RANGKA SATU BENTANG : BEBAN LATERAL. Kita akan menganalisis dua rangka
kaku yang mengalami beban lateral dengan menggunakan metode pendekatan. Yang akan
kita tinjau dahulu adalah rangka kaku satu bentang yang mempunyai tumpuan kolom
berupa sendi. Rangka lain yang akan ditinjau selanjutnya identik dengan rangka pertama,
tetapi pada rangka ini tumpuan kolom adalah jepit. Pada kedua kasus tersebut kita
beranggapan bahwa beban lateral yang dipikul oleh struktur adalah beban terpusat pada
titik hubung atas kolom. Lokasi dan jenis eksak beban lateral yang harus dipikul oleh satu
rangka pada gedung aktual tergantung pada jenis beban yang ditinjau (apakah beban
gempa ataukah beban angin). Pada analisis sebenarnya, kita harus menetukan secara
eksak bagaimana memodelkan beban tersebut. Untuk saat ini kita langsung berasumsi ada
suatu beban terpusat pada titik hubung.
Paga Gambar 9-3 diperlihatkan reaksi untuk rangka pertama. Ada empat reaksi
yang belum diketahui (RAH, RAV, RDH, dan RDV), sedangkan persamaan keseimbangan
statika hanya ada tiga (∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan ∑Mo = 0). Dengan demikian jelaslah rangka
ini adalah struktur statis tak tentu derajat satu. Khusus pada rangka ini kita masih dapat
mencari reaksi vertikal RAV dan RDV dengan cara menuliskan jumlah momen (akibat beban
luar dan gaya reaksi) terhadap salah satu titik tumpuan (lokasi momen sama dengan nol).
Dengan demikian untuk keseluruhan struktur :
Dengan meninjau keseimbangan gaya horizontal keseluruhan struktur, kita akan dapat
memperoleh RDH Jadi ;
Dengan demikian, semua reaksi telah kita peroleh (RAH = P/2, RAV = Ph/L, RDH = P/2, RDV
= Ph/L). Perhatikan bahwa asumsi lokasi titik belok ditengah balok mengandung arti
bahwa reaksi horizontal sama besar. Karena semua reaksi telah diketahui, maka gaya V,
momen M, dan gaya aksial N pada struktur dapat diperoleh dengan meninjau setiap
elemen [lihat diagram benda bebas pada gambar 9-4(b)]. Kita akan menggunakan notasi
sebagai berikut:
Mxy = momen elemen struktur x – y diujung elemen struktur yang berkumpul dititik
hubung x.
Gaya geser dan aksial juga diberi notasi demikian. Jadi, untuk rangka tersebut:
Gaya geser dan gaya normal (atau aksial) dihitung dengan meninjau
keseimbangan gaya pada masing-masing bagian. Sebagai contoh, VBC = Ph/L dari ∑Fv =
0. Momen dihitung dengan mengalikan gaya geser yang ada dengan panjang efektif
batang. Sebagai contoh, MBC = (Ph/L) (L/2) = Ph/2. [Jadi setiap batang dipandang
sebagai balok kantilever dengan beban terpusat (dalam hal ini gaya geser) diujungnya].
Hasil-hasilnya terlihat pada Gambar 9-3. Perhatikan bahwa kolom di kanan mengalami
tekan dan mengalami momen sama. Baloknya mengalami tekan dan mengalami momen
positif disatu ujung dan momen negatif diujung lainnya, sehingga bentuk deformasinya
adalah S.
Momen balok yang disebutkan diatas, dapat pula diperoleh dengan cara yang
sedikit berbeda yang menggunakan diagram benda beban lain. Diagram benda bebas
yang diperlihatkan Gambar 9-3 (c) menunjukkan bagaimana struktur tersebut dapat
diuraikan atas elemen-elemen balok, kolom dan titik hubung. Konsep mengisolasi titik
hubung rangka dan meninjau keseimbangannya sama dengan yang telah kita gunakan
pada analisis rangka batang. Perbedaan yang ada hanyalah pada rangka batang titik
hubungnya berupa sendi sehingga tidak muncul momen, dan keseimbangan yang perlu
ditinjau adalah keseimbangan translasional (vertikal dan horizontal). Pada rangka, titik
hubungnya adalah kaku, jadi ada momen pada ujung-ujungnya elemen struktur yang
dihubungkan. Oleh karena itu, keseimbangan tiap titik hubung harus memenuhi
keseimbangan rotasional (momen) selain juga keseimbangan translasional. Dengan
menggunakan diagram benda bebas seperti diatas, kita dapat memperoleh momen cukup
dengan meninjau keseimbangan rotasional.
Cara keseimbangan titik hubung. Seperti yang telah kita tinjau, momen dipuncak
kolom B-A diakibatkan oleh reaksi horizontal:
Kolom B-A:
MBA = ( P )h = Ph
2 2
Jadi, pada titik hubung B ada momen yang sama besar dengan momen diatas, tetapi
berlawanan arah. Agar keseimbangan rotasional terpenuhi, maka harus ada momen pada
B-C. momen ini timbul pada balok.
Titik hubung B:
-MBA + MBC = 0
Ph
MBC = 2
Peninjauan yang sama juga dapat dilakukan untuk kolom C-D dan titik hubung D:
Titik hubung C-D:
MCD = ( P )h = Ph
2 2
Titik hubung C:
-MCD + MCB = 0
Ph
MCB = 2
Terlihat bahwa momen ujung balok ini sama dengan yang telah kita peroleh
sebelumnya. Gambar 9-3(c) tidah hanya memperlihatkan keseimbangan momen balok,
kolom dan titik hubung tetapi juga keseimbangan gaya vertikal dan horizontal.
Diagram momen dapat digambarkan setiap balok dan kolom. Dengan meninjau
gaya-gaya yang ada, terlihat jelas bahwa semua elemen struktur mempunyai diagram
momen yang bervariasi secara linier, dengan nilai maksimum dititik hubung dengan
momen nol terjadi di titik belok serta tumpuan sendi.
Kita telah menggunakan perjanjian tanda momen lentur untuk elemen struktur
horizontal (balok), yaitu momen lentur positif apabila terjadi tegangan tarik disisi bawah
penampang. Untuk mengambarkan dengan momen elemen struktur vertikal kita perlu
membuat perjanjian tanda khusus. Cara yang umum dilakukan adalah dengan meninjau
gambar struktur tersebut dari kanan (hal ini sama dengan memutar batang 90 0 berlawanan
jarum jam), jadi kolom-kolom (elemen struktur vertikal) akan tampak bagian mana yang
merupakan sisi atas dan bagian mana yang merupakan sisi bawah. Cara lain yang juga
umum dilakukan adalah dengan menggambarkan diagram momen pada sisi yang
tertekan, tidak peduli perlu memberi tanda positif maupun negatif.
Rangka kaku lain yang akan dianalisis adalah yang terlihat pada Gambar 9-4 (a).
rangka ini identik dengan yang telah kita bahas terdahulu. Tetapi ada perbedaan pada
tumpuannya, yaitu berupa jepit, bukan sendi. Pada Gambar 9-5 (a) diperlihatkan momen
dan reaksi yang timbul pada tumpuan. Terlihat ada elemen reaksi yang belum diketahui
(RAH, RAv, MFA, RDH, RDv, dan MFD ). Sedangkan kita hanya mempunyai tiga persamaan
keseimbangan statika. Dengan demikian, rangka ini adalah struktur statis tak tentu derajat
tiga. Karena kita hanya melakukan analisis dengan statika, maka kita perlu membuat tiga
asumsi. Seperti pada contoh terdahulu, kita menggambarkan dahulu sketsa defleksi
struktur rangka tersebut. Terlihat jelas bahwa ada tiga titik belok pada kurva defleksi,
yaitu satu ditengah balok dan dua pada masing-masing kolom. Sebenarnya letak titik
belok kolom tidak dapat ditengah tinggi karena ada rotasi titik hubung. Titik belok dapat
terjadi tepat ditengah tinggi kolom hanya jika titik hubung bertranslasi horizontal, tanpa
berotasi. Adanya rotasi titik hubung (searah jarum jam) menyebabkan titik belok pada
kolom sedikit keatas, tidak tepat ditengah, seperti terlihat pada Gambar 9-4 (a).
Dengan menetapkan lokasi titik belok tersebut, kita dapat melakukan analisis
dengan statika. Rangka itu kita uraikan pada titik belok, yang sudah kita ketahui
merupakan titik momen nol, seperti yang telah kita lakukan pada rangka pertama (jadi,
gaya aksial dan gaya geser dapat diperoleh dengan menuliskan momen nol pada titik
belok). Analisisnya secara lengkap diperlihatkan pada Gambar 9-5 (b).
Perhatikan bahwa apabila rangka lengkap ini kita uraikan atas dua bagian, yaitu
bagian atas dan bawah titik belok kedua kolom, maka analisis bagian atas akan serupa
dengan analisis rangka pertama (yang tumpuannya sendi). Diagram momen selengkapnya
terlihat pada Gambar 9-4 (b).
Perhatikan bahwa momen yang kita peroleh pada setiap elemen struktur (balok
dan kedua kolom) pada rangka kedua (yang bertumpuan jepit) lebih kecil dibandingkan
dengan yang kita peroleh pada rangka pertama (yang bertumpuan sendi).
RANGKA SATU BENTANG: BEBAN VERTIKAL. Proses umum analisis
pendekatan pada rangka yang memikul beban vertikal hampir sama dengan analisis
rangka yang mengalami beban lateral. Perhatikan rangka kaku pada Gambar 9-5 (a) yang
mempunyai tumpuan sendi dikedua kaki kolom. Langkah pertama analisis adalah
menggambarkan sketsa bentuk defleksi rangka dan menetapkan titik belok seperti terlihat
pada Gambar 9-5 (a).
Penentuan titik belok pada rangka yang dibebani vertikal sedikit lebih sulit
dibandingkan dengan rangka yang dibebani lateral. Apabila titik hubung tak dapat
berputar sama sekali (jadi bersifat jepit penuh), lokasi titik belok pada balok adalah 0,21L
dari kedua ujung balok. Karena sebenarnya terjadi rotasi titik hubung tetapi bukan rotasi
bebas seperti sendi, maka kondisi ujung terjadi rotasi titik terletak diantara kondisi jepit
penuh dan sendi. Dengan demikian, lokasi titik belok adalah antara 0L dan 0,21L dari
titik hubung. Untuk ukuran perbandingan kekakuan balok dan kolom yang umum
dijumpai, lokasi tersebut sekitar 0,1L dari kedua ujung balok. Kita pisahkan rangka
tersebut dilokasi titik sehingga kita peroleh diagram momen seperti terlihat pada Gambar
9-5 (c).
Jelas bahwa beban vertikal pada struktur ini menyebabkan timbulnya momen,
baik pada balok maupun pada kolom. Momen maksimum pada balok dapat terjadi
ditengah bentang maupun diujung-ujungnya. Momen maksimum pada kolom hanya
terjadi diujung-ujungnya.
Goyangan (Sidesway)
Pada rangka yang memikul beban vertikal ada fenomena yang disebut goyangan
(sidesway). Apabila suatu rangka tidak berbentuk simetris, atau tidak dibebani simetris
struktur akan mengalami goyangan (translasi horizontal) kesalah satu sisi (kekiri atau
kekanan rangkap). Akan terjadinya goyangan dapat dilihat pada Gambar 9-8. Anggap
bahwa kedua kolom sangat kaku sehingga benar-benar dapat mencegah rotasi ujung
balok. Dengan demikian, balok pada rangka itu dapat dimodelkan bertumpuan jepit. Pada
ujung balok akan akan timbul momen yang disebut momen ujung (fixed-end-momen)
seperti terlihat pada Gambar 9-8 (b). karena titik hubung harus berada dalam
keseimbangan, maka ujung atas kolom juga harus mendapat momen sama besar
berlawanan arah dengan momen ujung jepit. Agar kolom berada dalam keseimbangan,
adanya momen diujung atas berarti juga harus ada reaksi horizontal di ujung atas berbeda
di kedua ujung bawah kolom. Besar gaya horizontal di ujung bawah masing-masing
kolom sebanding dengan momen diujung diatas masing-masing kolom. Karena momen
diujung atas berbeda dikedua ujung atas kolom, maka gaya horizontal diujung bawah
kedua kolom juga berbeda. Akan tetapi, dengan meninjau keseimbangan horizontal
keseluruhan struktur, kedua gaya horizontal diujung bahwa keduanya kolom haruslah
sama besar berlawanan arah, yang artinya juga momen diujung atas kedua kedua kolom
harus sama. Hal ini dapat terjadi hanya jika rangka tersebut mengalami goyangan kekiri.
Pada saat rangka bergoyang ke kiri ada kecenderungan titik hubung kanan untuk sedikit
“membuka” sudutnya, jadi jika mengurangi gaya horizontal di ujung bawah kolom
kanan. Sementara itu, dititik hubung kiri cenderung sedikit “menutup”, yang artinya
memperbesar momen dititik hubung itu sehingga gaya horizontal diujung bawah kolom
kiri berkurang. Goyangan yang terjadi harus sedemikian rupa sehingga kedua gaya
horizontal itu sama besar.
Rangka Vierendeel
Rangka dapat juga digunakan secara horizontal seperti terlihat pada Gambar 9-11, dan
kita sebut struktur vierendeel. Struktur ini tampak seperti rangka batang yang batang
diagonalnya dihilangkan. Perlu diingat bahwa struktur ini adalah rangka (bukan rangka
batang), jadi titik hubungnya kaku. Struktur demikian digunakan pada gedung, karena
alas an fungsional, kita dapat menggunkan elemen struktur diagonal. Struktur Vierendeel
ini pada umumnya lebih efisien daripada struktur rangka batang.
Kita dapat menggunakan analisis pada struktur vierendeel seperti analisis yang
telah kita lakukan pada rangka vertical. Lokasi titik belok diestimasi dahulu, dan kita
gunakan untuk menentukan gaya geser, momen lentur, dan gaya aksial internal pada
setiap elemen struktur.
Momen internal yang terjadi biasanya lebih besar daripada elemen struktur
didekat tumpuan ketimbang pada elemen struktur ditengah. Distribusi demikian
merefleksikan fakta bahwa gaya geser overall yang menyebabkan geser momen lentur
local pada elemen struktur, semakin dekat tumpuan akan semakin besar. Gaya aksial pada
elemen struktur atas dan bawah di tengah bentang merupakan gaya terbesar. Hal ini
merefleksikan distribusi overall yang semakin ketengah bentang, semakin besar. Pola
distribusi gaya aksial ini sama dengan yang telah kita jumpai pada rangka batang.
Momen Desain
Apabila jenis rangka telah ditentukan, maka analisis dapat dilakukan dan ukuran elemen
struktur dapat ditentukan menurut beban vertikal dan horizontal yang terjadi. Sebelum ini
telah dibahas bagaimana menentukan momen akibat beban vertikal dan beban horizontal.
Untuk menentukan momen desain, diperlukan momen gabungan akibat kedua jenis
pembebanan tersebut, Gambar 9-14 mengilustrasikan proses ini untuk rangka kaku
sederhana. Dalam beberapa hal, momen-momen akibat beban vertikal dan lateral saling
memperbesar, sementara dalam hal lain saling mengurangi. Momen kritis terjadi apabila
momen-momennya saling memperbesar. Perlu diingat bahwa beban lateral umumnya
dapat mempunyai arah berlawanan dengan yang tergambar. Karena itu, umumnya yang
terjadi adalah momen yang saling memperbesar, jarang yang saling memperkecil.
Dalam hal beban lateral sangat besar dibandingkan dengan beban vertikal, momen
yang diakibatkan oleh beban lateral akan dominan sehingga momen desain pada titik
hubung (joints) juga besar. Apabila beban lateral tidak dominan, maka momen desain
kritis pada balok akan terjadi dibagian tengah bentangnya (sedikit selau tepat ditengah).
Pada kolom, momen kritisnya hampir selalu terjadi di titik ujung.
Pembahasan diatas tidak dimaksudkan untuk mempersulit masalah penentuan
beban parsial yang dapat memberikan momen terbesar. Kita dapat saja melakukan
analisis untuk beban sebagian tersebut. Tetapi hal ini terlalu eksak untuk maksud desain
perencanaan, jadi jarang dilakukan orang. Sehubungan dengan hal ini, pembahasan
mengenai momen desain cukup relevan untuk dipelajari. Untuk keperluan desain, momen
pendekatan yang diberikan pada table 8-1, yang cukup merefleksikan efek pembebanan
lateral, sering dipakai pada rangka, bukan hanya pada balok menerus.
Meskipun peninjauan lebih lanjut mengenai efek beban sebagian pada rangka
merupakan hal yang sangat penting. Pembahasan ini dipusatkan pada pembahsan rangka
untuk kondisi pembebanan utama saja.
Apabila momen maksimum kritis telah diperoleh, juga gaya aksial dan geser
internal, penentuan ukuran penampang elemen structural dapat dilakukan. Ada dua
pilihan untuk melakukan hal ini. Yang pertama adalah mengidentifikasikan momen dan
gaya internal, maksimum yang ada dibagian elemen struktur, kemudian menentukan
ukuran penampang diseluruh elemen tersebut berdasarkan gaya dan momen internal tadi
sehingga ukuran penampang konstan diseluruh panjang elemen struktur tersebut. Hal ini
berarti elemen struktur akan berukuran lebih (oversized) diseluruh bagian elemen struktur
kecuali di titik kritis. Pilihan kedua adalah menentukan bentuk penampang sebagai
respons terhadap variasi gaya momen kritis. Pilihan-pilihan seperti ini juga terjadi dalam
desain balok menerus. Pilihan pertama dengan menggunakan ukuran konstan tidak
efisien dibandingkan pilihan kedua, akan tetapi lebih diinginkan karena tinjauan
pelaksanaan.
Tinjauan Umum
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, kita perlu memberikan perhatian khusus, apakah
struktur rangka merupakan pilihan terbaik untuk suatu maksud fungsional yang kita
inginkan atau tidak. Gambar 9-13 menunjukkan bahwa struktur yang menggunakan
hubungan sendi dan pengekang (bracing) diagonal (struktur ini pada dasarnya adalah
rangak batang) kadang-kadang merupakan struktur yang paling efisien (berdasarkan
banyak material yang diperlukan untuk memikul beban). Untuk kondisi beban itu saja,
bantuk rangka batang jelas paling efisien: kita tidak perlu menggunakan struktur rangka
kaku.
Dalam banyak hal, dimana rangka dipandang sebagai struktur yang layak dan
perlu digunakan (karena terbukanya), kita dapat saja menggunakan branced-frame
(rangka dengan menggunakan pengekang) dimana rangka diperkaku oleh elemen struktur
diagonal. Adanya batang diagonal ini tidak boleh mengganggu fungsi (penggunaan
ruang) rangka tersebut. Lokasi yang umum dipilih adalah didekat lubang elevator atau
dilokasi lain yang memang dikehendaki tertutup. Penggunaan elemen struktur diagonal
ini sangat mengurangi momen lentur pada rangka yang diakibatkan oleh beban lateral.
Dengan demikian, elemen struktur rangka dapat mempunyai ukuran yang lebih kecil.