Anda di halaman 1dari 6

KATA BIJAK


 Keadilan jadi barang sukar, ketika hukum hanya tegak pada yang bayar.
 Ambisi politik tentu wajar saja, selama pandai menginsyafi batasan etika.
 Nyawa manusia bukan tragedi tontotan dan statistik belaka, ya, lebih baik tidak
berangkat terbang daripada tidak pernah tiba.
 Di tengah pusaran kegelapan, kejahatan kerap dimaklumi sebagai kewajaran.
 Apa karena hidup orang kecil patut menderita, dan orang miskin pantas terhina?
Sebagai tumbal mereka tersisa jadi catatan kaki.
 Dalam kondisi darurat korupsi, pejabat negara tetap mencuri silih berganti. Sebanyak
koruptor masuk penjara, sebanyak itu pula regenerasinya menggarong negara.
 Tanah air adalah petak-petak yang harus diolah, tanah air adalah lautan yang harus
dibelah.
 Dalam pengabdian memberi rasa aman, polisi menabung risiko kematian.
 Wajah penjara cermin hukum negara, sungguh-sungguh atau pura-pura.
 Bagaimana anak muda bisa diam ketika aparat justru miskin teladan.
 Berpolitik jadi sebuah pilihan yang mesti dipertimbangkan, bagi siapapun yang
menghendaki perubahan. Karena perubahan tak datang tiba-tiba, hanya berkat doa di
tengah malam buta.
Sumber: Onde Mande Parlemen
 Tiap orang bisa punya mimpi, tapi tak semua bisa bangkitkan semangat tinggi.
 Sumber: Penebar Inspirasi
 Aroma rempah yang mengundang kolonialisme, derita panjang yang berujung
nasionalisme.
 Hukum yang dibiayai transaksi suap, membuat wajah peradilan begitu gelap.
 Sumber: Mafia Perkara
 Banyak anak muda yang tumbang karena korupsi, mereka lupakan visi dan hanyut pada
nikmat duniawi.
 Sumber: Darah Muda Daerah
 Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri.
 Sumber: Perisai Antikorupsi
 Kebenaran & kepastian mengapung, di antara uang & kuasa yang mengepung.
 Sumber: Mafia Perkara
 Berbuat untuk sebuah harapan, yang tidak lagi dikeluhkan tetapi diperjuangkan.
 Sumber: Diam Bukan Pilihan
 Timur adalah kita yang terjaga lebih dulu, timur adalah Indonesia yang tak sabar
menunggu.
Sumber: Melihat Ke Timur
 Berani muncul melawan arus, mendobrak kepalsuan yang terlanjur serius.
 Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?
 Sumber: Dari Jogja Untuk Bangsa
 Mereka yang dipilih dengan suara, jangan berlagak lupa menggunakan mata dan
telinga.
Sumber: Harap-Harap Cemas 2016
 Banyak kasus terpendam, berakhir pada si kambing hitam. Sedang para pelaku utama,
tetap nyaman di singgasana.
Sumber: X Files
 Banyak yang ingin jadi bintang di layar kaca, bahkan jadi obsesi dan cita-cita. Padahal
tak mudah berperan di depan kamera, harus mengatasi berbagai dilema.
Sumber: Elite Layar Kaca
 Jakarta kota yang tunduk selera pribadi, menawarkan mimpi dan ilusi.
Sumber: Pindah Ibu Kota
 Aparat yang tak dipercaya, memicu ganasnya amuk massa. Lantaran hukum mudah
terbeli, membuat siapa saja bisa jadi polisi.
Sumber: Razia Liar
 Pejabat publik tutup mata, uang haram tak lagi berdosa. Sekeras itu hukum dibuat,
sepandai itu pula praktek muslihat.
Sumber: Negeri Pungli
 Pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab semesta Indonesia.
Sumber: #Semangat28
 Istana bukan cuma di Merdeka Utara, Indonesia juga bukan hanya Jakarta.
Sumber: Di Balik Dinding Istana
 Berbicara politik sebagai debat kebijakan, bukan kasak-kusuk elit berebut kekuasaan.
 Para pemilih harus diberi kandidat bermutu agar Pilkada tak jadi pesta yang sambil lalu.
Sumber: Berburu Tahta Daerah
 Yang harus dibabat adalah egoisme dan kebencian, yang mesti dirajut ialah solidaritas
dan kepedulian.
 Bagaimana akan bersikap anti-korupsi, jika sejak muda hanya sibuk dengan urusan
sendiri?
Sumber: Dari Jogja Untuk Bangsa
 Bagaimana mencari pemimpin dengan hemat dan bebas korupsi, di tengah kondisi
kepartaian berbiaya mahal tapi miskin legitimasi.
Sumber: Demokrasi Galau
 Usia muda adalah modal agar tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang
terjal.
Sumber: Darah Muda Daerah
 Masyarakat coba dipikat, dengan pencitraan palsu yang merakyat.
Sumber: Poles Politis
 Bagaimana rakyat bisa percaya hukum, jika sang penegak yang justru melanggar
hukum.
Sumber: Hukuman Salah Alamat
 Demikian cepat dan fananya kekuasaan, betapa suap dan godaan uang telah
menghinakan.
Sumber: Sidang Rakyat : Masih Tidak Percaya
 Jangan bosan bicara tentang kebenaran, agar demokrasi tak berakhir dengan kesia-
siaan.
Sumber: Panggung Teater Koma
 Ketamakan & kebodohan sungguh telah menghukumi, mereka yang mabuk kekuasaan
& lupa diri.
 Pilkada memang perkara kalah menang namun calon-calon bermasalah janganlah diberi
kesempatan.
 Sumber: Berburu Tahta Daerah
 Ratusan pilkada jangan menjadi sekadar seremoni, suksesi harusnya bukan sekadar
arena negosiasi.
 Sumber: Berburu Tahta Daerah
 Hukum yang ditegakkan dengan retorika, hanya jadi bahan tertawa belaka.
 Semakin menor Jakarta terlihat, logika publiknya sungguh jauh tersesat.
 Sumber: Pemangku Jakarta
 Buat apa wilayah seluas Sabang sampai Merauke, jika pemudanya kehilangan
idealisme.
 Sumber: #Semangat28
 Kampanye berubah menjadi unjuk harta, rakyat dikerdilkan sebatas suara.
 Sumber: Poles Politis
 Setiap hukum yang dipakai menindas, pengacara seharusnya hadir mewakili tertindas.
 Sumber: Pengacara Cari Perkara
 Hebat memutuskan sosok berkualitas, berani mengabaikan yang tak pantas.
 Hukum yang memuat harga, mengubah lapas jadi persinggahan mewah.
 Sumber: Penjara Istimewa
 Berdiam diri dari kecamuk pribadi, sebab ego dan dengki sudah lama tersisih.
 Di tanah kita agama dan tradisi saling memberi arti, membuka peluang untuk saling
menghargai.
 Sumber: Melihat Indonesia
 Apa yang pribadi pantang dikeluhkan, karena nasib publik layak didahulukan.
 Sumber: Membaca Penguasa
 Atas nama kehormatan, kekerasan dianggap wajar, razia swasta dilegalkan.
 Sumber: Razia Liar
 Dengan jurus transparansi, mereka hadang gerak-gerik para pencuri. Jika atasan berani
buka-bukaan, anak buah akan sulit selewengkan jabatan.
 Sumber: Perisai Antikorupsi
 Gelapnya misteri kejahatan bisa dibongkar ilmu pengetahuan. Forensik dapat
menjelaskan yang buram, mengangkat bukti-bukti yang karam.
 Sumber: X Files
 Mereka arungi dua dunia, antara peran & sandiwara, dengan karakter yang sebenarnya.
 Sumber: Elite Layar Kaca
 Usia terlalu ringkas untuk dilewatkan tanpa melakukan perubahan.
 Sumber: Berani Tampil Beda
 Jika ada lembaga yang harus selalu direformasi, tak lain adalah institusi polisi.
 Sumber: Bukan Polisi Tidur
 Kasus misterius dibuka dengan data, mengusik mereka yang berdosa.
Membuka jalan agar keadilan tak kandas, asalkan hukum tak dipangkas.
 Sumber: X Files
 Pemuda masa silam menggelorakan kehendak bersatu, hari ini rayakanlah Indonesia
tanpa ragu.
 Wajib bagi pemimpin muda politik, bekerja dengan kesadaran publik.
 Sumber: Gebrakan yang Muda
 Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi, jika hanya perkaya diri sendiri dan famili?
 Sumber: Dari Jogja Untuk Bangsa
 Apalah arti pasangan yang populis, jika di tengah jalan saling mengiris.
 Sumber: Mencari RI 2
 Disiplin ilmu hanyalah modal pertama, ijazah cuma selembar kertas di atas meja.
 Sumber: Mari Beraksi
 Jumlah kursi pasti menentukan, tapi koalisi tak bisa abaikan kekompakan.
 Sumber: Mencari RI 2
 llmu politik ilmu utak-atik, para konsultan menjadi juru taktik.
 Sumber: Poles Politis
 Membuat publik melek informasi, agar tak mudah termakan fitnah dan caci maki.
 Sumber: Mantra Layar Kaca
 Menteri memang jabatan politis, tapi bukan berarti harus dijalankan secara nepotis.
 Sumber: Pembantu RI 1
 Seumur hidup membebaskan diri dari sistem patriaki, benteng terakhir perlawanan
terhadap globalisasi.
 Sumber: Mereka yang Perkasa
 Tidak gampang takluk oleh kegagalan, terus mencipta momen kebangkitan.
 Pemimpin yang terbaik adalah yang paling memiliki penguasaan diri untuk dipimpin.
Maka seorang Pendito Ratu haruslah a man of nothing to loose. Tak khawatir
kehilangan apa-apa. Jangankan harta benda, simpanan uang, seribu perusahaan, tanah,
gunung dan tambang. Sedangkan dirinya sendiripun sudah tak dimiliknya, sebab telah
diberikan kepada Tuhan dan rakyatnya.
 Sumber: OPLeS: Opini Plesetan 50
 Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah
seperti orator.
 Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri.
 Seorang pemimpin yang baik harus terlebih dahulu mau dipimpin.
 Hari siang bukan karena ayam berkokok, akan tetapi ayam berkokok karena hari mulai
siang. Begitu juga dengan pergerakan rakyat. Pergerakan rakyat timbul bukan karena
pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan.
 Kalau rumah kebakaran, kamu harus belakangan menyelamatkan diri. Kalau musuh
datang menyerang, kamu harus berdiri paling depan untuk menyongsongnya. Kalau
panen melimpah, kamu harus belakangan makan. Itulah Pemimpin.
Sumber: OPLeS: Opini Plesetan 23
 Bagaimana mencari pemimpin dengan hemat dan bebas korupsi, di tengah kondisi
kepartaian berbiaya mahal tapi miskin legitimasi.
 Sumber: Demokrasi Galau
 Mahasiswa calon pemimpin sebuah bangsa sangat potensial dijadikan tumbal peran
pengganti dalam Proxy war.
 Presiden, gubernur, bupati, dan lain-lain bukanlah pemimpin. Mereka lebih tepatnya
pegawai kita, maksimal direktur. Dan kitalah komisarisnya.
 Selama ini kulihat hidup semakin rumit. Banyak orang tega membunuh hati nurani
dengan tangan mereka sendiri. Kusaksikan tangan-tangan politik semakin kotor, meraih
kemenangan demi kepentingan sendiri. Pemimpin saling berebut nasi. Pemimpin yang
bahkan tak bisa memimpin hidup mereka sendiri. Lumpur menggenangi ratusan rumah,
mesjid, sekolah, warung nasi, juga kenangan. Lumpur panas yang tumpah karena uang
dan ketidakpedulian. Bahkan ada juga yang membunuh dengan mengatasnamakan
agama. Beberapa orang dilarang beribadah di tempat ibadah mereka sendiri. Di mana
ada proyek sosial, di sana cenderung ada penipuan. Banyak orang kehilangan hati
mereka sendiri. Keluarga merindukan kehangatan.
 Pemimpin besar hampir selalu penyederhana besar, yang dapat memotong argumen,
debat, dan ragu untuk menawarkan semua orang bisa mengerti solusi.
 Seorang pemimpin belum dikatakan memimpin sampai dia meletakkan pelayanan
dalam kepemimpinannya.
 Tugas pemimpin negara ialah : membujuk, memimpin, berkorban, serta selalu
mengajari rakyat. Tugasnya yang terpenting adalah mendidik.
 Hari siang bukan karena ayam berkokok, akan tetapi ayam berkokok karena hari mulai
siang. Begitu juga dengan pergerakan rakyat. Pergerakan rakyat timbul bukan karena
pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan.
 Jika pemimpin tidak harmonis, rakyat juga yang akan teriris.
 Sumber: Para Nomor Dua
 Pilkada langsung dan tidak langsung hanya soal cara, mencari pemimpin yang bermutu
adalah tujuannya.
 Sumber: Demokrasi Galau
 Untuk memimpin orang, berjalan di samping mereka ... Adapun pemimpin terbaik,
orang-orang tidak memperhatikan keberadaan mereka. Terbaik berikutnya, orang-orang
menghormati dan pujian. Selanjutnya, orang-orang takut; dan berikutnya, orang-orang
benci. Ketika pekerjaan terbaik pemimpin dilakukan orang-orang berkata, 'Kami
melakukannya sendiri'.
 Aku seorang guru. Guru adalah seorang pemimpin. Tidak ada keajaiban dalam
pekerjaanku. Aku tidak berjalan di atas air. Aku tidak membelah lautan. Aku hanya
mencintai anak-anak.
 Para pemuda sebagai calon pemimpin, agar pemimpin pandai merasa, merasakan
kesulitan hidup rakyat, mendengar rakyat, berbuat untuk rakyat bukan sebaliknya
merasa pandai dan tidak mau mendengar.

Anda mungkin juga menyukai