PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, maka
semakin banyak pulalah masalah yang dihadapi tidak terkecuali pada
mahasiswa. Banyak pola/tingkah laku mahasiswa yang tidak
mencerminkan identitasnya sebagai mahasiswa. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Sikap adalah “ perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan
pendirian Sikap yang dalam Bahasa Inggris disebut Attitude adalah segala suatu
yang bereaksi terhadap suatu perangsan.Dalam arti sempit sikap adalah
pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap (Attitude)
adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang. Dalam pandangan masyarakat seorang
mahasiswa adalah seorang yang memiliki intelektual tinggi, memiliki
karakter dan kepribadian yang mantap. Tetapi kenyataannya masih banyak
mahasiswa yang memiliki intelektual yan tinggi tetapi tidak diiringi
dengan karakter dan kepribadian yang mantap pula sehingga masih
tumbuh budaya-budaya yang tidak mencerminkan seorang mahasiswa.
Salah satu bentuk kebudayaan yang melenceng dari mahasiswa yang terus
terjadi dari dulu hingga sekarang adalah budaya mencontek.
Kebudayaan merupakan hasil akal pikiran manusia yang dilakukan
oleh sekelompok orang dan dijadikan sebagai suatu kebiasaan. Mencontek
adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain
sebagaimana aslinya. Kebiasaan mencontek di kalangan mahasiswa telah
ada sejak dulu hingga sekarang. Kebiasaan mencontek ini telah menjadi
sebuah kebiasaan yang sulit sekali dihapuskan dan telah membudaya.
Budaya mencontek tumbuh subur sampai saat ini. Saat ini sulit untuk
mencari mahasiswa yang dapat dikatakan bersih dari budaya mencontek.
Jika kebudayaan mencontek ini terus berkelanjutan,hal ini akan membawa
dampak negatif, yakni seperti menimbulkan kemalasan pada mahasiswa,
1
menimbulkan ketidak percayaan diri pada mahasiswa, selalu
mengandalkan orang lain, merugikan mahasiswa lain, dan lain-lain.
Hal yang memperkuat bahwa mencontek telah menjadi budaya
karena berdasarkan wawancara beberapa mahasiswa B1 Reguler PGSD
’09, sebagaian besar dari mahasiswa B1 Reguler PGSD ’09 pernah
mencontek saat ujian berlangsung. Mereka mengatakan bahwa mereka
sudah melakukan kegiatan mencontek saat ujian berlangsung mulai SD
dan berlanjut hingga SMP, SMA dan sampai saat ini yakni Perguruan
Tinggi. Dan kegiatan mencontek tersebut juga dilakukan oleh teman-
teman mereka juga. Berdasarkan pengamatan, cara yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam mencontek, seperti bertanya pada teman, membuat
catatan kecil, bahkan mahasiswa dengan terang-terangan membuka buku..
Padahal ada peraturan tertulis dalam buku pedoman mahasiswa UNIMED
yakni pada Bab XV pasal 41 tentang Kecurangan Akademik, yang
berbunyi “mahasiswa dilarang melakukan tindakan berupa pemalsuan
dokumen akademik, plagiat atau pengakuan karya orang lain sebagai
miliknya”. Selain itu tertulis pula sanksi yang tegas apabila ada bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa dalam buku pedoman
akademik mahasiswa UNIMED. Kegiatan mencontek tersebut masih terus
dilakukan hingga sekarang, Oleh karena itu penulis mengambil masalah “
BUDAYA MENCONTEK PADA SAAT UJIAN DI KALANGAN
MAHASISWA B1 REGULER PGSD 2009” menjadi topik bahasan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan
masalah yakni “Mengapa sampai saat ini mencontek masih menjadi suatu
kebudayaan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa B1 Reguler 2009?“
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang dapat diambil adalah
2
Mengetahui latar belakang mengapa mencontek masih menjadi
suatu kebudayaan di bidang mahasiswa.
Menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya.
D. MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil dari pembahasan masalah di atas
adalah memberi gambaran tentang budaya mencontek di kalangan
mahasiswa sehingga mahasiswa khususnya B1 REGULER PGSD 2009
dapat mengubah kebudayaan mencontek kebudayaan tersebut menjadi
belajar mandiri.
3
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. KERANGKA TEORITIS
4
dijadikan milik dari manusia dengan belajar (dalam Koentjaraningrat, 1980; hlm
193).
Jadi, dari beberapa pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan merupakan suatu hasil daya akal budi manusia yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain
yang telah menjadi sebagai sebuah kebiasaan.
5
disekelilingnya, yang mempunyai perasaan terutama berkaitan erat dengan kebutuhan
yang di miliki tiap-tiap individu.
a. Adopsi, yaitu kejadian – kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang – ulang dan terus
menerus lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan
mempengaruhi pembentukan sikap.
c. Integrasi, yaitu pembentukan sikap, disini secara bertahap dimulai dari berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya berbentuk
sikap mengenai hal tersebut.
http://yudhim.blogspot.com/2009/03/contoh-makalah-contek-mencotek-di.html
6
keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur).
http://gicara.com/dikses 24 pebruari 2012)
7
1.5 Macam-Macam Aksi Mencontek di Kalangan Mahasiswa
8
Bidang studi yang sering kali menggunakan rumus-rumus perhitungan
menjadi dorongan utama peserta tes untuk melakukan aksi buka rumus.
Seperti pada bidan stusi Matematika, Fisika, Kimia serta Ekonomi. Dengan
berbagai cara mereka mempersiapkan diri untuk bisa melihat rumus-rumus
perhitungannya sebelum membuat catatan-catatan khusus berisi rumus-
rumus perhitungannya. Maka pengawas perlu jeli untuk mengawasi ini
semua, karena bisa jadi rumus-rumus tersebut telah menyatu dengan alat
belajar yang seolah-olah tidak mencurigakan, karena dikemas rapih
sedemikian rupa. http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26 Pebruari 2012
5. Menggunakan Simbol-simbol
Jika peraturan pelaksanaan tes dirasakan begitu ketat dan tegas untuk
melakekan aksi mencontek ditambah tindakan pengawas yang sering
mengeledah bangku-bangku mahasiswa, ternyata masih ada cara non tertulis
yang bisa mereka lakukan, yaitu dengan menggunakan symbol-simbol
tertentu. Symbol yang paling umum adalah dengan menggunakan jari-jari
kedua tangannya.
9
Jika tidak mendapat kesempatan mencontek secara tertulis, serta aksi
mencontek secara symbol dirasa telah terlanjur dicurigai pengawas, masih
ada aksi mencontek individu tertentu yang pada dasarnya ingin melihat hasil
pekerjaan temannya. Seperti individu yang mengantarkan sendiri absensi
peserta tes kepada rekannya sambil secara secepat kilat melihat lembar
jawaban rekan yang dihampirinya.
2. Tengok sana tengok sini. Orang yang tidak optimis, dengan alasan
apapun, akan selalu dan berusaha mengandalkan orang lain. Tidak
percaya dengan kemampuan dia sendiri.
http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012
10
dosen/guru/pengajarnya lengah. Jika lengah maka dia bersiap-siap
untuk mencontek.
http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012
B. Kerangka konseptual
Kebudayaan adalah sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia.
Suatu kebudayaan ada karena adanya manusia. Manusia sebagai makhluk yang
paling mulia dan paling sempurna disbanding makhluk lainnya yakni dengan
11
diberikannya akal dan budi yang harus dapat menciptakan suatu kebudayaan.
Kebudayaan sangatlah beragam. Kebudayaan suatu tempat berbeda dengan tempat
yang lainnya dan budaya suatu kelompok berbeda dengan kelompok lainnya.
Mahasiswa sebagai suatu kelompok dalam suatu instansi pendidikan juga
memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan itu meliputi kebudayaan yang
positif maupun kebudayaan yang negative. Namun tidak jarang kita temukan
kebudayaan yang bersifat negative. Contoh kecilnya adalah budaya mencontek di
kalangan mahasiswa. Hal itu merupakan salah satu contoh kecil budaya yang ada
dikalangan mahasiswa yang bersifat negative yang didasari oleh adanya suatu
perilaku adopsi yang telah memepengaruhi kepribadian seseorang dari awal
menjalani suatu pendidikan . Karena mencontek merupakan suatu perbuatan atau
cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai
nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian. Hal itu merupakan tindakan yang
tidak sesui dengan identitas seorang mahasiswa. Dan seharusnya mendapatkan
perhatian agar mahasiswa dapat menggunakan kemampuannya sendiri .
Perbuatan menyontek tersebut masih dilakukan dikalangan pelajar maupun
mahasiswa yang disebabkan oleh dibiarkan saja oleh pengawas ujian (pada waktu
itu ulangan umum), tidak dilaporkan kepada guru akan kegiatan mencontek yang
dilakukan mahasiswa, Meskipun ada guru yang mengetahuinya, mereka tidak
menanggapinya dengan serius, tidak memberi teguran serta sanksi sama sekali,
mungkin hal tersebut adalah hal biasa saja dan bagian dari usaha para siswa. Jika
tidak ada sanksi, maka orang akan cenderung mengulangi lagi. Jelas ini
merugikan siswa-siswi yang rajin belajar, karena objektifitas penilaian tidak ada
sama sekali yang dilihat hasil ujian bukan keseluruhan proses dalam
pembelajaran. Dan pernah terjadi siswa yang jujur dalam menjawab pertanyaan
nilainya lebih rendah daripada siswa yang jelas-jelas menyontek siswa yang jujur
tersebut. Akibatnya ia menjadi prustasi, dendam dan marah kepada diri sendiri
yang mudah sekali dicontek teman, marah kepada teman yang menyonteknya,
marah kepada guru yang memberi nilai yang tidak obyektif.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Adapun jenis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah
dengan menggunakan penelitian kualitatif yaitu mengumpulkan data- data
yang ada di lapangan sesuai dengan prinsip penelitian yang secara empiris.
B. Lokasi penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian di Universitas Negeri Medan
Fakultas Ilmu Pendidikan.
C. Subjek penelitian
Subjek pada penelitian ini difokuskan pada mahasiswa/ i
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Medan khususnya
Kelas B1 Reguler 2009 dengan jumlah sekitar 35 orang.
13
belakangi Mengapa sampai saat ini mencontek masih menjadi
suatu kebudayaan bagi mahasiswa.
Questioner
Questioner adalah suatu cara pengumpulan data dalam
suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya
banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak).
Questioner ini dilakukan dengan mengedarkan formulir-
formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk
mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya.
Questioner ini selalu berbentuk formulir-formulir berisi
pertanyaan-pertanyaan (question).
Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk melihat secara nyata masalah
yang diteliti. Berdasarkan pengamatan dapat dilihat secara jelas
bahwasannya hampir seluruh mahasiswa mencontek. Hal
tersebut dilihat dari banyaknya mahasiswa yang berbicara dan
bertanya jawaban dengan temannya. Ada mahasiswa yang
dengan diam-diam membuka buku saat ujian, membawa catatan
kecil dan kegiatan-kegiatan lainnya.
14
BAB IV
HASIL PENELITIAN
“saya pernah mencontek saat ujian mulai dari SMP dan sampai di
perguruan tinggi ini tetapi tidak sering. Hal ini saya lakukan karena
saya tidak tahu jawaban dari soal ujian tersebut. Lagi pula guru
ataupun dosennya kurang menarik sehingga saya malas untuk belajar”
Dari pernyataan-pernyataan diatas, terlihat bahwa budaya mencontek
telah ada dari dulu hingga sekarang. Darohim(2012), seandainya saja adanya
15
peraturan yang tegas terhadap pelaksanaan pendidikan yang ada kemunkinan
besar budaya mencontek dapat terminimalisir dengan baik dan dari tindakan
tesebut dapat menghilang secara perlahan. Meskipun terkadang praktik
menyontek dilakukan dengan alasan pembenaran seperti, “Menyontek untuk
membantu orang tua sebab jika tak lulus kasihan orang tua yang telah
membiayai pendidikan”, menyontek tetap tidak bisa dibenarkan dengan
alasan apapun. Jelas, secara psikologis, perilaku menyontek mencerminkan
sikap tak percaya diri yang salah satu penyebabnya karena tak siap menempuh ujian.
“Kepercayaan diri muncul karena adanya persiapan
16
mahasiswa yang mencontek saat ujian .Mereka melakukan tindakan tersebut
dikarenakan kurangnya kerjasama ataupun komunikasi antara dosen dengan
mahasiswa.
Dari hasil wawancara dan questioner dapat kita ketahui alasan mengapa
sampai saat ini mencontek masih menjadi suatu kebudayaan bagi mahasiswa
khususnya mahasiswa B1 Reguler 2009, karena: 1) tidak adanya sanksi yang
tegas yang dibuat oleh dosen dan benar-benar diterapkan kepada mahasiswa
yang mencontek, 2) dosen kurang mampu menerapkan pembelajaran yang
menarik, seperti menggunakan metode-metode yang sesuai dengan
kebutukhan mahasiswanya, sehingga mahasiswa tidak bosan dan merasa
tertarik untuk belajar, 3) kurangnya kerjasama ataupun komunikasi antara
dosen dengan mahasiswa, 4) kurangnya persiapan dari diri mahasiswa sendiri
saat akan menghadapi ujian.
17
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat kita ketahui bahwasannya
sebagian dosen telah membuat peraturan tentang mencontek, namun pada
penerapannya tidak semua dosen mampu, masih ada dosenyang memberikan
keluasan kepada mahasiswa dalam pelaksanaan ujian sehingga memberikan
kesempatan mahasiswa untuk melakukan tindakan mencontek. Sikap dosen
yang seperti itu yang menjadikan kegiatan mencontek terus dilakukan dari
sejak dulu yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa.
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi dosen :
Seharusnya dosen lebih memberikan peraturan yan tegas atau
sanksi kepada mahasiswa yang ketahuan mencontek sehingga
mahasiswa tidak terbiasa melakukan kegiatan mencontek dan
tidak menjadi budaya.
Sebaiknya dosen harus mampu memberikan metode
pembelajaran yang menarik sehingga mahasiswa berantusias
19
untuk rajin belajar sehingga budaya mencontek dapat
terminimalisir.
2. Bagi mahasiswa:
Seharusnya sebagai mahasiswa harus mampu `memaknai
belajar tidak hanya teori namun juga pelaksanaannya, sehingga
tidak ada lagi mahasiswa yang mencontek saat ujian.
Seharusnya mahasiswa membiasakan diri untuk belajar setiap
saat sehingga pada waktu ujian mahasiswa sudah siap dan
tidak lagi melakukan kegiatan mencontek.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Masukan saya adalah lebih baik meneliti mengapa
mahasiswa mencontek untuk mencari jawaban
mengapa mencontek menjadi budaya. Karena ini akan
menyangkut misalnya: dosennya yang tidak
mengetahui atau tidak peduli terhadap gejala
mencontek ini. Gejala mencontek yang tidak berusaha
dihilangkan. Sehingga dengan gejala mencontek ini
kalian bisa menjelaskan mengapa budaya ini tetap
bertahan dari dulu hingga sekarang.
22