Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang dokter terlebih seorang peserta program pendidikan dokter spesialis atau
PPDS pasti akan banyak belajar menangani pasien. Pasien yang datang pasti akan ditangani
dengan sebaik-baiknya secara profesional. Namun demikian terkadang kesalahan medis
dan komplikasi yang terjadi tidak bisa diantisipasi sebelumnya. Begitu pula dengan
kematian atau mortalitas. Walaupun mayoritas kematian dapat diprediksi, tetapi beberapa
tidak (NSW Health Government, 2014). Patch Adams MD pun pernah membahas tentang
peran dokter yaitu suatu pekerjaan yang dapat memperbaiki kualitas kehidupan seseorang
dan tidak hanya menunda kematian. Manusia memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
memperpanjang umurnya melalui penggunaan mesin dan teknologi baru yang canggih.
Namun, terkadang pasien meninggal karena kesalahan medis yang sebenarnya dapat
dihindari.
Dokter peserta PPDS dapat mempelajari kembali kasus kematian pasien tersebut
sehingga dapat belajar dari kesalahan dan mencegahnya terjadi pada pasien yang lain
(Joseph et al., 2015). Kita mengenal tiga istilah untuk menyebut forum diskusi yang
membahas tentang morbiditas dan mortalitas pada suatu departemen atau unit, yaitu
morbidity and mortality review (MMR), morbidity and mortality conference (MMC) dan
morbidity and mortality meeting (MMM). Namun, tidak ada perbedaan fungsional diantara
ketiga istilah tersebut. Morbidity and mortality meetings dapat didefinisikan sebagai forum
rutin untuk membahas kejadian tidak diharapkan (adverse events), komplikasi dan
kesalahan yang dapat menyebabkan kesakitan atau kematian pasien, dan dikaji ulang
dengan tujuan untuk belajar sehingga dapat meningkatkan manajemen dan kualitas
pelayanan (Travaglia dan Debono, 2009).
Accreditation Council for Graduate Medical Education (ACGME), suatu
organisasi yang menetapkan dan memonitor standar pendidikan untuk akreditasi program
residensi dan fellowship di Amerika Serikat, mewajibkan institusi yang memiliki program
residensi untuk melakukan MMM secara teratur (Kravet, 2006). Fungsi lain dari MMM
adalah untuk mengkaji ulang insiden dengan tujuan untuk mengidentifikasi penyebab

1
kejadian tidak diharapkan (adverse events) dan membangun strategi untuk melakukan
perbaikan (kualitas, perubahan). Morbidity and mortality meetings memberikan proses
peninjauan yang terbuka, kolaboratif dan transparan bagi para klinisi untuk mengevaluasi
praktik dan mengidentifikasi area perbaikan tanpa rasa takut disalahkan.
Secara historis, morbidity and mortality meetings biasanya dilakukan di
departemen bedah sebagai cara pendidikan klinis dan cara untuk meninjau dan
memperbaiki praktik. Walaupun morbidity and mortality meetings telah menjadi
pertemuan rutin terutama di departemen bedah pada institusi akademik, tetapi struktur,
format dan isi morbidity and mortality meetings masih sangat beragam (Dargon et al.,
2012). Karakteristik umum yang muncul dari morbidity and mortality meetings adalah
presentasi kasus dilakukan oleh klinisi (residen junior dan/atau senior) dilanjutkan dengan
diskusi. Peserta dapat beragam. Secara tradisional, morbidity and mortality meetings
adalah forum terbatas yang hanya dihadiri dokter di departemen atau unit terkait. Namun
kini morbidity and mortality meetings semakin berkembang. Selain residen dan spesialis
dari departemen tersebut, terkadang hadir undangan praktisi dari departemen lain.
Perkembangan terkini dalam pelaksanaan morbidity and mortality meetings lebih ke arah
pendekatan multidisiplin, termasuk keterlibatan staf perawat dan profesi kesehatan terkait
(seperti tenaga farmasi) (Travaglia dan Debono, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, sebagai residen atau peserta PPDS tentu perlu mengerti
dan memahami lebih lanjut tujuan dan manfaat yang dapat diambil dalam morbidity and
mortality meetings. Selain itu, residen yang berperan sebagai presenter dalam forum
tersebut perlu mengetahui bagaimana mempersiapkan dan melaksanakam morbidity and
mortality meetings. Walaupun dikatakan belum ada format baku tetapi residen perlu
mempelajari bagaimana menulis laporan untuk forum tersebut sehingga dapat memberikan
manfaat yang maksimal sebagai sarana edukasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa tujuan dan manfaat morbidity and mortality meetings?
2. Bagaimana mempersiapkan dan melaksanakan morbidity and mortality meetings?
3. Bagaimana menulis laporan untuk morbidity and mortality meetings?

2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tujuan dan manfaat morbidity and mortality meetings.
2. Mengetahui cara mempersiapkan dan melaksanakan morbidity and mortality
meetings.
3. Mengetahui cara menulis laporan untuk morbidity and mortality meetings.

1.4 Manfaat
Memberikan informasi kepada dokter khususnya peserta PPDS atau residen
mengenai tujuan dan manfaat morbidity and mortality meetings, cara mempersiapkan dan
melaksanakan serta menulis laporan untuk morbidity and mortality meetings.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Morbidity and Mortality Meetings


Morbidity and mortality meetings process menjelaskan tentang review insiden dari
awal mula kejadian hingga pada kematian dan morbiditas kemudian dilaporkan dalam
Morbidity and mortality meetings serta implementasi dari tindakan atau outcomes dari
pertemuan tersebut. (Healthcare Improvement Scotland, 2016)
Morbidity and mortality meetings (MMM) adalah “kesempatan unik tenaga
kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui studi kasus. Pertemuan ini
terdiri atas dokter (klinisi) dan anggota tim tenaga kesehatan lain yang diselenggarakan
dalam forum rutin termasuk dalam memeriksa adanya adverse events, komplikasi, dan
kesalahan (errors) yang berakibat pada kesakitan atau kematian terhadap pasien”.
(Healthcare Improvement Scotland, 2016)
Morbidity and mortality meetings juga dikenal sebagai Morbidity and mortality
reviews/conferences atau bisa juga disebut case conferences/clinical teaching conferences.
Istilah ‘patient safety’ atau ‘quality improvement’ biasanya menjadi istilah tambahan yang
ada di awalan (prefix) dalam laporan morbidity and mortality meetings. (Healthcare
Improvement Scotland, 2016)

2.2 Tujuan dan Manfaat Morbidity and mortality Meetings


Tujuan Morbidity and mortality meetings
1. Sebagai wadah bagi dokter untuk mendiskusikan kesalahan (errors) dan adverse
event. (Imperial College London, 2012)
2. Untuk mengidentifikasi faktor faktor penyebab apakah iatrogenic harm seperti
komplikasi dari prosedur, poor non-technical skill seperti masalah komunikasi atau
kepemimpinan sebuah tim, dan faktor faktor lainnya. (Imperial College London,
2012)
3. Sebagai pendekatan sistematik terhadap review kematian pasien atau komplikasi
dalam pelayanan dalam rangka meningkatkan pelayanan dan pembelajaran yang
profesional. (Healthcare Improvement Scotland, 2016)

4
4. Meningkatkan akuntabilitas data mortalitas dan meningkatkan metode belajar yang
profesional. (Healthcare Improvement Scotland, 2016)
Manfaat Morbidity and mortality meetings
1. Meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan patient safety.
2. Meningkatkan profesionalitas dalam hal pendidikan pembelajaran baik teknis
kedokteran atau non teknis seperti komunikasi, kepemimpinan, dan edukasi.
3. Sebagai sarana pemenuhan dalam standar layanan menurut akreditasi rumah sakit
dan JCI.
4. Sebagai sarana pembelajaran lebih jauh oleh organisasi profesi/rumah
sakit/pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan
patient safety. (Healthcare Improvement Scotland, 2016)

2.3 Persiapan dan Pelaksanaan Morbidity and Mortality Meetings


2.3.1 Persiapan Morbidity and Mortality Meetings
Salah satu hal yang harus dipersiapkan untuk morbidity and mortality meetings
adalah memilih kasus. Kriteria untuk pemilihan kasus yang akan dibawakan pada
morbidity and mortality meetings meliputi:
 Kematian rawat inap
 Insiden keselamatan pasien yang mengakibatkan 'kerusakan sedang sampai parah',
di mana pasien bisa saja dirugikan
 Pasien yang mendapat perawatan dalam waktu lama karena mengalami komplikasi
 Komplikasi pasca operasi
Kasus dengan poin pembelajaran signifikan untuk diskusi dan analisis mendalam pada
morbidity and mortality meetings akan diprioritaskan.
Setelah memilih kasus, dilanjutkan dengan persiapan presentasi kasus. Salah satu
format yang direkomendasikan untuk presentasi kasus kematian dan morbiditas adalah
menggunakan pendekatan SBAR, yaitu situation, background, assessment & analysis,
review of literature dan recommendations. Tabel ini memberikan kemudahan untuk
terciptanya konsistensi pendekatan, meningkatkan kualitas presentasi, meningkatkan
pembelajaran bagi peserta, dan memastikan fokus pada tindakan untuk perbaikan.

5
Gambar 2.1 Tabel SBAR

Semua presentasi kasus harus tetap dijaga kerahasiaan dan tidak mengidentifikasi pasien

6
atau anggota staf. Misalnya, gunakan pasien A, Dr X, perawat Y.

2.3.2 Pelaksanaan Morbidity and Mortality Meetings


Morbidity and mortality meetings biasa diadakan secara rutin dengan berbagai
frekuensi: seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Dalam forum ini,
dibahas kasus terkini dan dilakukan identifikasi bidang perbaikan untuk dokter yang
terlibat dalam kasus yang dibawakan. Peserta yang hadir dalam pertemuan ini adalah
bagian integral dari pendidikan rutin dan pembelajaran bagi dokter, residen dan staf
kesehatan terkait lainnya.
Peserta inti pertemuan ini meliputi :
 Spesialis konsultan, bidang spesialis lainnya yang terkait, residen, mahasiswa
kedokteran
 Staf keperawatan dan tenaga medis terkait
Profesi berikut ini pun perlu diundang untuk mengikuti pertemuan bila dipandang perlu
 Profesi kesehatan lain yang terkait
 Apoteker
 Pengelola klinis, manajemen risiko, staf kesehatan dan keselamatan kerja
 Perwakilan manajemen, dan
 Staf pendukung lainnya, misalnya sekretaris.
Pemimpin dalam pertemuan ini adalah seorang dokter konsulen senior, dokter
spesialis lain terkait, chief senior (yang diawasi oleh konsultan senior atau dokter spesialis)
yang memiliki ketertarikan terhadap kasus-kasus morbidity and mortality, keselamatan
pasien serta langkah langkah dalam perbaikannya. Peran pemimpin meliputi:
 Mengawasi persiapan dan pengorganisasian mortality dan morbidity meetings
 Memfasilitasi pertemuan, memberikan waktu, dan mendorong peserta untuk
terlibat aktif dalam diskusi
 Memberikan ringkasan pembelajaran dan tindakan yang sebaiknya dilakukan
 Mengelola konflik yang timbul saat diskusi berlangsung secara diplomatis
 Memfasilitasi mengenai pengambilan keputusan, dan memastikan tindakan untuk
perbaikan dapat dirangkum dan diimplementasikan dalam praktik sehari hari

7
Petunjuk pertemuan berikut dapat digunakan selama proses diskusi :
 Pemimpin menegaskan kembali bahwa jalannya diskusi harus terbuka, jujur serta
bebas dalam mengungkapkan pendapat atau umpan balik yang terkait tetapi harus
adil, konstruktif, praktis dan berguna.
 Tetap objektif, hindari memberikan pendapat yang tidak beralasan atau berkolusi
dengan individu lain selama diskusi
 Mencegah argumen, asumsi dan perilaku yang menyebabkan konflik.
Petunjuk bagi pemimpin untuk aktif melibatkan peserta dalam diskusi
 Pengaturan waktu pertemuan untuk memaksimalkan kehadiran peserta
 Penetapan peraturan dasar untuk mendorong partisipasi
 Menjamin lingkungan diskusi yang nyaman
 Mengajukan pertanyaan terbuka dan menantang untuk mendorong terjadinya
interaksi
 Menggunakan audio visual untuk menunjukkan poin penting
 Mempertahankan pertemuan tersebut agar berlangsung secara konsisten, singkat
dengan waktu yang cukup untuk pertanyaan dan umpan balik serta dapat menarik
sebuah kesimpulan dan perbaikan.

2.4 Menyusun Laporan Morbidity and Mortality Meetings


Sampai saat ini belum ada aturan baku yang digunakan untuk menyusun sebuah
laporan MMM, sehingga susunannya disesuaikan dengan ketentuan/kepentingan institusi.
Laporan MMM biasanya berupa ringkasan analisis akar masalah yang disusun secara
terstruktur. Secara umum laporan MMM terdiri dari 3 elemen, yaitu:
(1) mengidentifikasi hal yang terjadi pada adverse event dan analisis resiko yang
mungkin berkontribusi untuk terjadinya hal tersebut. Analisis resiko dapat
dilakukan dengan menggunakan vincent analysis framework.
(2) menentukan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian
(3) evaluasi efektif terhadap intervensi yang dilakukan.

8
Beberapa contoh laporan MMM adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Format Laporan MMM Clinical Exellence Commission

9
Gambar 2.3 Format Laporan MMM dan deskripsinya

Adapun presentasi laporan MMM dapat disusun sebagai berikut:


1. Presenter dan waktu (departemen, presenter dan tanggal)
2. Situasi (diagnosis saat masuk, prosedur yang dilakukan, komplikasi)
3. Informasi klinis pasien (riwayat pasien, indikasi intervensi, hasil laboratorium dan
pencitraan, rincian prosedural yang dilakukan, tanda komplikasi, dan manajemen
komplikasi)
4. Asessmen dan analisis (error analysis, dan analisis akar masalah)
5. Telaah pustaka (evidence bassed medicine)
6. Rekomendasi (tindakan yang dianjurkan untuk menghindari masalah yang serupa
di masa depannya).
10
BAB 3
PEMBAHASAN

Morbidity and mortality meetings yang merupakan suatu pertemuan para tenaga
kesehatan dalam membahas kasus tentang kesakitan dan kematian sangat penting
dilakukan di fasilitas kesehatan terutama institusi akademik. Kegiatan tersebut mempunyai
beberapa manfaat antara lain dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka
meningkatkan patient safety, meningkatkan profesionalitas dalam hal pendidikan, dan
sebagai sarana pemenuhan dalam standar layanan menurut akreditasi rumah sakit dan JCI
(Healthcare Improvement Scotland, 2016). Dalam pertemuan ini tenaga kesehatan
terutama peserta PPDS bisa mendapatkan banyak pembelajaran dari berbagai staf ahli
terkait agar dapat terhindar dari membuat kesalahan ataupun kejadian yang tidak
diinginkan di masa depan. Selain itu, para staf dokter juga dapat melakukan penilaian
terkait kinerja peserta PPDS baik dalam hal membuat keputusan maupun pemberian terapi
atau intervensi.
Berbagai macam kasus yang terjadi pada pasien dapat menjadi media pembelajaran
yang baik. Namun kasus yang sering dibahas dalam morbidity and mortality meetings
adalah kasus kematian, insiden yang mengakibatkan morbiditas pasien serta hal-hal yang
jarang terjadi dalam praktek sehari-hari. Setelah kasus yang akan dibahas dalam kegiatan
ini ditentukan, presenter, dalam hal ini PPDS, perlu membuat sebuah presentasi yang berisi
tentang antara lain nama presenter dan waktu (departemen, presenter dan tanggal), situasi
(diagnosis saat masuk, prosedur yang dilakukan, komplikasi), informasi klinis pasien
(riwayat pasien, indikasi intervensi, hasil laboratorium dan pencitraan, rincian prosedural
yang dilakukan, tanda komplikasi, dan manajemen komplikasi), asessmen dan analisis
(error analysis, dan analisis akar masalah), telaah pustaka (evidence bassed medicine) serta
rekomendasi (tindakan yang dianjurkan untuk menghindari masalah yang serupa di masa
depannya).
Saat ini morbidity and mortality meetings sudah sangat berkembang dan dilakukan
di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dengan
pemahaman akan pentingnya kegiatan ini dan tata cara pembuatan laporannya, diharapkan

11
seluruh tenaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta pembentukan
sistem kesehatan yang lebih baik ke depannya.

12
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Morbidity and mortality meetings merupakan pertemuan terdiri atas dokter
(klinisi) dan anggota tim tenaga kesehatan lain yang diselenggarakan dalam forum
rutin termasuk dalam memeriksa adanya adverse events, komplikasi, dan
kesalahan (errors) yang berakibat pada kesakitan atau kematian terhadap pasien.
2. Manfaat morbidity and mortality meetings yaitu meningkatkan kualitas
pelayanan, profesionalitas tenaga medis, dan sarana pembelajaran bagi tenaga
medis.
3. Tahapan persiapan morbidity and mortality meetings terdiri dari pemilihan kasus
dan presentasi, salah satunya menggunakan metode SBAR (situation,
background, assessment & analysis, review of literature dan recommendations).
4. Penulisan laporan morbidity and mortality meetings meliputi 3 elemen yaitu
identifikasi resiko, intervensi, dan evaluasi efektif.

4.2 Saran
Morbidity and mortality meetings merupakan salah satu proses yang efektif dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalitas. Bila peserta didik mengetahui tujuan
dan esensi dalam proses pembuatan laporan MMM, maka MMM akan menjadi sebuah hal
yang positif dan bermanfaat baik bagi tenaga medis dan pasien. Selain itu MMM juga
melatih peserta didik dalam komunikasi dan pembuatan laporan scientific, yang berguna
dalam kehidupan akademis maupun praktis. Sebaiknya, MMM rutin dilaksanakan pada
setiap departemen dengan dihadiri oleh tim tenaga medis yang terdiri dari dokter spesialis,
peserta didik, perawat, apoteker, dan staf pendukung lain sehingga diharapkan bisa terjalin
kerjasama yang baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Clinical Excellence Commission. Guidelines for conducting and reporting Clinical


Review/Mortality & Morbidity meetings. 2014. Available from:
http://www.cec.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0006/258441/clinical-reviewm-
and-m-mar-2014.pdf [Accessed at 20 Agustus 2017]

Competencies. J GEN INTERN MED 2006; 21:1192–1194. Available from


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1831665/pdf/jgi0021-1192.pdf
[Accessed at 21 Agustus 2017]

Dargon PT, et al., Morbidity & Mortality Conference Manual v. 1.1. London: Imperial
College London; 2012. Available from http://www.imperial.ac.uk/media/imperial-
college/medicine/surgery-cancer/pstrc/mmmanualv1.1dec2012rev.pdf [Accessed at 20
Agustus 2017]

Joseph, Corey., et al., Best Practice for Conducting Morbidity and Mortality Reviews: A
Literature Review. The Royal Australasian College of Medical Administrators; 2015.
Available from: http://www.racma.edu.au [Accessed at 21 Agustus 2017]

Health Improvement Scotland. Draft Practical Guide fot Mortality and Morbidity
Meetings. 2016. Available from www.healthcareimprovementscotland.org [Accessed at
21 Agustus 2017]

Kravet SJ, et al., Morbidity and Mortality Conference, Grand Rounds, and the ACGME’s
Core

National Services Scotland. Scottish Mortality and Morbidity Programme. 2015. Available
from: https://www.isdscotland.org/Health-Topics/Scottish-Healthcare-Audits/Scottish-
Morbidity-and-Mortality-
Programme/docs/Scottish_Morbidity_and_Mortality_National_Survey_V_15_final.pdf
[Accessed at 20 Agustus 2017]

14
NSW Health Government. Mortality review in NSW: The Way forward. Sydney South:
Clinical Excellence Commission; 2014. Available from:
http://www.cec.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0011/258248/mortality-review-
in-nsw-the-way-forward-27-6-2014.pdf [Accessed at 20 Agustus 2017]

Travaglia J, Debono D. Mortality and morbidity reviews: a comprehensive review of the


literature. Centre for Clinical Governance Research in Health, Faculty of Medicine,
University of New South Wales. Sydney: National Library of Australia; 2009. Available
from
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uac
t=8&ved=0ahUKEwisz7yj--
bVAhVDwI8KHcoNBlAQFggsMAA&url=https%3A%2F%2Fwww2.health.vic.gov.au
%2FApi%2Fdownloadmedia%2F%257B06DA987A-197C-43AC-8ADC-
24E85625D08E%257D&usg=AFQjCNFUhiaZUFBRHwhw6re5ftt6VujQZA [Accessed
at 20 Agustus 2017]

Vincent C, Taylor-Adams S, Stanhope N. Framework for Analysing Risk and Safety in


Clinical Medicine. BMJ 1998;316(7138):1154-57

15

Anda mungkin juga menyukai