-
Vol 15, No I,Apr~l2001
Abstract
' Jurusan Teknik Pertanian. FATETA-IPB, PO BOX 220, Bogor 16002. E-mail.
!ta@bogor.wasantara.net.id
CREATA, LP-IPB, PO BOX 220, Bogor 16002. E-mail: budindra@ipb.ac.id
dibangun adalah Anjir Serapat yang dalam Tim PLBT, 1999). Definisi lahan
diselesaikan tahun 1890, dan basah yang diberikan oleh Konvensi
rnenghubungkan Sungai Kapuas dan Rarnsar adalah daerah rawa, lahan
Sungai Barito sepanjang 28 kilometer. gambul, atau air, baik yang alami
Kanal tersebut kernudian diperdalam maupun yang buatan, bersifat tetap
dan diperlebar pada tahun 1935. atau sementara dengan air ladung atau
Kekurangan pangan beras yang rnengalir, bersifat tawar, payau, atau
dihadapi negara setelah Perang Dunia asin, terrnasuk daerah air marin yang
I telah rnendorong Pernerintah Hindia dalamnya pada waktu surut tidak lebih
Belanda rnernpelajari tentany dari 6 (enam) meter (Dugan 1990).
bagairnana sawah bayar dan irigasi Lahan basah alami rnencakup
pasang surut tradisional dapat berhasil, estuari, yaitu bagian hilir sungai, atau
serta bagairnana persyaratan sungai pendek di daratan pantai,
tanahnya. mangrove, jalur laut dangkal sepanjang
Pada sekitar tahun 1960-1970, pantai, dataran banjir, delta, rawa,
Indonesia sekali lagi menghadapi danau, lahan gambut, dan hutan rawa.
kekurangan bahan pangan beras yang Lahan basah buatan rnanusia
lebih serius, yang kemudian rnencakup tarnbak, perkolaman ikan
rnenjadikan lndonesia negara pedalarnan, sawah, lahan pertanian
pengimpor beras terbesar di dunia. yang secara berkala terkena banjir,
Berbagai program intensifikasi sawah jaringan saluran irigasi, dan waduk
di Pulau Jawa kurang berhasil karena (Dugan, 1990).
terbatasnya ketersediaan lahan dengan Walaupun pengertian lahan basah
fasilitas irigasi yang rnernadai. Sekali sangat luas, narnun ada ha1 yang
lagi, rawa pasang surut menjadi salah rnenjadi pernersatu (cornin017
satu penyelesaian yang terlihat. denominator), yaitu air adalah sebagai
Usaha pengembangan yang pengendali watak dan perilaku lahan.
dilakukan kedua pernerintah dalarn era Di Amerika Serikat, disamping air
yang berbeda (kolonial dan republik) menjadi faktor pengendali (wetland
adalah sepenuhnya dalam situasi hydrology) untuk menggaris batasi (to
politik yang berbeda, tetapi ada tiga delineate) lahan basah, juga digunakan
kesarnaannya, yaitu: dua faktor lain: tanah yang bercorak
.. tindakan dilakukan dalarn usaha hidrik, dan vegetasi yang bercorak
mengatasi kekurangan pangan beras; hidrofitik. Sebenarnya, corak hidrik
- pernecahan masalah rnengikuti pada tanah dan corak hidrofitik pada
contoh sistern tradisional; vegetasi adalah turunan corak hidrologi
- tujuannya adalah pengernbangan lahan (Tim PLBT, 1999).
regional dengan kornbinasi usaha Menurut Soil Conservation Service-
peningkatan hasil pertanian dan USDA, tanah hidrik adalah tanah yang
penyebaran penduduk. terbentuk dibawah keadaan jenuh,
banjir, atau tergenang yang
PENGERTIAN LAHAN BASAH berlangsung cukup lama selama
musirn turnbuh sehingga rnenirnbulkan
Konvensi Rarnsar (Noord-van Haug, keadaan anaerob dibagian atas tanah.
1996, dalam Tim PLBT, 1999), Ciri-ciri pokok tanah hidrik adalah:
mengajukan sistern klasifikasi lahan - hasil bentukan keadaan jenuh dan
basah yang kernudian diadopsi oleh anaerobiosis;
negara-negara peserta pada bulan Juli - air tanah sangat dangkal yang
1990. Sistem tersebut mernbagi lahan rnenimbulkan keadaan air tergenang
basah rnenjadi tiga kelompok besar, (waterlogged);
yaitu: lahan basah pedalarnan, lahan - rnengandung bahan sulfidik yang
basah pantai dan rnarin, serta lahan apabila rnengalami oksidasi
basah buatan rnanusia (Rubec, 1996, sehubungan dengan peningkatan
Vol. 15, No. 7, April 2001
pemantauan muka air baik dalam lahan peralatannya yang cukup mahal
pertanian dan dalam saluran air teknologi ini kelihatannya hanya layak
menjadi semakin penting bila faktor untuk perkebunan besar seperti
efisiensi dan efektivitas tata air menjadi umpamanya kelapa sawit. Sedangkan,
perhatian utama. Jelas pemantuan kelayakan penggunaannya di tingkat
secara manual tidak mungkin petani perlu dikaji lebih mendalam.
dilakukan. Yang dibutuhkan di sini
adalah pemantauan secara otomatis KESIMPULAN
baik secara mekanis atau elektris.
Muka air di lahan dapat dengan mudah 1) Pemanfaatan lahan basah, khusus-
dipantau dengan sebuah pelampung. nya lahar~gambut, di Indonesia sudah
Batas atas dan batas bawah muka air dimulai lebih seratus tahun yang lalu
bisa ditentukan untuk menentukan dengan memanfaatkan gerak pasang
kapan pompa harus dinyalakan atau surut di Kalimantan dan Sumatera.
dirnatikan. Dengan mengunakan sistem 2) Pemanfaatan lahan basah di
lengan, secara mekanik gerakan naik Indonesia merupakan alternatif untuk
turun pelampung tersebut dapat mengatasi kekurangan beras.
disalurkan menuju saklar listrik, yang 3) Agar lahan basah lestari, perlu
akan menyalakan atau mematikan pemahaman yang baik atas, hasil dan
pompa. ciri khas lahan basah.
Teknologi lain adalah dengan 4 ) Pengaturan tinggi muka air dalarn
memasang tiga kawat listrik yang pemanfaatan lahan basah perlu
dipasang vertikal tetapi ujungnya dilakukan, antara lain dengan
berada pada kedalaman yang berbeda. penggunaan pompa air dengan sistem
Ketiga ujung kawat tersebut terbuka reversible.
bebas dan hanya saling berhubungan 5) Pemantuan dan pengendalian tinggi
dengan perantaraan air.Yang paling rnuka air dapat dilakukan dengan, dl
bawah diberi arus listrik, dan bila tidak antaranya dengan memanfaatkan air
terdapat air di atasnya sampai pada sebagai perantara listrik dan sensor
kawat berikutnya maka saklar akan tekanan air yang dihubungkan dengan
terhubung dan pompa irigasi menyala komputer atau suatu instrumen
terus sampai air mencapai kawat kendali..
teratas kemudian pompa rnati, dan
akan hidup kembali bila air turun sedikit UCAPAN TERIMA KASlH
di bawah kawat yang berada di tengah
(Halim, 2000). Tulisan ini merupakan salah satu
Teknologi yang lebih canggih hasil kajian RUT VII yang berjudul
adalah dengan memanfaatkan satu Pengembangan Sistem Tata Air
sensor tekanan air. Di sini, tinggi air Terkendali untuk Pertanian Lahan
tidak hanya dapat dipantau tetapi juga Gambut, yang dilaksankan sejak tahun
diukur. Pengaturan air menjadi lebih 1999. Penulis mengucapkan terima
akurat bila proses pengendalian kasih kepada Kantor menteri Riset dan
dilakukan dengan sistem komputer teknologi, RI atas dukungan dana yang
atau menggunakan sistem kendali telah diberikan.
yang berbasis sistern minimum. Sistem
ini yang akan memantau muka air dari DAFTAR BACAAN
waktu ke waktu dan mengolahnya
kemudian memberikan komando pada Dugan, P. (Ed.). 1990. Wetland
pornpa, nyala atau mati, dengan lama Conservation. IUCN -The World
operasi yang tepat (Iskandar, et.al., Conservation Union. Gland,
1999). Dengan teknologi ini, ketepatan Switzerland.
muka air dapat dijamin. Namun
dernikian, mengingat kebutuhan
8 6 K ETEKNIKAN P ERTANIAN
Hardjoamidjojo, S. 1999. Kajian Tanah
Gambut untuk Lahan Pertanian.
Makalahsuplernen dalam rangka
penelitian RUT-VII: Pengembangan
Sistern Tata Air Terkendali untuk
Pertanian Lahan Gambut.
Notohadiprawiro, T. 1998. Conflict
between Problem - Solving and
Optimising Approach to Land
Resources Development Policies -
The Case of Central Kalirnantan
Wetlands. Proceedings of The
International Peat Symposium.
Findland.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
1998. Pengembangan dan
Pengelolaan Lahan Rawa. Laporan
Juli 1998 untuk Tim PLBT.
Subandi, W.L.W. 1992. lnventarisasi
Kebijakan, Proyek dan Deskripsi
Proses dalam Pengambilan
Kebijakan. Makalah dalam
Pertemuan Panel Pertama
Kebutuhan Riset dan Koordinasi
Pengelolaan Surnbrdaya Air di
Indonesia. Dewan Riset Nasional.
Tim PLBT. 1999. Konsolidasi Melalui
Penyelamatan Lahan Basah
Terpadu pada Proyek Lahan
Garnbut di DAS BAKAKAS,
Kalirnantan Tengah. Laporan Akhir.
BAPPENAS.
Halim, A. 2001. Kendali Levei Air
Otomatis. Laporan Tugas Akhir.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Iskandar, M., Y. Susanti, S.K. Saptorno
dan B.1. Setlawan. 1999.
Pegendalian Muka Air Tanah
menggunakan Sistem Kendali Fuzi.
Buletin Keteknikan Pertanian. 13(1):
66-74.
Setiawan. B.I., S.K. Saptorno dan E.
Saleh. 2000. Model Otomatisasi
Pengairan Lahan Pertanian Pasang
Surut. Prosiding Lokakarya
Otomatisasi Peralatan untuk
meningkatkan Kinerja Hidrornetri
dalam Otonomi Daerah. Malang, 13
Nopember 2000.