Anda di halaman 1dari 8

-.

-
Vol 15, No I,Apr~l2001

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN AIR Dl LAHAN BASAH

(Development and Management of Water in Wetland)

Soedodo ~ardjoamidjojo'dan Budi I. setiawan2

Abstract

This paper describes potentials as well as obstacles in developing wetland for


agr~cult~ires. Historical backgrounds of wetland utilization for agric~~lturesin
Indonesia and wetland definition by Ran7sar Convention are highlighted. Special
emphasis is g ~ v e nto explain physical and hydrological conditions of wetland and
opportirnities to develop sustainable agricultural activities based on wetland
categories. Current problems in developing wetland, s ~ ~ asc hland degradation and
lost of wetland are enlightened, and a little note is aroused to elucidate the failure
of One Million Hectares Project in Central Kalimantan. Finally, prospective
technologies for controlling water table were proposed.

Keywords: wetland, agriculture, water table control

PENDAHULUAN (lowland rice) bukanlah ha1 baru bag1


Indonesia. Sekitar seratus tahun yang
Pemanfaatan lahan basah harus lalu, lahan basah di pantai Sumatera
d~rencanakan dan dirancang secara dan Kalimantan secara spontan telah
cermat dengan asas tataguna lahan dibuka dan ditempati oleh keluarga
yang berperspektif jangka panjang. Bugis (Sulawesi Selatan), Banjar
Bentang-lahan (landscape) dari lahan (Kalimantan Selatan), dan Melayu
basah jauh dari serbasama (Riau, Sumatera Timur). Mereka me-
(homogeneous) dalarn ha1 hidrologi, rnanfaatkan gerak pasang surut seba-
tanah dan vegetasi. Hidrologi dan gai alat penggelontor (flushing) dan
tanah sangat rentan perubahan oleh pencuci yang efektif untuk membuang
us~kan (disturbance), baik karena air asam dan meng-gantinya dengan
peristiwa alarn, rnaupun karena ulah kualitas air yang lebih baik dalam ha1
manusia. pH dan kandungan hara (Notoha-
Pemanfaatannya harus memper- diprawiro, 1998).
hatikan tiga aspek lahan basah yang Keberhasilan keluarga Banjar -nrem
i
menentukan nilainya, yaitu: fungsi, buat apa yang dinamakan sawah bayar
has( dan cirl khas Sebab-sebab yang telah menarik perhatian pemerintali
dapat merusak lahan basah yang Hindia Belanda, yang kernudian
selanjutnya dapat meng-hilangkannya, membantu membuat fasilitas perna-
harus dapat dicegah. sukan gerakan air pasang surut de-
ngan membuat kanal yang rneng-
SEJARAH PENGEMBANGAN hubungkan sungai-sungai besar me-
LAHAN BASAH motong dataran delta. Kanal in1 juga
berfungsi sebagai sarana transportasi
Usaha untuk rnengembangkan la- air untuk meningkatkan aksesibilitas
han basah untuk budldaya padi sawah daerah tersebut. Kanal pertama yang

' Jurusan Teknik Pertanian. FATETA-IPB, PO BOX 220, Bogor 16002. E-mail.
!ta@bogor.wasantara.net.id
CREATA, LP-IPB, PO BOX 220, Bogor 16002. E-mail: budindra@ipb.ac.id
dibangun adalah Anjir Serapat yang dalam Tim PLBT, 1999). Definisi lahan
diselesaikan tahun 1890, dan basah yang diberikan oleh Konvensi
rnenghubungkan Sungai Kapuas dan Rarnsar adalah daerah rawa, lahan
Sungai Barito sepanjang 28 kilometer. gambul, atau air, baik yang alami
Kanal tersebut kernudian diperdalam maupun yang buatan, bersifat tetap
dan diperlebar pada tahun 1935. atau sementara dengan air ladung atau
Kekurangan pangan beras yang rnengalir, bersifat tawar, payau, atau
dihadapi negara setelah Perang Dunia asin, terrnasuk daerah air marin yang
I telah rnendorong Pernerintah Hindia dalamnya pada waktu surut tidak lebih
Belanda rnernpelajari tentany dari 6 (enam) meter (Dugan 1990).
bagairnana sawah bayar dan irigasi Lahan basah alami rnencakup
pasang surut tradisional dapat berhasil, estuari, yaitu bagian hilir sungai, atau
serta bagairnana persyaratan sungai pendek di daratan pantai,
tanahnya. mangrove, jalur laut dangkal sepanjang
Pada sekitar tahun 1960-1970, pantai, dataran banjir, delta, rawa,
Indonesia sekali lagi menghadapi danau, lahan gambut, dan hutan rawa.
kekurangan bahan pangan beras yang Lahan basah buatan rnanusia
lebih serius, yang kemudian rnencakup tarnbak, perkolaman ikan
rnenjadikan lndonesia negara pedalarnan, sawah, lahan pertanian
pengimpor beras terbesar di dunia. yang secara berkala terkena banjir,
Berbagai program intensifikasi sawah jaringan saluran irigasi, dan waduk
di Pulau Jawa kurang berhasil karena (Dugan, 1990).
terbatasnya ketersediaan lahan dengan Walaupun pengertian lahan basah
fasilitas irigasi yang rnernadai. Sekali sangat luas, narnun ada ha1 yang
lagi, rawa pasang surut menjadi salah rnenjadi pernersatu (cornin017
satu penyelesaian yang terlihat. denominator), yaitu air adalah sebagai
Usaha pengembangan yang pengendali watak dan perilaku lahan.
dilakukan kedua pernerintah dalarn era Di Amerika Serikat, disamping air
yang berbeda (kolonial dan republik) menjadi faktor pengendali (wetland
adalah sepenuhnya dalam situasi hydrology) untuk menggaris batasi (to
politik yang berbeda, tetapi ada tiga delineate) lahan basah, juga digunakan
kesarnaannya, yaitu: dua faktor lain: tanah yang bercorak
.. tindakan dilakukan dalarn usaha hidrik, dan vegetasi yang bercorak
mengatasi kekurangan pangan beras; hidrofitik. Sebenarnya, corak hidrik
- pernecahan masalah rnengikuti pada tanah dan corak hidrofitik pada
contoh sistern tradisional; vegetasi adalah turunan corak hidrologi
- tujuannya adalah pengernbangan lahan (Tim PLBT, 1999).
regional dengan kornbinasi usaha Menurut Soil Conservation Service-
peningkatan hasil pertanian dan USDA, tanah hidrik adalah tanah yang
penyebaran penduduk. terbentuk dibawah keadaan jenuh,
banjir, atau tergenang yang
PENGERTIAN LAHAN BASAH berlangsung cukup lama selama
musirn turnbuh sehingga rnenirnbulkan
Konvensi Rarnsar (Noord-van Haug, keadaan anaerob dibagian atas tanah.
1996, dalam Tim PLBT, 1999), Ciri-ciri pokok tanah hidrik adalah:
mengajukan sistern klasifikasi lahan - hasil bentukan keadaan jenuh dan
basah yang kernudian diadopsi oleh anaerobiosis;
negara-negara peserta pada bulan Juli - air tanah sangat dangkal yang
1990. Sistem tersebut mernbagi lahan rnenimbulkan keadaan air tergenang
basah rnenjadi tiga kelompok besar, (waterlogged);
yaitu: lahan basah pedalarnan, lahan - rnengandung bahan sulfidik yang
basah pantai dan rnarin, serta lahan apabila rnengalami oksidasi
basah buatan rnanusia (Rubec, 1996, sehubungan dengan peningkatan
Vol. 15, No. 7, April 2001

drainase akan menghasilkan bahan handal akan rnernbuat orang perlu


sulfat rnasarn yang rnenyebabkan pH mernilih di antara sederet pilihan sulit.
tanah menjadi rendah.
Anaerobiosis dan air tergenang PEMANFAATAN LAHAN BASAH
rnembuat bagian atas tanah
berkadar bahan organik tinggi, Menurut Konvensi Ramsar (Noord-
termasuk pembentukan epipedon van Haug, 1996, dalam Tim PLBT,
umbrik atau lapisan gambut, 1999), suatu lahan basah harus dinilai
memunculkan tampakan redoksimorfik penting secara internasional, dan
berupa warna berbecak atau warna glei karena itu perlu dijaga kelestariannya
dengan kroma rendah, pengumpulan dengan cara konservasi dan
oksida Fe dan atau Mn, dan perubahan penggunaan yang arif. Hal ini dapat
warna karena penyingkapan dilakukan apabila mernenuhi
(exposure) terhadap atmosfir (Fe++ setidaknya satu kriterium dalam salah
teroksidasi menjadi Fe+++), serta satu dari tiga kelornpok indikator
menebarkan bau H2S. berikut:
1) Lahan basah representatif menurut
kekhasannya.
FUNGSI, HASIL, DAN ClRl KHAS - Representatif sangat bagus bagi
LAHANBASAH suatu lahan basah alarni, atau hampir
alarni yang mencirikan suatu kawasan
Tiap lahan basah tersusun atas biogeografi tertentu, atau merupakan
sejumlah kornponen fisik, hayati, dan ciri umurn lebih daripada satu kawasan
kimia berupa tanah, air, spesies biogeografi; atau
tumbuhan dan hewan serta hara. - Representatif suatu lahan basah
Proses-proses di antara dan di dalarn yang mernainkan peranan penting
komponen-kornponen tersebut dalarn fungsi alami suatu dserah aliran
memungkinkan lahan basah sungai utama, atau suatu sistern panta~
menjalankan fungsi-fungsi serta utama; atau
mernbangkitkan hasil, disarnping - Merupakan suatu lahan basah yang
adanya ciri-ciri berharga pada skala langka atau bercorak tidak biasa dalam
ekosistern (Tim PLBT, 1999). kawasan biogeografi bersangkutan.
Fungsi-fungsi yang dirnaksud antara 1) Lahan basah untuk Tunibuhan atau
lain: pengendalian banjir dan erosi, Hewan
mengisi dan melepas kembali air - menopang kehidupan kumpulan
tanah, pengukuhan garis tepi laut, nyata spesies tumbuhan atau hewan,
penambatan sedirnen, bahan beracun atau individu-individu spesies tersebut.
dan hara, penahan angin, pengukuhan yang langka, mudah rnati (vulnerable),
iklim mikro, transportasi air, rekreasi atau hampir punah (endangered); atau
dan pariwisata. Hasil yang dapat - terutama penting untuk rnem elihara
dibangkitkan antara lain: sumberdaya keanekaragaman genetik dan ekologi
margasatwa dan perikanan, flora dan fauna suatu kawasan; atau
surnberdaya hutan, hijauan pakan - bernilai khusus selaku hab~tat
ternak, dan sumberdaya pertanian, tumbuhan atau hewan pada tahap
serta pasokan air. penting (critical stage) dalarn daur
Gabungan fungsi, hasil, dan ciri hayati mereka; atau
ekosistem tersebut rnembuat lahan - bernilai khusus bagi satu atau lebih
basah penting bagi masyarakat. spesies, atau masyarakat tumbuhan
Program komprehensif konservasi atau hewan endemik.
lahan basah berdasarkan analisis
ekologi, sosial, dan ekonomi yang 1) Lahan Basah untuk Unggas Air
- berpopulasi lebih dari 20.000 ekor;
atau
AN PERTANIAN

- mempunyai individu berjumlah KASUS PROYEK PENGEMBANGAN


cukup banyak dari kelornpok-kelompok LAHAN GAMBUT
khusus unggas air; atau
- mempunyai satu persen dari jumlah Proyek Pengembangan Lahan
individu dalam suatu populasi dari sua- Gambut (PPLG) satu juta hektar di
tu spesies, atau subspesies unggas air. Kalimantan Tengah mendapat citra
kurang baik karena adanya berbagai
HIDROTOPOGRAFI LAHAN kegagalan dan kerusakan lingkungan.
Pertumbuhan dan hasil padi serta
Hidrotopografi atau klasifikasi lahan tanaman lainnya tidak memuaskan,
basah merupakan cara tepat untuk dan air masam menyebar dari
mengelompokkan lahan basah atau kawasan PLG tersebut. Kegagalan dan
rawa sehubungan dengan pengelolaan kerusakan lingkungan antara lain juga
air serta penentuan tata-letak (layout) dipicu oleh Musim Kering (MK) tahun
jaringan saluran beserta dimensinya. 1997 yang berkepanjangan, Musirn
Klasifikasi lahan rawa sehubungan Hujan (MH) tahun 199711998 yang
dengan kondisi hidrotopografi adalah: kering, serta MK tahun 1998 yang
- Lahan Kategori A: lahan dapat diairi banyak hujan.
melalui air pasang, baik pasang maksi- Untuk pengembangannya, diperlu-
mum (spring tide) maupun pasang kan adanya perencanaan yang baik,
minimum (neap tide), pada MK atau dan dalam pemanfaatan, pengem-
pada MH; bangan, dan pengelolaan lahannya
- Lahan Kategori B: lahan dapat diairi memper-timbangkan tipologi lahan dan
selama pasang tinggi saja, dan ber- tipe luapannya berdasar hidro-
langsung antara 6 sampai 8 bulan topografinya (Puslittanak, 1998).
dalam setahun; Dengan demikian dapat dicapai suatu
- Lahan Kategori C: lahan tidak dapat sistem usaha pertanian (SUP) yang
diairi secara teratur melalui air pasang, berkelanjutan (sustainable), serta
tetapi air tanah dapat dikendalikan secara ekonomi memungkinkan
pada kondisi muka tanah, atau paling (economically feasible), dapat diterima
t~dak mencapai zona perakaran masyaraka t (socially acceptable), dan
tanaman setahun; aman dalam segi lingkungan
- Lahan Kategori D: lahan tidak dapat (environmentally safe).
diairi melalui air pasang, dan air tanah Kegagalan pertanaman dan
sering berada jauh dari zona perakaran kerusakan lingkungan pada lahan
tanarnan setahun (> 70 cm.dibawah rawa bertanah sulfat masam karena
permukaan tanah). adanya proses oksidasi pirit yang dapat
Lahan Kategori A dan B dapat terjadi akibat drainase berlebihan
memenuhi untuk pengembangan (overdrained), dan pada lahan rawa
sumber-daya secara optimum dengan bertanah gambut karena terputusnya
tujuan peningkatan produksi pertanian, siklus hara setelah penebangan hutan
khususnya padi, dan pengembangan dan lemahnya daya dukung hara dari
wilayah dengan tujuan pokok bahan gambut. Disamping itu juga
peningkatan kesejahteraan petani. masalah kering tak balik (irreversible
Lahan Kategor~C dan D secara umum drying) dari bahan gambut serta
dapat memenuhi pengembangan kesalahan pengelolaan air
w~layah dengan tujuan pokok (Hardjoamidjojo, 1999).
peningkatan kesejahteraan petani
dengan tanaman perkebunan bernilai KERUSAKAN DAN KEHILANGAN
t~nggi,dengan bantuan pompa air serta LAHANBASAH
mekanisasi pertanian.
Lahan basah diberbagai kawasan
telah hilang atau rusak karena
Vol. 15, No. 1, April 2001

pengusikan proses-proses alami oleh dengan rencana yang dibangkitkan


tindakan rnanusia berupa intensifikasi sewaktu dirasakan ada suatu
pertanian, penggundulan tanah, persoalan. Dalarn pendekatan reaktif,
urbanisasi, pencemaran, pernbangu- terjadi disparitas antara keadaan yang
nan bendungan pengalihan air berskala diinginkan dengan keadaan aktual
nasional, dan bentuk-bentuk campur yang dihadapi. Dalam ha1 ini, penye-
tangan lain terhadap sistem ekologi lesaian persoalan adalah seperangkat
dan hidrologi. Di negara-negara tindakan yang menurut pengalaman,
sedang berkembang, penghilangan teori, atau sudut pandang dapat
lahan basah juga menimbulkan disarankan sebagai suatu jalan yang
dampak berat atas masyarakat layak untuk mengubah keadaan aktual
seternpat yang hidupnya tergantung menjadi keadaan yang diinginkan
pada sumberdaya tersebut. (Subandi, 1992).
Dalam beberapa kasus, Dalam ha1 PPLG, keadaan aktual
penghilangan lahan basah tidak adalah lahan basah liar yang dianggap
terhindarkan, misalnya memberantas tidak memberikan manfaat apa-apa.
sarang nyarnuk pembawa penyakit dan sedang keadaan yang diinginkan
rnelancarkan rnobilitas penduduk. adalah lahan berproduktivitas padi
Akan tetapi dalam banyak kasus, tinggi. Pada asasnya, ciri reaktif
kerusakan lahan basah merugikan proses perencanaan menyodorkan
rnasyarakat, yang sebenarnya dapat pilihan terbatas, yang memperkuat
dihindari bila perilaku masyarakat kecenderungan konservatisme dalam
dapat dibenahi. perencanaan, dan cenderung menjadi
Perilaku yang tidak efisien tidak inovatif. lnovasi dapat muncul
rnerupakan konsekuensi berbagai tanpa sengaja lewat tata kerja coba-
faktor, terrnasuk perencanaan yang coba (trial and error). Cara ini
tidak mernadai serta kebijakan yang mempunyai kelemahan lain, yaitu tidak
tidak konsisten dan lernbaga serta efisien dan tidak berperspektif jangka
alat pengelolaan yang tidak memadai. panjang.
Faktor-faktor tersebut dimunculkan Karena bekerja secara coba-coba,
oleh pernahaman yang dangkal pendeketan reaktif mengarah kepada
tentang nilai lahan basah dengan pemborosan sumberdaya, dan menjadi
akibat rnengesampingkan nilai-nilai lebih parah dengan rnunculnya
tersebut dari hitungan ekonomi yang dampak yang tak terduga sebelumnya
rnenentukan keputusan mengenai yang menciptakan persoalan bar11
nasib lahan basah. yang harus di pecahkan dengan
Kelemahan konsep perencanaan tindakan Yang menyebabkan
dan kebijakan serta kelembagaan yang penggunaan sumberdaya bertambah
rnenangani kegiatan (Dugan, 1990) (Subandi, 1992).
antara lain akibat dari: Suatu alternatif pendekatan lain
- infomasi tersedia terbatas; adalah pendekatan optimasi berciri
- pengelolaan lahan basah dengan inisiatif. Fokus upaya adalah tujuan
organisasi sektoral; yang akan dicapai, dan bukan keadaan
- metodologi pengelolaan yang tidak pada waktu sekarang. Keadaan
rnencukupi; sekarang harus dianggap sebagai
- kekurangan SDM yang rnemenuhi dukungan dan mekanisrne yang akan
syarat mutu; digunakan untuk rnenciptakan keadaan
- peraturan perundang-undangan yang baru yang ingin dicapai. Dengan
yang kurany serta penegakan hukum pendekatan ini, perencanaan akan
yang lemah didasarkan kepada pertimbangan
Kesalahan antara lain terletak pada berbagai pilihan penyelesaian potensial
pernilihan pendekatan (approach) yang yang mungkin berperspektif jangka
reaktif, suatu penyusunan tindakan
Z
-' K ETEKNIKAN P ERTANIAN
panjang, dan bukan karena tekanan penggunaan pompa air menjadi satu
kebutuhan sesaat. alternatif yang mulai banyak dipakai
Pendekatan optirnasi lebih efisien oleh petani di beberapa lokasi
daripada pendekatan reaktif, karena: pertanjan lahan basah. Dengan
- penggunaan surnberdaya dalarn demikian, petani dengan mudah dapat
tata kerja coba-coba dirubah dengan mengatur kondisi air di lahan dan
perhitungan biaya Jan keuntungan; menyesuaikannya dengan kebutuhan
- darnpak yang tidak terduga dapat tanaman. Bila pada satu musirn terjadi
secara eksplisit dirarnu dalarn proses kecenderungan akan adanya kelebihan
perencanaan dalam bentuk peramalan; air, mereka akan rnengatur agar pada
- proses perencanaan tidak konser- saatnya dapat rnengeluarkan air dari
vatif, tetapi terbuka. lahannya ke saluran air yang ada di
Bagi upaya pengernbangan lahan sekitarnya. Demikian pula sebaliknya,
basah yang pada dasarnya rapuh bila terjadi kekurangan air di lahan,
karena sangat rentan usikan, maka rnereka tinggal rnembalik pornpa
pendekatan optirnasi akan dapat tersebut menjadi pompa irigasi, yaitu
rnenarnpung ketiga aspek pokok lahan dengan memompa air dari saluran ke
basah, yaitu fungsi, hasil, dan ciri khas lahan pertaniannya.
serta lebih dapat rnenjamin Namun demikian, bukan berarti
keselarnatan dan kelestarian lahan sernua perrnasalahan sudah
basah sebagai suatu surnberdaya. terpecahkan. Ekonomi penggunaan
pompa merupakn satu rnasalah yang
TEKNOLOGI PENGENDALIAN perlu mendapat perhatian.
LAHANBASAH Kemanipuan petani dalarn
mengoperasikan dan merawat pornpa
Pengendalian muka air tanah perlu kelihatannya sudah cukup. Dernikian
perlu rnendapat perhatian dalarn pula. kemampuannya dalam
rangka rnenjaga keseirnbangan rnenentukan jumlah air yang
ekosistem dan keberlanjutan usaha dibutuhkan tanarnan dan untuk
pertanian. Pada urnurnnya, setelah menjaga keseimbangan air. Tetapi
lahan basah rnenjadi terbuka mengingat fluktuasi muka air tanah
permasalahan yang sering muncul yang sangat bervariatif dari waktu ke
adalah adanya renggang fluktuasi waktu, pengoperasian pornpa secara
rnuka air tanah yang cukup tinggi. manual ini sangat tidak efektif dan
Ldasalah kelebihan dan kekurangan air cenderung berlebihan. Petani hanya
b~asanya rnuncul secara berulang, mampu mengorepasikan satu kali saja
yang kedua-duanya dapat menda- dalam satu hari. Air irigasi biasanya
tangkan kerugian bagi usaha tani dan diberikan pada pagi dan selalu
metiyebabkan terjadinya degradasi diberikan melebihi level yang
lingkungan, yang akhirnya secara dibutuhkan untuk mengantisipasi
jangka panjang menjadikan usaha tani kernungkinan terjadi penurunan rnuka
itu tidak layak lagi. air tanah dalam satu hari. Padahal bisa
Pengaturan muka air tanah keli- terjadi hujan di siang atau rnalarn
hatannya tidak mudah dilakukan harinya. Sehingga, yang dibutuhkan
dengan hanya rnengandalkan sistern kemudian sebenarnya adalah
buka-tutup p~ntuair yang selama ini pernbuangan air dari lahan. Kasus
banyak dipakai. Muka air tanah begitu sebaliknya pun bisa terjadi ketika
berfluktuasi yang dalam banyak kasus dilakukan pernbuangan kelebihan air
d~pengaruhi langsung oleh pasang dari lahan dan ternyata beberapa
surut, hujan dan kondisi iklim rnikro waktu kernudian tanah rnulai
disamping kebutuhan evapotranspirasi kekurangan air (Setiawan, et.al., 2000)
~ t u sendr~ bervariatif dengan jenis Melihat kompleksnya perrnasalahan
tanaman dan waktu. Oleh karena itu, pengaturan tata air ini, maka keperluan
Vol. 15, No. 1, April 2001

pemantauan muka air baik dalam lahan peralatannya yang cukup mahal
pertanian dan dalam saluran air teknologi ini kelihatannya hanya layak
menjadi semakin penting bila faktor untuk perkebunan besar seperti
efisiensi dan efektivitas tata air menjadi umpamanya kelapa sawit. Sedangkan,
perhatian utama. Jelas pemantuan kelayakan penggunaannya di tingkat
secara manual tidak mungkin petani perlu dikaji lebih mendalam.
dilakukan. Yang dibutuhkan di sini
adalah pemantauan secara otomatis KESIMPULAN
baik secara mekanis atau elektris.
Muka air di lahan dapat dengan mudah 1) Pemanfaatan lahan basah, khusus-
dipantau dengan sebuah pelampung. nya lahar~gambut, di Indonesia sudah
Batas atas dan batas bawah muka air dimulai lebih seratus tahun yang lalu
bisa ditentukan untuk menentukan dengan memanfaatkan gerak pasang
kapan pompa harus dinyalakan atau surut di Kalimantan dan Sumatera.
dirnatikan. Dengan mengunakan sistem 2) Pemanfaatan lahan basah di
lengan, secara mekanik gerakan naik Indonesia merupakan alternatif untuk
turun pelampung tersebut dapat mengatasi kekurangan beras.
disalurkan menuju saklar listrik, yang 3) Agar lahan basah lestari, perlu
akan menyalakan atau mematikan pemahaman yang baik atas, hasil dan
pompa. ciri khas lahan basah.
Teknologi lain adalah dengan 4 ) Pengaturan tinggi muka air dalarn
memasang tiga kawat listrik yang pemanfaatan lahan basah perlu
dipasang vertikal tetapi ujungnya dilakukan, antara lain dengan
berada pada kedalaman yang berbeda. penggunaan pompa air dengan sistem
Ketiga ujung kawat tersebut terbuka reversible.
bebas dan hanya saling berhubungan 5) Pemantuan dan pengendalian tinggi
dengan perantaraan air.Yang paling rnuka air dapat dilakukan dengan, dl
bawah diberi arus listrik, dan bila tidak antaranya dengan memanfaatkan air
terdapat air di atasnya sampai pada sebagai perantara listrik dan sensor
kawat berikutnya maka saklar akan tekanan air yang dihubungkan dengan
terhubung dan pompa irigasi menyala komputer atau suatu instrumen
terus sampai air mencapai kawat kendali..
teratas kemudian pompa rnati, dan
akan hidup kembali bila air turun sedikit UCAPAN TERIMA KASlH
di bawah kawat yang berada di tengah
(Halim, 2000). Tulisan ini merupakan salah satu
Teknologi yang lebih canggih hasil kajian RUT VII yang berjudul
adalah dengan memanfaatkan satu Pengembangan Sistem Tata Air
sensor tekanan air. Di sini, tinggi air Terkendali untuk Pertanian Lahan
tidak hanya dapat dipantau tetapi juga Gambut, yang dilaksankan sejak tahun
diukur. Pengaturan air menjadi lebih 1999. Penulis mengucapkan terima
akurat bila proses pengendalian kasih kepada Kantor menteri Riset dan
dilakukan dengan sistem komputer teknologi, RI atas dukungan dana yang
atau menggunakan sistem kendali telah diberikan.
yang berbasis sistern minimum. Sistem
ini yang akan memantau muka air dari DAFTAR BACAAN
waktu ke waktu dan mengolahnya
kemudian memberikan komando pada Dugan, P. (Ed.). 1990. Wetland
pornpa, nyala atau mati, dengan lama Conservation. IUCN -The World
operasi yang tepat (Iskandar, et.al., Conservation Union. Gland,
1999). Dengan teknologi ini, ketepatan Switzerland.
muka air dapat dijamin. Namun
dernikian, mengingat kebutuhan
8 6 K ETEKNIKAN P ERTANIAN
Hardjoamidjojo, S. 1999. Kajian Tanah
Gambut untuk Lahan Pertanian.
Makalahsuplernen dalam rangka
penelitian RUT-VII: Pengembangan
Sistern Tata Air Terkendali untuk
Pertanian Lahan Gambut.
Notohadiprawiro, T. 1998. Conflict
between Problem - Solving and
Optimising Approach to Land
Resources Development Policies -
The Case of Central Kalirnantan
Wetlands. Proceedings of The
International Peat Symposium.
Findland.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
1998. Pengembangan dan
Pengelolaan Lahan Rawa. Laporan
Juli 1998 untuk Tim PLBT.
Subandi, W.L.W. 1992. lnventarisasi
Kebijakan, Proyek dan Deskripsi
Proses dalam Pengambilan
Kebijakan. Makalah dalam
Pertemuan Panel Pertama
Kebutuhan Riset dan Koordinasi
Pengelolaan Surnbrdaya Air di
Indonesia. Dewan Riset Nasional.
Tim PLBT. 1999. Konsolidasi Melalui
Penyelamatan Lahan Basah
Terpadu pada Proyek Lahan
Garnbut di DAS BAKAKAS,
Kalirnantan Tengah. Laporan Akhir.
BAPPENAS.
Halim, A. 2001. Kendali Levei Air
Otomatis. Laporan Tugas Akhir.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Iskandar, M., Y. Susanti, S.K. Saptorno
dan B.1. Setlawan. 1999.
Pegendalian Muka Air Tanah
menggunakan Sistem Kendali Fuzi.
Buletin Keteknikan Pertanian. 13(1):
66-74.
Setiawan. B.I., S.K. Saptorno dan E.
Saleh. 2000. Model Otomatisasi
Pengairan Lahan Pertanian Pasang
Surut. Prosiding Lokakarya
Otomatisasi Peralatan untuk
meningkatkan Kinerja Hidrornetri
dalam Otonomi Daerah. Malang, 13
Nopember 2000.

Anda mungkin juga menyukai