Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS RANGKA KAKU

Metode Analisis Pendekatan


PENDEKATAN UMUM. Disini akan dibahas metode untuk menentukan nilai
pendekatan untuk reaksi, geser dan momen pada struktur rangka kaku. Seperti halnya
struktur balok menerus, struktur rangka kaku adalah struktur statis tak tentu. Jadi, reaksi,
gaya geser, dan momen lentur tidak dapat ditentukan langsung hanya dengan
menggunakan persamaan keseimbangan statika (∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan ∑Mo = 0). Pada
struktur statis tak tentu terdapat anu (sesuatu yang tak dapat diketahui, unknowns) lebih
banyak daripada banyak persamaan keseimbangan statika. Pada struktur statis tak tentu
diperlukan karakteristik penampang (bentuk, ukuran, dan material) selain juga dimensi
struktur menyeluruh (panjang elemen struktur).
Metode analisis yang diuraikan disini didasarkan atas asumsi penyederhanaan.
Oleh karena itu, solusinya pun hanya merupakan solusi pendekatan. Sekalipun demikian,
analisis pendekatan yang diuraikan disini sangat berguna dalam tahap perencana untuk
menentukan bentuk dan ukuran elemen struktur. Estimasi ini dapat dipakai untuk analisis
selanjutnya, dengan menggunakan metode yang lebih eksak.
Banyak asumsi yang dapat dibuat untuk analisis pendekatan ini merupakan hal
penting diperhatikan karena semakin banyak asumsi yang dibuat, semakin tidak eksak
solusinya. Cara praktis yang berguna adalah dengan menggunakan sejumlah cukup
asumsi, yang masing-masing dapat memberikan persamaan atau hubungan independen,
sedemikian hingga kita tidak dapat melakukan analisis selanjutnya hanya dengan
menggunakan persamaan keseimbangan statika dasar. Metode analisis yang efektif adalah
yang didasarkan atas asumsi lokasi momen internal nol (titik belok). Lokasi ini mula-
mula diestimasi dengan meninjau bentuk struktur terdefleksi.

RANGKA SATU BENTANG : BEBAN LATERAL. Kita akan menganalisis dua rangka
kaku yang mengalami beban lateral dengan menggunakan metode pendekatan. Yang akan
kita tinjau dahulu adalah rangka kaku satu bentang yang mempunyai tumpuan kolom
berupa sendi. Rangka lain yang akan ditinjau selanjutnya identik dengan rangka pertama,
tetapi pada rangka ini tumpuan kolom adalah jepit. Pada kedua kasus tersebut kita
beranggapan bahwa beban lateral yang dipikul oleh struktur adalah beban terpusat pada
titik hubung atas kolom. Lokasi dan jenis eksak beban lateral yang harus dipikul oleh satu
rangka pada gedung aktual tergantung pada jenis beban yang ditinjau (apakah beban
gempa ataukah beban angin). Pada analisis sebenarnya, kita harus menetukan secara
eksak bagaimana memodelkan beban tersebut. Untuk saat ini kita langsung berasumsi ada
suatu beban terpusat pada titik hubung.
Paga Gambar 9-3 diperlihatkan reaksi untuk rangka pertama. Ada empat reaksi
yang belum diketahui (RAH, RAV, RDH, dan RDV), sedangkan persamaan keseimbangan
statika hanya ada tiga (∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan ∑Mo = 0). Dengan demikian jelaslah rangka
ini adalah struktur statis tak tentu derajat satu. Khusus pada rangka ini kita masih dapat
mencari reaksi vertikal RAV dan RDV dengan cara menuliskan jumlah momen (akibat beban
luar dan gaya reaksi) terhadap salah satu titik tumpuan (lokasi momen sama dengan nol).
Dengan demikian untuk keseluruhan struktur :

∑MA = 0: - Ph + RAV (0) + RAH (0) + RDV (L) + RDH (0) = 0,


Sehingga RDV = Ph / L
∑Fy = 0: - RAV + RDV = 0; atau, - RAV + Ph / L = 0,
Sehingga RAV = Ph / L
∑Fx = P - RAH - RDH = 0; atau, - RAH + RDH = P
Jelas bahwa gaya reaksi ini dapat diperoleh hanya karena kondisi khusus bahwa kedua
reaksi horizontal (yang belum kita ketahui besarnya) melalui titik pusat momen yang kita
ambil. Kita tidak mungkin menentukan reaksi horizontal RAH dan RDH hanya dengan
persamaan keseimbangan.
Untuk melanjutkan analisis ini kita akan menggunakan fakta bahwa pada elemen-
elemen struktur terdapat titik belok. Dengan menggambarkan sketsa bentuk defleksi
struktur tersebut, lokasi titik belok akan dapat diestimasi. Dalam hal ini, titik belok
diestimasi ditengah bentang, seperti terlihat Gambar 9-3 (a). Dengan telah ditentukannya
lokasi titik belok, kita juga mengetahui lokasi momen internal nol pada struktur, yaitu
pada titik belok tersebut. Dengan demikian kita memperolaeh persamaan tambahan yang
berasal dari kondisi momen nol. Jadi, struktur itu dapat kita modelkan menjadi struktur
statis tertentu (tiga sendi). Kita pisahkan struktur itu menjadi dua bagian dikiri dan kanan
titik belok tersebut seperti terlihat pada Gambar 9-3 (b). Jadi untuk struktur bagian kiri :
∑MN = 0:
L
P(0) + RAV ( 2 ) - RAV (h) = 0
Ph L P
( L ) ( 2 ) = RAV (h) dan RAH = 2

Dengan meninjau keseimbangan gaya horizontal keseluruhan struktur, kita akan dapat
memperoleh RDH Jadi ;

∑Fx = 0 (seluruh struktur)


P P
RAH + RDH = P sehingga 2+ RDH = P, Jadi RDH = 2

Dengan demikian, semua reaksi telah kita peroleh (RAH = P/2, RAV = Ph/L, RDH = P/2, RDV
= Ph/L). Perhatikan bahwa asumsi lokasi titik belok ditengah balok mengandung arti
bahwa reaksi horizontal sama besar. Karena semua reaksi telah diketahui, maka gaya V,
momen M, dan gaya aksial N pada struktur dapat diperoleh dengan meninjau setiap
elemen [lihat diagram benda bebas pada gambar 9-4(b)]. Kita akan menggunakan notasi
sebagai berikut:
Mxy = momen elemen struktur x – y diujung elemen struktur yang berkumpul dititik
hubung x.
Gaya geser dan aksial juga diberi notasi demikian. Jadi, untuk rangka tersebut:
Gaya geser dan gaya normal (atau aksial) dihitung dengan meninjau
keseimbangan gaya pada masing-masing bagian. Sebagai contoh, VBC = Ph/L dari ∑Fv =
0. Momen dihitung dengan mengalikan gaya geser yang ada dengan panjang efektif
batang. Sebagai contoh, MBC = (Ph/L) (L/2) = Ph/2. [Jadi setiap batang dipandang
sebagai balok kantilever dengan beban terpusat (dalam hal ini gaya geser) diujungnya].
Hasil-hasilnya terlihat pada Gambar 9-3. Perhatikan bahwa kolom di kanan mengalami
tekan dan mengalami momen sama. Baloknya mengalami tekan dan mengalami momen
positif disatu ujung dan momen negatif diujung lainnya, sehingga bentuk deformasinya
adalah S.
Momen balok yang disebutkan diatas, dapat pula diperoleh dengan cara yang
sedikit berbeda yang menggunakan diagram benda beban lain. Diagram benda bebas
yang diperlihatkan Gambar 9-3 (c) menunjukkan bagaimana struktur tersebut dapat
diuraikan atas elemen-elemen balok, kolom dan titik hubung. Konsep mengisolasi titik
hubung rangka dan meninjau keseimbangannya sama dengan yang telah kita gunakan
pada analisis rangka batang. Perbedaan yang ada hanyalah pada rangka batang titik
hubungnya berupa sendi sehingga tidak muncul momen, dan keseimbangan yang perlu
ditinjau adalah keseimbangan translasional (vertikal dan horizontal). Pada rangka, titik
hubungnya adalah kaku, jadi ada momen pada ujung-ujungnya elemen struktur yang
dihubungkan. Oleh karena itu, keseimbangan tiap titik hubung harus memenuhi
keseimbangan rotasional (momen) selain juga keseimbangan translasional. Dengan
menggunakan diagram benda bebas seperti diatas, kita dapat memperoleh momen cukup
dengan meninjau keseimbangan rotasional.
Cara keseimbangan titik hubung. Seperti yang telah kita tinjau, momen dipuncak
kolom B-A diakibatkan oleh reaksi horizontal:
Kolom B-A:

MBA = ( P )h = Ph
2 2

Jadi, pada titik hubung B ada momen yang sama besar dengan momen diatas, tetapi
berlawanan arah. Agar keseimbangan rotasional terpenuhi, maka harus ada momen pada
B-C. momen ini timbul pada balok.
Titik hubung B:

-MBA + MBC = 0
Ph
MBC = 2

Peninjauan yang sama juga dapat dilakukan untuk kolom C-D dan titik hubung D:
Titik hubung C-D:

MCD = ( P )h = Ph
2 2

Titik hubung C:

-MCD + MCB = 0
Ph
MCB = 2
Terlihat bahwa momen ujung balok ini sama dengan yang telah kita peroleh
sebelumnya. Gambar 9-3(c) tidah hanya memperlihatkan keseimbangan momen balok,
kolom dan titik hubung tetapi juga keseimbangan gaya vertikal dan horizontal.
Diagram momen dapat digambarkan setiap balok dan kolom. Dengan meninjau
gaya-gaya yang ada, terlihat jelas bahwa semua elemen struktur mempunyai diagram
momen yang bervariasi secara linier, dengan nilai maksimum dititik hubung dengan
momen nol terjadi di titik belok serta tumpuan sendi.
Kita telah menggunakan perjanjian tanda momen lentur untuk elemen struktur
horizontal (balok), yaitu momen lentur positif apabila terjadi tegangan tarik disisi bawah
penampang. Untuk mengambarkan dengan momen elemen struktur vertikal kita perlu
membuat perjanjian tanda khusus. Cara yang umum dilakukan adalah dengan meninjau
gambar struktur tersebut dari kanan (hal ini sama dengan memutar batang 90 0 berlawanan
jarum jam), jadi kolom-kolom (elemen struktur vertikal) akan tampak bagian mana yang
merupakan sisi atas dan bagian mana yang merupakan sisi bawah. Cara lain yang juga
umum dilakukan adalah dengan menggambarkan diagram momen pada sisi yang
tertekan, tidak peduli perlu memberi tanda positif maupun negatif.
Rangka kaku lain yang akan dianalisis adalah yang terlihat pada Gambar 9-4 (a).
rangka ini identik dengan yang telah kita bahas terdahulu. Tetapi ada perbedaan pada
tumpuannya, yaitu berupa jepit, bukan sendi. Pada Gambar 9-5 (a) diperlihatkan momen
dan reaksi yang timbul pada tumpuan. Terlihat ada elemen reaksi yang belum diketahui
(RAH, RAv, MFA, RDH, RDv, dan MFD ). Sedangkan kita hanya mempunyai tiga persamaan
keseimbangan statika. Dengan demikian, rangka ini adalah struktur statis tak tentu derajat
tiga. Karena kita hanya melakukan analisis dengan statika, maka kita perlu membuat tiga
asumsi. Seperti pada contoh terdahulu, kita menggambarkan dahulu sketsa defleksi
struktur rangka tersebut. Terlihat jelas bahwa ada tiga titik belok pada kurva defleksi,
yaitu satu ditengah balok dan dua pada masing-masing kolom. Sebenarnya letak titik
belok kolom tidak dapat ditengah tinggi karena ada rotasi titik hubung. Titik belok dapat
terjadi tepat ditengah tinggi kolom hanya jika titik hubung bertranslasi horizontal, tanpa
berotasi. Adanya rotasi titik hubung (searah jarum jam) menyebabkan titik belok pada
kolom sedikit keatas, tidak tepat ditengah, seperti terlihat pada Gambar 9-4 (a).
Dengan menetapkan lokasi titik belok tersebut, kita dapat melakukan analisis
dengan statika. Rangka itu kita uraikan pada titik belok, yang sudah kita ketahui
merupakan titik momen nol, seperti yang telah kita lakukan pada rangka pertama (jadi,
gaya aksial dan gaya geser dapat diperoleh dengan menuliskan momen nol pada titik
belok). Analisisnya secara lengkap diperlihatkan pada Gambar 9-5 (b).
Perhatikan bahwa apabila rangka lengkap ini kita uraikan atas dua bagian, yaitu
bagian atas dan bawah titik belok kedua kolom, maka analisis bagian atas akan serupa
dengan analisis rangka pertama (yang tumpuannya sendi). Diagram momen selengkapnya
terlihat pada Gambar 9-4 (b).
Perhatikan bahwa momen yang kita peroleh pada setiap elemen struktur (balok
dan kedua kolom) pada rangka kedua (yang bertumpuan jepit) lebih kecil dibandingkan
dengan yang kita peroleh pada rangka pertama (yang bertumpuan sendi).
RANGKA SATU BENTANG: BEBAN VERTIKAL. Proses umum analisis
pendekatan pada rangka yang memikul beban vertikal hampir sama dengan analisis
rangka yang mengalami beban lateral. Perhatikan rangka kaku pada Gambar 9-5 (a) yang
mempunyai tumpuan sendi dikedua kaki kolom. Langkah pertama analisis adalah
menggambarkan sketsa bentuk defleksi rangka dan menetapkan titik belok seperti terlihat
pada Gambar 9-5 (a).
Penentuan titik belok pada rangka yang dibebani vertikal sedikit lebih sulit
dibandingkan dengan rangka yang dibebani lateral. Apabila titik hubung tak dapat
berputar sama sekali (jadi bersifat jepit penuh), lokasi titik belok pada balok adalah 0,21L
dari kedua ujung balok. Karena sebenarnya terjadi rotasi titik hubung tetapi bukan rotasi
bebas seperti sendi, maka kondisi ujung terjadi rotasi titik terletak diantara kondisi jepit
penuh dan sendi. Dengan demikian, lokasi titik belok adalah antara 0L dan 0,21L dari
titik hubung. Untuk ukuran perbandingan kekakuan balok dan kolom yang umum
dijumpai, lokasi tersebut sekitar 0,1L dari kedua ujung balok. Kita pisahkan rangka
tersebut dilokasi titik sehingga kita peroleh diagram momen seperti terlihat pada Gambar
9-5 (c).
Jelas bahwa beban vertikal pada struktur ini menyebabkan timbulnya momen,
baik pada balok maupun pada kolom. Momen maksimum pada balok dapat terjadi
ditengah bentang maupun diujung-ujungnya. Momen maksimum pada kolom hanya
terjadi diujung-ujungnya.

Pentingnya Kekakuan Relatif Balok dan Kolom


Pada setiap struktur statis tentu, termasuk juga rangka (frame), besar momen dan gaya
internal yang terjadi pada akhir analisis tergantung pada karakteristik relatif antara
elemen strukturnya. Pada analisis pendekatan yang telah dibahas diatas kita belum secara
eksplisit memperhatikan hal ini. Akan tetapi, secara implisit kita sudah beranggapan
bahwa karakteristik dalam analisis contoh-contoh diatas adalah karakteristik normal yang
umum dijumpai.
Pentingnya memperhatikan karakteristik elemen struktur terlihat jelas pada
Gambar 9-6. apabila kita telah beranggapan bahwa satu kolom lebih kaku daripada kolom
lainnya (misalnya I salah satu kolom lebih besar daripada I kolom lainnya), kolom yang
lebih kaku akan memikul beban horizontal lebih besar daripada kolom yang kurang kaku.
Oleh karena itu, kita tidak dapat menggunakan asumsi bahwa reaksi horizontal sama
besar, jadi pada kolom yang lebih kaku.
Adanya perbedaan kekakuan relatif antara balok dan kolom juga mempengaruhi
momen akibat beban vertikal. Seperti terlihat pada Gambar 9-7. lokasi titik balok
dipengaruhi oleh kekakuan relatif balok dan kolom. Semakin kaku kolom tersebut
akibatnya, momen yang timbul akan lebih besar daripada apabila kolomnya relatif kurang
kaku terhadap balok. Untuk struktur yang kolomnya relatif lebih kaku dibandingkan
dengan balok, momen negatif pada ujung balok yang bertemu dengan kolom kaku akan
membesar sementara momen positifnya berkurang.
Metode analisis yang eksak tentu saja harus memperhatikan fenomena itu. Jadi,
analisisnya harus melibatkan kekakuan balok maupun kolom. Meskipun tidak
memperhatikan faktor kekakuan tersebut, analisis pendekatan yang diuraikan diatas
masih sangat berguna untuk memberikan estimasi awal.

Goyangan (Sidesway)
Pada rangka yang memikul beban vertikal ada fenomena yang disebut goyangan
(sidesway). Apabila suatu rangka tidak berbentuk simetris, atau tidak dibebani simetris
struktur akan mengalami goyangan (translasi horizontal) kesalah satu sisi (kekiri atau
kekanan rangkap). Akan terjadinya goyangan dapat dilihat pada Gambar 9-8. Anggap
bahwa kedua kolom sangat kaku sehingga benar-benar dapat mencegah rotasi ujung
balok. Dengan demikian, balok pada rangka itu dapat dimodelkan bertumpuan jepit. Pada
ujung balok akan akan timbul momen yang disebut momen ujung (fixed-end-momen)
seperti terlihat pada Gambar 9-8 (b). karena titik hubung harus berada dalam
keseimbangan, maka ujung atas kolom juga harus mendapat momen sama besar
berlawanan arah dengan momen ujung jepit. Agar kolom berada dalam keseimbangan,
adanya momen diujung atas berarti juga harus ada reaksi horizontal di ujung atas berbeda
di kedua ujung bawah kolom. Besar gaya horizontal di ujung bawah masing-masing
kolom sebanding dengan momen diujung diatas masing-masing kolom. Karena momen
diujung atas berbeda dikedua ujung atas kolom, maka gaya horizontal diujung bawah
kedua kolom juga berbeda. Akan tetapi, dengan meninjau keseimbangan horizontal
keseluruhan struktur, kedua gaya horizontal diujung bahwa keduanya kolom haruslah
sama besar berlawanan arah, yang artinya juga momen diujung atas kedua kedua kolom
harus sama. Hal ini dapat terjadi hanya jika rangka tersebut mengalami goyangan kekiri.
Pada saat rangka bergoyang ke kiri ada kecenderungan titik hubung kanan untuk sedikit
“membuka” sudutnya, jadi jika mengurangi gaya horizontal di ujung bawah kolom
kanan. Sementara itu, dititik hubung kiri cenderung sedikit “menutup”, yang artinya
memperbesar momen dititik hubung itu sehingga gaya horizontal diujung bawah kolom
kiri berkurang. Goyangan yang terjadi harus sedemikian rupa sehingga kedua gaya
horizontal itu sama besar.

Penurunan Tumpuan (Support Settlements)


Seperti halnya pada balok menerus, rangka kaku sangat peka terhadap turunya tumpuan.
Perhatikan rangka kaku yang terlihat pada Gambar 9-9 (a). Berbagai jenis gerakan
tumpuan (vertikal, horizontal, maupun rotasional) dapat menimbulkan momen pada
rangka kaku. Semakin besar differential settlement, akan semakin besar pula momen yang
ditimbulkannya. Apabila gerakan tumpuan ini tidak diantisipasi sebelumnya, momen
tersebut dapat menyebabkan keruntuhan pada rangka. Karena itulah kita harus benar-
benar memperlihatkan desain fondasi struktur rangka kaku untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya gerakan tumpuan.

Efek Kondisi Pembebanan Sebagian


Seperti yang terjadi pada balok menerus, momen maksimum yang terjadi pada struktur
rangka bukan terjadi pada saat rangka itu dibebani penuh, melainkan pada saat dibebani
sebagian. Tentu saja hal ini sangat menyulitkan proses analisisnya. Masalah pertama yang
timbul adalah masalah presiksi kondisi beban bagaimanakah yang menghasilkan beban
kitis. Analisisnya hanya dapat dilakukan setelah kita menentukan prediksi tersebut. Ada
berbagai cara untuk menentukan prediksi itu secara eksak (misalnya cara Miller Breslau).
Sayangnya, penentuan kondisi pembebanan sebagian pada rangka tidak termasuk
kedalam lingkup pembahasan ini.

Rangka Bertingkat Banyak


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis rangka bertingkat
banyak yang mengalami beban lateral. Salah satunya yaitu metode kantilever yang
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1908. Pada metode ini digunakan banyak asumsi,
termasuk juga asumsi yang telah kita gunakan pada contoh-contoh diatas. Pada
umumnya, asumsi pada metode kantilever adalah:
1. ada titik belok ditengah bentang setiap balok;
2. ada titik belok ditengah tinggi setiap kolom; dan
3. besar gaya aksial yang terjadi disetiap kolom pada suatu tingkat sebanding dengan
jarak horizontal kolom tersebut kepusat berat semua kolom ditingkat tersebut.
Asumsi-asumsi ini secara diagram diilustrasiakan dalam Gambar 9-10. Gambar itu juga
mengilustrasikan tinjauan perilaku rangka bertingkat banyak yang mengalami beban.
Disemua elemen struktur timbul momen lentur. Besar momen ini tergantung pada besar
gaya geser resultan VL (jumlah semua beban lateral) diatas dan sitingkat yang ditinjau).
Gaya geser ini harus diimbangi oleh gaya geser internal tahanan (VC1, VC2,….. VCn) yang
timbul didalam kolom tingkat tersebut. Jadi haruslah (VL = ∑Vci). Momen diujung setiap
kolom sama dengan gaya geser dikalikan dengan momennya (setengah tinggi kolom).
Karena gaya geser total VL yang lebih besar terjadi dilantai bawah daripada dilantai atas,
momen lentur pada balok dan kolom pada tingkat relatif lebih besar daripada ditingkat
atas.
Besar gaya aksial pada kolom tergantung pada besar momen guling ML akibat
beban lateral diatas potongan yang ditinjau. Karena itu, gaya aksial didasar gedung
merupakan yang terbesar, dan mengecil untuk tingkat-tingkat diatasnya.
Besar gaya dan momen dirangka bertingkat banyak akibat beban vertikal dapat
diestimasi dengan cara sama seperti pada rangka kaku terbentang tunggal. Titik-titik
belok dapat dianggap terjadi I 0,1L dari kedua ujung balok. Asumsi ini mengandung arti
adanya balok statis tertentu diantara kedua titik belok, yang ditumpu oleh kantilever
pendek. Momen positif dan negative dapat diperoleh dengan statika.
Metode analisis yang lebih eksak adalah menggunkan computer (lihat lampiran
11). Sekalipun kurang eksak, metode kantilever masih berguna untuk mempelajari
perilaku struktur bertingkat banyak.

Rangka Vierendeel
Rangka dapat juga digunakan secara horizontal seperti terlihat pada Gambar 9-11, dan
kita sebut struktur vierendeel. Struktur ini tampak seperti rangka batang yang batang
diagonalnya dihilangkan. Perlu diingat bahwa struktur ini adalah rangka (bukan rangka
batang), jadi titik hubungnya kaku. Struktur demikian digunakan pada gedung, karena
alas an fungsional, kita dapat menggunkan elemen struktur diagonal. Struktur Vierendeel
ini pada umumnya lebih efisien daripada struktur rangka batang.
Kita dapat menggunakan analisis pada struktur vierendeel seperti analisis yang
telah kita lakukan pada rangka vertical. Lokasi titik belok diestimasi dahulu, dan kita
gunakan untuk menentukan gaya geser, momen lentur, dan gaya aksial internal pada
setiap elemen struktur.
Momen internal yang terjadi biasanya lebih besar daripada elemen struktur
didekat tumpuan ketimbang pada elemen struktur ditengah. Distribusi demikian
merefleksikan fakta bahwa gaya geser overall yang menyebabkan geser momen lentur
local pada elemen struktur, semakin dekat tumpuan akan semakin besar. Gaya aksial pada
elemen struktur atas dan bawah di tengah bentang merupakan gaya terbesar. Hal ini
merefleksikan distribusi overall yang semakin ketengah bentang, semakin besar. Pola
distribusi gaya aksial ini sama dengan yang telah kita jumpai pada rangka batang.

DESAIN RANGKA KAKU


Pendahuluan
Desain struktur rangka adalah proses yang tidak mudah. Salah satu pertanyaan yang
dapat muncul adalah apakah penggunaaan rangka dapat memberikan manfaat atau tidak.
Sebagai contoh, struktur rangka adalah jenis struktur yang tidak efisien apabila digunakan
untuk beban lateral yang sangat besar. Untuk memikul beban demikian, cara efisien yang
dapat dilakukan adalah dengan menambahkan shear wall (dinding geser) atau diagonal
braching (pengekang diagonal) pada struktur rangka.
Apabila persyaratan fungsional suatu gedung mengharuskan penggunaan rangka,
maka dimensi dan geometri umum rangka yang akan didesain pada umumnya sudah
pasti, dan masalah desain selanjutnya lebih terpusatkan pada penentuan titik hubung,
jenis material, dan ukuran penampang elemen struktur.

Pemilihan Jenis Rangka


Derajat kekakuan struktur rangka tergantung antara lain pada banyak dan lokasi titik
hubung sendi dan jepit (kaku). Beberapa jenis struktur rangka terlihat dalam Gambar 9-
12. Titik hubung sendi maupun jepit seringkali diperlukan untuk maksud-maksud
tertentu. Meminimumkan momen rencana dan memperbesar kakakuan adalah tujuan-
tujuan desain umum dalam memilih jenis rangka. Tinjauan lain meliputi kondisi pondasi
dan kemudahan pelaksanaan. Dalam hal momen desain, perhatikan bahwa pada rangka-
rangka pada gambar tersebut terdapat distribusi dan besar momen yang berbeda-beda,
yang berarti berbeda-beda pula ukuran tiga sendi pada Gambar 9-12 mempunyai momen
lebih besar daripada yang dua sendi. Hal itu, defleksi pada struktur tiga sendi lebih besar
daripada defleksi pada struktur dua sendi, dengan menggunakan kantilever, momen dapat
dikurangi.
Gaya-gaya dan momen yang timbul pada rangka khususnya peka terhadap kondisi
ujung, seperti terlihat pada empat rangka dalam Gambar 9-13, yang semuanya identik,
kecuali titik hubungnya.beban lateral yang sama akan menghasilkan gaya-gaya dan
momen yang berbeda pada keempat rangka ini.
Perhatikan bahwa momen tidak terjadi sama sekali pada rangka batangan, yang
mengindikasikan bahwa ukuran batangnya dapat kecil. Dengan membandingkan rangka
pada Gambar 9-15(d) dengan yang ada pada Gambar 9-14(c) (rangka table top).
Sementara itu, momen dibalok pada rangka yang disebut terkhir ada. Perbedaan juga
terlihat pada gaya aksial yang mengandung arti bahwa rangka table top umumnya
memerlukan material lebih banyak untuk memikul beban lateral, dibandingkan struktur
yang pertama, sehingga lebih dikehendaki khususnya dari kriteria ini saja, akan tetapi,
karena adanya keharusan untuk mempunyai kekakuan penuh didasar kolom, maka
struktur pertama yang mempunyai sendi diatas kolom memerlukan fondasi yang jauh
lebih besar dibandingkan struktur table top, yang mempunyai sendi didasar. Momen
maksimum yang timbul dirangka pada Gambar 9-13(b), yang mempunyai titik-titik
hubung jepit dan dasar jepit, lebih kcil daripada yang terjadi dua struktur negatif dan
positif pada rangka jepit penuh ini sama dengan yang terjadi dimomen kolom yang terjadi
didua rangka pertama (akan tetapi ingat bahwa desain elemen struktur didasarkan pada
momen negative dan momen positif, bukan jumlahnya). Momen total yang terjadi pada
semua kasus mempunyai distribusi yang lain untuk kondisi ujung dan jenis elemen
struktur.
Apabila semua faktor, termasuk juga beban vertikal, ditinjau maka rangka kaku
pada Gambar 9-13(d) merupakan jenis struktur yang paling menguntungkan ditinjau dari
efisiensi structural. Akan tetapi, dalam hal desain fondasi merupakan masalah,
penggunaan tumpuan sendi seperti terlihat pada Gambar 9-13(c) mungkin saja
merupakan pilihan terbaik. Momen yang diakibatkan oleh turunya tumpuan pada rangka
yang mempunyai tumpuan sendi akan lebih kecil daripada yang terjadi pada rangka
bertumpuan jepit. Selain itu, fondasi untuk rangka bertumpuan sendi tidak perlu
mempunyai kemampuan memikul momen. Gaya dorong horizontal (akibat beban
vertikal) juga biasanya lebih kecil pada rangka bertumpuan sendi dibandingkan dengan
yang bertumpuan jepit. Akan tetapi, kita perlu ingat bahwa rangka bertumpuan jepit dapat
memberikan keuntungan meminimumkan momen dan mengurangi defleksi dibandingkan
rangka bertumpuan sendi. Dengan demikian, dalam desain kita perlu meninjau berbagai
kemungkinan agar diperoleh hasil yang benar-benar diinginkan.

Momen Desain
Apabila jenis rangka telah ditentukan, maka analisis dapat dilakukan dan ukuran elemen
struktur dapat ditentukan menurut beban vertikal dan horizontal yang terjadi. Sebelum ini
telah dibahas bagaimana menentukan momen akibat beban vertikal dan beban horizontal.
Untuk menentukan momen desain, diperlukan momen gabungan akibat kedua jenis
pembebanan tersebut, Gambar 9-14 mengilustrasikan proses ini untuk rangka kaku
sederhana. Dalam beberapa hal, momen-momen akibat beban vertikal dan lateral saling
memperbesar, sementara dalam hal lain saling mengurangi. Momen kritis terjadi apabila
momen-momennya saling memperbesar. Perlu diingat bahwa beban lateral umumnya
dapat mempunyai arah berlawanan dengan yang tergambar. Karena itu, umumnya yang
terjadi adalah momen yang saling memperbesar, jarang yang saling memperkecil.
Dalam hal beban lateral sangat besar dibandingkan dengan beban vertikal, momen
yang diakibatkan oleh beban lateral akan dominan sehingga momen desain pada titik
hubung (joints) juga besar. Apabila beban lateral tidak dominan, maka momen desain
kritis pada balok akan terjadi dibagian tengah bentangnya (sedikit selau tepat ditengah).
Pada kolom, momen kritisnya hampir selalu terjadi di titik ujung.
Pembahasan diatas tidak dimaksudkan untuk mempersulit masalah penentuan
beban parsial yang dapat memberikan momen terbesar. Kita dapat saja melakukan
analisis untuk beban sebagian tersebut. Tetapi hal ini terlalu eksak untuk maksud desain
perencanaan, jadi jarang dilakukan orang. Sehubungan dengan hal ini, pembahasan
mengenai momen desain cukup relevan untuk dipelajari. Untuk keperluan desain, momen
pendekatan yang diberikan pada table 8-1, yang cukup merefleksikan efek pembebanan
lateral, sering dipakai pada rangka, bukan hanya pada balok menerus.
Meskipun peninjauan lebih lanjut mengenai efek beban sebagian pada rangka
merupakan hal yang sangat penting. Pembahasan ini dipusatkan pada pembahsan rangka
untuk kondisi pembebanan utama saja.
Apabila momen maksimum kritis telah diperoleh, juga gaya aksial dan geser
internal, penentuan ukuran penampang elemen structural dapat dilakukan. Ada dua
pilihan untuk melakukan hal ini. Yang pertama adalah mengidentifikasikan momen dan
gaya internal, maksimum yang ada dibagian elemen struktur, kemudian menentukan
ukuran penampang diseluruh elemen tersebut berdasarkan gaya dan momen internal tadi
sehingga ukuran penampang konstan diseluruh panjang elemen struktur tersebut. Hal ini
berarti elemen struktur akan berukuran lebih (oversized) diseluruh bagian elemen struktur
kecuali di titik kritis. Pilihan kedua adalah menentukan bentuk penampang sebagai
respons terhadap variasi gaya momen kritis. Pilihan-pilihan seperti ini juga terjadi dalam
desain balok menerus. Pilihan pertama dengan menggunakan ukuran konstan tidak
efisien dibandingkan pilihan kedua, akan tetapi lebih diinginkan karena tinjauan
pelaksanaan.

Penentuan Bentuk Rangka


STRUKTUR SATU BENTANG. Seperti telah dibahas sebelum ini dalam hal desain
balok, elemen-elemen dapat didesain mempunyai ukuran yang merupakan respons
langsung terhadap momen dan gaya yang terjadi padanya. Dalam Gambar 9-13, rangka
didesain mengikuti momen lentur yang ada untuk satu kondisi pembebanan.
Perhatikan struktur rangka yang terlihat pada Gambar 9-15. rangka ini sama
dengan rangka yang telah dianalisis sebelumnya. Apabila tinggi elemen struktur didesain
menurut besar momen yang terjadi dimasing-masing penampang (jadi, untuk sementara
kita abaikan pengaruh gaya internal lainnya), dan tidak ada penyimpangan dari hal ini,
maka akan diperoleh konfigurasi seperti terlihat pada Gambar 9-14 untuk setiap kondisi
pembebanan yang kita tinjau. Karena jenis momen yang diakibatkan oleh beban vertikal
sangat berbeda dengan akibat beban lateral, maka bentuk struktur yang diperoleh juga
sangat berbeda. Kita perlu meninjau struktur rangka yang telah didesain berdasarkan satu
jenis pembebanan, dan rangka itu mengalami kondisi pembebanan lainnya karena hal ini
sering terjadi pada struktur gedung aktual. Struktur yang telah didesain menurut beban
lateral harus dapat juga memikul beban vertical. Menarik untuk dicatat bahwa struktur ini
mempunyai bentuk serupa dengan pelengkung tiga sendi yang telah dibahas. Apabila
beben vertical bekerja pada struktur tersebut, akan timbul momen seperti terlihat pada
Gambar 9-15(c). selanjutnya struktur itu didesain terhadap efek kombinasi momen akibat
beban vertical dan beban lateral. Tentunya kita ingin mengetahui apakah dengan cara
demikian kita memperoleh struktur rangka yang efisien. Dengan membandingkan besar
momen akibat beban vertikal pada jenis struktur pelengkung tiga sendi dengan momen
yang timbul pada struktur (yang semula) dua sendi [lihat Gambar 9-15(d)], jawabnya
jelas; tidak. Penyelipan suatu sendi pada balok (yang ditentukan berdasarkan beban
lateral) akan menyebabkan terjadinya distribusi momen yang tak diinginkan pada balok
karena momen ini jauh lebih besar daripada yang ada pada rangkadua sendi. Akibat
besarnya momen tersebut, ukuran penampang yang diperlukan juga jauh akan lebih besar.
Pendekatan dengan menggunakan respons terhadap beban vertikal sebagai
rencana awal tidak mungkin dilakukan karena sudah jelas bahwa struktur empat sendi
tidak stabil.
Pilihan yang dapat kita ambil adalah menentukan ukuran (dan bentuk) penampang
berdasarkan momen negatif dan positif maksimum yang mungkin terjadi disetiap
penampang akibat kedua jenis pembebanan tersebut. Konfigurasi struktur rangka yang
akan diperoleh dari cara ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar 9-15(f). konfigurasi
demikian tidak optimum untuk kondisi beban lateral maupun kondisi beban vertikal,
tetapi dapat memenuhi kondisi simultan kedua jenis pembebanan tersebut.
Rangka yang terlihat pada Gambar 9-15(f) menunjukkan karakteristik kebanyakan
desain rangka. Disekitar titik hubung sering dilakukan pembesaran penampang (atau
penguatan) yang merefleksikan fakta bahwa momen dibagian itu lebih besar
dibandingkan dengan pada bagian lain.

RANGKA BERTINGKAT BANYAK. Pada struktur rangka bertingkat banyak juga


terjadi hal-hal yang sama dengan yang terjadi pada struktur rangka berbentang tunggal
(Gambar 9-16). Pada struktur ini mampu memikul kombinasi beban tersebut. Ukuran-
ukuran elemen diperbesar dalam gambar ini.

Desain Elemen dan Hubungan


Apabila gaya-gaya dan momen desain telah ditentukan, proses penentuan ukuran elemen
rangka adalah yaitu desain elemen terhadap lentur.
Elemen pada rangka baja seringkali profil sayap lebar. Penentuan bentuk elemen
struktur dapat pila dilakukan dengan menggunkan profil tersusun. Titik hubung yang
memikul momen umumnya dilas atau dengan baut dikedua flens untuk mencapai
kekakuan hubungan yang dikehendaki. Umumnya digunakan elemen pengkaku di titik-
titik hubung kaku agar dapat mencegah terjadinya tekuk pada elemen flens dan badan
sebagai akibat dari adanya tegangan tekan yang besar akibat momen (liha Gambar 9-17).
Rangka beton bertulang umumnya menggunakan tulangan disemua muka sebagai
akibat dari distribusi momen akibat berbagai pembebanan. Tulangan baja terbanyak
umumnya terjadi di titik-titik hubung kaku. Pemberian pasca tarik dapat pula digunakan
pada elemen struktur horizontal dan untuk menghubungkan elemen-elemen vertical.
Rangka kayu biasanya merupakan masalah karena adanya kesulitan membuat titik
hubung yang mampu memikul momen. Salah satu usaha adalah dengan menggunakan
knee braces. Titik hubung peletakan biasanya sendi.

Tinjauan Umum
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, kita perlu memberikan perhatian khusus, apakah
struktur rangka merupakan pilihan terbaik untuk suatu maksud fungsional yang kita
inginkan atau tidak. Gambar 9-13 menunjukkan bahwa struktur yang menggunakan
hubungan sendi dan pengekang (bracing) diagonal (struktur ini pada dasarnya adalah
rangak batang) kadang-kadang merupakan struktur yang paling efisien (berdasarkan
banyak material yang diperlukan untuk memikul beban). Untuk kondisi beban itu saja,
bantuk rangka batang jelas paling efisien: kita tidak perlu menggunakan struktur rangka
kaku.
Dalam banyak hal, dimana rangka dipandang sebagai struktur yang layak dan
perlu digunakan (karena terbukanya), kita dapat saja menggunakan branced-frame
(rangka dengan menggunakan pengekang) dimana rangka diperkaku oleh elemen struktur
diagonal. Adanya batang diagonal ini tidak boleh mengganggu fungsi (penggunaan
ruang) rangka tersebut. Lokasi yang umum dipilih adalah didekat lubang elevator atau
dilokasi lain yang memang dikehendaki tertutup. Penggunaan elemen struktur diagonal
ini sangat mengurangi momen lentur pada rangka yang diakibatkan oleh beban lateral.
Dengan demikian, elemen struktur rangka dapat mempunyai ukuran yang lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai