LAPORAN
PRAKTEK KERJA NYATA II
Disusun Oleh :
Arif Maulana Fikri
No. Mahasiswa : 121.041.019
Jurusan : Teknik Elektro
Program Studi : Teknik Elektro
Konsentrasi : Ketenagaan
Jenjang : Strata-1
Fakultas : Teknologi Industri
Praktek Kerja Nyata II merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum
Strata-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Disusun Oleh :
Jenjang : Strata-1
ii
LEMBAR PENGESAHAN
kepada
DI PT. PLN (PERSERO)
TRANSMISI JAWA BAGIAN TENGAH
AREA PELAKSANA PEMELIHARAAN (APP) SALATIGA
BASECAMP YOGYAKARTA
GARDU INDUK 150 KV KENTUNGAN
Mengetahui,
ASMAN HASET SUPERVISOR GI
BASECAMP YOGYAKARTA KENTUNGAN DAN GIS GEJAYAN
Budi Santoso
NIP : 7295142R
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia serta izin-Nya lah penulis berhasil menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Nyata (PKN) yang penulis beri judul “ ANALISIS UNJUK KERJA DAN HASIL
”.
Praktek Kerja nyata ini penulis laksanakan selama kurang lebih satu bulan
terhitung tanggal 1 Mei 2016 sampai 31 Mei 2016. Praktek kerja nyata merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memenuhi persyaratan Akademik di
Kegiatan ini dapat menjadi media pembelajaran bagi penulis untuk dapat
penghargaan dan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan dalam melaksanakan kerja praktek dan menyusun laporan ini sehingga
1. Bapak Dr. Ir. Sudarsono, MT. Selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
2. Bapak Muhammad sholeh, S.T., M.T selaku Dekan Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
iv
3. Ir. Muhammad Suyanto, MT. selaku ketua Jurusan Teknik Elektro dan
4. Bapak Slamet Hani ST, MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek Nyata,
5. Bapak Budi Santoso selaku Manajer APP Salatiga yang telah memberikan ijin
Yogyakatra.
7. Bapak Nurkholis selaku supervisor Gardu Induk Kentungan dan GIS Gejayan
8. Seluruh Staf dan karyawan PT. PLN (PERSERO) TRANS JBT AREA
10. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi
v
11. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan maupun pembuatan
laporan Kerja Praktek ini, walaupun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan sudah barang
tentu masih banyak kekurangannya baik segi teknik, penyajian dan bahasa. Oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang …………………………………………………........………. 1
1.2 Tinjuan Pustaka ……………………………………………………….……. 2
1.3 Maksud dan Tujuan ………………………………………………….…....... 3
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ……………………………………............. 5
1.5 Batasan Masalah ………………………………………………….…….…... 5
1.6 Rumusan Masalah ……………………………………………..……………. 5
1.7 Metode Pelaksanaan …………………………………............................….... 6
1.8 Sistematika Penulisan …………………………………………………..….... 7
vii
2.1.3.1 Lokasi perusahaan ………………………………………………….... 15
2.1.3.2 Tugas Utama & Wilayah kerja PT. PLN (Persero)
APP Salatiga ……………………………………...…………….……. 15
2.1.3.3 Tata Nilai Perusahaan ……………………………………….……….. 15
2.1.3.4 Visi Perusahaan ………………………………………...…....………. 15
2.1.3.5 Misi Perusahaan …………………………………………….……….. 15
2.1.3.6 Struktur Organisasi Perusahaan ……………………………..……….. 16
2.1.3.7 Wilayah kerja …………………………………………………..……. 18
2.1.3.8 Jumlah Pegawai, SDM, dan Tingkat Pendidikan di
PT. PLN (Persero) TRANS-JBT APP Salatiga ……………….……. 19
2.1.3.9 Jumlah Aset di PT. PLN (Persero) TRANS-JBT Salatiga …………... 19
2.1.3.10 Strategi PT. PLN Salatiga untuk Mencapai Operational Of
Excellent 2017 …………………………………………………..…… 20
2.1.3.11 Program Unggulan PT PLN (Persero) P3B JB APP Salatiga ……….. 22
viii
3.6.2 Kerja Proteksi Rele Differensial Jika Terjadi Gangguan ……………… 35
3.6.2.1 Gangguan di Dalam Daerah Pengaman ……………………………….. 35
3.6.2.2 Gangguan di Luar Daerah Pengaman ………………………….……… 36
3.6.3 Rele Proteksi Differensial Bias ……………………………….………. 37
3.7 Transformator Tenaga ………………………………………………… 40
3.8 Pola Proteksi Transformator …………………………………….……. 41
3.8.1 Pola Proteksi Transformator Tenaga TT/TM …………………...…….. 41
3.8.2 Pola Proteksi Transformator Tenaga IBT TET/TT …………………… 42
3.8.3 Pola Proteksi Transformator Tenaga IBT TT/TT …………………….. 42
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Rele Differensial pada Gardu Induk Kentungan ………………………… 45
4.2 Karakteristik dan Pemilihan CT Ratio Rele Differensial …………….…. 46
4.3 Karakteristik Kurva Rele Differensial ………………………………….. 48
4.4 Error Mismatch …………………………………………………………. 49
4.5 Setting Rele Differensial ……………………………………………..…. 50
4.5.1 Perhitungan Settingan Rele Differensial pada Gangguan Dalam ……….. 50
4.6 Pengujian Rele Differensial ………………………………………….…. 52
4.7 Alat Uji Rele Differensial ………………………………………….…… 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Wilayah Kerja PT. PLN (PERSERO) APP Salatiga ………...….. 18
pengaman……………………………………………………....... 35
Gambar 3.3 Rele Differensial jika terjadi gangguan diluar daerah pengaman .. 36
Gambar 4.1 Rele differensial MiCOM P632 Gardu Induk Kentungan ………. 45
Gambar 4.4 Perbandingan arus kerja dan arus setting pada gangguan luar ….. 52
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aset PT. PLN (Persero) TRANS JBT APP Salatiga …………….…. 20
xi
BAB I
PENDAHULUAN
daya dari satu tempat ke tempat lain. Ini dikarenakan prinsip dalam transmisi tenaga
transmisi tenaga listrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam
trasnmisi tenaga listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamakan
ditimbulkan oleh pemindahan daya listrik dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.
listrik. Dengan proteksi yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada
sebuah gangguan yang bersifat sementara. Jika proteksi transmisi tenaga listrik
baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam suatu transmisi terjadi
gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan yang lain
dikarenakan ada sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman dapat
dipadukan menjadi nilai andal. Andal yang dimaksud disisni adalah tidak
manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak mengalami gangguan kesehatan
1
2
Berdasarkan hal tersebut sistem proteksi pada gardu induk sangatlah penting
energi listrik, ssistem transmisi tenaga listrik, sampai sistem distribusi tenaga listrik
Oleh sebab itu penulis mencoba mengangkat sistem proteksi sebagai pokok
pembahasan dalam laporan ini. Penulis memilih PT. PLN (PERSERO) sebagai
badan usaha yang bergerak di bidang ketenaga listrikan. Mengingat pentingnya hal
macam sistem proteksi. Untuk mengetahui apakah sistem proteksi tenaga listrik
pada gardu induk sudah efisien, maka penulis mengambil judul: “ANALISIS
(60 MVA) DI PT. PLN (PERSERO) TRANS JAWA BAGIAN TENGAH AREA
KENTUNGAN.”
Praktek Kerja Nyata (PKN) di PT. PLN (PERSERO) TRANS JBT APP
berikut:
3
1. Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari
sistem tenaga listrik, alat atau bagian sistem yang termasuk dalam jangkauan
2. Proteksi yang benar harus dapat bekerja cukup cepat, selektif dan andal
sehingga kerusakan peralatan yang mungkin timbul akibat busur gangguan atau
pada bagian sistem/peralatan yang dilalui arus gangguan dapat dihindari dari
1.3.1 Maksud
pada dunia kerja sebagai pusat pembelajaran dan penggalian ilmu dilapangan yang
masih minim di dapatkan di bangku kuliah. Selain itu pelaksanaan Praktek Kerja
Nyata juga sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Jurusan
1.3.2 Tujuan
aspek diantaranya:
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Institut
siap pakai.
3. Bagi Instansi
pendidikan.
dengan tanggal 31 Mei 2016, di kantor PT PLN (Persero) Transmisi Jawa Bagian
150 KV Kentungan.
Dalam laporan Praktek Kerja Nyata di PT. PLN (Persero) Transmisi Jawa
sistem kerja rele diferensial pada Transformator Daya di PT. PLN (Persero)
Dari batasan masalah diatas maka rumusan yang dapat diambil oleh penulis
adalah:
1. Metode Ceramah
pelajaran dari guru kepada siswa yang cenderung bersifat lisan, guru bercerita
dan siswa memperhatikan, bila diperlukan siswa mencatat hal-hal pokok dan
2. Metode Observasi
3. Metode Wawancara
4. Metode Praktek
5. Metode Diskusi
praktek yang berisi sejumlah materi yang komplek dan lebih luas cakupannya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek, metodologi penelitian dan
sistematika laporan.
Bab ini membahas tentang profil perusahaan yang meliputi sejarah singkat,
konfigurasi produk, lokasi, dan tata letak, serta sistem organisasi dan manajemen
KENTUNGAN.
8
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil yang telah diketahui dari hasil analisis
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat diberikan pada pemecahan
permasalahan.
9
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. PLN (PERSERO)
9
10
sebagai kerja cepat dan tepat para insan PT. PLN (PERSERO) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya.
3. Tiga buah gelombang berbentuk sinusioda yang tersusun secara sejajar
memiliki makna gaya rambat energy listrik yang dialirkan oleh tiga bidang
usaha utama yang digeluti PT. PLN (PERSERO) yaitu Pembangkitan,
Penyaluran dan Distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan
pegawai PT. PLN (PERSERO) guna memberikan layanan terbaik bagi
pelanggannya.
4. Warna Kuning pada bidang dasar menggambarkan pencerahan,seperti yang
diharapkan oleh PT. PLN (PERSERO) bahwa listrik mampu menciptakan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat, dan melambangakan semangat yang
menyala-nyala yang dimiliki oleh setiap insan yang berkarya di PT.PLN
(PERSERO).
5. Warna Merah memiliki warna kedewasaan PT. PLN (PERSERO) sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
berserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman.
6. Warna Biru memiliki arti kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya
listrik yang tettap diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu
melambangkan keandalan yang dimiliki oleh insan-insan PT. PLN
(PERSERO) dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
2.1.3.2 Tugas Utama dan Wilayah Kerja PT PLN (Persero) APP Salatiga
Tugas utama PT. PLN (Persero) APP Salatiga adalah mengelola transmisi
dan transaksi tenaga listrik di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta
selatan secara unggul, andal, terpecaya. Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APP
Salatiga adalah meliputi 3 (tiga) daerah atau Base Camp yaitu Base Camp Salatiga,
Yogyakarta dan Surakarta dengan jumlah gardu induk yang dikelola sebanyak 31
(tiga puluh satu), dimana terdapat 62 Trafo IBT Dan Trafo Distribusi (3638 MVA)
serta panjang transmisi 2101,702 kms .
Manager
Staff Ahli
PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga juga membawahi tiga puluh
satu gardu induk yaitu :
1. Gardu Induk Bawen
2. Gardu Induk Jelok
3. Gardu Induk Beringin
4. Gardu Induk Secang
5. Gardu Induk Sanggrahan
6. Gardu Induk Temanggung
7. Gardu Induk Mojosongo
8. Gardu Induk Banyudono
9. Gardu Induk Pedan
10. GITET Pedan
11. Gardu Induk Wonogiri
12. Gardu Induk Wonosari
13. Gardu Induk Solobaru
14. Gardu Induk Sragen
15. Gardu Induk Masaran
16. Gardu Induk Nguntoronadi
17. Gardu Induk Jajar
18. Gardu Induk Mangkunegaran
19. Gardu Induk Palur
20. Gardu Induk Gondangrejo
21. Gardu Induk Purworejo
18
komunikasi dengan Gardu Induk di tiap daerah, APJ, APD dan APB sehingga hal
apapun dapat diminimalisasi kekurangannya.
Berdasarkan operasi dan pemeliharaan system penyaluran, PT. PLN
(Persero) TRANS-JBT App Salatiga dibagi dalam 3 Bascampe, yaitu : BC Salatiga,
BC Surakarta, dan BC Yogyakarta. Berdasarkan pelayanan ke Distribusi,
Surakarta dan Yogyakarta. Jumlah aset yang dimiliki APP Salatiga s.d tahun 2012
adalah Rp 3,935 Triliun. Jumlah Gardu Induk yang dikelola APP Salatiga saat ini
berjumlah 31 unit, baik GIS maupun GI Konvensional baik di Grid 500 kV maupun
150 kV
4. Availability
Availability adalah kesiapan sistem transmisi dan trafo daya untuk
menyalurkan energi listrik ke konsumen .Faktor pengaruh:
a. Keterbatasan kemampuan sistem transmisi dan trafo
5. Recovery Time
Recovery time adalah waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan peralatan
atau sistem saat terjadi gangguan permanen/temporer
6. Realibility
Reliability menunjukkan kesiapan sistem proteksi dalam pendukung
peralatan utama.
Langkah-langkah:
a. Scanning & Rekomisioning sistem proteksi
7. Efisiensi
Efisiensi wajib dilakukan tanpa mengorbankan keandalan sistem dan
peralatan
22
9. Produktivitas Pegawai
Pegawai yang produktif merupakan unsur penting dalam mencapai,
memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan.
10. Implementasi SMK3
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.
1. Manajemen Aset
23
1. Manajemen Aset
(Asset Management/AM) merupakan bagian dari program Metamorfosa
yang sedang dikembangkan PLN Pusat. Penjabaran AM tersebut bertujuan untuk
mencapai efektivitas pembiayaan investasi (cost effectiveness of investment) dan
memaksimalkan keuntungan jangka panjang
3. Remapping SDM
Remapping SDM merupakan langkah yang dilakukan manajemen untuk
mengoptimalkan fungsi SDM untuk mencapai target dan tujuan perusahaan
6. SMK3
bertujuan menciptakan suatu sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja/ pegawai,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman (Safe), efisien dan produktif.
BAB III
LANDASAN TEORI
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem produksi yang dipasang pada
jaringan dan lain-lain terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi
abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih,
instalasi yang terganggu dari bagian lain yang masih normal dan sekaligus
mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, serta
memberikan informasi/ tanda bahwa telah terjadi gangguan, yang pada umumnya
menghubungkan satu bagian insalasi dengan bagian instalasi lain, baik instalasi
dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas dari bagian-bagian
gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti
pada transformator, reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT, SUTET, dan lain
25
26
Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem, jenisnya antara
lain kerusakan komponen rele, kabel kontrol terhubung singkat dan interfensi/
komponen dan sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa factor yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, antara lain sebagai
berikut.
1. Faktor Manusia
2. Faktor Internal
sendiri. Misalnya usia pakai, ke-aus-an, dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi
sensitivitas rele pengaman, juga mengurangi daya isolasi peraltan listrik lainnya.
27
3. Faktor Eksternal
sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir. Disamping
itu ada kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan tikus, burung,
Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang tediri
1. Rele, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya
2. Trafo arus atau trafo tegangan sebagai alat yang mentranfer besaran listrik
4. Batere beserta alat pengisi (baterai charger) sebagai sumber tenaga untuk
5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkuit sekunder (arus dan atau
Secara garis besar bagian dari rele proteksi terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu:
1. Elemen Pengindra
bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang
2. Elemen Pembanding
Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu
diterima oleh elemen pengindra untuk membandingkan besaran listrik pada saat
3. Elemen Pengukur/penentu
besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal.
apakah yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai
alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah rele. Rele yang bekerja setelah
mendapatkan besaran dari alat pengindra dan membandingkan dengan besar arus
penyetelan dari kerja rele. Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi
besaran arus penyetelannya, maka kumparan rele akan bekerja menarik kontak
dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan
penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energy penggerak
dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehar
serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau
terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi
konsumen.
1. Sensitif
Suatu rele proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian
tertentu dari suatu sistem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk
yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi
gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan
sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.
2. Selektif
dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena
terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi
lebih kecil. Rele proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau
gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada
kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah
pengamanannya.
3. Cepat
4. Handal
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu rele proteksi
bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila rele gagal bekerja dapat
mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang diamankan atau
yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka rele proteksi harus
5. Ekonomis
6. Sederhana
fleksibel.
Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ialah jika jangka
waktu rele mulai saat rele arusnya pick up (kerja) sampai selesainya kerja rele
sangat singkat (20-100 ms), yaitu tanpa penundaan waktu. Rele ini pada umumnya
dikombinasikan dengan rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite
time) atau waktu terbalik (inverse time) dan hanya dalam beberapa hal berdiri
2. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (Definite time over current
relay)
Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka waktu
mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan nilai
tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang menggerakan. Rele ini bekerja
berdasarkan waktu tunda yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak tergantung
3. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (Inverse time over current
relay)
Rele dengan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai rele
arus pick up sampai selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya nilai yang
berbanding terbalik dengan arus yang menggerakkan. Rele ini bekerja dengan
waktu operasi berbanding terbalik terhadap besarnya arus yang terukur oleh rele.
Rele ini mempunyai karakteristik kerja yang dipengaruhi baik oleh waktu maupun
arus.
invers dan rele definite. Rele ini akan bekerja secara definite bila arus gangguannya
Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu Rele, jenis-jenis rele ini
distribusi dll.
33
transformator daya. Rele ini sangat selektif sehingga biasanya tidak perlu
memerlukan waktu.
Prinsip kerja rele proteksi diferensial adalah membandingkan dua vektor arus
atau lebih yang masuk ke rele (lihat gambar 1), apa bila pada sisi primer trafo
arus(CT1) dialiri arus I1, maka pada sisi primer trafo arus (CT2) akan mengalir arus
I2, pada saat yang sama sisi sekunder kedua trafo arus (CT1 dan CT2), akan mengalir
arus i1 dan i2 yang besarnya tergantung dari rasio yang terpasang, jika besarnya i 1
= i2 maka rele tidak bekerja, karena tidak ada selisih arus (∆i = 0), tetapi jika
besarnya arus i1 ≠ i2 maka rele akan bekerja, karena adanya selisih arus (∆i ≠ 0).
34
Selisih arus ini disebut arus diferensial. arus inilah yang menjadi dasar bekerjanya
rele diferensial.
Dalam keadaan normal (tidak ada gangguan), arus yang mengalir ke rele
pengaman sama dengan nol, arus hanya bersikulasi dalam sirkit sekunder kedua
Untuk daerah pengamanan dari rele diferensial dibatasi antara dua buah CT
KAWASAN
PENGAMANAN
CT1 I1 CT2 I2
Alat yang
diproteksi
i1 i2
I = 0
Agar rele diferensial dalam kondisi normal (tidak terjadi gangguan) rele tidak
1. CT 1 dan CT2 (maupun ACT nya) harus mempunyai rasio sedemikian sehingga
besar arus i1 = i2
2. Sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 maupun ACT nya harus benar.
35
Jika rele differensial dipasang sebagai proteksi suatu peralatan dan terjadii
terlihat pada gambar 2, pada saat CT1 mengalir arus I1 maka pada CT2 tidak ada
arus yang mengalir (I2 = 0), disebabkan karena arus gangguan mengalir pada titik
gangguan sehingga pada CT2 tidak ada arus yang mengalir, maka disisi sekunderr
CT2 tidak ada arus yang mengalir (i2 = 0) yang mengakibatkan i1 ≠ i2 (1 ≠ 0)
KAWASAN PENGAMAN
CT1 I1 CT2 I2 = 0
Alat yang
diproteksi
i1 i2 = 0
i ≠ 0
Gambar 3.2 Rele diferensial jika terjadi ganguan didalam daerah pengamanan
36
diferensial tidak bekerja lihat gambar 3, pada saat sisi primer kedua CT dialiri arus
I1 dan I2, dengan adanya rasio CT1 dan CT2 yang sedemikian, maka besar arus yang
mengalir pada sekunder CT1 dan CT2 yang menuju rele besarnya sama (i1 = i2) atau
dengan kata lain tidak ada selisih arus yang mengalir pada rele sehingga rele tidak
bekerja, karena sirkulasi arus gangguan diluar daerah pengamanan kerja rele
diferensial tidak mempengaruhi arus yang mengalir pada kedua CT yang terpasang
pada peralatan yang diproteksi, karena apa bila pada arus primer CT ! dan CT2
mengalir arus gangguan dengan adanya perbandingan rasio trafo arus pada sisi
sekunder juga akan mengalir arus gangguan yang besarnya i1 = i2 sehingga rele
diferensial tidak bekerja karena tidak ada perbandingan arus (∆i = 0).
KAWASAN
PENGAMANAN
CT1 I1 CT2 I2
Alat yang
diproteksi
i1 i2
i = 0
Gambar 3.3 rele diferensial jika terjadi gangguan diluar daerah pengamanannya.
37
Pada saat kondisi normal (tidak ada gangguan) didalam daerah pengamanan,
ada kemungkinan muncul arus tidak seimbang (∆i’) sehingga rele pengaman salah
kerja.
Penyebab timbulnya arus tidak seimbang (∆i’) lihat gambar 3.4, dapat
disebabkan oleh :
1. Karakteristik kelengkungan magnetik dari CT1 dan CT2, terutama pada arus
hubung singkat yang besar yang menyebabkan arus sekunder tidak lagi
linier terhadap arus primer karena kejenuhan CT.
2. Perubahan posisi tap changer trafo tenaga
3. Inrush Current
i 1 - i2 i2 CT1
i1 CT2
∆i =Perbedaan
Ideal arus sekunder CT1
dan CT2
∆i’ = i1 - i2
∆i’
IF
gangguan (IF) yang besar diluar daerah pengamanannya maka pada rele diferensial
dipasang kumparan penahan (restrain) pada kedua sisinya dapat dilihat dalam
38
gambar 5, kumparan penahan inilah yang menahan rele tidak bekerja apa bila terjadi
arus gangguan yang besar, karena makin besar arus gangguan yang melewati rele
makin besar pula kopel penahan yang dihasilkan oleh kumparan penahan sehingga
Rele ini mempunyai dua atau lebih kumparan penahan. Torsi yang
dihasilkan oleh arus yang mengalir melalui kumparan penahan lihat gambar 5, torsi
penahan akan membuat kontak pemutus rele diferensial persentase tetap pada
posisi membuka. Torsi penahan tersebut sebanding dengan jumlah vektoris arus-
Jika terjadi gangguan diluar, torsi penahan ini menjadi besar sehingga
jika terjadi gangguan didalam, arus-arus yang mengalir melalui kumparan penahan
Penjelasan :
P = Pegas
Tm = K1. Wo2.Io min Io min = arus kerja minimum pada saat arus
restrain
(Ir = 0)
2
K 2 Wr
Io2 = 2
Ir2 + Io2 min
K1 Wo
2
K 2 Wr
Io2 = KR2. IR2 KR2 = 2
K 2 Wo
Io = KR.IR Jadi
Io
KR =
IR
untuk mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan
karena tidak ada bagian yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau
generator. Dalam bentuknya yang paling sederhana, transformator terdiri atas dua
kumparan dan satu induktansi mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan
sebagai terminal masukan dan kumparan sekunder adalah kumparan yang melepas
daya dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Kedua kumparan dibelit pada suatu
41
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer, lilitan sekunder dan inti besi.
sumber energi (catu daya). Lilitan sekunder merupakan bagian transformator yang
rele REF (restricted Earth Fault) sebagai proteksi utama. Sedangkan proteksi
cadangan menggunakan rele arus lebih (OCR) rele gangguan ke tanah (GFR).
proteksi, artinya menggunakan 2 buah proteksi utama, yaitu utama 1 dan utama 2.
1. Differensial utama 1
2. Differensial utama 2
3. REF utama 1
4. REF utama 2
Pola proteksi transformator IBT TT/TT memiliki jenis rele yang sama
transformator IBT TT/TT hanya memiliki 1 buah rele differensial dan 1 buah rele
REF sisi primer dan 1 buah REF sisi sekunder transformator (bila konfigurasi
belitan sisi 70 KV atau 60 KV adalah YN). Dan dilengkapi dengan rele SBEF vila
PEMBAHASAN
Pada PT. PLN (PERSERO) Trans JBT Salatiga Gardu Induk Kentungan
gardu induk ini menggunakan jenis rele differensial buatan Schneider dengan tipe
MiCOM P632.
MiCOM P632 adalah rele High Speed salah satunya jenis rele differnsial bias
yang digunakan sebagai proteksi gangguan tanah REF (restricted earth fault) yang
45
46
gangguan tersebut, antara lain hubung singkat di dalam kumparan dan hubung
Merk : Schneider
Frekuensi : 50 Hz
Syarat sambungan rele differensial transformator daya dapat kita lihat pada
Y Y Y ∆
∆ Y Y Y
230,94 x √3 = 399 A
In Sisi 20 Kv = = 1732,10 A
√
1732,10 x √3 = 3000 A
Rasio CT sisi primer 150 KV dapat dipilih 300 / 1A dana rasio CT sisi
Dari gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa arus differensial didapat dari
Jika arus berlawanan dalam artiannya yang satu menuju rele yang lain
meninggalkan rele, maka akan saling mengurangi dan sebaliknya. Arus restrain
didapat dari harga yang paling besar antara arus di winding 1 dan winding 2 yang
1. Slope 1
arus restrain.
normal dan memastikan sensitivitas rele pada saat internal fault dengan
b. Daerah diatas kurva adalah daerah kerja rele differensial, sedangkan pada
3. Slope 2
Slope 2 berguna agar rele tidak kerja oleh gangguan eksternal yang berarus
sangat besar sehingga salah satu CT mengalami saturasi. Di atur dengan slope lebih
dari 80%.
Meskipun dari perhitungan telah didapat ratio CT yaitu pada sisi 150 KV
(CT1) = 300 : 1A, dan pada si si 20 KV (CT2) = 2000 : 5A. nilai CT ratio yang
dipilih adalah sesuai yang ada dipasaran, kerena pada perbedaan ini maka akan
terjadi kesalahan dalam membaca perbedaan arus dan tegangan fasa di trafo arus.
ideal pada salah sau sisi transformator tenaga, kita ambil pada sisi 20 KV dengan
persamaan berikut:
150
= 300 = 2250
20
Maka CT2 disisi 20 KV saat maksimum load adalah 2250 : 5 A.
50
idealnya adalah 2250 : 5 A. maka error mismatch di dapat dari perbandingan antara
CT ideal dengan CT yang ada di pasaran. Error mismatch untuk rele differensial
adalah :
2250
ℎ= 100% = 1,125 %
2000
Kesalahan rele differensial dalam mengamankan transformator dari
mismatch tidak boleh lebih dari 5 %. Untuk memperbaiki error mismatch pada rele
differensial dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan tap pada CT.
Pada sub bab 4.2 telah dihitung nilai CT ratio pada kedua sisi transformator
tenaga, maka sekarang dapat dihitung nilai arus differensial (Id) dan arus restrain
(Ir) kemudian didapat setting arus (Iset). Arus Kerja (Ip) didapat dari hasil
pengujian rele differensial yang ada pada lampiran. Rele differensial hanya akan
beroperasi data ada gangguan di dalam tranformator dan tidak akan beroperasi saat
jika:
<
51
R 0,3 1,5
S 0,3 1,5
T 0,3 1,5
Arus kerja sama dengan arus defferensial (Ip = Id). Pada tabel ditentukan
arus kerja :
R 0,34 1,90
S 0,35 1,91
T 0,35 1,91
Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 akan didapatkan hasil perbandingan nilai arus
kerja (Ip) dan arus setting (Is) saat gangguan dalam transformator.
52
Dari tabel 4.4 didapat kondisi rele trip karena diketahui Is < Ip.
1. Nilai arus kerja minimum, merupakan setelan arus minimal yang akan
2. Niai arus kerja High Set, merupakan setelan arus kerja high set untuk arus
4. 2nd harmonic restraint, merupakan nilai minimal harmonisa ke-2 yang akan
memblok kerja rele differensial. Harmonisa ke-2 ini merupakan parameter ada
tidaknya inrush current. Karena sifatnya memblok kerja rele differensial maka
53
harus diperhatikan nilai setelan akan memblok kerja rele differensial ketika
terjadi gangguan.
5. 5th harmonic restraint, nilai minimal harmonisa ke-5 yang akan memblok kerja
rele differensial. Harmonisa ke-5 ini merupakan parameter ada tidaknya over
3. Pengujian slope
diuji untuk memastikan keandalan sistem dalam memproteksi sistem tenaga listik,
bawaan yaitu TDMS (Test & Data Management Software) pengujian dapat
komputer.
2. Membuka software bawaan dari DRTS yaitu TDMS (Test & Data
Management Software).
3. Memasukkan bebrapa data yang diminta oleh software salah satunya adalah
4. Memberi input arus pada sisi primer I2 dan kemudian diikuti dengan memberi
5. Menaikkan arus hingga rele bekerja dan akan tercatat Iop atau arus differensial.
dengan I2.
rele masih baik atau tidak sehingga dapat diketahui apakah rele dalam kondisi
5.1 Kesimpulan
transformator.
kumparan primer dan CT sisi kumparan sekunder. Apabila selisih arus pada
sisi primer dan sisi sekunder tidak sama dengan nol maka relai akan memberi
sinyal trip
c. Rele Differensial MiCOM P632 adalah jenis rele numerik High speed salah
satu jenis rele differensial bias dan dilengkapi sebagai proteksi gangguan tanah
REF (Restricted Earth Fault) yang cocok digunakan sebagai rele proteksi pada
transformator tenaga.
d. Dari hasil pengujian dan perhitungan pada rele differensial di Gardu Induk
56
57
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis selama menjalankan Kerja Praktek
karena merupakan alat vital untuk sistem pengaman utama pada transformator
tenaga.
3. Bila rele differensial dalam keadaan trip sebaiknya langsung ditindak lanjuti
4. Setiap adanya perubahan prosedur atau tata cara kerja, hendaknya dilakukan
baru.
keselamatan dan kesehatan kerja dan tata kerja agar tidak terjadi hal-hal yang
bagi karyawan yang bekerja langsung, termasuk rele differensial sebagai main
Sutrisno. (2000). Sistem Proteksi Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Press.
Unil S.Rao, “ Switchgear and Protection “Khana Publisher, New Delhi, 1982
Djiteng Marsudi.,“ Operasi Sistem Tenaga Listrik “ Badan Penerbit dan Humas
ISTN, Jakarta,1990.
LAMPIRAN
Manager
Staff Ahli