam dengan menggunakan
tujuh saluran panjang gelombang tampak, tiga saluran panjang gelombang infra merah dekat, dan
satu saluran panjang gelombang inframerah termal. Panjang gelombang yang digunakan pada
setiap saluran Landsat TM adalah :

1. Saluran 1 gelombang biru (0.45 – 0.52) µm


2. Saluran 2 gelombang hijau (0.52 – 0.60) µm
3. Saluran 3 gelombang merah (0.63 – 0.69) µm
4. Saluran 4 gelombang inframerah dekat (0.76 – 0.90) µm
5. Saluran 5 gelombang inframerah pendek (1.55 – 1.75) µm
6. Saluran 6 gelombang inframerah termal (10.40 – 12.50) µm
7. Saluran 7 gelombang inframerah pendek (2.08 – 2.35) µm

Resolusi radiometrik citra Landsat TM lebih baik dari citra Landsat MSS. Perbaikan pada sinyal
analog (nilai pantulan) dari setiap detektor diubah ke dalam bentuk digital dengan bantuan sistem
pengubah sinyal di satelit. Desain ETM+ (Enchanced Thematic Mapper Plus) titik beratnya
untuk keberlanjutan dari program Landsat 4 dan 5, yang sampai saat ini datanya masih dapat
direkam. Pola orbitnya juga dibuat sama dengan Landsat 4, 5, dan 6 yaitu lebar sapuan 185 km.
desain sensor ETM+ seperti ETM pada Landsat 6 ditambah dua sistem model kalibrasi untuk
gangguan radiasi matahari dengan menambah lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi
radiometrik. Transisi data ke stasiun penerima di bumi dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu: (1)
dikirim menggunakan gelombang radio, (2) melalui relay satelit komunikasi TDRSS (Tracking
and Data Relay Satellites System) yang akan merekam kemudian mengirimkan ke stasiun
penerima di bumi, dan (3) data objek permukaan bumi direkam/disimpan lebih dahulu dalam
suatu panel (storage on board) atau tipe (wideband tipe recorder), baru kemudian dikirim ke
stasiun penerima di bumi. Satelit Landsat 7 akan dilengkapi dengan fasilitas penerima sistem
posisi lokasi (Ground Positioning System/GPS Receiver) untuk meningkatkan ketepatan letak
satelit di dalam jalur orbitnya (Purwadhi 2001).

2.3 Pengertian Penginderaan Jauh

Menurut Lilesand et al. (2004) mengatakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang
dikaji. Penginderaan jauh dalam bahasa Inggris disebut Remote Sensing , bahasa Perancis
disebut Teledetection , bahasa Jerman adalah Fernerkundung , Portugis menyebutnya dengan
Sensoriamento Remota, Rusia disebut Distantionaya, dan Spanyol disebut Perception Remota.
BAB III

METODE DAN HASIL

3.1 Alat dan Bahan Alat :


Laptop dengan Software ENVI 5.3
Bahan : Citra Landsat 8 OLI

3.2 Langkah Kerja


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan ekstraksi temperatur permukaan
menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1 :

Land Surface Temperatur tanpa menggunakan Koreksi Atmosferik

1. Membuka aplikasi ENVI 5.1


2. Tahapan pertama dari ekstraksi temperatur permukaan adalah mengubah data citra dari DN
ke brightness temperature. Dari menu toolbox ENVI di panel kanan pilih Radiometric
Correction>Radiometric Calibration. Kemudian pilih Band Thermal dari Sensor TIRS (ada
2 Band).
3. Dari menu dropdown, pilih Brightness Temperature, kemudian pilihan lain sama
dengan gambar di bawah. Lanjutkan dengan menentukan lokasi penyimpanan data.
Kemudian Klik OK.

4. Hasil Surface Temperature dalam satuan Kelvin akan ditampilkan


5. Tahap terakhir adalah mengkonversi satuan suhu dari Kelvin menjadi celcius. Proses ini dapat
dilakukan dengan mudah menggunakan Band Math. Konversi Kelvin menjadi Celcius dapat
menggunakan rumus (K-273), dimana K adalah suhu dalam Kelvin. Band Math di ENVI 5
dapat diakses dari Menu Toolbox>Band Ratio>Band Math
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Suhu

Hasil yang diperoleh setelah ekstraksi suhu permukaan dari data thermal landsat 8
menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1 berupa sebuah citra landsat 8 yang dapat
menampilkan informasi nilai suhu pada tiap titik dengan menggunakan cursor value pada
ENVI.

Berikut ini adalah sampel yang diambil dari citra Landsat yang telah di ekstrasi suhu
menggunakan ENVI 5.1 Informasi nilai suhu ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan
seperti mengetahui suhu rata-rata suatu daerah.
DAFTAR PUSTAKA

(1) DAFTAR PUSTAKA Purwadhi F.S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta :
Grasindo
(2) Lillesand T.M dan R.W. Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Diterjemahkan : Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, Suharyadi. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press .

Anda mungkin juga menyukai