Lapkas Psikotik Akut
Lapkas Psikotik Akut
“PSIKOTIK AKUT”
Pembimbing :
Dr. H. Rusdi Effendi, Sp.KJ
Oleh :
Yusman Malik
(2015730134)
i
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr wb,
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan kasus mengenai Psikotik Akut.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pernghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan arahan demi
terselesaikannya laporan kasus ini khususnya kepada Dr. H. Rusdi Effendi, Sp.KJ, selaku
pembimbing.
Kami sangat menyadari dalam proses penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun metode penulisan. Namun demikian, kami telah
mengupayakan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Kami dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima segala bentuk masukan, saran dan usulan guna
menyempurnakan laporan kasus ini.
Kami berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalammu’alaikum wr wb.
Penulis
1
DAFTAR ISI
ii
BAB I
STATUS PSIKIATRI
1
c) Riwayat Gangguan Dahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya akan tetapi
pernah berobat di RSUD Koja sejak kurang lebih 2 minggu lalu dan di anjurkan
untuk rawat jalan.
2
b) Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tidak pernah mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut ayah pasien, pasien memiliki badan yang berisi. Pasien mendapatkan ASI
sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian MP-ASI. Tidak pernah ada
riwayat cedera kepala atau sakit yang mengharuskan pasien dibawa ke RS. Pasien
masih tinggal bersama kedua orang tua dan tidak pernah ada masalah dengan kedua
orang tua maupun saudaranya.
c) Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien adalah anak yang baik dan pendiam. Perkembangan fisik pasien sama
dengan anak-anak sebayanya. Pasien tidak ada masalah dengan teman-teman
sepermainannya. Prestasi pasien di sekolah cukup, selama bersekolah pasien tidak
pernah tinggal kelas. Tidak pernah ada riwayat cedera kepala atau sakit yang
mengharuskan pasien dibawa ke RS.
Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Hubungan pasien di rumah
dengan anggota keluarga yang lain baik.
4
f) Genogram Keluarga
5
b. Pembicaraan
Volume : Sedang
Irama : Teratur
Intonasi : Jelas
Kualitas : Baik
Kuantitas : Sedikit
c. Mood dan Afek
Mood : Hampa (Empty)
Afek : Menumpul
Keserasian : Serasi (Ketika menceritakan halusinasi dan wahamnya, pasien
takut)
d. Gangguan Persepsi
Halusinasi
Auditorik : Ada (mendengar suara tidak jelas seperti berbisik)
Visual : Tidak ada
Penciuman : Tidak ada
Pengecapan : Tidak ada
Taktil : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
e. Pikiran
Proses piker
Produktivitas : Kekurangan ide (Paucity of ideas)
Kontinuitas : Tidak Relevan
Hendaya Bahasa : Tidak ada
Isi pikir
Preokupasi : Tidak ada
Obsesi : Tidak ada
Kompulsi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
6
Waham
1) Waham bizzare : Tidak ada
2) Waham sistematik : Tidak ada
3) Waham nihilistik : Tidak ada
4) Waham somatic : (Merasa dada terasa panas dan kepala
sakit)
5) Waham kebesaran : Tidak ada
6) Waham kejaran : Tidak ada
7) Waham rujukan : Tidak ada
8) Waham cemburu : Tidak ada
9) Thought echo : Tidak ada
10) Thought insertion : Tidak ada
11) Thought broadcasting : Tidak ada
f. Dekorum
Gizi : Baik
Higienis : Cukup bersih
Sopan Santun : Baik
g. Reality Test Ability (RTA) : Terganggu
h. Tilikan : Derajat 2
i. Reliabilitas : Dapat dipercaya
7
b. Daya ingat
o Segera : baik, pasien dapat menyebutkan tiga benda yang baru saja
pemeriksa sebutkan.
o Pendek : baik, pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi.
o Sedang : baik, pasien dapat mengingat tanggal saat masuk RSJ Klender
o Panjang : baik, pasien dapat mengingat masa kecilnya dan menceritakan
kejadian saat di sekolah dulu.
3. Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi baik, meminta pasien mengurangi angka sebanyak lima seri : 100-
7 oleh pemeriksa. Perhatian baik, pasien dapat mengeja kata R-U-M-A-H dan dapat
mengeja dari belakang H-A-M-U-R.
4. Kemampuan membaca dan menulis
Kemampuan membaca dan menulis baik, pasien dapat menulis nama lengkap
pasien dan dapat membaca tulisan tersebut dengan baik.
5. Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat menggambar segi lima berhimpit
6. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat menyebutkan 3 persamaan antara jeruk dan apel.
7. Kemampuan informasi dan intelegensi
Baik, pasien mengetahui presiden Indonesia sekarang.
k. Pengendalian impuls
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik.
l. Daya nilai
Daya nilai sosial : cukup baik (pasien hanya mau berbicara apabila diajak
berbicara lebih dulu, pribadi pasien yang pemalu).
Uji daya nilai : baik (ketika ditanya jika menemukan barang milik orang lain,
pasien menjawab akan mengembalikannya karena takut dosa).
8
1.5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Internus
Keadaan Umum : Tampak Sehat
Keasadaran : Composmentis (GCS : E4V5M6)
TTV
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Suhu : 36.5 oC
o Frekuensi Nadi : 90 kali/menit
o Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Mata : CA -/-, SI -/-
Hidung : deformitas (-), epistaksis (-)
Mulut : muksoa bibir lembab
Leher : pembesaran KGB (-)
Telinga : normotia
Gigi : lengkap
Thorax : pergerakan dinding dada simetris KA=KI
Abdomen : supel, NT (-), BU (+), Normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
b. Status Neurologis
Rangsang Meningeal : (-)
Mata
Gerakan : Baik ke segala arah
Bentuk : Bulat isokor
Refleks Cahaya : +/+ (langsung, tidak langsung)
Motorik
Tonus : Baik
Turgor : Baik
Kekuatan : Baik
Koordinasi : Baik
Refleks : tidak dilakukan
Otonom : miksi (+), defekasi (+), keringat (+)
9
1.6. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah dilakukan wawancara dan pemeriksaan status mental terhadap pasien Tn.
AP, usia 26 tahun, anak kedua dari tiga bersaudara, tinggal di daerah jalan kali baru timur,
Jakarta utara, dan bergama Islam.
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien sudah menderita keluhan seperti ini sejak
4 hari terakhir pasien sering berteriak – teriak tanpa sebab, dan berbicara sendiri dengan
nada keras. Lalu emosi pasien menjadi tidak stabil dan terkadang tiba – tiba menjadi marah
– marah. Pasien juga mengeluhkan dada nya terasa panas lalu kepala terasa sakit. Pasien
juga terkadang mendengar suara – suara yang tidak jelas seperti berbisik yang muncul tiba
– tiba dan membuat pasien ketakutan. Pada saat berada di rumah pasien terkadang suka
merusak barang yang berada di dalam rumah dan ketika keluar dari rumah sering
mengganggu tetangga di sekitar lingkungan rumah dengan suara – suara yang keras dan
mengganggu.
Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya akan tetapi pernah
berobat di RSUD Koja sejak kurang lebih 2 minggu lalu dan di anjurkan untuk rawat jalan.
Pada riwayat keluarga Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien
dilahirkan dalam keluarga yang sederhana.Pasien lebih dekat kepada ibu nya yang sudah
meninggal 1 bulan lalu dari pada ayahnya. Dikeluarga tidak ada yang pernah yang
mengalami gangguan kejiwaan. Lalu akhir-akhir ini pasien tiba-tiba marah dan
mengamuk. Jika ditanya kenapa ia mengamuk, ia bilang bahwa mendengar suara-suara
seperti berbisik yang mengganggu dirinya sehingga membuat ia marah. Karena hal
tersebut, keluarga pasien memutuskan hari itu untuk membawa pasien ke RS Jiwa Klender.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan, pasien laki-laki, tampak sesuai
usianya, sehat dan penampilan kurang rapi. Pasien tampak tenang dan kooperatif. Saat
wawancara, volume suara pasien sedang, dengan irama teratur, jelas dengan kuantitas
sedikit.
Didapatkan mood hampa dengan afek menumpul, serasi. Adanya gangguan
presepsi, berupa halusinasi auditorik, proses pikir produktivitas kekurang ide, ide tidak
relevan, dan isi pikir terdapat waham somatik. Sensorium kognisi, pengendalian impuls
dan daya nilai baik. RTA terganggu, tilikan derajat 2 dan dapat dipercaya.
10
1.7. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak terdapat riwayat genetik pada keluarga pasien.
2. Psikologik
Mood hampa dengan afek menumpul, serasi. Adanya gangguan presepsi,
berupa halusinasi auditorik, proses pikir produktivitas kekurang ide, tidak relevan, dan
isi pikir terdapat waham somatik. Sensorium kognisi, pengendalian impuls dan daya
nilai baik. Tilikan derajat 2 dan cukup dapat dipercaya.
3. Lingkungan dan faktor sosial
Ibu pasien baru saja meninggal kurang lebih sudah 1 bulan yang lalu
11
1.8. FORMULASI DIAGNOSIS
Formulasi diagnostik didasarkan pada Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa III. Onset penyakit 2 minggu jangka waktu gejala psikotik menjadi
nyata dan mengganggu aspek kehidupan sehari-hari. Adanya gejala skizofrenik yang
khas berupa halusinasi auditorik, waham dan ilusi. Tidak diketahui berapa lama
gangguan ini akan berlangsung. Tidak ada gangguan yang memenuhi kriteria episode
manik atau episode depresif. Tidak ada penyebab organik dan bukan merupakan
intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan. Maka diagnosis pasien ini
adalah Gangguan Psikotik Akut.
AKSIS I
1. F.23 Gangguan Psikotik Akut
AKSIS II (Gangguan kepribadian dan Retardasi mental)
12
1.9. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : F23.0 Gangguan Psikotik Akut
1.10. TERAPI
Rawat Inap :
• Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap baik untuk evaluasi
ataupun proteksi.
• Rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien mendapatkan
kembali kesadarannya terhadap realita.
• Sementara klinisi menunggu efek perawatan atau obat – obatan, mungkin
diperlukan pengasingan, pengendalian fisik, atau pemantauan satu pasien oleh satu
pemeriksa.
Farmakoterapi :
• Dua golongan utama obat yang dipertimbangkan diberikan dalam pengobatan
gangguan psikotik singkat adalah obat-obat antipsikotik dan ansiolitik (anti cemas).
• Bila obat anti psikotik yang dipilih, obat antipsikotik potensi tinggi atau atipikal
seperti haloperidol atau risperidone dapat digunakan.
• Sebagai alternatif, obat ansiolitik seperti benzodiazepine dapat digunakan pada
pengobatan psikosis jangka pendek.
• Obat tersebut efektif untuk waktu singkat dan efek samping yang lebih sedikit dari
pada obat antipsikotik.
Psikoterapi :
Psikoterapi digunakan untuk memberikan kesempatan untuk membahas stresor dan
episode psikotik.
Masalah terkait meliputi membantu pasien menangani harga dirinya yang hilang
dan mendapatkan kembali rasa percaya diri.
Setiap strategi pengobatan didasarkan pada peningkatan keterampilan
menyelesaikan masalah, sementara memperkuat struktur ego melalui psikoterapi
tampaknya merupakan cara yang paling efektif.
Keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan mungkin penting untuk
mendapatkan keberhasilan.
13
Psikoterapi edukatif
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami oleh
pasien, kemungkinan yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana, pilihan pengobatan
dan efek samping yang mungkin terjadi juga pemeriksa menjelaskan mengenai
pentingnya minum obat dan kontrol yang teratur ke dokter.
1.11. PROGNOSIS
14
1
1