Pada tanggal 9 April 2014 nanti, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melaksanakan pemilihan umum untuk menentukan orang-orang yang akan menjadi anggota dewan. KPU pun terus menyosialisasikan hal-hal yang berkaitan dengan teknis memilih. Sosialisasi tersebut terutama ditujukan kepada para pelajar. Tujuannya agar mereka sebagai pemilih pemula mengerti bagaimana teknis memilih yang benar dan agar mereka menggunakan hak pilih dengan sebaik- sebaiknya. Pelajar yang dimaksud disini adalah mereka yang sedang dalam usia peralihan dari remaja menjadi dewasa. Para pemilih pemula ini biasanya tidak berpihak pada salah satu partai politik. Hal ini dimanfaatkan oleh partai-partai politik dengan menarik simpati pemilih pemula. Mengingat jumlah pemula saat ini cukup banyak, maka suara mereka sangat berpengaruh terhadap hasil pemilu nanti. Namun, jika para pemilih pemula ini tidak mendapat pengaruh dari partai politik, mereka bisa tidak memilih alias golput. Saya sendiri tergolong pemilih pemula. Sebagai pemilih pemula, kita perlu menggali informasi lebih lanjut tentang pemilu, terutama pada calon-calon legislator (caleg) yang akan kita pilih. Tentu kita tidak ingin menyia-nyiakan hak kita dengan memilih orang yang tidak punya kapabilitas dalam menyalurkan aspirasi rakyat. Kita boleh memperkirakan perilaku seorang caleg dengan melihat tempat dia meletakkan alat peraga kampanye mereka. Misalnya caleg yang meletakkan spanduk kampanyenya di pohon-pohon. Hal ini menunjukkan bahwa si caleg tidak peduli terhadap lingkungan. Jika terhadap lingkungan saja mereka tidak peduli, bagaimana dengan aspirasi kita? Kita pastinya tidak ingin memilih anggota dewan yang hanya akan "datang, absen, lalu pulang". Atau anggota dewan yang gemar melakukan korupsi. Kita juga tidak ingin undang- undang produk DPR justru menjegal langkah lembaga-lembaga peradilan dan anti rasuah di negeri ini dalam memerangi kejahatan dan tindak pidana korupsi. Disinilah peran pemilih pemula yang masih 'bersih' dengan memilih orang-orang yang yang dapat menyalurkan aspirasi rakyat dan menghasilkan produk undang-undang yang juga pro rakyat dan pro lembaga peradilan. Para pemilih pemula juga hendaknya menjadi pengawas terhadap jalannya pesta demokrasi yang diadakan tiap lima tahun sekali ini. Jika menemukan hal-hal yang melanggar aturan, misalnya politik uang, maka pemilih pemula dapat melaporkannya pada Panitia Pengawas Pemilu. Jika mendapat 'jatah' agar memilih seorang calon, pemilih pemula hendaknya berani menolak, bahkan bila lebih berani lagi bisa melaporkannya. Pelajar yang menjadi pemilih pemula hendaknya memberi pengaruh positif terhadap pemilih pemula lainnya yang berniat untuk golput. Pemilih pemula yang ingin golput ini bisa diberi masukan bahwa suara mereka sangat menentukan terhadap perkembangan negara kedepannya. Peran orang-orang di sekitar pemilh pemula sangat penting dan berpengaruh. Jika pemilih pemula berkumpul di kelompok orang-orang yang peduli terhadap demokrasi, pemilih pemula akan ikut terpengaruh dan menjadi peduli juga. Namun, bila pemilih pemula berkumpul di kelompok orang-orang yang tidak peduli demokrasi, dia akan terpengaruh dan jadi tidak peduli terhadap demokrasi pula. Pemilu 2014 menjadi kesempatan bagi para pemilih pemula dalam menggunakan hak pilih mereka dan memperbaiki pelaksanaan pemilu menjadi lebih demokratis dan bermartabat.