Anda di halaman 1dari 35

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEJADIAN LUAR BIASA

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi

daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat

menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu

dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah (UU

No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular).

1. DEFINISI KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis

pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan

yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Disamping penyakit menular,

dan keracunan. Keadaan tertentu yang rentan terjadinya KLB adalah

keadaan bencana dan keadaan kedaruratan.

2. KRITERIA KERJA KLB

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:


7

a. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak

dikenal.

b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 (dua) kali atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan

tahun).

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali

lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan

dalam tahun sebelumnya.

e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan 2

(dua) kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per

bulan dari tahun sebelumnya.

f. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu

menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode

sebelumnya.

g. Proportial Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu

menunjukkan kenaikkan dua kali atau lebih dibandingkan periode yang

sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.

h. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, SARS, Avian Flu,

Tetanus neonatorum.
8

3. KLASIFIKASI KLB

KLB dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Menurut penyebabnya

1) Toxin

a) Enterotoxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococcus

aureus,Vibrio Cholerae, Shigella.

b) Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Crostridium

botulinum, Clostrodium perfringens.

c) Endotoxin

2) Infeksi

Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing

3) Toxin Biologis

Racun Jamur, Afla toxin, Plankton, Racun Ikan, Racun tumbuh-

tumbuhan

4) Toxin Kimia

a) Zat kimia organik : logam berat (mis air raksa, timah), logam-

logam lain sianida dll.

b) Zat kimia organik : nitrit, pestisida.

c) Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN, dsb.


9

b. Menurut sumbernya KLB dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Sumber dari manusia, misal jalan nafas, tenggorokan, tangan,

tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella,

Staphylococcus, Protozoa, Virus Hepatitis.

2) Bersumber dari kegiatan manusia. Misal : Toxin biologis dana

kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan

pencemaran lingkungan, penangkapan dengan racun).

3) Bersumber dari binatang seperti binatang peliharaan, Ikan,

binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Rabies,

Cacing dan parasit lainnya, keracunan Ikan/plankton.

4) Bersumber dari serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal :

Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus

5) Bersumber dari udara, misal : Staphyloccus, Streptococcus

Virus, udara.

6) Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat misal :

Salmonella.

7) Bersumber dari air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.

8) Bersumber dari makanan/minuman misal : keracunan

singkong, jamur makanan dalam kaleng.


10

4. PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN DAN PENYELIDIKAN

KLB

A. Penyelidikan KLB

Penyelidikan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada

suatu KLB atau adanya dugaan adanya suatu KLB untuk memastikan

adanya KLB, mengetahui penyebab, gambaran epidemiologi, sumber-

sumber penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta

menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektif dan efisien.

Pelaksanaan penyelidikan KLB adalah :

1) Pada saat pertama kali mendapat informasi adanya KLB

atau adanya dugaan KLB

2) Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB

lanjutan

3) Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi

KLB atau penelitian lainnya yang dilaksanakan sesudah

KLB berakhir.

Penyelidikan epidemiologi KLB dimanfaatkan unuk

melaksanakan upaya-upaya penaggulangan suatu KLB yang sedang

berlangsung, dan atau untuk mendapatkan data epidemiologi serta

gambaran pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan KLB yang

dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam penanggulangan KLB

dimasa yang akan datang.


11

a) Kebijakan dan Strategi

1) Kebijakan

a) Upaya penanggulangan KLB dilaksanakan sejak dini

dengan melaksanakan pemantauan kecenderungan

terjadinya KLB melalui Sistem Kewaspadaan Dini

(SKD) KLB.

b)Setiap KLB penyakit menular dan keracunan harus

dilaporkan, diselidiki dan ditanggulangi.

c) Upaya penanggulangan KLB penyakit menular dan

keracunan merupakan bagian dari program

penanggulangan penyakit menular yang ditangani

dengan cara-cara spesifik dan terpadu.

d) Upaya penanggulangan KLB penyakit menular dan

keracunan merupakan upaya penanggulangan yang

harus direncanakan dan dilaksanakan secara

konsisten, terus menerus oleh semua program dan

sektor terkait secara terpadu sampai tidak menjadi

masalah kesehatan.

2) Strategi

a) Identifikasi adanya KLB penyakit menular dan

keracunan, pemantauan dan evaluasi berdasar

analisis epidemiologi.
12

b) Upaya penanggulangan KLB penyakit menular dan

keracunan dilaksanakan secara terpadu, lintas

program dan lintas sektor antara pemerintah dan

masyarakat.

c) Kegiatan Pokok Penanggulangan KLB

Menetapkan populasi rentan terhadap KLB penyakit

berdasarkan waktu, tempat pada kelompok masyarakat. Langkah-

langkah penetapan populasi rentan KLB berdasarkan surveilans

epidomologi :

1) Memperkirakan adanya populasi rentan KLB berdasarkan

informasi dan data serta mempelajari gambaran klinis (Gejala

Penyakit, Cara penularan, Cara pengobatan DSB) dan gambaran

epidemiologi (sumber dan cara penularan, kelompok masyarakat

yang sering terserang, jumlah kasus dan kematian apabila terjadi

KLB, faktor lingkungan dan budaya masyarakat yang berpengaruh

terhadap timbulnya KLB). Dari informasi ini di tetapkan daftar

KLB yang pernah terjadi di suatu wilayah dan prioritas

masalahnya. Setiap KLB harus dianalisis besar masalah dari data

dan informasi yang berkaitan yaitu melalui pengumpulan data,

pengolahan dan penyajian data serta interpretasinya.

2) Pengumpulan data.

Data dikumpulkan dari berbagai sumber informasi yaitu :


13

a) Laporan rutin KLB (bulanan) yang memuat jenis KLB,

tempat(dukuh,desa,kecamatan), luas populasi tersarang

berdasar ciri spesifik, lama kejadian, jumlah kasus dan

kematian selama KLB dll.

b) Data penyelidikan epidemiologi KLB dan pelacakan kasus

yang memuat informasi tentang pola serangan,

karakteristik umur dan jenis kelamin, ciri-ciri atau budaya

masyarakat, sumber penularan, cara penularan, dsb.

c) Laporan rutin data kesakitan dan kematian dari Puskesmas

dan RS yang teratur, lengkap dan tepat waktu untuk

memberikan informasi trend penyakit.

d) Data laboratorium yang memberikan informasi penyebab

penyakit dari spesimen yang diperiksa misalnya kholera,

malaria, anthrax, difteri dsb.

e) Data faktor risiko : cakupan imunisai, status gizi,

lingkungan, vektor, budaya, pendidikan masyarakat dll

yang dapat memberikan kerentanan pada populasi

masyarakat.

f) Data pelayanan kesehatan dan cakupan program.

g) Pengolahan dan penyajian data

Data yang dikumpulkan harus diolah dan disajikan

untuk memudahkan analisis epidemiologi dalam bentuk


14

tabel, grafik atau kata. Untuk dapat melakukan analisis

perlu tersedianya data yang lengkap, pengetahuan dengan

dasar-dasar epidemiologi, pengetahuan tentang penyakit

dan yang mempengaruhinya.

h) Analisis dan interpretasi

Hasil analisis dan interpretasi adalah suatu

kesimpulan yang ditarik dari rangkaian data deskriptif

dapat berupa kecenderungan data surveilans, perbandingan

antara kejadian, kecenderungan dsb.

i) Desiminasi informasi dari hasil analisis kepada pihak-

pihak terkait untuk dimanfaatkan dalam pencegahan dan

penanggulangan dalam bentuk rekomendasi.

b) Memantapkan pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini

(SKD) KLB penyakit.

Dengan SKD KLB harus timbul sikap dan tanggap untuk

melakukan tindakan pencegahan dini mengurangi dampak KLB atau

bahkan meniadakan KLB. SKD KLB merupakan indikator kinerja

dalam KLB. Langkah-langkah SKD KLB :

1) Menetapkan daerah rawan KLB penyakit menular dan keracunan.

2) Penetapan bulan atau minggu rawan KLB berdasarkan kajian data

epidemiologi beberapa tahun sebelumnya.


15

3) Menetapkan unsur dasar penyebab terjadinya KLB berdasar hasil

kajian epidemiologi.

4) Rencana kegiatan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya

KLB dan kesiapan penanggulangan serta intervensi faktor risiko.

5) Pemantauan terhadap kesakitan dan kematian kasus yang dinamis.

6) Pemantauan terhadap kondisi lingkungan, perilaku masyarakat

dan pelayanan kesehatan.

7) Penyelidikan pada daerah rawan KLB atau dugaan terjadinya

KLB.

8) Kesiapsiagaan menghadapi KLB, pada saat acaman peningkatan

kasus dengan :

a) Mengingatkan petugas dan masyarakat kemungkinan KLB,

tindakan pencegahan dan penanggulangan yang harus

dilakukan.

b) Peningkatan aktivitas surveilans.

c) Tindakan cepat pada peningkatan kasus yang cenderung KLB

serta penberian pengobatan untuk mempercepat

penyembuhan sehingga penderita tidak menjadi sumber

penularan.

9) Memantapkan keadaan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan

terjadinya KLB.
16

B. Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB meliputi pecegahan penyebaran KLB

termasuk pemantauan upaya pencegahan dan penanggulangannya

yang bertujuan untuk menghentikan atau membatasi penyebar luasan

penyakit di wilayah yang sedang terjangkit KLB.

Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi disusun rencana

penanggulangan KLB. Rencana tersebut harus memuat unsur-unsur

sebagai berikut :

1) Tempat / sasaran

a) Menentukan daerah yang akan ditanggulangi.

b) Jumlah penduduk dan penduduk terancam / rumah dicakup

penanggulangan terutama ditujukan pada kelompok penduduk

paling terancam(high risk).

2) Metode Penanggulangan

Kegiatan penanggulangan :

a) Pengobatan / perawatan penderita

b) Penyelidikan epidemiologi dilapangan (lanjutan)

c) Pencegahan penyebaran perluasan penyakit

d) Pemantauan tindakan pencegahan

e) Penyampaian informasi kepada yang berisiko terjadinya

KLB akibat meluasnya KLB

f) Penyampaian laporan hasil penanggulangan


17

3) Tim Penanggulangan KLB

Adalah tim fungsional, terdiri dari unsur-unsur atau unit-unit baik

lintas program maupun lintas sektor terkait(sesuai KLB penyakit)

untuk menanggulangi KLB. Tim ini selanjutnya disebut sebagai

Tim Gerakan Cepat(TGC).

B. PENYAKIT-PENYAKIT POTENSIAL DI KABUPATEN CILACAP

1. Malaria

a. Pengertian

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

(plasmodium) bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia

yang ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO, 1981).

Penyakit Malaria endemis di beberapa wilayah Indonesia, Parasit

Malaria yang terbanyak di temukan di Indonesia adalah plasmodium

vivax, falcifarum atau campuran keduanya. Sementara plasmodium

ovale dan malariae hanya pernah ditemukan di Sulawesi dan Irian Jaya.

Batasan KLB Malaria adalah meningkatnya jumlah kesakitan baru

dua kali lebih dibandingkan bulan yang sama dalam tahun lalu atau satu

bulan sebelumnya pada tahun yang sama disuatu wilayah, disertai

adanya kematian karena gejala malaria.


18

b. Penyebab

Malaria disebabkan oleh agent dari genus plasmodium. Di

indonesia sampai saat ini ada 4 (empat) macam plasmodium, yaitu :

1) Plasmodium Falciparum menyebabkan malaria falciparum.

2) Plasmodium Vivax menyebabkan malaria vivax.

3) Plasmodium Malariae menyebabkan malaria malariae.

4) Plasmodium Ovale menyabakan malaria ovale

c. Masa Inkubasi

Masa Inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke

tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan

demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.

1) Plasmodium falciparum 9-14 hari (rata-rata 12 hari)

2) Plasmodium vivax 12 - 17 hari (rata-rata 15 hari)

3) Plasmodium ovale 16 - 18 hari (rata-rata 17 hari)

4) Plasmodium malariae 18 - 40 hari (rata-rata 28 hari)

d. Gejala

Ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan laboratorium

(mikroskopik, test diagnostik cepat). Diagnosa pasti malaria

berdasarkan ditemukannya parasit dalam sediaan darah secara

mikrokospik.

e. Anamnesis

Pada anamnesis penting diperhatikan sebagai berikut :


19

1) Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat. Dapat

disertai sakit kepala, mual dan atau muntah, diare pada

balita dan nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa.

2) Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu sebelumnya

ke daerah endemis malaria

3) Riwayat tinggal di daerah endemis malaria

4) Riwayat sakit malaria sebelumnya

5) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

6) Riwayat mendapat transfusi darah

Pada penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau

lebih gejala berikut :

1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

2) Kelemahan umum (tidak bisa duduk / berdiri)

3) Kejang-kejang, panas sangat tinggi

4) Mata atau tubuh kuning, perdarahan hidung, gusi atau

saluran pencernakan, nafas cepat dan atau sesak nafas,

muntah terus-menerus

5) Tidak dapat makan dan minum

6) Warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman (black

water fever)

7) Jumlah air seni kurang (oliuria) sampai tidak ada (anuria)


20

f. Pemeriksaan fisik

Secara fisik malaria dapat ditandai oleh:

1) Demam dengan suhu >37,5-40C, baik secara anamnesis,

perabaan atau pengukuran.

2) Conjungtiva palpebrae anemis, Pembesaran limpa

(splenomegali), Pembesaran hati (hepatomegali)

3) Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada dewasa dan

anak <50 mmHg, Nadi cepat dan lemah/kecil

4) Frekwensi nafas >35 x/menit (dewasa) atau >40 x/menit

(balita), atau anak <1 tahun : >50 x/menit

5) Penurunan derajat kesadaran

6) Manifestasi perdarahan (petechiae, purpura, hematom)

7) Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas

kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni

berkurang).

8) Tanda anemia berat (conjungtiva pucat, telapak tangan

pucat, lidah pucat dll)

9) Terlihat mata kuning/ikterik

g. Pemeriksaan laboratorium

Secara medis, pemeriksaan laborat yang dapat dilakukan antara

lain:

1) Hemoglobin dan hematokrit


21

2) Hitung jumlah lekosit dan trombosit

3) Kimia darah lain (gula darah, erum bilirubin, SGOT dan SGPT,

alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan

kalium, analisis gas darah)

4) EKG, foto thorax, dll

h. Cara Penularan

1) Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk (anopheles) betina yang

mengandung parasit malaria. setelah menggigit penderita malaria,

nyamuk tersebut kemudian menggigit orang sehat sehingga parasit

tersebut dipindahkan ketubuh orang sehat.

2) Ciri-ciri nyamuk anopheles yaitu : sewaktu hinggap atau menggigit

badannya menungging (membentuk sudut). Biasanya menggigit

pada malam hari, di dalam dan atau di luar rumah. Sesudah

menggigit/menghisap darah nyamuk beristirahat pada dinding

dalam rumah agak gelap, lembab, di bawah meja, di tempat tidur

atau di bawah dan di belakang lemari. Nyamuk dapat juga

beristirahat di luar rumah, seperti : semak, tebing parit, dan sekitar

kandang.

3) Terdapat 4 macam spesies anopheles di Jawa Tengah dengan

tempat peridukan yang berbeda-beda yaitu : An.balabacensis

(kobakan air, kebun, dan sekitar hutan/pinggiran hutan) dan An.


22

aconitus (persawahan terutama sawah bertingkat, aliran sungai

pada musim kemarau sekitar persawahan).

i. Pengobatan

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria

dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh

manusia. Tujuan pengobatan radikal untuk kesembuhan klinis dan

parasitoogi serta memutus rantai penularan.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam perut

kosong karena bersifat iritasi lambung. Untuk itu penderita harus

makan terlebih dulu setiap akan minum anti malaria.

Pemberian obat anti malaria pada penderita malaria berat :

1) Plilihan utama derivat artemisinin parenteral adalah Artesunat

intravena atau intramuskular dan Artemeter Intramuskular.

2) Artesunat parenteral direkomendasikan digunakan untuk RS atau

Puskesmas perawatan, sedang Artemeter Intrsmukuler untuk

dilapangan atau puskesmas tanpa perawatan. Obat tidak boleh

untuk ibu hamil trimester I dengan malaria berat.

3) Kina tidak boleh diberikan secara bolus i.v karena toksix bagi

jantung dan dapat menimbulkan kematian.

4) Pada penderita dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan

dan dosis maintenance kina diturukan 1/2 nya.


23

5) Kemoprofilaksis

Obat ini diberikan apabila :

a) Bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria,

sehingga bila terinfeksi malaria maka gejala klinis tidak berat.

b) Ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis

malaria dalam waktu tidak terlalu lama seperti turis, peneliti,

pegawai kehutanan, dll.

c) Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian / tugas

dalam jangka waktu lama sebaiknya menggunakan personal

protection seperti pemakaian kelambu, repellent, kawat kassa,

dll.

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

a. Pengertian

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

disebabkan virus dengue dan ditularkan melaui gigitan nyamuk Aedes

Aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur dan

dapat mengakibatkan kematian.


24

b. Penyebab

Virus Dengue termasuk genus Flavivirus dan mempeunyai 4 jenis

serotype, yaitu D1, D2, D3 dan D4. Pembawa atau vektor adalaj

nyamuk aedes aegypty

Ciri-ciri nyamuk aedes aegypty :

1) Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih.

2) Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti

bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang

menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat

minum burung, dan lain-lain.

3) Jarak terbang ± 100 m.

4) Nyamuk betina bersifat ” multiple biters ” (menggigit beberapa

orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah

tempat).

5) Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi (Widoyono, 2005

c. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala DBD yaitu :

1) Demam

2) Perdarahan

3) pembesaran hati

4) syok
25

5) Trombisitopeni (penurunan trombosit dalam darah)

6) Anoreksia, lemah,

7) Mual, muntah, Sakit perut,

8) Diare atau konstipasi, dan kejang

Derajat DBD

1) Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet.

2) Derajat II : seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di

kulit dan atau perdarahan lain.

3) Derajat III : didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat

dan lembut, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau

hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan

tampak gelisah.

4) Derajat IV : syok berat, nadi tidak dapat teraba dan tekana

darah tidak teratur.

d. Cara penularan

Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan penularan DBD :

1) Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi

virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.

2) Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti.
26

3) Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa

spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan

vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat

mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang

mengalami viremia.

4) Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam

waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat

ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.

5) Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya

(transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus

tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di

dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus

selama hidupnya (infektif).

6) Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari

(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.

Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila

nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2

hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

e. Pencegahan

Metode yang dapat dilakukan dalam pencegahan DBD

diantaranya :
27

1) Metode lingkungan è di gunakan untuk mengendalikan nyamuk

tersebut antara lain dengan PSN, pengelolaan sampah padat

2) Metode biologis èdengan menggunakan ikan pemakan jentik

3) Metode kimiawi èdengan pengasapan/fogging

4) Cara yang paling efektif dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras,

menimbun.

f. Pengobatan

1) Berbaring selama demam

2) Minum antipiretik

3) Kompres hangat

4) Pemberian cairan yang cukup

5) Bila terjadi kejang, jaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan

pakaian, dan tidak memberikan makanan apapun lewat mulut

6) Jika panas berlanjut segera hubungi RS terdekat

3. Diare

a. Pengertian

Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai

bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari

tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)

dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma
28

diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan

menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan

tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang

melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar

biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare

menjadi empat kelompok yaitu:

1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas

hari (umumnya kurang dari tujuh hari),

2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas

hari secara terus menerus,

4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut

dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam,

gangguan gizi atau penyakit lainnya.

b. Penyebab

Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut: (1) infeksi

yang dapat disebabkan:

1) Bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio,

bacillus cereus, Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus,

Campylobacter dan aeromonas;


29

2) Virus misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan

adenovirus;

3) Parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides,

Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila,

Belantudium coli dan Crypto;

4) Keracunan yang dapat disebabkan: keracunan bahan kimiawi dan

keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi: jasat renik,

ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran (Widaya, 2004).

c. Tanda dan gejala

Gejala diare dapat ditandai oleh beberapa hal, yaitu :

1) Tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam

sehari,

2) Muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan

lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat

mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus.

3) Sakit perut dan kejang perut,

4) Demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

5) Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja

mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan

mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu

makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala


30

muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita benyak

kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu

berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar

menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak

kering.

d. Pencegahan

Ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi

promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua

(Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan

yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang

meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor,

1997).

1) Pencegahan primer

Pencegahan primer diare dapat dilakukan dengan cara :

a) Penyediaan air bersih

Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah:

air permukaan yang merupakan air sungai, dan danau. Air tanah

yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal

atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari

atmosfir seperti hujan dan salju (Soemirat, 1996).


31

b) Tempat pembuangan tinja

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan,

maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik.

Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi

syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak

mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga,

tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan

murah (Notoatmodjo, 1996).

Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita

berasal dari keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang

dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di

kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan

kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 %

di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga yang

mempergunakan sungai sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu,

17,0% di kota dan 12,7% di desa.

c) Status gizi

Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang

berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh

(Parajanto, 1996). Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata

makin banyak episode diare yang dialami. Mortalitas bayi


32

dinegara yang jarang terdapat malnutrisi protein energi (KEP)

umumnya kecil (Canada, 28,4 permil).

d) Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi

komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi

Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama

kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih

besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (Depkes,

2000).

e) Kebiasaan cuci tangan

Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya

berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian

besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air

atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung

mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada

penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena

lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar

kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

2) Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder diare dapat dilakukan dengan cara :


33

a) Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang

telah menderita diare.

b) Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan

pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.

c) Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis

pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika

yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit,

obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik

yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak

menyenangkan.

d) Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika

tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang

disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit.

Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan

sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam,

2006).

3) Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dilakukan dengan cara :

a) Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai

mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi.

b) Mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan

cairan.
34

c) Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan

tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan

secara mental kepada anak.

d) Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik

juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial

dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman

sepermainan.

4. Hepatitis

a. Pengertian

Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/

menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan . Luka

pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah

pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi ,

ingesti , atau pemberian obat secara parenteral ( IV).

Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan

atau terbukanya hepatotoxin , seperti : industri toxins, alkohol dan

pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.

Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama

perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya , seperti : Virus Herpes

simplex dan Virus Varicella-zoster.


35

b. Penyebab

Hepatitis disebabkan oleh :

1) Infeksi Virus

Hepatitis merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu

dari lima golongan besar jenis virus , antara lain :

Virus Hepatitis A ( HAV ), Virus Hepatitis B ( HBV ), Virus

Hepatitis C ( HCV ), Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta,

Virus Hepatitis E ( HEV ),

2) Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.

3) Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.

c. Tanda dan gejala

Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :

1) Selera makan hilang

2) Rasa tidak enak di perut

3) Mual sampai muntah

4) Demam tidak tinggi

5) Kadang-kadang disertai nyeri sendi

6) Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)

7) Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning

8) Kulit seluruh tubuh tampak kuning

9) Air seni berwarna coklat seperti air teh

10) Peningkatan berat badan (oedem)


36

11) hasil laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.

d. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik hepatitis meliputi :

1) Laboratorium

Hasil laboratorium menujukan SGantara 1000 – 2000 mU/mLPT/

SGOT meningkat, ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL, Nilai

serum total bilirubin naik kepuncak 2,5 mG/dL, HBSAG dalam

darah positif.

2) Rontgen

Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran

liver dengan menempatkan X-Ray tepat diatas bagian abdominal.

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hepatitis meliputi :

1) Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh

untuk menjaga perpindaham kuman antara klien atau antara klien

dengan staf perawat kesehatan

2) Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan

mengganti sistem penggunaan jarum

3) Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB )

diberikan dengan tiga seri suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga

atau mencegah hepatitis B


37

4) Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera

perhatian medis untuk kemungkinan administrasi imuno globulin

hepatitis B (HBIG) atau imuno globulin ( Ig )

5) Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.

f. Pencegahan

Pencegahan hepatitis dilakukan dengan cara :

1) Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan

kamu sebelum makan dan setelah dari toilet.

2) Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air

3) Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum

hanya dengan air botol. Hindarkan makanan yang telah dicuci

dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop.

4) Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman

antar anggota keluarga. Jangan menggunakan bagian tempat tidur

dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman antar sesama

anggota keluarga

5) Jangan berbagi jarum suntikan

5. CHIKUNGUNYA

a. Pengertian

Chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases.


38

Chikungunya termasuk penyakit ringan dan menunjukan manifestasi

klinik yang menyerupai infeksi virus dengue dengan symptom dan

gejala : panas mandadak, mengeluh nyeri sendi yang sangat, dan pada

kulit tubuhnya dapat ditemukan (bercak merah), dan pemeeriksaan

darah tepi menunjukan leukosit menurun.

b. Penyebab

Virus chikungunya merupakan anggota genus Alpha dalam famili

Togaviridae. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di

Indonesia. Vektor utama penyakit ini sama dengan penyakit Demam

Berdarah Dengue, yaitu nyamuk Aedes aegepti.

c. Tanda dan gejala

Gejala Chikungunya dapat ditandai oleh :

1) Demam mendadak, Demam bisa bertahan selama 2-4 hari disertai

penurunan kesadaran

2) Nyeri pada persendian, terutama sendi lutut dan tulang belakang,

sendi pergelangan kaki, pergelangan tangan, jari kaki dan jari

tangan

3) Ruam makolupapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada

kulit yang kadang-kadang disertai dengan gatal. Ruam bertahan 7-

10 hari
39

4) Nyeri otot bisa terjadi pada seluruh otot atau hanya pada otot

daerah kepala dan bahu. Kadang-kadang terjadi pembengkakan otot

sekitar mata kaki.

5) Sakit kepala, menggigil

6) Kemerahan pada konjunktiva

7) Pembesaran kelenjar getah baning di bagian leher

8) Mual, muntah.

9) Pada anak-anak sering tidak menampakan gejala yang khas. Pada

beberapa penderita mengeluh nyeri dibelakang bola mata dan bisa

melihat mata kemerahan, mata berair dan rasa terbakar pada mata.

d. Pemeriksaan laborat

Diagnosis akurat dapat dibuktikan dari serum yang diambil sesudah

sakit dengan metode IgM capture Ellisa. Penyakit ini banyak kemiripan

dengan demam dengue/DHF, hanya saja serangan demam lebih singkat,

sakit sendi yang lama, dan tidak terjadinya kematian. Chikungunya

dicurigai bila seseorang menderita demam mendadak, dengan gejala

berikut : sakit sendi, sakit kepala, sakit pinggang/punggung, fotofobia,

dan rash (ruam kulit), serta dalam minggu terakhir berada si daerah

terjangkit Chikungunya.
40

e. Pengobatan

1) Diberikan pengobatan simtomatis

2) Ketika penderita masih berada di periode panas penderita di

anjurkan tirah baring, obat penurun panas dan kompres air untuk

mempertahankan suhu tubuh normal. Untuk mengatasi rasa sakit

diberikan obat analgesik atau sedatif ringan. Setelah mengidap

radang sendi mungkin dibutuhkan obat anti radang dan secara

perlahan dianjurkan mengikuti fisioterapi

3) Obat salisilat tidak boleh diberikan dan merupakan kontraindikasi

4) Kejang demam dapat diatasi dengan diberikan luminal secara

intravena dan dilanjutkan secara oral sehingga suhu normal. Kejang

berulang diberikan valium intra vena

5) Kekurangan cairan dilakukan tindakan rehidrasi

6) Bila terjadi pendarahan sebaiknya dicari penyebab dan diatasi

pendarahannya.

Anda mungkin juga menyukai