Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN DALAM INGATAN MANUSIA

A. PENDAHULUAN

Menurut pandangan psikologi kuno, belajar ditafsirkan sebagai menghafal (Effendi&Praja,


1993). Oleh karena itu, belajar dilakukan semata-mata dengan menghafal. Hasil belajar
seseorang ditandai dengan hafalan tentang materi yang dipelajarinya. Bahwa antara belajar
dan menghafal terdapat hubungan timbal balik, namun belajar dalam arti sesungguhnya,
sebetulnya berbeda dengan menghafal. Menghafal hanya merupakan sebagian dari
kegiatan belajar secara keseluruha. Persamaannya adalah keduanya menyebabkan
perubahan dalam diri individu.

Menghafal erat hubungannya dengan proses mengingat, yaitu proses untuk menerima,
menyimpan dan memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah diperolehnya melalui
pengamatan antara lain melalui belajar. Ingatan atau sering disebut memory adalah sebuah
fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Pada umumnya
para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau.
Apa yang telah diingat adalah hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya dan hal
tersebut pernah dimasukkan kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu
kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Ingatan merupakan kemampuan untuk
menerima dan memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali
apa yang pernah dialami (remembering). Dengan demikian, jelas, antara proses-proses
belajar dan ingatan terdapat hubungan yang erat. Tidak mungkin kita dapat mempelajari
sesuatu tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau fungsi psikis.
Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang dipelajari adalah nonsens, tidak ada
artinya. Dengan belajar kita bermaksud mendapatkan sesuatu, ini tidak mungkin tanpa
pertolongan ingatan. Ingatan yang kaya dan kuat sangat berjasa sekali dalam proses
belajar. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan mengkaji bagaimana proses
pengolahan informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia.

B. PEMBAHASAN
1. Pengorganisasian informasi
Pengorganisasian informasi berkaitan dengan bagaimana seseorang menerima sebuah
informasi, mempersepsi, mengorganisasi, menyimpan dalam bentuk ingatan dan
memanggil kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan tersebut saat dibutuhkan.
Pengorganisasian informasi merupakan bidang kajian dari psikologi kognitif yang
mengkaji tentang sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana kita memperoleh informasi
mengenai dunia, bagaimana informasi tersebut direpresentasikan dan ditransformasikan
sebagai pengetahuan, bagaimana informasi itu disimpan dan bagaimana pengetahuan
tersebut digunakan untuk mengarahkan perhatian dan perilaku kita (Solso, 1991).
Proses terjadinya pengorganisasian informasi diawali dengan masuknya sebuah
stimulus informasi yang berupa benda, suara, maupun gambar visual melalui panca
indera manusia. Stimulus tersebut selanjutnya diteruskan oleh syaraf sensoris menuju
ke pusat susunan syaraf (otak) yang berperan sebagai pusat kesadaran. Informasi yang
masuk ke dalam otak tersebut kemudian diproses dalam otak sehingga individu tersebut
mengerti, menyadari, menafsirkan, dan menilai stimulus yang diterima tersebut. Jika
stimulus yang masuk mendapat perhatian dan dianggap bermakna maka akan diingat
dan disimpan di dalam memori manusia, sedangkan stimulus yang tidak mendapat
perhatian maka akan dengan cepat dilupakan. Jadi perhatian terhadap suatu objek
tertentu menjadi syarat awal kesediaan seseorang menyimpan sebuah informasi.

2. Memori pada manusia


Secara etimologi, kata memori berasal dari bahasa inggris yaitu 'memory'. Secara
sederhana, memori adalah kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat
digunakan lagi dimasa yang akan datang. Manusia atau organisme dapat menyimpan
informasi yang diterima yaitu melalui semua indera yang akan diubah bentuknya
sedemikian rupa sehingga dapat disimpan kedalam otak. Secara singkat memori dapat
diartikan sebagai suatu sistem pengolahan informasi

Fungsi Memori

1. Storage (Menyimpan) adalah proses dimana enconding selesai dilakukan baru dapat
melakukan penyimpanan atau resensi.
2. Enconding (Memasukkan Informasi) adalah proses pengubahan informasi kedalam
gelombang-gelombang listrik atau simbol-simbol tertentu yang sama dengan
perangkat yang ada pada organisme.
3. Retrieval (Menimbulkan Kembali) adalah pemanggilan kembali informasi yang sudah
tersimpan didalam otak.
Jenis-Jenis Memori

Berdasarkan pengertian diatas, dikenal tiga jenis memori, yaitu :

1. Memori Sensoris, yaitu proses penyimpanan memori melalui jalur syaraf-syaraf


sensoris yang berlangsung dalam waktu amat pendek. Misalnya; Untuk
menggambarkan memori sensoris ini cobalah matikan semua lampu diruang belajar
Anda sebentar, dekatkan jari-jari tangan Anda pada lampu diatas meja, kemudian
buka mata sejenak dan tutup lagi kedua mata Anda. Pada saat itu akan terlintas
bayangan jari-jari Anda selama beberapa detik. Seperti itulah berlangsungnya
memori sensoris.

2. Memori Jangka Pendek, yaitu suatu proses penyimpanan memori sementara.


Disebut juga Working Memory, karena informasi yang disimpan hanya
dipertahankan selama informasi itu masih dibutuhkan.
3. Memori Jangka Panjang, yaitu proses penyimpanan informasi yang relatif permanen.

Ketiga jenis memori ini saling berhubungan erat. Informasi akan selalu diterima ke
dalam memori sensoris, kemudian akan diteruskan ke dalam memori jangka pendek
dan yang lain hilang. Dari memori jangka pendek ada proses seleksi lagi untuk
diteruskan ke memori jangka panjang yang tidak diteruskan juga akan dilupakan.

Teori-Teori Memori

Berikut teori-teori memori ada 3, yaitu :

Teori Motivated Forgetting


Menurut teori ini, seseorang akan cenderung berusaha melupakan hal-hal yang
menyakitkan. Hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan ini akan cenderung di
tekan atau tidak di perbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori
psikoanalisis yang di pelopori oleh Sigmund Freund. Dari penjelasan di atas, dapat
diketahui bahwa teori ini juga berpendapat bahwa informasi yang sudah disimpan masih
selalu ada.

Teori Retrrievak Failure


Teori ini pada hakikatnya sependapat dengan teori interferensi yang menyatakan bahwa
informasi yang telah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi
kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan tidak adanya petunjuk yang
mencukupi dengan demikian, jika syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang
tepat), maka informasi tersebut pasti dapat di telusuri serta diingat kembali.

Lupa Karena Sebab-sebab Fisiologis


Para peneliti sependapat bahwa setiap penyimpanan akan diiringi berbagai perubahan
fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut dengan 'engram'. Gangguan pada engram ini
akan mengakibatkan amnesia (lupa ingatan). Jika yang dilupakan merupakan informasi-
informasi yang sudah disimpan beberapa waktu yang lalu, yang mengalami hal tersebut
dikatakan menderita amnesia antegrad. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat
hubunganya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian
bagi para pendidik.
Proses-Proses Memori

Proses Enconding
Enconding adalah suatu proses mengubah suatu informasi ke dalam bentuk yang
sesuai dengan sifat-sifat memori pada organisme. Proses ini sangat berpengaruh pada
lamanya suatu informasi yang disimpan dalam memori.

1. Enconding dalam memori sensoris. Pada saat mata kita melihat sesuatu, atau
telinga dapat mendengar sesuatu, informasi dari indera-indera itu akan diubah dalam
bentuk impuls-impuls neural dan dihantarkan ke bagian tertentu di otak. Proses ini
berlangsung dalam waktu yang sepersekian detik. Sinar yang mengenai retina di
terima oleh reseptor-reseptor yang ada, kemudian sinar tersebut di transformasikan
bentuknya ke dalam impuls-impuls neural dan dikirim ke otak.
2. Encoding dalam memori jangka pendek. Mula-mula akan berlangsung proses
endocing seperti dalam memori sensoris, yaitu rangsang diterima oleh indera,
diubah bentuknya menjadi implus-implus neural dan di kirim ke otak. Akan tetapi
informasi yang telah diterima oleh otak kemudian dikenai oleh suatu proses yang
disebut control processes, yaitu proses yang mengatur laju dan mengalirnya
informasi . Informasi yang masuk melalui indera dan disimpan dalam memori
sensoris dapat dianggap sebagai bahan mentah yang jumlahnya banyak sekali,
kemudian jumlah yang banyak itu akan diseleksi menurut beberapa cara dalam
control processes. Mekanisme lain digunakan untuk menyeleksi informasi adalah
attention (perhatian). Perhatian ini menyaring informasi yang masuk kedalam
memori jangka pendek sehingga hanya sebagian kecil yang boleh lewat.
3. Encoding dalam memori jangka panjang. Dalam memori jangka pendek informasi
tersebut sudah diseleksi berdasarkan control processes. Untuk dapat masuk
kedalam memori jangka panjang, perlu dilakukan lagi yang disebut semantic atau
imagery coding. Dalam proses ini arti dari informasi dianalisis lebih jauh lagi.

3.Meningkatkan Kemampuan Memori


Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus
memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
a. Proses memori bukanlah suatu perjuangan yang mudah. Oleh alasannya
yaitu itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam
proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi banyak
sekali duduk masalah sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari
pengalaman” alasannya yaitu ia bisa memakai banyak sekali isu yang telah
diterimanya di masa kemudian untuk memecahkan banyak sekali duduk
masalah yang dihadapinya dikala ini.
b. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai korelasi dengan hal-hal
lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari
uraian di depan terang bahwa memori sangat dibantu bila isu yang dipelajari
mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks
sanggup berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-
lain. Konteks ini memperlihatkan retrievel cues atau alasannya yaitu itu
mempermudah recognition.
c. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian isu
yang sangat dikenal yaitu mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi
memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa
(dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga isu yang
kompleks gampang untuk diingat kembali.

4. Aplikasi Pengolahan Informasi dalam Pembelajaran


Pengolahan informasi erat kaitannya dengan proses belajar. Pengolahan informasi
merupakan kemampuan psikis atau mental berupa mengamati, melihat, menyangka,
memperhatikan, berpikir, mempertimbangkan, dan menilai. Sedangkan di dalam belajar
sendiri melibatkan tiga proses yang berlangsug hampir bersamaan, yaitu memperoleh
informasi baru, transformasi, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Dahar,
1989).
Belajar menurut Ausubel (1961) ada empat macam tipe belajar yakni:
a. Belajar dengan menerima saja (reception learning): si pelajar hanya menyerap
bahan-bahan yang tersedia baginya sehingga di masa yang akan datang ia bisa
memproduksi kembali.
b. Belajar dengan menemukan seseuatu (discovery learning): si pelajar menemukan
sendiri materi yang harus dipelajari. Ia tidak hanya menyerap, tetapi mengorganisasi
dan mengintegrasikan materi-materi yang dipelajarinya ke dalam struktur kognitifnya.
Pengulangan dari discovery learning meningkatkan kemampuan penemuan dari
individu yang bersangkutan.
c. Belajar dengan menghafal (rote learning): si pelajar mengingat-ingat bahan yang
dipelajari secara verbatim, yaitu sebagai rangkaian kata-kata.
d. Belajar dengan mengartikan (meaningful learning): si pelajar berada dalam situasi
yang mengandung setidak-tidaknya dua sifat, yakni (a) bahan yang akan dipelajari
secara potensial mempunyai arti; (b) si pelajar sudah mempunyai kecenderungan
berpikir untuk menghubungkan informasi-informasi atau konsep-konsep baru yang
struktur kognitif yang sudah ada dan relevan.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa belajar dengan menerima saja biasanya juga disebut
belajar dengan menghafal. Sebaliknya, belajar dengan menemukan adalah belajar
dengan mengartikan. Kalau ada belajar dengan menemukan yang tergolong menghafal,
maka itu adalah belajar dengan coba-salah (trial and error learning). Sebaliknya, jika
belajar dengan menemukan itu tergolong mengartikan, maka itu adalah belajar yang
menggunakan wawasan (insightful problem solving).
Maka aplikasi pengelolahan informasi dalam sebuah proses pembelajaran dapat
ditekankan pada:
1) guru membimbing para peserta didik dalam penerimaan stimulus dengan cara
bagaimana membuat topik pembelajaran yang menarik bagi peserta didik agar
menjadi perhatian peserta didik
2) guru menyusun metode pembelajaran yang membuat peserta didik lebih mudah
mengingat materi pelajaran yang diajarkan, misalnya menggunakan gambar visual,
grafik, kode-kode atau singkatan-singkatan yang dapat mempermudah peserta didik
dalam menyimpan materi pelajaran di dalam ingatan mereka.
3) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena mengingat akan lebih efektif
apabila peserta didik memiliki minat yang besar dan motivasi yang kuat untuk
mengulang kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari.

B. KESIMPULAN
Pengolahan informasi erat kaitannya dengan proses belajar. Dimana pelajar menerima
sebuah informasi melalui panca indera, kemudian mereka menyerap informasi tersebut dan
mengorganisasikan materi-materi yang dipelajarinya ke dalam struktur kognitifnya sehingga
mereka mengingat bahan yang dipelajari, dan selanjutnya menghubungkan informasi-
informasi atau konsep-konsep baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dan relevan.
Pengorganisasian informasi berkaitan dengan bagaimana seseorang menerima sebuah
informasi, mempersepsi, mengorganisasi, menyimpan dalam bentuk ingatan dan
memanggil kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan tersebut saat dibutuhkan.
Proses terjadinya pengorganisasian informasi diawali dengan masuknya sebuah stimulus
informasi yang berupa benda, suara, maupun gambar visual melalui panca indera manusia
(encoding). Stimulus tersebut selanjutnya diteruskan oleh syaraf sensoris menuju ke pusat
susunan syaraf (otak) yang berperan sebagai pusat kesadaran untuk diingat
(retention/storage). Informasi yang masuk ke dalam otak tersebut kemudian diproses dalam
otak sehingga individu tersebut mengerti, menyadari, menafsirkan, dan menilai stimulus
yang diterima tersebut untuk ditimbulkan kembali (remembering/retrieval).
Faktor-faktor Ingatan (Memori) yaitu faktor individu, faktor sesuatu yang harus di ingat yaitu
sesuatu yang mempunyai organisasi dan struktur yang jelas, mempunyai arti, mempunyai
keterkaitan dengan individu, mempunyai intensitas rangsangan yang cukup besar lengan
berkuasa dan faktor lingkungan.
Dan aplikasi pengolahan informasi ke dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
guru membuat topik pembelajaran yang menarik bagi peserta didik untuk menarik perhatian
peserta didik, guru menyusun metode pembelajaran yang membuat peserta didik lebih
mudah mengingat materi pelajaran yang diajarkan, dan meningkatkan motivasi belajar
peserta didik karena mengingat akan lebih efektif apabila peserta didik memiliki minat yang
besar dan motivasi yang kuat untuk mengulang kembali materi pelajaran yang sudah
dipelajari

Anda mungkin juga menyukai