Anda di halaman 1dari 72

ANALISIS UNJUK KERJA DAN HASIL PEMELIHARAAN

RELE DIFFERENTIAL TRAFO II (60 MVA) DI PT. PLN


(PERSERO) TRANS - JBT SALATIGA GARDU INDUK 150 KV
KENTUNGAN

LAPORAN
PRAKTEK KERJA NYATA II

Disusun Oleh :
Arif Maulana Fikri
No. Mahasiswa : 121.041.019
Jurusan : Teknik Elektro
Program Studi : Teknik Elektro
Konsentrasi : Ketenagaan
Jenjang : Strata-1
Fakultas : Teknologi Industri

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND


YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS UNJUK KERJA DAN HASIL PEMELIHARAAN RELE
DIFFERENTIAL TRAFO II (60 MVA) DI PT. PLN (PERSERO) TRANS
JAWA BAGIAN TENGAH AREA PELAKSANA PEMELIHARAAN
SALATIGA GARDU INDUK 150 KV KENTUNGAN

Praktek Kerja Nyata II merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum
Strata-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Disusun Oleh :

Arif Maulana Fikri

No. Mahasiswa : 121.041.019

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Teknik Elektro

Jenjang : Strata-1

Fakultas : Teknologi Industri

Telah diperiksa dan disetujui oleh;


Yogyakarta , Juni 2016

Ketua Jurusan Teknik Elektro Dosen Pembimbing

(Sigit Priyambodo S.T.,M.T) (Slamet Hani, ST.,MT)


NIK : 89.0760.378.E NIK : 96.1260.572

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS UNJUK KERJA DAN HASIL PEMELIHARAAN RELE


DIFFERENTIAL TRAFO II (60 MVA) DI PT. PLN (PERSERO) TRANS -
JBT SALATIGA GARDU INDUK 150 KV KENTUNGAN

Dipersiapkan dan disusun oleh


Arif Maulana Fikri
121.04.1019

kepada
DI PT. PLN (PERSERO)
TRANSMISI JAWA BAGIAN TENGAH
AREA PELAKSANA PEMELIHARAAN (APP) SALATIGA
BASECAMP YOGYAKARTA
GARDU INDUK 150 KV KENTUNGAN

Yogyakarta, Juni 2016

Mengetahui,
ASMAN HASET SUPERVISOR GI
BASECAMP YOGYAKARTA KENTUNGAN DAN GIS GEJAYAN

Martinus Suprapman Nurkholis


NIP : 6384404K3 NIP : 6385400K3

MANAGER APP SALATIGA

Budi Santoso
NIP : 7295142R

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

karunia serta izin-Nya lah penulis berhasil menyelesaikan laporan Praktek Kerja

Nyata (PKN) yang penulis beri judul “ ANALISIS UNJUK KERJA DAN HASIL

PEMELIHARAAN RELE DIFFERENTIAL TRAFO II (60 MVA) DI PT. PLN

(PERSERO) TRANS - JBT SALATIGA GARDU INDUK 150 KV KENTUNGAN

”.

Praktek Kerja nyata ini penulis laksanakan selama kurang lebih satu bulan

terhitung tanggal 1 Mei 2016 sampai 31 Mei 2016. Praktek kerja nyata merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memenuhi persyaratan Akademik di

Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Kegiatan ini dapat menjadi media pembelajaran bagi penulis untuk dapat

menerapkan ilmunya dibangku perkuliahan.

Selama proses pelaksanaan Kerja Praktek, tidak lupa penulis sampaikan

penghargaan dan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulisan dalam melaksanakan kerja praktek dan menyusun laporan ini sehingga

dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu perkenankanlah penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Sudarsono, MT. Selaku Rektor Institut Sains & Teknologi

AKPRIND Yogyakarta.

2. Bapak Muhammad sholeh, S.T., M.T selaku Dekan Institut Sains & Teknologi

AKPRIND Yogyakarta.

iv
3. Ir. Muhammad Suyanto, MT. selaku ketua Jurusan Teknik Elektro dan

Pembimbing Praktek Kerja Nyata. Terimakasih atas dukungan dan bimbingan

yang diberikan kepada saya.

4. Bapak Slamet Hani ST, MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek Nyata,

Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta.

5. Bapak Budi Santoso selaku Manajer APP Salatiga yang telah memberikan ijin

untuk melaksanakan kerja praktek di APP Salatiga.

6. Bapak Suhardi selaku Asisten Manajer HASET Basecamp Yogyakarta yang

telah memberikan ijin untuk melakukan kerja praktek di area Basecamp

Yogyakatra.

7. Bapak Nurkholis selaku supervisor Gardu Induk Kentungan dan GIS Gejayan

dan pembimbing lapangan kerja praktek yang senantiasa memberikan

pengarahan tentang teknis pelaksanaan kerja praktek

8. Seluruh Staf dan karyawan PT. PLN (PERSERO) TRANS JBT AREA

PELAKSANA PEMELIHARAAN SALATIGA GARDU INDUK 150 KV

KENTUNGAN Yogyakarta atas kesediaan dan kerja samanya selama

pelaksanaan kerja praktek .

9. Kepada kedua orangtua saya yang telah membesarkan dan memberikan

motivasi kuat dalam melaksankan kerja praktek ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi

Akprind Yogyakarta yang telah memberikan masukan-masukan dalam

penyusunan laporan ini.

v
11. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan maupun pembuatan

laporan Kerja Praktek ini, walaupun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan sudah barang

tentu masih banyak kekurangannya baik segi teknik, penyajian dan bahasa. Oleh

sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan dimasa yang akan datang. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua

Yogyakarta, Juni 2016

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….…. i


HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….............. ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ………………...…………….. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………….…………….. vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….………… viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang …………………………………………………........………. 1
1.2 Tinjuan Pustaka ……………………………………………………….……. 2
1.3 Maksud dan Tujuan ………………………………………………….…....... 3
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ……………………………………............. 5
1.5 Batasan Masalah ………………………………………………….…….…... 5
1.6 Rumusan Masalah ……………………………………………..……………. 5
1.7 Metode Pelaksanaan …………………………………............................….... 6
1.8 Sistematika Penulisan …………………………………………………..….... 7

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. PLN (PERSERO)


2.1 Latar Belakang PT. PLN (PERSERO) ……………………………..…. 9
2.1.1 Sejarah PT. PLN (PERSERO) ……………………………………….... 9
2.1.1.1 Visi, Misi, Budaya dan Motto PT. PLN (PERSERO) ………………... 12
2.1.1.1.1 Visi PT. PLN (PERSERO) …………………………………...……… 12
2.1.1.1.2 Misi PT. PLN (PERSERO) ………………………………………....... 12
2.1.1.1.3 Budaya PT. PLN (PERSERO) ………………………………….....…. 12
2.1.1.1.4 Motto PT. PLN (PERSERO) …………………………….…...…...…. 13
2.1.2 Makna Bentuk dan Warna Logo PT. PLN (PERSERO) ……..……..... 13
2.1.3 Sejarah PT. PLN (PERSERO) APP Salatiga …………..................….. 14

vii
2.1.3.1 Lokasi perusahaan ………………………………………………….... 15
2.1.3.2 Tugas Utama & Wilayah kerja PT. PLN (Persero)
APP Salatiga ……………………………………...…………….……. 15
2.1.3.3 Tata Nilai Perusahaan ……………………………………….……….. 15
2.1.3.4 Visi Perusahaan ………………………………………...…....………. 15
2.1.3.5 Misi Perusahaan …………………………………………….……….. 15
2.1.3.6 Struktur Organisasi Perusahaan ……………………………..……….. 16
2.1.3.7 Wilayah kerja …………………………………………………..……. 18
2.1.3.8 Jumlah Pegawai, SDM, dan Tingkat Pendidikan di
PT. PLN (Persero) TRANS-JBT APP Salatiga ……………….……. 19
2.1.3.9 Jumlah Aset di PT. PLN (Persero) TRANS-JBT Salatiga …………... 19
2.1.3.10 Strategi PT. PLN Salatiga untuk Mencapai Operational Of
Excellent 2017 …………………………………………………..…… 20
2.1.3.11 Program Unggulan PT PLN (Persero) P3B JB APP Salatiga ……….. 22

BAB III LANDASAN TEORI


3.1 Proteksi Tenaga Listrik …………………………………………..…… 25
3.2 Tujuan Sistem Proteksi ……………………………………..………… 25
3.3 Jenis Gangguan Tenaga Listrik ………………………...…..…………. 25
3.3.1 Gangguan Sistem ……………………………………….…….………. 25
3.3.2 Gangguan Non Sistem ………………………………………………… 26
3.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan …………………………..…..…… 26
3.4 Perangkat Sistem Proteksi ……………………………………………. 27
3.5 Rele Proteksi Sebagai Pengaman Utama …………………..………….. 29
3.5.1 Fungsi Rele Proteksi ………………………………………………….. 29
3.5.2 Syarat Rele Proteksi ……………………………………………...…… 29
3.5.3 Karakteristik Waktu Kerja Rele Proteksi …………………………...… 31
3.6 Rele Differensial ……………………………………………………… 33
3.6.1 Prinsip Kerja Rele Differensial ………………………………….……. 33

viii
3.6.2 Kerja Proteksi Rele Differensial Jika Terjadi Gangguan ……………… 35
3.6.2.1 Gangguan di Dalam Daerah Pengaman ……………………………….. 35
3.6.2.2 Gangguan di Luar Daerah Pengaman ………………………….……… 36
3.6.3 Rele Proteksi Differensial Bias ……………………………….………. 37
3.7 Transformator Tenaga ………………………………………………… 40
3.8 Pola Proteksi Transformator …………………………………….……. 41
3.8.1 Pola Proteksi Transformator Tenaga TT/TM …………………...…….. 41
3.8.2 Pola Proteksi Transformator Tenaga IBT TET/TT …………………… 42
3.8.3 Pola Proteksi Transformator Tenaga IBT TT/TT …………………….. 42

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Rele Differensial pada Gardu Induk Kentungan ………………………… 45
4.2 Karakteristik dan Pemilihan CT Ratio Rele Differensial …………….…. 46
4.3 Karakteristik Kurva Rele Differensial ………………………………….. 48
4.4 Error Mismatch …………………………………………………………. 49
4.5 Setting Rele Differensial ……………………………………………..…. 50
4.5.1 Perhitungan Settingan Rele Differensial pada Gangguan Dalam ……….. 50
4.6 Pengujian Rele Differensial ………………………………………….…. 52
4.7 Alat Uji Rele Differensial ………………………………………….…… 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………... 56

5.2 Saran ……………………………………………………………….…… 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT. PLN (PERSERO) ………………………………..…… 15

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) TRANS-JBT

APP Salatiga ……………………………………………………. 16

Gambar 2.3 Wilayah Kerja PT. PLN (PERSERO) APP Salatiga ………...….. 18

Gambar 2.4 Tingkat Pendidikan Pegawai ……………………………………. 19

Gambar 3.1 Prinsip Kerja Sederhana Rele Differensial Unbias ……………… 34

Gambar 3.2 Rele Differensial jika terjadi gangguan didalam daerah

pengaman……………………………………………………....... 35

Gambar 3.3 Rele Differensial jika terjadi gangguan diluar daerah pengaman .. 36

Gambar 3.4 Karakteristik dari trafo arus ……………………………………... 37

Gambar 3.5 Rele percentage differensial …………………………………….. 39

Gambar 3.6 Pola proteksi transformator TT/TM …………………………….. 43

Gambar 3.7 Pola proteksi transformator IBT TT/TT ……………………….... 43

Gambar 3.8 Pola proteksi transformator IBT TET/TT …………………..…… 44

Gambar 4.1 Rele differensial MiCOM P632 Gardu Induk Kentungan ………. 45

Gambar 4.2 Karakteristik rele differensial …………………………………… 46

Gambar 4.3 Kurva rele differensial …………………………………………... 48

Gambar 4.4 Perbandingan arus kerja dan arus setting pada gangguan luar ….. 52

Gambar 4.5 Alat uji rele ISA DRTS 6 ………………………………………... 54

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aset PT. PLN (Persero) TRANS JBT APP Salatiga …………….…. 20

Tabel 4.1 Hubungan CT dan Auxilary CT untuk rele differensial …………..... 47

Tabel 4.2 Arus setting rele differensial ……………………………………….. 51

Tabel 4.3 Uji arus kerja rele differensial …………………………………….... 51

Tabel 4.4 Perbandingan arus kerja dengan arus setting ……………………….. 52

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proteksi transmisi tenaga listrik sangat penting dalam proses penyaluran

daya dari satu tempat ke tempat lain. Ini dikarenakan prinsip dalam transmisi tenaga

listrik yang baik salah satunga adalah aman,handal dan ekonomis.

Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin bahwa dalam

transmisi tenaga listrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam

trasnmisi tenaga listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamakan

transmisi dari gangguan bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang

ditimbulkan oleh pemindahan daya listrik dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.

Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga

listrik. Dengan proteksi yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada

sebuah gangguan yang bersifat sementara. Jika proteksi transmisi tenaga listrik

baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam suatu transmisi terjadi

gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan yang lain

dikarenakan ada sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman dapat

dipadukan menjadi nilai andal. Andal yang dimaksud disisni adalah tidak

membahayakan manusia yang berada disekitar transmisi tenaga listrik sehingga

manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak mengalami gangguan kesehatan

maupun gangguan material.

1
2

Berdasarkan hal tersebut sistem proteksi pada gardu induk sangatlah penting

untuk mengamankan sistem instalasi tenaga listrik. Sistem proteksi diharapkan

dapat memepertahankan keandalan sistem tenaga listik mulai dari pembangkitan

energi listrik, ssistem transmisi tenaga listrik, sampai sistem distribusi tenaga listrik

yang akhirnya sampai kepada konsumen pemakai energi listrik.

Oleh sebab itu penulis mencoba mengangkat sistem proteksi sebagai pokok

pembahasan dalam laporan ini. Penulis memilih PT. PLN (PERSERO) sebagai

badan usaha yang bergerak di bidang ketenaga listrikan. Mengingat pentingnya hal

tersebut, maka PT. PLN (PERSERO) TRANSMISI JAWA BAGIAN TENGAH

AREA PELAKSANA PEMELIHARAAN SALATIGA GARDU INDUK 150 KV

KENTUNGAN mempunyai sistem pembangkit tenaga listrik dan terdapat berbagai

macam sistem proteksi. Untuk mengetahui apakah sistem proteksi tenaga listrik

pada gardu induk sudah efisien, maka penulis mengambil judul: “ANALISIS

UNJUK KERJA DAN HASIL PEMELIHARAAN RELE DIFFERENTIAL TRAFO II

(60 MVA) DI PT. PLN (PERSERO) TRANS JAWA BAGIAN TENGAH AREA

PELAKSANA PEMELIHARAAN SALATIGA GARDU INDUK 150 KV

KENTUNGAN.”

1.2 Tinjauan Pustaka

Praktek Kerja Nyata (PKN) di PT. PLN (PERSERO) TRANS JBT APP

Salatiga Gardu Induk Kentungan mempunyai acuan landasan teori sebagai

berikut:
3

1. Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari

sistem tenaga listrik, alat atau bagian sistem yang termasuk dalam jangkauan

pengamannya atau merupakan “daerah pengamanan”. Salah satu tugas suatu

pengaman adalah mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah

pengamannya dan harus memiliki kepekaan untuk mendeteksi gangguan

tersebut dengan rangsangan minimum, dan bila perlu men-trip-kan pemutus

tenaga (pelebur) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan

bagian sistem yang sehat. (Suhardi, 2008 : 341)

2. Proteksi yang benar harus dapat bekerja cukup cepat, selektif dan andal

sehingga kerusakan peralatan yang mungkin timbul akibat busur gangguan atau

pada bagian sistem/peralatan yang dilalui arus gangguan dapat dihindari dari

kestabilan sistem dapat terjaga. (Aslimeri, 2008 : 375)

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari Praktek Kerja Nyata adalah untuk mengenalkan mahasiswa

pada dunia kerja sebagai pusat pembelajaran dan penggalian ilmu dilapangan yang

masih minim di dapatkan di bangku kuliah. Selain itu pelaksanaan Praktek Kerja

Nyata juga sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Jurusan

Teknik Eektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.


4

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Nyata (PKN) mencakup beberapa

aspek diantaranya:

1. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengumpulkan

data, menganalisa dan menyimpulkan suatu permasalahan teknik.

b. Menambah keterampilan, wawasan dan pengalaman khususnya di bidang

elektro pada keahlian ketenagaan didunia kerja secara langsung.

2. Bagi Institut

a. Menyiapkan mahasiswa agar menjadi tenagan kerja yang terampil dan

siap pakai.

b. Dapat meningkatkan jalinan kerja sama antara pihak Institut dengan

pihak Instansi yang bersangkutan.

c. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan mutu pihak Institut di masa

yang akan dating.

3. Bagi Instansi

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dengan adanya masukan dari

mahasiswa untuk meningkatakan produktivitasnya.

b. Sebagai pengabdian Perusahaan pada masyarakat dalam bidang

pendidikan.

c. Sebagai media untuk memecahkan masalah yang mungkin sedang

dihadapi saat ini.


5

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Praktek Kerja Nyata dilaksanakan pada 1 Mei 2016 sampai

dengan tanggal 31 Mei 2016, di kantor PT PLN (Persero) Transmisi Jawa Bagian

Tengah Area Pelaksana Pemeliharaan Salatiga Basecamp Yogyakarta Gardu Induk

150 KV Kentungan.

1.5 Batasan Masalah

Dalam laporan Praktek Kerja Nyata di PT. PLN (Persero) Transmisi Jawa

Bagian Tengah Area Pelaksana Pemeliharaan Salatiga Basecamp Yogyakarta

Gardu Induk 150 KV Kentungan Yogyakarta. Penulisan ini menjelaskan mengenai

sistem kerja rele diferensial pada Transformator Daya di PT. PLN (Persero)

Transmisi Jawa Bagian Tengah Area Pelaksana Pemeliharaan Salatiga Basecamp

Yogyakarta Gardu Induk 150 KV Kentungan di kota Yogyakarta.

1.6 Rumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas maka rumusan yang dapat diambil oleh penulis

adalah:

1. Memberikan gambaran mengenai fungsi rele proteksi sebagai pengaman

transformator tenaga 60 MVA.

2. Memberikan gambaran mengenai prinsip kerja rele differensial serta

koordinasinya dengan perangkat proteksi lainnya.


6

1.7 Metode pelaksanaan

Beberapa macam metode yang dilaksanakn oleh penulis adalah:

1. Metode Ceramah

Dalam hal ini, metode ceramah digunakan untuk menyampaikan bahan

atau materi pembelajaran, yang dilaksanakan pembimbing kepada praktikan

yang berkaitan dengan Kerja Praktek Lapangan.

“Metode ceramah ialah suatu cara penyajian atau penyampaian materi

pelajaran dari guru kepada siswa yang cenderung bersifat lisan, guru bercerita

dan siswa memperhatikan, bila diperlukan siswa mencatat hal-hal pokok dan

penting. Posisi siswa lebih banyak mendengarkan materi pelajaran yang

disampaikan oleh gurunya.” (Margono, 1986 : 31).

2. Metode Observasi

“Metode observasi ialah metode penelitian yang bersifat pengamatan

(meninjau) secara cermat sebelum praktek dilaksanakan.” (Margono, 1986 : 32).

3. Metode Wawancara

”Metode wawancara adalah metode penelitian yang dilakukan oleh

seorang peneliti kepada manusia sumber.” (Soeripto Probodipuro, 1970 : 10).

4. Metode Praktek

“Metode praktek ialah metode penelitian yang dilakukan dengan

pelaksanaan secara nyata dilapangan.” (Margono, 1986 : 36).


7

5. Metode Diskusi

Metode diskusi sering digunakan untuk membahas atau mengkaji materi

praktek yang berisi sejumlah materi yang komplek dan lebih luas cakupannya.

“Metode diskusi ialah suatu cara mengajar dimana siswa-siswa akan

mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap siswa

mendapat kesempatan untuk menyumbang pikiran masing-masing dalam

memecahkan masalah.” (Moh . Surya, 1975 : 107)

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,

tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek, metodologi penelitian dan

sistematika laporan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini membahas tentang profil perusahaan yang meliputi sejarah singkat,

konfigurasi produk, lokasi, dan tata letak, serta sistem organisasi dan manajemen

PT. PLN (PERSERO) TRANS JBT APP SALATIGA GARDU INDUK

KENTUNGAN.
8

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini membahas penjelasan mengenai tinjauan teori-teori mengenai

sistem proteksi dan transformator tenaga.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil yang telah diketahui dari hasil analisis

pengamatan lapangan, pengujian dan perhitungan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat diberikan pada pemecahan

permasalahan.
9

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. PLN (PERSERO)

2.1 Latar Belakang PT. PLN (PERSERO)


2.1.1 Sejarah PT. PLN (PERSERO)
Sejarah perkembangan PLN terdiri dari beberapa tahapan atau beberapa
periode:
1. Periode sebelum tahun 1943 – 1945.
Pada tahun ini perusahaan kelistrikan di Indonesia dirintis oleh perusahaan
swasta belanda, yaitu seperti NV, ANIEM, NV, GEBEO, NV, OGEM dan
perusahaan listrik lainnya.

2. Periode tahun 1943 – 1945


Pada periode ini perusahaan listrik swasta diakui oleh jepang dan dikelolah
menurut situasi daerah tertentu seperti perusahaan listrik Jawa, Barat, Jawa Tengah,
Jawa timur, Sumatra dan lain-lain.

3. Periode tahun 1945 – 1950


Pada periode ini perusahaan listrik dan gas diambil alih oleh Pemerintah
Republik Indonesia dari tangan jepang dan melalui ketetapan Presiden Republik
Indonesia nomor 1/SD/1945 tanggal 27 Oktober 1945, dibentuk jawatan listrik dan
gas yang berkedudukan di Yogyakarta.
Pada masa Agresi Belanda I (19 Desember 1948) perusahaan listrik yang
dibentuk dengan ketetapan presiden diatas dikuasai oleh pemilik semula. Pada
Agresi Belanda II sebagian besar kantor jawatan listrik dan gas direbut kembali oleh
Pemerintah Belanda, sedangkan perusahaan listrik swasta diserahkan kepada
pemilik semula sesuai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB).

4. Periode tahun 1951 – 1966.


Jawatan tenaga membawahi perusahaan untuk Perusahaan Tenaga Listrik
(PENUPETEL) dan diperluas dengan membawahi juga perusahaan Negara untuk

9
10

Distribusi Tenaga Listrik (PENUPETEL). Pada tahun 1952 berdasarkan Keputusan


Presiden RI nomor 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi perusahaan
listrik milik bangsa belanda yaitu jika kasasi penguasaannya telah berakhir, maka
beberapa perusahaan milik swasta tersebut diambil alih dan digabungkan jawatan
Negara. Pada tahun 1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DD
PLN) terbentuk berdasarkan undang-undang nomor 19 tahun 1960 tentang
perusahaan Negara dan melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 tahun 1961
dibentuk lah Badan Pimpinan Umum PLN (BPU PLN) yang mengelolah semua
Perusahaan Listrik Negara dan gas dalam satu wadah organisasi.
Pekerjaan umum dan tenaga pada saat itu menetapkan SK menteri PUT
nomor menteri 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut:
a. BPU adalah satu perusahaan Negara yang diserahi tugas menguasai dan
mengurus perusahaan – perusahaan listrik dan gas yang berbentuk benda
hukum.
b. Organisasi BPU PLN dipimpin oleh redaksi.
c. Didaerah dibentuk daerah exploitasi yang terdiri atas:
1) 10 daerah exploitasi listrik umum dan distribusi.
2) 2 daerah exploitasi khusus distribusi listrik.
3) 1 daerah exploitasi khusus pembangkit listrik.
4) 13 pembangkit listrik Negara exploitasi proyek kelistrikan.
d. Daerah exploitasi khusus distribusi dibagi lebih lanjut cabang dan ranting.
e. Daerah exploitasi khusus pembangkit dibagi lanjut menjadi sektor.

5. Periode tahun 1967 – 1985


Dalam kabinet Pembangunan 1 Dirjen GATRIK PLN dan Lembaga Masalah
Ketenagaan (LMK) dialihkan ke Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
(PUTL).Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK) ditetapkan dalam pengelolaan PLN
melalui peraturan materi PUTL nomor 6/PLT/1970.
Tahun 1977 PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum (Perum) melalui
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10, pemerintah juga memberikan tugas dibidang
kelistrikan kepada PLN untuk mengatur,membina, mengawasi dan melaksanakan
11

perencanaan umum dibidang kelistrikan nasional disamping tugas – tugas sebagai


perusahaan. Mengingatkan kebijakan energy dan PLN serta PGN dari departemen
dibidang ketenagaan selanjutnya ditangani oleh Dirjen Ketenagaan (1981).
Dalam kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen
Listrik dan Energi Baru (DLEB). Perubahan nama ini memperjelas tugas dan
fungsinya, yaitu:
a. Program kelistrikan.
b. Pembinaan pengesahaan.
c. Pengembangan energi baru.
Tugas – tugas pemerintah yang semula dipikul PLN secara bertahap
dikembalikan ke departemen sehingga PLN dapat lebih memusatkan fungsinya
sebagai perusahaan.

6. Periode tahun 1985 – 1990.


Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara umum serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi
secara umum, oleh karena itu penyediaan, pemanfaatan dan pengelolaan listrik
perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik dan jumlah yang cukup merata
dengan pelayanan yang baik.Kemudian dalam rangka peningkatan perkembangan
yang kesinambungan disbanding tenaga listrik diperlukan upaya secara optimal
memanfaatkan sumber energi untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga
penyediaan tenaga listrik terjamin. Untuk mencapai maksud tersebut pemerintah
menganggap bahwa ketentuan dan perundang – undangan yang sudah ada tidak
sesuai lagi dengan keadaan dan kebutuhan listrik, maka bersama – sama dengan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia menetapkan undang –
undang nomor 15 tahun 1985.
Keputusan pengadaan undang – undang “Jawatan” tersebut, pemerintah
menetapkan Peraturan pemerintah RI Nomor 10 tahun 1989 tentang Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Berdasarkan undang – undang dan peraturan
pemerintah tersebut ditetapkan bahwa PLN merupakan salah satu pemegang
kekuasaan pusat tebaga listrik.Sesuai dengan makna yang terkandung dalam
12

undang – undang dan peraturan pemerintah nomor 17 tahun 1980 tentang


Perusahaan Umum (Perum) listrik Negara.Peraturan ini merupakan dasar hukum
pengelolaan perum listrik Negara sebagai pemegang kuasa usaha ketenagaan listrik.

2.1.1.1 Visi, Misi, Budaya dan Motto PT. PLN (PERSERO )


2.1.1.1.1 Visi PT. PLN (PERSERO)
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul
dan Terpercaya dengan bertumpu pada potensi Insani

2.1.1.1.2 Misi PT. PLN (PERSERO)


Misi dari PT. PLN (PERSERO) adalah :
1. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik Menjalankan bisnis
kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan,
anggota perusahaan, dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.1.1.1.3 Budaya PT. PLN (PERSERO)


Perusahaan menanamkan nilai-nilai budaya yang kuat dalam menjalin
hubungan yang berkesinambungan dengan para pemangku kepentingan,
diantaranya:
1. Saling percaya
2. Integritas
3. Peduli
4. Pembelajar
5. Peka terhadap kebutuhan pelanggan
6. Penghargaan pada harkat dan martabat manusia
13

2.1.1.1.4 Motto PT. PLN (PERSERO)


Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (life electricity for a better life).
Pada tanggal 27 Oktober 2011 PT. PLN (PERSERO) meluncurkan motto / slogan
baru bersamaan dengan peringatan Hari Listrik Nasional yaitu “Bekerja Bekerja
Bekerja” yang menggantikan motto / slogan sebelumnya.

2.1.2 Makna Bentuk dan Warna Logo PT. PLN (PERSERO)


Makna bentuk dan warna lambing Perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan
Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 tanggal 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan
Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Logo PT. PLN (PERSERO)


Lambang PT. PLN (PERSERO) memiliki 3 bentuk yang masing-masing
memiliki makna sebagai berikut:
1. Segi empat menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambing lainnya,
memiliki makna bahwa PT. PLN (PERSERO) merupakan wadah atau
organisasi yang teroganisir dengan sempurna.
2. Petir atau kilat yang berbentuk atas tebal dan meruncing kebawah memiliki
makna tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai produk jasa utama
yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu etir atau kilat dapat diartikan
14

sebagai kerja cepat dan tepat para insan PT. PLN (PERSERO) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya.
3. Tiga buah gelombang berbentuk sinusioda yang tersusun secara sejajar
memiliki makna gaya rambat energy listrik yang dialirkan oleh tiga bidang
usaha utama yang digeluti PT. PLN (PERSERO) yaitu Pembangkitan,
Penyaluran dan Distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan
pegawai PT. PLN (PERSERO) guna memberikan layanan terbaik bagi
pelanggannya.
4. Warna Kuning pada bidang dasar menggambarkan pencerahan,seperti yang
diharapkan oleh PT. PLN (PERSERO) bahwa listrik mampu menciptakan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat, dan melambangakan semangat yang
menyala-nyala yang dimiliki oleh setiap insan yang berkarya di PT.PLN
(PERSERO).
5. Warna Merah memiliki warna kedewasaan PT. PLN (PERSERO) sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
berserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman.
6. Warna Biru memiliki arti kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya
listrik yang tettap diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu
melambangkan keandalan yang dimiliki oleh insan-insan PT. PLN
(PERSERO) dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.1.3 Sejarah PT. PLN (Persero) APP Salatiga.


PT. PLN (Persero) APP Salatiga merupakan salah satu unit dari PT. PLN
(Persero) P3B JB yang sekarang berubah menjadi Transmisi Jawa Bagian Tengah
dimana dibentuk berdasarkan SK Direktur No. 1466.K/DIR/2011 tanggal 13
Desember 2011. Proses Bisnis APP Salatiga adalah Pelaksana Pemeliharaan.
Tugas utama PT. PLN (Persero) APP Salatiga adalah mengelola transmisi dan
transaksi tenaga listrik di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta selatan
secara unggul, andal, terpercaya.
15

2.1.3.1 Lokasi Perusahaan


Pemilihan lokasi yang tepat bagi perusahaan memiliki peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan keberhasilan usaha yang dijalankan dan berguna
untuk kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Lokasi PT. PLN (Persero)
TRANS-JBT APP Salatiga sendiri berlokasi di Jl. Diponegoro No. 149 Salatiga.

2.1.3.2 Tugas Utama dan Wilayah Kerja PT PLN (Persero) APP Salatiga
Tugas utama PT. PLN (Persero) APP Salatiga adalah mengelola transmisi
dan transaksi tenaga listrik di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta
selatan secara unggul, andal, terpecaya. Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APP
Salatiga adalah meliputi 3 (tiga) daerah atau Base Camp yaitu Base Camp Salatiga,
Yogyakarta dan Surakarta dengan jumlah gardu induk yang dikelola sebanyak 31
(tiga puluh satu), dimana terdapat 62 Trafo IBT Dan Trafo Distribusi (3638 MVA)
serta panjang transmisi 2101,702 kms .

2.1.3.3 Tata Nilai Perusahaan


Tata Nilai organisasi yang dianut oleh TRANS-JBT adalah: beretika, saling
percaya, peduli, sadar biaya, kerjasama, terbuka, integritas, pembelajar, kesesuaian
perkataan dan perbuatan, serta selalu berikhtiar untuk menjadi lebih baik.

2.1.3.4 Visi Perusahaan


Menjadi unit pengelola transmisi dan transaksi tenaga listrik yang Unggul,
Andal dan Terpercaya berkelas dunia.

2.1.3.5 Misi Perusahaan


Misi PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga adalah :

1. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara


efisien, andal, dan akrab lingkungan;
2. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil;
16

2.1.3.6 Struktur Organisasi Perusahaan

Manager

Staff Ahli

Asisten Manager Asisten Manager Asisten Manager Asisten Manager


Asisten Manager Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan dan Administrasi dan
Enginiring Pemeliharaan Aset Pemeliharaan Aset BC Pemeliharaan Aset BC Umum
BC Salatiga Surakarta Yogyakarta

SPV Lingkungan SPV


dan K2 SPV Har Jaringan SPV Har Administratsi
SPV Har Jaringan Jaringan & SDM
SPV Pengelolaan
Data SPV Har Gardu
Induk SPV Har Gardu SPV
SPV Har Gardu Induk Anggaran &
Induk Akuntansi
SPV Har Proteksi &
Meter SPV Har Proteksi SPV Logistik
SPV Har Proteksi & Meter & Umum
dan Meter
SPV Jargi GITET
Pedan SPV Jargi
Purworejo
SPV Jargi Bawen
SPV Jargi Wonogiri
SPV Jargi Wates SPV Pelaksana
Pengadaan
SPV Jargi Jelok &
Beringin SPV Jargi Wonosari
& Solobaru SPV Jargi Godean
& Medari
SPV Jargi Secang SPV Jargi Sragen &
& Sanggrahan Masaran SPV Jargi Ketungan
& Gejayan
SPV Jargi
SPV Jargi Nguntoronadi
Temanggung SPV Jargi Bantul
&Wirobrajan
SPV Jargi Jajar &
SPV Jargi Mangkuneran
Mojosongo & SPV Jargi Semanu
Banyudono
SPV Jargi Palur & SPV Jargi
Gondangrejo Wadaslintang

SPV jargi Klaten

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga


17

PT PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga dipimpin oleh seorang


Manager yang membawahi lima Asisten Manager, yaitu :
1. Asisten Manager Enginering
2. Asisten Manager Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset BC Salatiga
3. Asisten Manager Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset BC Surakarta
4. Asisten Manager Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset BC Yogyakarta
5. Asisten Manager Administrasi dan Keuangan

PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga juga membawahi tiga puluh
satu gardu induk yaitu :
1. Gardu Induk Bawen
2. Gardu Induk Jelok
3. Gardu Induk Beringin
4. Gardu Induk Secang
5. Gardu Induk Sanggrahan
6. Gardu Induk Temanggung
7. Gardu Induk Mojosongo
8. Gardu Induk Banyudono
9. Gardu Induk Pedan
10. GITET Pedan
11. Gardu Induk Wonogiri
12. Gardu Induk Wonosari
13. Gardu Induk Solobaru
14. Gardu Induk Sragen
15. Gardu Induk Masaran
16. Gardu Induk Nguntoronadi
17. Gardu Induk Jajar
18. Gardu Induk Mangkunegaran
19. Gardu Induk Palur
20. Gardu Induk Gondangrejo
21. Gardu Induk Purworejo
18

22. Gardu Induk Wates


23. Gardu Induk Godean
24. Gardu Induk Medari
25. Gardu Induk Kentungan
26. Gardu Induk Gejayan
27. Gardu Induk Bantul
28. Gardu Induk Wirobrajan
29. Gardu Induk Semanu
30. Gardu Induk Wadas Lintang
31. Gardu Induk Klaten

Sedangkan tiap Gardu Induk dipimpin oleh Supervisor.

2.1.3.7 Wilayah Kerja

Gambar 2.3 PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga

Wilayah kerja PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga adalah


Salatiga, Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam mengelola transmisi
dan transaksi tenaga listrik di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta
selatan PT. PLN (Persero) TRANS-JBT App Salatiga selalu mengadakan hubungan
19

komunikasi dengan Gardu Induk di tiap daerah, APJ, APD dan APB sehingga hal
apapun dapat diminimalisasi kekurangannya.
Berdasarkan operasi dan pemeliharaan system penyaluran, PT. PLN
(Persero) TRANS-JBT App Salatiga dibagi dalam 3 Bascampe, yaitu : BC Salatiga,
BC Surakarta, dan BC Yogyakarta. Berdasarkan pelayanan ke Distribusi,

2.1.3.8 Jumlah Pegawai, SDM, dan Tingkat Pendidikan di PT PLN (Persero)


TRANS-JBT APP Salatiga

Gambar 2.3 Jumlah Pegawai

Gambar 2.4 Tingkat Pendidikan pegawai

2.1.3.9 Jumlah Aset di PT PLN (Persero) TRANS-JBT APP Salatiga


Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola dan pemeliharaan, APP
Salatiga memiliki aset yang terpasang dan tersebar di seluruh wilayah Salatiga,
20

Surakarta dan Yogyakarta. Jumlah aset yang dimiliki APP Salatiga s.d tahun 2012
adalah Rp 3,935 Triliun. Jumlah Gardu Induk yang dikelola APP Salatiga saat ini
berjumlah 31 unit, baik GIS maupun GI Konvensional baik di Grid 500 kV maupun
150 kV

2.1 Tabel Aset PT PLN (Persero) TRANS-JBT APP Salatiga

2.1.3.10 Strategi PLN APP Salatiga Untuk Mencapai Operational Of Excellent


2017
1. Technical System
Yaitu konfigurasi dan optimalisasi aset – aset dan sumber daya untuk
menciptakan nilai dan meminimalisir kerugian.
2. Management Infrastucture
Struktur, Sistem dan Proses untuk mendukung Technical System
3. Mindsets, Capabilities dan Leadership
Cara para pegawai berpikir, merasakan dan bertindak dalam lingkungan
kerja.
21

4. Availability
Availability adalah kesiapan sistem transmisi dan trafo daya untuk
menyalurkan energi listrik ke konsumen .Faktor pengaruh:
a. Keterbatasan kemampuan sistem transmisi dan trafo

b. Gangguan pada sistem transmisi dan trafo

c. Menurunnya fleksibilitas operasi

d. Pelaksanaan pemeliharaan yang tidak tepat waktu.

5. Recovery Time
Recovery time adalah waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan peralatan
atau sistem saat terjadi gangguan permanen/temporer
6. Realibility
Reliability menunjukkan kesiapan sistem proteksi dalam pendukung
peralatan utama.
Langkah-langkah:
a. Scanning & Rekomisioning sistem proteksi

b. Meningkatkan pelaksanaan O&M sesuai dengan procedure base yang


mengacu pada SE Direksi, SOP, IK, kesepakatan hasil Forum Engineering,
Standar Internasional

c. Melaksanakan penggantian peralatan yang unjuk kerjanya tidak sesuai


standar

d. Meningkatkan quality control peralatan baru yang akan masuk ke sistem

e. Penggantian Kabel Power 20 kV

7. Efisiensi
Efisiensi wajib dilakukan tanpa mengorbankan keandalan sistem dan
peralatan
22

8. Peduli dan Ramah Lingkungan


PLN APP Salatiga mempunyai wilayah kerja yang cukup luas. Sebagian
besar aset APP Salatiga berada di luar ruangan GI atau di lingkungan masyarakat.
Strategi:
a. Menciptakan sistem pelaporan komplain

b. Memetakan kerawanan sosial

c. Koordinasi dengan Pemda dan Aparat setempat

9. Produktivitas Pegawai
Pegawai yang produktif merupakan unsur penting dalam mencapai,
memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan.
10. Implementasi SMK3
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.

2.1.3.11 Program Unggulan PT PLN (Persero) P3B JB APP Salatiga

Milestone APP Salatiga merupakan rangkuman program unggulan APP


Salatiga menuju visi 2017 yang diturunkan secara periodik. Milestone ini akan
menunjukkan program APP Salatiga yang menjadi prioritas di setiap periode dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan kepada pelanggan

1. Manajemen Aset
23

1. Manajemen Aset
(Asset Management/AM) merupakan bagian dari program Metamorfosa
yang sedang dikembangkan PLN Pusat. Penjabaran AM tersebut bertujuan untuk
mencapai efektivitas pembiayaan investasi (cost effectiveness of investment) dan
memaksimalkan keuntungan jangka panjang

2. Pembentukan Tim Verifikasi Operasi Sistem Penyaluran


Sehubungan dengan terjadinya gangguan pada system penyaluran di
wilayah kerja APP Salatiga, maka perlu dilakukan verifikasi gangguan operasi
system dengan tujuan untuk mengetahui penyebab gangguan.

3. Remapping SDM
Remapping SDM merupakan langkah yang dilakukan manajemen untuk
mengoptimalkan fungsi SDM untuk mencapai target dan tujuan perusahaan

4. Code Of Conduct & Good Corporate Government


Code of conduct (tata nilai) adalah kaidah‐kaidah yang menjadi landasan
bagi kita dalam bertindak dan mengambil keputusan. Perjalanan mewujudkan Visi
melalui Misi menuntut perilaku tertentu dari para pegawai APP Salatiga. Perilaku
yang diharapkan dari setiap pegawai diwujudkan melalui core values yang perlu
dijunjung tinggi oleh setiap anggota organisasi.

5. Penyempurnaan proses bisnis


Proses bisnis merupakan sekumpulan tugas atau aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diselesaikan baik secara berturut atau paralel oleh manusia atau sistem
baik diluar ataupun didalam organisasi, juga merupakan sebuah abstraksi yang
menggambarkan cara orang‐orang atau pihak‐pihak saling berinteraksi di dalam
sistem, untuk menangani permintaan bisnis yang dijelaskan dalam cara tertentu.
24

6. SMK3
bertujuan menciptakan suatu sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja/ pegawai,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman (Safe), efisien dan produktif.
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Proteksi Tenaga Listrik

Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem produksi yang dipasang pada

peralatan-peralatan listrik suatu tenaga listrik, misalnya generator, transformator,

jaringan dan lain-lain terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi

abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih,

frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain (Sutrisno,2000).

3.2 Tujuan Sistem Proteksi

Tujuan sistem proteksi adalah mengidentifikasi gangguan, misalkan bagian

instalasi yang terganggu dari bagian lain yang masih normal dan sekaligus

mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, serta

memberikan informasi/ tanda bahwa telah terjadi gangguan, yang pada umumnya

diikuti dengan membukanya PMT. Pemutur Tenaga (PMT) untuk memisahkan /

menghubungkan satu bagian insalasi dengan bagian instalasi lain, baik instalasi

dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas dari bagian-bagian

instalasi tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebih.

3.3 Jenis Gangguan Sistem Tenaga Listrik

3.3.1 Gangguan Sistem

gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti

pada transformator, reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT, SUTET, dan lain

25
26

sebagainya. Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan

permanen dan gangguan temporer.

3.3.2 Gangguan Non Sistem

Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem, jenisnya antara

lain kerusakan komponen rele, kabel kontrol terhubung singkat dan interfensi/

induksi pada kabel kontrol.

3.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan

sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak

komponen dan sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa factor yang

menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, antara lain sebagai

berikut.

1. Faktor Manusia

Factor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan

perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambungkan rangkaian, keliru dalam

mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan sebagainya.

2. Faktor Internal

Factor ini menyangkut gangguan-ganguan yang besaral dari sistem itu

sendiri. Misalnya usia pakai, ke-aus-an, dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi

sensitivitas rele pengaman, juga mengurangi daya isolasi peraltan listrik lainnya.
27

3. Faktor Eksternal

Factor ini meliputi gangguan-gangguan yang berasal dari lingkungan di

sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir. Disamping

itu ada kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan tikus, burung,

kelelawar, ular, dan sebagainya.

3.4 Perangkat Sistem Proteksi

Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang tediri

dari komponen-komponen berikut:

1. Rele, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya

memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT).

2. Trafo arus atau trafo tegangan sebagai alat yang mentranfer besaran listrik

primer dari sistem yang diamankan ke rele (besaran listrik sekunder).

3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.

4. Batere beserta alat pengisi (baterai charger) sebagai sumber tenaga untuk

bekerjanya rele, peralatan bantu triping.

5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkuit sekunder (arus dan atau

tegangan), sirkit triping dan sirkit peralatan bantu.

Secara garis besar bagian dari rele proteksi terdiri dari tiga bagian utama,

yaitu:

1. Elemen Pengindra

Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus,

tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung rele yang dipergunakan pada


28

bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang

diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk

selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding.

2. Elemen Pembanding

Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu

diterima oleh elemen pengindra untuk membandingkan besaran listrik pada saat

keadaan normal dengan besaran arus kerja rele.

3. Elemen Pengukur/penentu

Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepat pada

besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau

memberikan sinyal.

Transformator arus (CT) berfungsi sebagai alat pengindra yang merasakan

apakah yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai

alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah rele. Rele yang bekerja setelah

mendapatkan besaran dari alat pengindra dan membandingkan dengan besar arus

penyetelan dari kerja rele. Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi

besaran arus penyetelannya, maka kumparan rele akan bekerja menarik kontak

dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan

penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energy penggerak

adalah sumber arus searah atau batere.


29

3.5 Rele Proteksi Sebagai Pengaman Utama

3.5.1 Fungsi Rele Proteksi

Maksud pemasangan rele proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan

dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehar

serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau

kerugian yang lebih besar, dengan cara:

1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat

membahayakan peralatan atau sistem.

2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami

keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan intatalasi yang

terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi

seminimum mungkin dan bagian sistem tetap dapat beroperasi.

3. memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya

4. memeberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada

konsumen.

5. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik..

Peralatan utama yang dipergunakan untuk mendeteksi dan memerintahkan

peralatan proteksi bekerja adalah rele.

3.5.2 Syarat Rele Proteksi

dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem

proteksi yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut


30

1. Sensitif

Suatu rele proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian

tertentu dari suatu sistem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk

dalam jangkauan pengamanannya. Rele proteksi mendeteksi adanya gangguan

yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi

gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan

pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu,

sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.

2. Selektif

Selektivitas dari rele proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan

dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena

terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi

lebih kecil. Rele proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau

gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada

kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah

pengamanannya.

3. Cepat

Makin cepat rele proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil

kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya

akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.

4. Handal

Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu rele proteksi

tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi rele proteksi


31

bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila rele gagal bekerja dapat

mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang diamankan atau

mengakibatkan bekerjanya rele lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman

yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka rele proteksi harus

dilakukan pengujian secara periodik.

5. Ekonomis

Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan rele proteksi mempunyai

kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.

6. Sederhana

Perangkat rele proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan

fleksibel.

3.5.3 Karakteristik Waktu Kerja Rele Proteksi

1. Rele arus lebih seketika (instanstaneous over current relay)

Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ialah jika jangka

waktu rele mulai saat rele arusnya pick up (kerja) sampai selesainya kerja rele

sangat singkat (20-100 ms), yaitu tanpa penundaan waktu. Rele ini pada umumnya

dikombinasikan dengan rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite

time) atau waktu terbalik (inverse time) dan hanya dalam beberapa hal berdiri

sendiri secara khusus.


32

2. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (Definite time over current

relay)

Rele arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka waktu

mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan nilai

tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang menggerakan. Rele ini bekerja

berdasarkan waktu tunda yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak tergantung

pada perbedaan besarnya arus.

3. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (Inverse time over current

relay)

Rele dengan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai rele

arus pick up sampai selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya nilai yang

berbanding terbalik dengan arus yang menggerakkan. Rele ini bekerja dengan

waktu operasi berbanding terbalik terhadap besarnya arus yang terukur oleh rele.

Rele ini mempunyai karakteristik kerja yang dipengaruhi baik oleh waktu maupun

arus.

4. Inverse Definite Time Relay

Rele ini mempunyai karakteristik kerja berdasarkan kombinasi antara rele

invers dan rele definite. Rele ini akan bekerja secara definite bila arus gangguannya

besar dan bekerja secara inverse jika arus gangguannya kecil.

Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu Rele, jenis-jenis rele ini

dapat di gunakan pada sistem pembangkitan, transmisi tenaga listrik, sistem

distribusi dll.
33

3.6 Rele Differensial

Proteksi diferensial merupakan salah satu pelindung utama pada

transformator daya. Rele ini sangat selektif sehingga biasanya tidak perlu

dikoordinasikan dengan rele proteksi lainnya, dan bekerjanya sangat cepat,tidak

memerlukan waktu.

1. Sifat rele diferensial


a. Sangat selektip dan cepat
b. Sebagai pengaman utama
c. Tidak dapat digunakan sebagai pengaman cadangan
d. Daerah pengamanannya dibatasi oleh pemasangan trafo arus ( CT ).

2. Rele diferensial digunakan sebagai pengaman utama,yaitu:


a. Generator
b. Transformator tenaga
c. Busbar
d. Motor listrik kapasitas besar
e. SKTT atau SKLT

3.6.1 Prinsip Kerja Rele Diferensial

Prinsip kerja rele proteksi diferensial adalah membandingkan dua vektor arus

atau lebih yang masuk ke rele (lihat gambar 1), apa bila pada sisi primer trafo

arus(CT1) dialiri arus I1, maka pada sisi primer trafo arus (CT2) akan mengalir arus

I2, pada saat yang sama sisi sekunder kedua trafo arus (CT1 dan CT2), akan mengalir

arus i1 dan i2 yang besarnya tergantung dari rasio yang terpasang, jika besarnya i 1

= i2 maka rele tidak bekerja, karena tidak ada selisih arus (∆i = 0), tetapi jika

besarnya arus i1 ≠ i2 maka rele akan bekerja, karena adanya selisih arus (∆i ≠ 0).
34

Selisih arus ini disebut arus diferensial. arus inilah yang menjadi dasar bekerjanya

rele diferensial.

Dalam keadaan normal (tidak ada gangguan), arus yang mengalir ke rele

pengaman sama dengan nol, arus hanya bersikulasi dalam sirkit sekunder kedua

trafo arus (CT).

Untuk daerah pengamanan dari rele diferensial dibatasi antara dua buah CT

(lihat gambar 3.1)

KAWASAN
PENGAMANAN

CT1 I1 CT2 I2
Alat yang
diproteksi

i1 i2

I = 0

Gambar 3.1 Prinsip kerja sederhana rele differensial unbias

Agar rele diferensial dalam kondisi normal (tidak terjadi gangguan) rele tidak

bekerja, maka persyaratannya adalah sebagai berikut :

1. CT 1 dan CT2 (maupun ACT nya) harus mempunyai rasio sedemikian sehingga
besar arus i1 = i2
2. Sambungan dan polaritas CT1 dan CT2 maupun ACT nya harus benar.
35

3.6.2 Kerja Proteksi Rele Differensial Jika Terjadi Gangguan

3.6.2.1 Gangguan di dalam daerah pengaman

Jika rele differensial dipasang sebagai proteksi suatu peralatan dan terjadii

gangguan didaerah pengamanannya maka rele diferensial harus bekerja, seperti

terlihat pada gambar 2, pada saat CT1 mengalir arus I1 maka pada CT2 tidak ada

arus yang mengalir (I2 = 0), disebabkan karena arus gangguan mengalir pada titik

gangguan sehingga pada CT2 tidak ada arus yang mengalir, maka disisi sekunderr

CT2 tidak ada arus yang mengalir (i2 = 0) yang mengakibatkan i1 ≠ i2 (1 ≠ 0)

sehingga rele diferensial bekerja .

KAWASAN PENGAMAN

CT1 I1 CT2 I2 = 0
Alat yang
diproteksi

i1 i2 = 0

i ≠ 0

Gambar 3.2 Rele diferensial jika terjadi ganguan didalam daerah pengamanan
36

3.6.2.2 Gangguan di luar daerah pengaman

Apabila terjadinya gangguan diluar daerah pengamanannya maka rele

diferensial tidak bekerja lihat gambar 3, pada saat sisi primer kedua CT dialiri arus

I1 dan I2, dengan adanya rasio CT1 dan CT2 yang sedemikian, maka besar arus yang

mengalir pada sekunder CT1 dan CT2 yang menuju rele besarnya sama (i1 = i2) atau

dengan kata lain tidak ada selisih arus yang mengalir pada rele sehingga rele tidak

bekerja, karena sirkulasi arus gangguan diluar daerah pengamanan kerja rele

diferensial tidak mempengaruhi arus yang mengalir pada kedua CT yang terpasang

pada peralatan yang diproteksi, karena apa bila pada arus primer CT ! dan CT2

mengalir arus gangguan dengan adanya perbandingan rasio trafo arus pada sisi

sekunder juga akan mengalir arus gangguan yang besarnya i1 = i2 sehingga rele

diferensial tidak bekerja karena tidak ada perbandingan arus (∆i = 0).

KAWASAN
PENGAMANAN

CT1 I1 CT2 I2
Alat yang
diproteksi

i1 i2

i = 0

Gambar 3.3 rele diferensial jika terjadi gangguan diluar daerah pengamanannya.
37

3.6.3 Rele Proteksi Differensial Bias (Percentage Relay Defferential)

Pada saat kondisi normal (tidak ada gangguan) didalam daerah pengamanan,

ada kemungkinan muncul arus tidak seimbang (∆i’) sehingga rele pengaman salah

kerja.

Penyebab timbulnya arus tidak seimbang (∆i’) lihat gambar 3.4, dapat

disebabkan oleh :

1. Karakteristik kelengkungan magnetik dari CT1 dan CT2, terutama pada arus
hubung singkat yang besar yang menyebabkan arus sekunder tidak lagi
linier terhadap arus primer karena kejenuhan CT.
2. Perubahan posisi tap changer trafo tenaga
3. Inrush Current

i 1 - i2 i2 CT1

i1 CT2
∆i =Perbedaan
Ideal arus sekunder CT1
dan CT2

∆i’ = i1 - i2

∆i’
IF

Gambar 3.4 karakteristik dari trafo arus

Dengan melihat adanya perbedaan arus (∆i’) diantara kedua CT yang

terpasang, dibuatlah rele differensial jenis persentase yang mempunyai

karakteristik kerja mengikuti kemungkinan terjadi ∆i’. Untuk mencegah arus

gangguan (IF) yang besar diluar daerah pengamanannya maka pada rele diferensial

dipasang kumparan penahan (restrain) pada kedua sisinya dapat dilihat dalam
38

gambar 5, kumparan penahan inilah yang menahan rele tidak bekerja apa bila terjadi

arus gangguan yang besar, karena makin besar arus gangguan yang melewati rele

makin besar pula kopel penahan yang dihasilkan oleh kumparan penahan sehingga

rele tidak bekerja.

Rele ini mempunyai dua atau lebih kumparan penahan. Torsi yang

dihasilkan oleh arus yang mengalir melalui kumparan penahan lihat gambar 5, torsi

penahan akan membuat kontak pemutus rele diferensial persentase tetap pada

posisi membuka. Torsi penahan tersebut sebanding dengan jumlah vektoris arus-

arus masuk dan keluar.

Jika terjadi gangguan diluar, torsi penahan ini menjadi besar sehingga

mencegah terjadinya kesalahan pemutus karena adanya arus diferensial yang

mengalir melalui belitan operasi akibat kejenuhan transformator arus, sebaliknya

jika terjadi gangguan didalam, arus-arus yang mengalir melalui kumparan penahan

akan saling memperlemah (berlawanan arah satu dengan lainnya) sehingga

pengendali torsi yang terjadi sangat kecil.


39

Gambar 3.5 Rele persentage differensial

Penjelasan :

Wr = Kumparan restraint ( penahan )

Wo = Kumparan operating ( kerja )

P = Pegas

Wr = Menimbulkan kopel penahan Tr

Wo = Menimbulkan kopel Kerja To

P = Menimbulkan kopel pegas Tm

Tm = K1. Wo2.Io min Io min = arus kerja minimum pada saat arus
restrain

(Ir = 0)

Rele tidak bekerja : To < Tr + Tm

Rele bekerja : To > Tr + Tm

K1.Wo2.Io2 = K2.WR2.IR2 + K1.Wo2.Io 2 min2


40

2
K 2 Wr
Io2 = 2
Ir2 + Io2 min
K1 Wo

Pada saat gangguan Io min dapat diabaikan :

2
K 2 Wr
Io2 = KR2. IR2 KR2 = 2
K 2 Wo

Io = KR.IR Jadi

Io
KR =
IR

KR = Faktor restraint yang dinyatakan dalam persen

= 10, 20, 30, 40, 50%

3.7 Transformator Tenaga

Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dipergunakan

untuk mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan

digunakan untuk memindahkan energi dari suatu rangkaian listrik ke

rangkaian lainnya tanpa merubah frekuensi. Transformator disebut peralatan statis

karena tidak ada bagian yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau

generator. Dalam bentuknya yang paling sederhana, transformator terdiri atas dua

kumparan dan satu induktansi mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan

primer dan kumparan sekunder.

Kumparan primer adalah kumparan yang menerima daya dan dinyatakan

sebagai terminal masukan dan kumparan sekunder adalah kumparan yang melepas

daya dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Kedua kumparan dibelit pada suatu
41

inti yang terdiri atas material magnetik berlaminasi.Secara sederhana transformator

dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer, lilitan sekunder dan inti besi.

Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung dengan

sumber energi (catu daya). Lilitan sekunder merupakan bagian transformator yang

terhubung dengan rangkaian beban. Sedangkan inti besi merupakan bagian

transformator yang bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks magnet yang

dihasilkan oleh lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder.

3.8 Pola Proteksi Transformator

Pola proteksi transformator harus dapat mengamankan transformator dari

gangguan internal maupun gangguan eksternal. Untuk gangguan internal,

transformator memiliki proteksi mekanik dan proteksi elektrik, sedangkan untuk

gangguan eksternal transformator hanya memiliki proteksi elektrik.

3.8.1 Pola Proteksi Transformator Tenaga TT/TM

Proteksi tranformator tenaga umumnya menggunakan rele differensial dan

rele REF (restricted Earth Fault) sebagai proteksi utama. Sedangkan proteksi

cadangan menggunakan rele arus lebih (OCR) rele gangguan ke tanah (GFR).

Sedangkan SBEF (Standby Earth Fault) umumnya hanya dipergunakan pada

transformator dengan belitan Y yang ditanahkan resistor, dan fungsinya lebih

mengamankan NGR. Umumnya skema proteksi disesuaikan dengan kebutuhan.


42

3.8.2 Pola Proteksi Transformator Tenaga IBT TET/TT

Pola proteksi Transformator IBT TET/TT menggunakan pola duplikasi

proteksi, artinya menggunakan 2 buah proteksi utama, yaitu utama 1 dan utama 2.

Sehingga pola yang dipergunakan pada transformator IBT TET/TT adalah:

1. Differensial utama 1

2. Differensial utama 2

3. REF utama 1

4. REF utama 2

Sedangkan OCR/GFR hanya dipergunakan sebagai pengaman cadangan

terhadap gangguan eksternal.

3.8.3 Pola proteksi Transfomator Tenaga IBT TT/TT

Pola proteksi transformator IBT TT/TT memiliki jenis rele yang sama

dengan pola proteksi transformator IBT TET/TT. Perbedaannya,pola proteksi

transformator IBT TT/TT hanya memiliki 1 buah rele differensial dan 1 buah rele

REF sisi primer dan 1 buah REF sisi sekunder transformator (bila konfigurasi

belitan sisi 70 KV atau 60 KV adalah YN). Dan dilengkapi dengan rele SBEF vila

sisi 70 KV atau 66 KV ditanahkan dengan NGR.


43

Gambar 3.6 Pola proteksi transformator TT/TM

Gambar 3.7 Pola proteksi transformator IBT TT/TT


44

Gambar 3.8 Pola proteksi transformator IBT TET/TT


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Rele Differensial pada Gardu Induk Kentungan

Pada PT. PLN (PERSERO) Trans JBT Salatiga Gardu Induk Kentungan

menggunakan rele differensial sebagai pengaman utama pada transformator II. Di

gardu induk ini menggunakan jenis rele differensial buatan Schneider dengan tipe

MiCOM P632.

MiCOM P632 adalah rele High Speed salah satunya jenis rele differnsial bias

yang digunakan sebagai proteksi gangguan tanah REF (restricted earth fault) yang

cocok digunakan sebagai proteksi pada transformator tenaga.

Gambar 4.1 Rele Differensial MiCOM P632 Gardu Induk Kentungan

Pemakaian rele differensial sebagai pengaman transformator diharapkan

mampu mendeteksi gangguan-gangguan internal transformator. Gangguan-

45
46

gangguan tersebut, antara lain hubung singkat di dalam kumparan dan hubung

singkat antara fase kumparan.

Data Teknis Rele Differensial MiCOM P632

Merk : Schneider

Tipe : MiCOM P632

Arus Nominal (In) : 1-5 A

Frekuensi : 50 Hz

Tegangan Suplai : 110 Vdc

Inom CT sisi 150 kV : 300/1 A

Inom CT sisi 20 kV : 2000/5 A

4.2 Karakteristik dan Pemilihan CT Ratio Rele Diferrensial

Gambar 4.2 Karakteristik Rele Differensial

Syarat sambungan rele differensial transformator daya dapat kita lihat pada

tabel 4.1 dibawah ini.


47

Tabel 4.1 Hubungan CT dan Auxilary CT untuk Rele Differensial

Hubungan Hubungan Hubungan Auxilary Current

Transformator Transformator Transformator (ACT)

Tenaga Arus (CT) Primer Sekunder

Y Y Y ∆

∆ Y Y Y

Untuk mendapatkan arus perbandingan yang sama besar rasio CT antara

primer dan sekunder transformator harus disesuaikan dengan rasio transformator

itu sendiri. Transformator II Gardu Induk Kentungan 60 MVA, 150 KV / 20 KV

dengan hubungan YNyn0, maka rasio CT-nya :

Arus nominal sisi primer transformator adalah:

In Sisi 150 Kv = = 230,94 A


Maka primer CT dipilih :

230,94 x √3 = 399 A

Arus nominal sisi sekunder transformator adalah:

In Sisi 20 Kv = = 1732,10 A

Maka primer CT dipilih :

1732,10 x √3 = 3000 A

Rasio CT sisi primer 150 KV dapat dipilih 300 / 1A dana rasio CT sisi

sekunder 20 KV dapat dipilih 2000 / 5A.


48

4.3 Karakteristik Kurva Rele Differensial

Gambar 4.3 Kurva Rele Differensial

Dari gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa arus differensial didapat dari

menjumlahkan komponen arus sekunder di winding 1 dan winding 2 secara vector.

Jika arus berlawanan dalam artiannya yang satu menuju rele yang lain

meninggalkan rele, maka akan saling mengurangi dan sebaliknya. Arus restrain

didapat dari harga yang paling besar antara arus di winding 1 dan winding 2 yang

telah disertakan ke harga pu.

1. Slope 1

a. Slope didapat dengan membagi antara komponen arus differensial dengan

arus restrain.

b. Slope 1 akan menentukan arus differensial dan restrain pada kondisi

normal dan memastikan sensitivitas rele pada saat internal fault dengan

gangguan yang kecil.


49

c. Arus differensial pickup adalah minimum arus yang membutuhkan arus

rele kerja. Ditentukan dengan mempertimbangkan error CT dan juga

differensial antara pada saat LCT /VR di tap maksimum.

2. Breakpoint 1 dan Breakpoint 2

a. Break 1 diatur dibawah arus yang menyebabkan CT saturasi oleh

komponen DC / residual magnetasi.

b. Daerah diatas kurva adalah daerah kerja rele differensial, sedangkan pada

daerah dibawah kurva rele tidak akan bekerja.

3. Slope 2

Slope 2 berguna agar rele tidak kerja oleh gangguan eksternal yang berarus

sangat besar sehingga salah satu CT mengalami saturasi. Di atur dengan slope lebih

dari 80%.

4.4 Error Mismatch

Meskipun dari perhitungan telah didapat ratio CT yaitu pada sisi 150 KV

(CT1) = 300 : 1A, dan pada si si 20 KV (CT2) = 2000 : 5A. nilai CT ratio yang

dipilih adalah sesuai yang ada dipasaran, kerena pada perbedaan ini maka akan

terjadi kesalahan dalam membaca perbedaan arus dan tegangan fasa di trafo arus.

Untuk menghitung error mismatch sebelumnya terlebih dahulu menghiung nilai CT

ideal pada salah sau sisi transformator tenaga, kita ambil pada sisi 20 KV dengan

persamaan berikut:

150
= 300 = 2250
20
Maka CT2 disisi 20 KV saat maksimum load adalah 2250 : 5 A.
50

Ratio CT yang digunakan disisi 20 KV adalah 2000 : 5 A, sedangkan

idealnya adalah 2250 : 5 A. maka error mismatch di dapat dari perbandingan antara

CT ideal dengan CT yang ada di pasaran. Error mismatch untuk rele differensial

adalah :

2250
ℎ= 100% = 1,125 %
2000
Kesalahan rele differensial dalam mengamankan transformator dari

gangguan adalah sebesar 1,125% dengan ketentuan standar kesensitifan error

mismatch tidak boleh lebih dari 5 %. Untuk memperbaiki error mismatch pada rele

differensial dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan tap pada CT.

4.5 Setting Rele Differensial

Pada sub bab 4.2 telah dihitung nilai CT ratio pada kedua sisi transformator

tenaga, maka sekarang dapat dihitung nilai arus differensial (Id) dan arus restrain

(Ir) kemudian didapat setting arus (Iset). Arus Kerja (Ip) didapat dari hasil

pengujian rele differensial yang ada pada lampiran. Rele differensial hanya akan

beroperasi data ada gangguan di dalam tranformator dan tidak akan beroperasi saat

keadaan gangguan diluar dan keadaan normal.

4.5.1 Perhitungan Setting Rele Differensial pada Gangguan Dalam

Untuk gangguan di dalam transformator tenaga, rele differensial beroperasi

jika:

<
51

Arus setting sesuai karakteristik rele differensial sebagai berikut

Tabel 4.2 Arus Setting Rele Differensial

Fasa I. diff High voltage (A) I. diff Low Voltage (A)

R 0,3 1,5

S 0,3 1,5

T 0,3 1,5

Arus kerja sama dengan arus defferensial (Ip = Id). Pada tabel ditentukan

arus kerja :

Tabel 4.3 Uji Arus Kerja Rele Differensial

Fasa High Low

voltage (A) Voltage (A)

R 0,34 1,90

S 0,35 1,91

T 0,35 1,91

Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 akan didapatkan hasil perbandingan nilai arus

kerja (Ip) dan arus setting (Is) saat gangguan dalam transformator.
52

Tabel 4.4 Perbandingan Arus Kerja dengan Arus Setting

Fasa Arus Kerja Arus Setting Kondisi

(Ip) (A) (Is) (A)

R High Voltage (A) 0,34 0,3 Trip

Low Voltage (A) 1,90 1,5 Trip

S High Voltage (A) 0,35 0,3 Trip

Low Voltage (A) 1,91 1,5 Trip

T High Voltage (A) 0,35 0,3 Trip

Low Voltage (A) 1,91 1,5 Trip

Dari tabel 4.4 didapat kondisi rele trip karena diketahui Is < Ip.

4.6 Pengujian Rele Differensial

parameter pengujian rele differensial yang umumnya dipergunakan adalah :

1. Nilai arus kerja minimum, merupakan setelan arus minimal yang akan

mengerjakan rele differensial pada nilai arus restrain = 0.

2. Niai arus kerja High Set, merupakan setelan arus kerja high set untuk arus

gangguan yang besar.

3. Nilai slope, merupakan perbandingan pertambahan nilai arus differensial

terhadap pertambahan nilai arus restrain.

4. 2nd harmonic restraint, merupakan nilai minimal harmonisa ke-2 yang akan

memblok kerja rele differensial. Harmonisa ke-2 ini merupakan parameter ada

tidaknya inrush current. Karena sifatnya memblok kerja rele differensial maka
53

harus diperhatikan nilai setelan akan memblok kerja rele differensial ketika

terjadi gangguan.

5. 5th harmonic restraint, nilai minimal harmonisa ke-5 yang akan memblok kerja

rele differensial. Harmonisa ke-5 ini merupakan parameter ada tidaknya over

eksitasi pada transformator tenaga.

Pengujian rele differensial terdiri dari beberapa pengujian yaitu :

1. Pengujian arus kerja minimum

2. Pengujian arus kerja high set (bila diaktifkan)

3. Pengujian slope

4. Pengujian waktu kerja

5. Pengujian harmonic blocking

4.7 Alat Uji Rele Differensial

Di PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kentungan, rele differensial harus

diuji untuk memastikan keandalan sistem dalam memproteksi sistem tenaga listik,

pengujian terakhir dilakukan pada tanggal 24 Februari 2015 dengan menggunakan

alat uji merk ISA tipe DRTS 6.


54

Gambar 4.5 Alat Uji Rele ISA DRTS 6

Peralatan akan mencatat dan melaporkan hasil melalui sebuah software

bawaan yaitu TDMS (Test & Data Management Software) pengujian dapat

dilakukan dengan cara :

1. Menyambungkan kabel penghubung (interface) atar peralatan, Test Block, dan

komputer.

2. Membuka software bawaan dari DRTS yaitu TDMS (Test & Data

Management Software).

3. Memasukkan bebrapa data yang diminta oleh software salah satunya adalah

vector group transformator tenaga.

4. Memberi input arus pada sisi primer I2 dan kemudian diikuti dengan memberi

input arus pada sisi sekunder I2.

5. Menaikkan arus hingga rele bekerja dan akan tercatat Iop atau arus differensial.

Lakukan secara berulang dengan I1 ditingkatkan secara bertahap dan diikuti

dengan I2.

6. Dari beberapa pengujan ini software otomatis akan memberikan grafik

karakteristik rele. Hal yang digunakan untuk mengetahui apakah karakteristik


55

rele masih baik atau tidak sehingga dapat diketahui apakah rele dalam kondisi

baik atau ada kerusakan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Nyata (PKN) di PT. PLN (PERSERO)

Gardu Induk Kentungan, penulis mendapat kesimpulan sebagai berikut:

a. Rele differensial merupakan pengaman utama yang digunakan oleh

transformator.

b. Rele Differensial bekerja dengan membandingkan nilai arus pada CT sisi

kumparan primer dan CT sisi kumparan sekunder. Apabila selisih arus pada

sisi primer dan sisi sekunder tidak sama dengan nol maka relai akan memberi

sinyal trip

c. Rele Differensial MiCOM P632 adalah jenis rele numerik High speed salah

satu jenis rele differensial bias dan dilengkapi sebagai proteksi gangguan tanah

REF (Restricted Earth Fault) yang cocok digunakan sebagai rele proteksi pada

transformator tenaga.

d. Dari hasil pengujian dan perhitungan pada rele differensial di Gardu Induk

Kentungan Bay Trafo II dalam kondisi normal.

56
57

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis selama menjalankan Kerja Praktek

pada PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Kentungan adalah :

1. Dalam melakukan pengujian rele differensial seharusnya dilakukan dalam satu

tahun sekali agar kinerja yang dihasilkan maksimal.

2. Perlunya pemahaman dan penguasaan yang baik tentang rele differensial

karena merupakan alat vital untuk sistem pengaman utama pada transformator

tenaga.

3. Bila rele differensial dalam keadaan trip sebaiknya langsung ditindak lanjuti

atau ditangani secepat mungkin.

4. Setiap adanya perubahan prosedur atau tata cara kerja, hendaknya dilakukan

dokumentasi agar semua bisa memahaminya jika kelak terdapat karyawan

baru.

5. Perlunya menanamkan kesadaran kepada karyawan akan pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja dan tata kerja agar tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan dan merugikan perusahaan.

6. Perlunya pemahaman dan penguasaan yang baik tentang sistem proteksinya

bagi karyawan yang bekerja langsung, termasuk rele differensial sebagai main

proteksi Bay Trafo.


DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno. (2000). Sistem Proteksi Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Press.

Relay Proteksi dikutip dari


http://id.wikipedia.org/wiki/relay-proteksi (diakses tanggal 16 Juni 2016)

Pemahaman Relay Proteksi dikutip dari


http://idonkcnyo.blogspot.com/p/pemahaman-Relay Proteksi.html (diakses
tanggal 16 Juni 2016)

Relay dikutip dari


http://www.scribd.com/doc/57379946/18/relay (diakses tanggal 16 Juni 2016)

Unil S.Rao, “ Switchgear and Protection “Khana Publisher, New Delhi, 1982

Anderson, P.M, “ Power System Protection“IEEE, PRESS, 1999

Djiteng Marsudi.,“ Operasi Sistem Tenaga Listrik “ Badan Penerbit dan Humas
ISTN, Jakarta,1990.
LAMPIRAN
Manager

Staff Ahli

Asisten Manager Asisten Manager Asisten Manager


Asisten Manager Asisten Manager Administrasi dan
Enginiring Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan dan
Pemeliharaan Aset BC Pemeliharaan Aset Umum
Pemeliharaan Aset BC
Salatiga Surakarta BC Yogyakarta
SPV Lingkungan SPV SPV Pelaksana
dan K2 Administratsi Pengadaan
SPV Har Jaringan SPV Har & SDM
SPV Har Jaringan Jaringan
SPV Pengelolaan
Data SPV
SPV Har Gardu SPV Har Gardu Anggaran &
SPV Har Gardu Induk Induk Akuntansi
Induk

SPV Har Proteksi & SPV Logistik


Meter SPV Har Proteksi & Umum
SPV Har Proteksi & Meter
dan Meter
SPV Jargi GITET SPV Jargi
Pedan Purworejo
SPV Jargi Bawen
SPV Jargi Wonogiri
SPV Jargi Wates
SPV Jargi Jelok &
Beringin SPV Jargi Wonosari
& Solobaru SPV Jargi Godean
& Medari
SPV Jargi Secang
& Sanggrahan SPV Jargi Sragen & SPV Jargi
Masaran Ketungan &
Gejayan
SPV Jargi SPV Jargi
Temanggung Nguntoronadi SPV Jargi Bantul
&Wirobrajan

SPV Jargi SPV Jargi Jajar &


Mojosongo & Mangkuneran SPV Jargi Semanu
Banyudono
SPV Jargi Palur & SPV Jargi
Gondangrejo Wadaslintang

SPV jargi Klaten

Anda mungkin juga menyukai