Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, maka
semakin banyak pulalah masalah yang dihadapi tidak terkecuali pada
mahasiswa. Banyak pola/tingkah laku mahasiswa yang tidak
mencerminkan identitasnya sebagai mahasiswa. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Sikap adalah “ perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan
pendirian Sikap yang dalam Bahasa Inggris disebut Attitude adalah segala suatu
yang bereaksi terhadap suatu perangsan.Dalam arti sempit sikap adalah
pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap (Attitude)
adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang. Dalam pandangan masyarakat seorang
mahasiswa adalah seorang yang memiliki intelektual tinggi, memiliki
karakter dan kepribadian yang mantap. Tetapi kenyataannya masih banyak
mahasiswa yang memiliki intelektual yan tinggi tetapi tidak diiringi
dengan karakter dan kepribadian yang mantap pula sehingga masih
tumbuh budaya-budaya yang tidak mencerminkan seorang mahasiswa.
Salah satu bentuk kebudayaan yang melenceng dari mahasiswa yang terus
terjadi dari dulu hingga sekarang adalah budaya mencontek.
Kebudayaan merupakan hasil akal pikiran manusia yang dilakukan
oleh sekelompok orang dan dijadikan sebagai suatu kebiasaan. Mencontek
adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain
sebagaimana aslinya. Kebiasaan mencontek di kalangan mahasiswa telah
ada sejak dulu hingga sekarang. Kebiasaan mencontek ini telah menjadi
sebuah kebiasaan yang sulit sekali dihapuskan dan telah membudaya.
Budaya mencontek tumbuh subur sampai saat ini. Saat ini sulit untuk
mencari mahasiswa yang dapat dikatakan bersih dari budaya mencontek.
Jika kebudayaan mencontek ini terus berkelanjutan,hal ini akan membawa
dampak negatif, yakni seperti menimbulkan kemalasan pada mahasiswa,

1
menimbulkan ketidak percayaan diri pada mahasiswa, selalu
mengandalkan orang lain, merugikan mahasiswa lain, dan lain-lain.
Hal yang memperkuat bahwa mencontek telah menjadi budaya
karena berdasarkan wawancara beberapa mahasiswa B1 Reguler PGSD
’09, sebagaian besar dari mahasiswa B1 Reguler PGSD ’09 pernah
mencontek saat ujian berlangsung. Mereka mengatakan bahwa mereka
sudah melakukan kegiatan mencontek saat ujian berlangsung mulai SD
dan berlanjut hingga SMP, SMA dan sampai saat ini yakni Perguruan
Tinggi. Dan kegiatan mencontek tersebut juga dilakukan oleh teman-
teman mereka juga. Berdasarkan pengamatan, cara yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam mencontek, seperti bertanya pada teman, membuat
catatan kecil, bahkan mahasiswa dengan terang-terangan membuka buku..
Padahal ada peraturan tertulis dalam buku pedoman mahasiswa UNIMED
yakni pada Bab XV pasal 41 tentang Kecurangan Akademik, yang
berbunyi “mahasiswa dilarang melakukan tindakan berupa pemalsuan
dokumen akademik, plagiat atau pengakuan karya orang lain sebagai
miliknya”. Selain itu tertulis pula sanksi yang tegas apabila ada bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa dalam buku pedoman
akademik mahasiswa UNIMED. Kegiatan mencontek tersebut masih terus
dilakukan hingga sekarang, Oleh karena itu penulis mengambil masalah “
BUDAYA MENCONTEK PADA SAAT UJIAN DI KALANGAN
MAHASISWA B1 REGULER PGSD 2009” menjadi topik bahasan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan
masalah yakni “Mengapa sampai saat ini mencontek masih menjadi suatu
kebudayaan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa B1 Reguler 2009?“

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang dapat diambil adalah

2
 Mengetahui latar belakang mengapa mencontek masih menjadi
suatu kebudayaan di bidang mahasiswa.
 Menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya.

D. MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil dari pembahasan masalah di atas
adalah memberi gambaran tentang budaya mencontek di kalangan
mahasiswa sehingga mahasiswa khususnya B1 REGULER PGSD 2009
dapat mengubah kebudayaan mencontek kebudayaan tersebut menjadi
belajar mandiri.

3
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. KERANGKA TEORITIS

1.1 Pengertian Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta yakini “Buddhayah”, yang


merupakan bentuk jamak dari kata “Buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkut paut
dengan budi atau akal. Dalam bahasa inggris konsep kebudayaan itu sama dengan
culture yang berasal dari kata latin, “Colore” yang berarti mengolah atau
mengerjakan tanah (bertani). Dari arti colore kemudian selanjutnya menjadi
culture yang berarti sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah
dan merubah alam (dalam Soerjono, 1977).

Seorang antropolog yaitu EB. Taylor memberikan defenisi kebudayaan


adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. (dalam Wahyu. MS, 1986; hlm 45).

Sedangkan Selo Soemardjan dan Seolaeman Sumardi (1964) merumuskan


kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia. (dalam Wahyu.
MS, 1986; hlm 45)

Karena pengertian kebudayaan sangat luas sekali, selanjutnya


Koentjaraningrat merumuskan sedikitnya ada tiga wujud kebudayaan :

1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan


2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Wujud benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1974).
Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

4
dijadikan milik dari manusia dengan belajar (dalam Koentjaraningrat, 1980; hlm
193).

Proses belajar yang orientasinya hanya untuk mendapatkan nilai menurut


Megawangi (2005), biasanya hanya melibatkan aspek kognitif (hafalan dan
drilling), dan tidak melibatkan aspek afektif, emosi, sosial, dan spiritual. Memang
sulit untuk mengukur aspek-aspek tersebut, sehingga bentuk soal-soal pasti
hafalan atau pilihan berganda (kognitif). Pelajaran agama, PPKN, dan musik yang
seharusnya melibatkan aspek afektif, ternyata juga di "kognitifkan" (hafalan)
sehingga tidak ada proses refleksi dan apresiasi. Karena, menghafal buku teks
(yang memang diwajibkan untuk bisa menjawab soal ujian), adalah skill yang
paling tidak penting bagi manusia . Jadi, mereka didik hanya menjadi robot; tidak
ada inisiatif, dan pasif. Manusia ini biasanya tidak dapat berpikir kritis, dan tidak
dapat menganalisis permasalahan, apalagi mencari solusinya, sehingga mudah
dipengaruhi dan diprovokasi untuk melakukan hal-hal yang negatif. (Megawangi,
2005).

Jadi, dari beberapa pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan merupakan suatu hasil daya akal budi manusia yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain
yang telah menjadi sebagai sebuah kebiasaan.

1.2 Pengertian dan pembentukan sikap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sikap adalah “ perbuatan dan


sebagainya yang berdasarkan pendirian Sikap yang dalam Bahasa Inggris disebut Attitude
adalah segala suatu yang bereaksi terhadap suatu perangsang. Dalam arti sempit sikap
adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap (Attitude)
adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk
terhadap orang atau barang. Sedangkan menurut Sherif ( 1956) mengartikan sikap dengan
sejenis motif sosiogonis yang di peroleh melalui proses belajar. atau kemampuan internal
yang berperan sekali mengambil tindakan, lebih – lebih bila terbuka berbagai
kemungkinan untuk bertindak dan bersedia beberapa alternatif. Sikap juga suatu individu-
individu yang tidak hanya mempunyai gambaran mengenai objek dan subjek

5
disekelilingnya, yang mempunyai perasaan terutama berkaitan erat dengan kebutuhan
yang di miliki tiap-tiap individu.

Sikap pada aspek afektif merupakan aspek yang menentukan seseorang


bertindak, karena kemauan atau kerelaan bertindaklah yang menentukan seseorang
berbuat sesuai dengan sikap yang dimilikinya. Namun demikian aspek yang yang lainnya
ikut mempengaruhinya. Sikap dapat didefinisikan sebagai kesiapan sesorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal – hal tertentu Adapun pembentukan dan perubahan
sikap dapat dilakukan melalui empat macam cara :

a. Adopsi, yaitu kejadian – kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang – ulang dan terus
menerus lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan
mempengaruhi pembentukan sikap.

b. Diferensiasi, yaitu dengan perkembangan intelegensi, bertambahnya pengalaman


sejalan bertambahnya usia, maka ada hal yang tadinya dianggap sejenis, kemudian
dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

c. Integrasi, yaitu pembentukan sikap, disini secara bertahap dimulai dari berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya berbentuk
sikap mengenai hal tersebut.

d. Trauma, yaitu pengalaman yang tiba – tiba, mengejutkan, meninggalkan kesan


mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman yang traumatis dapat juga
terbentuknya sikap.Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui
proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dan individu dan
orang di sekitarnya.

http://yudhim.blogspot.com/2009/03/contoh-makalah-contek-mencotek-di.html

1.3 Pengertian Mencontek

Menyontek atau menjiplak atau ngopek menurut Kamus Bahasa Indonesia


karangan W.J.S. Purwadarminta adalah mencontoh, meniru, atau mengutip
tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Sedang menurut Deighton
(1971), cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

6
keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur).
http://gicara.com/dikses 24 pebruari 2012)

Menurut Suparno (2000). Segala sistem dan taktik penyontekan sudah


dikenal siswa. Sistem suap agar mendapat nilai baik, juga membayar guru agar
membocorkan soal ulangan, sudah menjadi praktik biasa dalam dunia pendidikan
di Indonesia. http://gicara.com/dikses 24 pebruari 2012)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa


mencontek adalah perbuatan yang tidak jujur dan melanggar peraturan hanya
untuk mendapatkan nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian.

1.4 Katagori Menyontek


Menyontek dapat dikatagorikan dalam dua bagian ;
1. Menyontek dengan usaha sendiri
Usaha sendiri disini adalah dengan membuat catatan sendiri, buka
buku, dengan alat bantu lain seperti membuat coretan-coretan dikertas
kecil, rumus ditangan, di kerah baju, bisa juga dengan mencuri jawaban
teman. http://gicara.com/dikses 24 pebruari 2012
2. Menyontek dengan kerjasama
Kerjasama dengan teman dengan cara membuat kesepakatan
terlebih dahulu dan membuat kode-kode tertentu atau meminta jawaban
kepada teman. http://gicara.com/dikses 24 pebruari 2012

Dalam makalah yang ditulis Alhadza (2004) yang termasuk dalam


kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya
langsung pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa
catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang
ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal,
arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau
meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas atau
tugas penulisan paper dan take home test.

(Dikutip dalam http://gicara.com/dikses 24 pebruari 2012)

7
1.5 Macam-Macam Aksi Mencontek di Kalangan Mahasiswa

Beberapa macam aksi mencontek, paling tidak ditemukan enam aksi


mencontek di kalangan mahasiswa, antara lain :

1. Aksi Buka Buku Catatan

Aksi buka buku catatan mungkin terjadi karena kelalaian pengawas


dalam “mengawasi” gerak-gerik peserta tes. Sebab, membuka buku catatan
dalam situasi tesmerupakan peristiwa berisiko tinggi. Jika tertangkap basah
oleh pengawas, akan amat menjatuhkan mental dan mana baik sang pelaku.
Palinh tidak dimata teman-temannya dianggap bersikap licik alias tidak
jujur.

http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26 Pebruari 2012

Adapun aksi ini sering dilakukan oleh mahasiswa dalam pelaksanaan


ujian dikarenakan adanya despensasi yang diberikan oleh pihak dosen untuk
membuka buku, maka pada hakikatnya kegiatan yang mereka lakukan
bukanlah suatu ujian melaikan latihan seperti biasanya. Sehingga tidak
dikategorikannya kegiatan tersebut dengan mencontek.

2. Aksi Buka Kamus

Khusus untuk pelaksanaan tes bidang studi bahasa Inggris, termasuk


juga bidang Matematika dan akutansi, penggunaan alat bantu belajar (kamus
dan kalkulator) amat di dambakan. Barangkali karena pengaruh belajar
sehari-hari dengan menggunakan alat bantu, amat sulit bagi siswa untuk
mengerjakan tes dengan tidak menggunakan alat-alat bantu tersebut.
Sehingga dengan berbagai cara, mereka berusa keras untuk memanfaatkan
alat bantu belajar tersebut.

http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26 Pebruari 2012

3. Aksi Buka Rumus

8
Bidang studi yang sering kali menggunakan rumus-rumus perhitungan
menjadi dorongan utama peserta tes untuk melakukan aksi buka rumus.
Seperti pada bidan stusi Matematika, Fisika, Kimia serta Ekonomi. Dengan
berbagai cara mereka mempersiapkan diri untuk bisa melihat rumus-rumus
perhitungannya sebelum membuat catatan-catatan khusus berisi rumus-
rumus perhitungannya. Maka pengawas perlu jeli untuk mengawasi ini
semua, karena bisa jadi rumus-rumus tersebut telah menyatu dengan alat
belajar yang seolah-olah tidak mencurigakan, karena dikemas rapih
sedemikian rupa. http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26 Pebruari 2012

4. Menulis Catatan Kecil

Catatan-catatan kecil yang dibuat peserta tes (sehari sebelum ujian


dirumahnya) sering kali menjadi andalan mereka untuk bisa melakukan aksi
mencontek. Catatan-catatan kecil yang ditulis itu bentuknya beraneka ragam
dan ditulis pada kertas atau alat tertentu yang bisa menbuyarkan kecurigaan
pengawas, seperti pada lipatan kertas digulung rapih dan disimpan dalam
kantong, catatan yang ditulis pada tangan, catatan yang ditulis dimeja tulis,
catatan yang ditulis pada belakang kursi temannya, bahkan terkadang pada
peserta putrid ditulis dikertas tissue yang biasa dipergunakan untuk
membersihkan diri mereka. http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26
Pebruari 2012

5. Menggunakan Simbol-simbol

Jika peraturan pelaksanaan tes dirasakan begitu ketat dan tegas untuk
melakekan aksi mencontek ditambah tindakan pengawas yang sering
mengeledah bangku-bangku mahasiswa, ternyata masih ada cara non tertulis
yang bisa mereka lakukan, yaitu dengan menggunakan symbol-simbol
tertentu. Symbol yang paling umum adalah dengan menggunakan jari-jari
kedua tangannya.

http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26 Pebruari 2012

6. Melihat Secepat Kilat perkerjaan Temannya

9
Jika tidak mendapat kesempatan mencontek secara tertulis, serta aksi
mencontek secara symbol dirasa telah terlanjur dicurigai pengawas, masih
ada aksi mencontek individu tertentu yang pada dasarnya ingin melihat hasil
pekerjaan temannya. Seperti individu yang mengantarkan sendiri absensi
peserta tes kepada rekannya sambil secara secepat kilat melihat lembar
jawaban rekan yang dihampirinya.

Dikutip dalam http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26 Pebruari 2012

1.6 Karakteristik Mahasiswa yang Sedang Mencontek


Berikut karakteristik mahasiswa yang sedang mencontek ketika
sedang mterjadinya ujian, dimana asumsi mencontek ini bisa dari mencontek
lembaran, kertas atau bahkan buku yang berisi jawaban yang sudah
disediakan. Adapun karakter mahasiswa yang melakukan mencontok
diantaranya yaitu :
1. Duduknya gelisah. Pada dasarnya, setiap kegiatan yang tidak baik
akan berdampak pada hati, yaitu muncul rasa gelisah dan takut
kalau2 tingkah lakunya ketahuan.
http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012

2. Tengok sana tengok sini. Orang yang tidak optimis, dengan alasan
apapun, akan selalu dan berusaha mengandalkan orang lain. Tidak
percaya dengan kemampuan dia sendiri.
http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012

3. Kepala menunduk terus menerus. Kepala menunduk terus menerus,


bisa jadi di bawah si siswa tersebut ada contekan. Sehingga dia
dengan tenangnya memindahkan tulisan jawaban dari sumber
contekan ke kertas jawaban dia.
http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012

4. Suka melihat ke arah dosen/guru/pengajar secara


berkesinambungan. Siswa seperti ini sedang mencari-cari peluang

10
dosen/guru/pengajarnya lengah. Jika lengah maka dia bersiap-siap
untuk mencontek.
http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012

5. Ramai / berbicara secara kontinyu, dimana suasana kelas


seharusnya dalam keadaan tenang Kalau siswa sedang gugup, mau
menjawab sendiri dia tidak bisa, dia akan mencoba bertanya pada
kawannya. Sementara kawannya juga sedang sibuk mengerjakan
ujian serta takut ketahuan memberi contekan pada kawannya,
kadang si siswa banyak diam. Siswa pencontek dengan gigihnya
mencari perhatian si kawan yang mau dia contek jawabannya,
sambil terus-menerus memanggil namanya.
http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012
6. Terlalu diam (hampir tidak bergerak) Diam yang terus-terusan
bahkan hampir tidak bergerak, kemungkinan dia dengan asyik atau
tenangnya mencontek. http://suryahandayana.blogspot.com/diakses
26 Pebruari 2012

1.6 Pengertian Ujian

Dalam konteks akademis atau profesional, ujian adalah tes yang


bertujuan untuk menentukan kemampuan seorang mahasiswa . Biasanya ujian
tes tertulis, walaupun beberapa mungkin praktis atau komponen praktis, dan
sangat bervariasi dalam struktur, isi dan kesulitan tergantung pada subjek.

http://bangfajars.wordpress.com/diakses23 mei 2012

B. Kerangka konseptual
Kebudayaan adalah sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia.
Suatu kebudayaan ada karena adanya manusia. Manusia sebagai makhluk yang
paling mulia dan paling sempurna disbanding makhluk lainnya yakni dengan

11
diberikannya akal dan budi yang harus dapat menciptakan suatu kebudayaan.
Kebudayaan sangatlah beragam. Kebudayaan suatu tempat berbeda dengan tempat
yang lainnya dan budaya suatu kelompok berbeda dengan kelompok lainnya.
Mahasiswa sebagai suatu kelompok dalam suatu instansi pendidikan juga
memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan itu meliputi kebudayaan yang
positif maupun kebudayaan yang negative. Namun tidak jarang kita temukan
kebudayaan yang bersifat negative. Contoh kecilnya adalah budaya mencontek di
kalangan mahasiswa. Hal itu merupakan salah satu contoh kecil budaya yang ada
dikalangan mahasiswa yang bersifat negative yang didasari oleh adanya suatu
perilaku adopsi yang telah memepengaruhi kepribadian seseorang dari awal
menjalani suatu pendidikan . Karena mencontek merupakan suatu perbuatan atau
cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai
nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian. Hal itu merupakan tindakan yang
tidak sesui dengan identitas seorang mahasiswa. Dan seharusnya mendapatkan
perhatian agar mahasiswa dapat menggunakan kemampuannya sendiri .
Perbuatan menyontek tersebut masih dilakukan dikalangan pelajar maupun
mahasiswa yang disebabkan oleh dibiarkan saja oleh pengawas ujian (pada waktu
itu ulangan umum), tidak dilaporkan kepada guru akan kegiatan mencontek yang
dilakukan mahasiswa, Meskipun ada guru yang mengetahuinya, mereka tidak
menanggapinya dengan serius, tidak memberi teguran serta sanksi sama sekali,
mungkin hal tersebut adalah hal biasa saja dan bagian dari usaha para siswa. Jika
tidak ada sanksi, maka orang akan cenderung mengulangi lagi. Jelas ini
merugikan siswa-siswi yang rajin belajar, karena objektifitas penilaian tidak ada
sama sekali yang dilihat hasil ujian bukan keseluruhan proses dalam
pembelajaran. Dan pernah terjadi siswa yang jujur dalam menjawab pertanyaan
nilainya lebih rendah daripada siswa yang jelas-jelas menyontek siswa yang jujur
tersebut. Akibatnya ia menjadi prustasi, dendam dan marah kepada diri sendiri
yang mudah sekali dicontek teman, marah kepada teman yang menyonteknya,
marah kepada guru yang memberi nilai yang tidak obyektif.

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Adapun jenis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah
dengan menggunakan penelitian kualitatif yaitu mengumpulkan data- data
yang ada di lapangan sesuai dengan prinsip penelitian yang secara empiris.

B. Lokasi penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian di Universitas Negeri Medan
Fakultas Ilmu Pendidikan.

C. Subjek penelitian
Subjek pada penelitian ini difokuskan pada mahasiswa/ i
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Medan khususnya
Kelas B1 Reguler 2009 dengan jumlah sekitar 35 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data serta bahan-bahan yang
diperlukan dalam penelitian ini yakni:
 Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data
yang lebih akurat yang berhubungan dengan subjek penelitian.
Wawancara tidak hanya dilakukan pada mahasiswa B1 Reguler
PGSD ’09 tetapi juga pada beberapa dosen yang mengajar di
kelas B1 Reguler PGSD ’09.
Aspek-aspek yang diwawancarai adalah menyangkut
budaya mencontek dalam menentukan apa yang melatar

13
belakangi Mengapa sampai saat ini mencontek masih menjadi
suatu kebudayaan bagi mahasiswa.
 Questioner
Questioner adalah suatu cara pengumpulan data dalam
suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya
banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak).
Questioner ini dilakukan dengan mengedarkan formulir-
formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk
mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya.
Questioner ini selalu berbentuk formulir-formulir berisi
pertanyaan-pertanyaan (question).

 Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk melihat secara nyata masalah
yang diteliti. Berdasarkan pengamatan dapat dilihat secara jelas
bahwasannya hampir seluruh mahasiswa mencontek. Hal
tersebut dilihat dari banyaknya mahasiswa yang berbicara dan
bertanya jawaban dengan temannya. Ada mahasiswa yang
dengan diam-diam membuka buku saat ujian, membawa catatan
kecil dan kegiatan-kegiatan lainnya.

14
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Wawancara Dengan Mahsiswa B 1 Reguler PGSD 2009


Seorang antropolog yaitu EB. Taylor memberikan defenisi kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (dalam Wahyu. MS, 1986; hlm
45).Kebudayaan itu muncul karena suatu kebiasaan yang terus menerus
dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu, seperti kelomppok
mahasiswa yang melakukan kebiasaan mencontek ketika ujian yang mereka
ketahui bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang menyimpang
dalam prosedur akademik.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan di kelas b
regular pgsd’ 09 dari 35 orang mahasiswa mengatakan pernah mencontek.
Dan kegiatan mencontek tersebut telah dimulai oleh beberapa mahasiswa dari
SD dan sebagian lainnya mengatakan memulainya dari SMP dan berlanjut
hingga sekarang yakni di Perguruan Tinggi. Salah satu mahasiswa
mengatakan:

“saya pernah mencontek saat ujian, dan kegiatan mencontek


tersebut sudah saya lakukan sejak SD dan berlanjut hingga sekarang
karena dari dulu hingga sekarang tidak ada tuh peraturan yang tegas
ataupun hukuman yang kami terima , jika kami ketahuan mencontek,
sehingga saya ya tidak takut untuk mencontek. Lagian semua teman-
teman juga mencontek”.
Ada juga mahasiswa yang mengatakan,

“saya pernah mencontek saat ujian mulai dari SMP dan sampai di
perguruan tinggi ini tetapi tidak sering. Hal ini saya lakukan karena
saya tidak tahu jawaban dari soal ujian tersebut. Lagi pula guru
ataupun dosennya kurang menarik sehingga saya malas untuk belajar”
Dari pernyataan-pernyataan diatas, terlihat bahwa budaya mencontek
telah ada dari dulu hingga sekarang. Darohim(2012), seandainya saja adanya

15
peraturan yang tegas terhadap pelaksanaan pendidikan yang ada kemunkinan
besar budaya mencontek dapat terminimalisir dengan baik dan dari tindakan
tesebut dapat menghilang secara perlahan. Meskipun terkadang praktik
menyontek dilakukan dengan alasan pembenaran seperti, “Menyontek untuk
membantu orang tua sebab jika tak lulus kasihan orang tua yang telah
membiayai pendidikan”, menyontek tetap tidak bisa dibenarkan dengan
alasan apapun. Jelas, secara psikologis, perilaku menyontek mencerminkan
sikap tak percaya diri yang salah satu penyebabnya karena tak siap menempuh ujian.
“Kepercayaan diri muncul karena adanya persiapan

Berdasarkan hasil questioner yang telah dibagikan kepada mahasiswa


B Reguler PGSD 2009, didapatkan bahwa 100% seluruh mahasiswa
mengetahui akan makna belajar yang sebenarnya dan hanya sebagai teori
yang mereka pegang. Tetapi pada pelaksanaan mereka belum mampu
menerapkan makna belajar tersebut, sehingga masih banyak mahasiswa yang
mencontek saat ujian yang perilaku tersebut telah diadopsi semenjak duduk di
bangku pendidikan.

Berdasarkan hasil questioner yang telah dibagikan kepada mahasiswa B


Reguler PGSD 2009, didapatkan bahwa seluruh mahasiswa mengetahui akan
makna belajar yang sebenarnya dan hanya sebagai teori yang mereka pegang.
Salah seorang mahasiswa mengatakan:

“ makna belajar bagi saya merupakan suatu proses dimana saya


yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar merupakan prioritas utama saya saat
ini. Namun terkadang situasi dan kondisinya yang menuntut kami untuk
melakukan perbuatan mencontek, yakni seperti banyak dosen yang
membuat ujian mendadak sehingga saya tidak ada persiapan sehingga saya
mencontek selain itu adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat
sehingga lebih memudahkan saya untuk mencontek.”.
Mahasiswa lainnya mengatakan,
“belajar merupakan proses dimana saya yang tidak tahu menjadi
tahu. Prioritas utama saya selama menjadi mahasiswa ini adalah belajar,
yang menyebabkan saya lupa akan prioritas utama saya dan melakukan
tindakan mencontek karena saya kurang persiapan saat akan ujian. Selain
itu saya merasa guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai”.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa mahasiswa
mengetahui akan makna belajar, Tetapi pada pelaksanaan mereka belum
mampu menerapkan makna belajar tersebut, sehingga masih banyak

16
mahasiswa yang mencontek saat ujian .Mereka melakukan tindakan tersebut
dikarenakan kurangnya kerjasama ataupun komunikasi antara dosen dengan
mahasiswa.

Dari hasil wawancara dan questioner dapat kita ketahui alasan mengapa
sampai saat ini mencontek masih menjadi suatu kebudayaan bagi mahasiswa
khususnya mahasiswa B1 Reguler 2009, karena: 1) tidak adanya sanksi yang
tegas yang dibuat oleh dosen dan benar-benar diterapkan kepada mahasiswa
yang mencontek, 2) dosen kurang mampu menerapkan pembelajaran yang
menarik, seperti menggunakan metode-metode yang sesuai dengan
kebutukhan mahasiswanya, sehingga mahasiswa tidak bosan dan merasa
tertarik untuk belajar, 3) kurangnya kerjasama ataupun komunikasi antara
dosen dengan mahasiswa, 4) kurangnya persiapan dari diri mahasiswa sendiri
saat akan menghadapi ujian.

B. Hasil Wawancara dengan Beberapa Dosen PGSD Unimed

Berdasarkan wawancara dengan beberapa dosen menyatakan bahwa


sebagian besar dari dosen sudah memberikan peraturan yang tegas ketika
dalam pelaksanaan ujian dan sanksi- sanksi yang diberikan bagi mahasiswa
yang melanggar peraturan, salah seorang dosen mengatakan:

“ saya selalu menerapkan peraturan yang tegas terhadap mahasiswa


saya tentang mencontek saat ujia. Sebelum memulai perkualian pada
minggu pertama perkuliahan, saya selalu memberikan kontrak kuliah
yang salah satu isinya bahwa apabila ketahuan ada mahasiswa yang
mencontek maka saya tidak akan meluluskan ia pada mata kuliah
saya”.

Ada juga dosen yang mengatakan,

“ saya sudah membuat peraturan bahwa mahasiswa tidak dibolehkan


mencontek saat ujian. Namun saya tidak memiliki kemampuan seutuhnya
untuk menegur atau memberikan sanksi yang tegas bagi mahasiswa, karena
saya merasa adanya rasa iba atau kasihan yang kepada mahasiswa sehingga
saya memberikan keluasan dan keperyaan kepada mahasiswa”.

17
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat kita ketahui bahwasannya
sebagian dosen telah membuat peraturan tentang mencontek, namun pada
penerapannya tidak semua dosen mampu, masih ada dosenyang memberikan
keluasan kepada mahasiswa dalam pelaksanaan ujian sehingga memberikan
kesempatan mahasiswa untuk melakukan tindakan mencontek. Sikap dosen
yang seperti itu yang menjadikan kegiatan mencontek terus dilakukan dari
sejak dulu yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa.

18
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian tentang budaya mencontek saat


ujian di kalangan mahasiswa B Regular PGSD’09 UNIMED, dan apa yang
telah peneliti uraikan dalam pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa : alasan mengapa sampai saat ini mencontek masih menjadi suatu
kebudayaan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa B1 Reguler 2009, karena:
1) Budaya mencontek merupakan suatu sikap yang sampai pada sekarang ini
belum teratasi karena adanya suatu perilaku adopsi yang telah memepengaruhi
kepribadian seseorang.2) tidak adanya sanksi yang tegas yang dibuat oleh
dosen dan benar-benar diterapkan kepada mahasiswa yang mencontek, 3)
dosen kurang mampu menerapkan pembelajaran yang menarik, seperti
menggunakan metode-metode yang sesuai dengan kebutukhan mahasiswanya,
sehingga mahasiswa tidak bosan dan mersa tertarik untuk belajar, 4)
kurangnya kerjasama ataupun komunikasi antara dosen dengan mahasiswa, 5)
kurangnya persiapan dari diri mahasiswa sendiri saat akan menghadapi ujian.
Dan sebagian besar dosen lebih mengutamakan rasa iba atau kasihan yang
diberikan kepada mahasiswa ketika pelaksanaan ujian.

B. Saran
1. Bagi dosen :
 Seharusnya dosen lebih memberikan peraturan yan tegas atau
sanksi kepada mahasiswa yang ketahuan mencontek sehingga
mahasiswa tidak terbiasa melakukan kegiatan mencontek dan
tidak menjadi budaya.
 Sebaiknya dosen harus mampu memberikan metode
pembelajaran yang menarik sehingga mahasiswa berantusias

19
untuk rajin belajar sehingga budaya mencontek dapat
terminimalisir.
2. Bagi mahasiswa:
 Seharusnya sebagai mahasiswa harus mampu `memaknai
belajar tidak hanya teori namun juga pelaksanaannya, sehingga
tidak ada lagi mahasiswa yang mencontek saat ujian.
 Seharusnya mahasiswa membiasakan diri untuk belajar setiap
saat sehingga pada waktu ujian mahasiswa sudah siap dan
tidak lagi melakukan kegiatan mencontek.

20
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsin dan Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta PT Asdi Mahasatya

Ihromi. 1981. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta. PT Gramedia

Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Aksara Baru

Tim Dosen,.Ilmu Sisial dan Budaya Dasar.Medan.UNIMED

Wahyu. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Banjarmasin. Usaha Nasional

Widagdho Djoko.dkk. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Bumi Aksara

http://wikipedia.org/diakses 26 pebruari 2012-02-27

http://gicara.com/dikses 24 pebruari 2012

http://adhiietya.wordpress.com/diakses 26 Pebruari 2012

http://suryahandayana.blogspot.com/diakses 26 Pebruari 2012

http://bangfajars.wordpress.com/diakses23 mei 2012

21
Masukan saya adalah lebih baik meneliti mengapa
mahasiswa mencontek untuk mencari jawaban
mengapa mencontek menjadi budaya. Karena ini akan
menyangkut misalnya: dosennya yang tidak
mengetahui atau tidak peduli terhadap gejala
mencontek ini. Gejala mencontek yang tidak berusaha
dihilangkan. Sehingga dengan gejala mencontek ini
kalian bisa menjelaskan mengapa budaya ini tetap
bertahan dari dulu hingga sekarang.

22

Anda mungkin juga menyukai