Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Konsumsi Lemak terhadap Rasa Kembung dan Penuh pada Perut

PBL B9 (C2) – Skenario 9


Carla Btari Hermawan (102018143)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510. Telpon: (021) 56942051.
Email: carla.2018fk143@ukrida.ac.id
Abstrak
Setiap organ dalam sistem pencernaan manusia memiliki peranan penting dengan fungsi yang
berbeda-beda. Dalam sistem pencernaan manusia makanan yang dikonsumsi tak sepenuhnya
menjadi zat-zat gizi yang dapat diserap, sisa makanan yang tidak diserap dan tidak dibutuhkan
oleh tubuh akan dikeluarkan melalui anus sebagai proses metabolisme tubuh. Saluran pencernaan
merupakan bagian dalam tubuh yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkan untuk
diserap oleh tubuh dengan melalui suatu proses (pengunyahan, penelanan dan percampuran)
dengan bantuan beberapa zat kimia yang disebut dengan enzim dan hormone biasanya terdapat di
beberapa bagian organ pencernaan. Sistem pencernaan yang baik sangat berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Kata kunci: Sistem pencernaan, enzim, hormon.
Abstract
Every organ in the human digestive system has an important role with different functions. In the
human digestive system, the food consumed is not fully a nutrient that can be absorbed, the
remaining food that is not absorbed and is not needed by the body will be released through the
anus as the body's metabolic process. The digestive tract is a part of the body that receives food
from the outside and prepares it to be absorbed by the body through a process (mastication,
swallowing and mixing) with the help of several chemicals called enzymes and hormones usually
found in several parts of the digestive organs. A good digestive system is very influential on human
growth and development.
Keywords: digestive system, enzyme, hormone.
Pendahuluan

Setiap manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup dan melakukan kegiatan
sehari-hari. Untuk mencerna dan menyerap makanan, manusia membutuhkan sistem pencernaan.
Sistem pencernaan berperan terhadap homeostatis dengan mentransfer nutrient, air, dan elektrolit
dari lingkungan eksternal ke internal sel. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pancreas, hati dan kandung empedu.
Proses mencerna memiliki empat proses dasar yang meliputi motilitas, sekresi, digesti, dan
absorbsi. Organ pada sistem pencernaan bekerja sesuai dengan perannya masing-masing, salah
satu tugasnya adalah menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menguraikan makanan dari
molekul kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh setiap sel untuk aktivitas tubuh
manusia. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui struktur makroskopis dan
mikroskopis sistem pencernaan pada tubuh manusia khususnya bagian lambung hingga usus halus,
sistem pencernaan dari lambung ke usus halus, dan enzim pencernaan berperan di lambung hingga
usus halus, dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi pengosongan dan pencampuran di
lambung.

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Lambung – Usus Halus


A. Lambung
Lambung (Gaster) adalah bagian tractus gastrointestinais yang terletak diantara
esophagus pars abdominalis dan intestinum tenue, gaster berada di regio epigastrium,
umbilicalis, dan hypochondriacum sinistra abdomen.1 Perdarahan gaster oleh A. Gastrica
sinistra et dextra (untuk kurvatura minor), A. Gastroepiploica dextra et sinistra (kurvatura
mayor) dan A. Gastrica brevis (didaerah fundus gaster).1
Gambar 1. Gaster
Gaster dibagi menjadi 4 regio1:

 Pars cardiaca yang mengeilingi lubang esophagus kedalam gaster. Daerah ini sempit pada
batas gartroesophageal lebarnya 2-3 cm
 Fundus gastricus yang merupakan area diatas ostium cardiacum. daerah berbentuk kubah
di kiri esophagus, dan sering berisi gas. Terdiri dari tunika mukosa yang memiliki berupa
epitel selapis toraks tanpa sel goblet yang terdiri atas sel epitel permukaan, yang
menghasilkan lapisan mukus yang kental.
 Corpus gastricum yang merupakan daerah teruas gaster. bagian terbesar, yang bertugas
untuk membentuk adonan
 Pars pyorica yang terbagi menjadi antrum. bagian yang mengkerut, berbentuk corong, dan
dilengkapi sfringter piloric yang tebal untuk mengontrol pengeluaran chyme secara
bertahap ke duodenum.

Gambar 2. Cardia, fundus, pylorus


Lambung memiliki 4 lapisan yaitu1,2:
1. Lapisan mukosa, memiliki epitel selapis toraks tanpa sel goblet yang terdiri atas sel
epitel permukaan, yang menghasilkan lapisan mukus yang kental.
2. Lapisan submukosa, tersusun atas jaringan areolar longga yang membungkus lapisan
mukosa dan lapisan muskularis
3. Tunika muskularis, tersusun atas tiga lapis otot polos, yaitu lapisan longitudinal bagian
luar, lapisan sirkuler di tengah dan lapisan oblik di bagian dalam.
4. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritonium viseralis.
B. Usus Halus
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan
yang panjangnya sekitar 6m berdiameter sekitar 2,5cm.2 Dalam usus halus terdapat membran
mukosa yang mempunyai penampilan beludru akibat adanya tonjolan seperti rambut yang
disebut “villi” fungsinya untuk memperluas area penyerapan zat makanan.2 Secara
mikroskopik usus halus tersusun dari empat lapisan, dengan lapisan paling luar disebut
dengan tunika serosa, tunika muskularis yang tersusun dari serabut otot longitudinal (luar)
dan serabut otot sirkuler (dalam), tunika submucosa dimana terdapar kelenjar Brunner yang
bermuara ke cripta Lieberkuhn melalui ductus sekretorius, dan tunika mukosa yang
merupakan lapisan dinding yang paling dalam. Dengan epitel selapis torak dengan sel goblet.
2,3

Gambar 3. Usus Halus


Usus halus terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya
adalah mencerna dan absorbsi makanan.3,4
1) Duodenum
Gambar 4. Duodenum
Duodenum merupakan bagian pertama dari intestinum tenue dengan bentuk seperti
huruf C, bersebelahan dengan caput pancreas dan berada di atas umbilicus. Panjang
duodenum sekitar 25cm, mulai dari pilorus sampai jejenum.3 Lumennya merupakan yang
paling lebar diantara intestinum tenue lainnya. Struktur ini terletak secara retroperitoneale
(kecuali bagian awalnya), yang dihubungkan dengan hepar oleh ligamentum
hepatoduodenale yang merupakan bagian dari omentum minus.3 Pemisahan dodeum dan
jejunum ditandai oleh adanya ligamentum Treitzs. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium (penggantung). Duodenum terdiri dari 4 bagian yaitu3:
 Pars Superior
Permulaan bagian ini disebut sebagai ampulla (duodenal cap). Terbentang dari
ostium piloricum gaster sampai collum vesicae fellea dan berjalan di anterior ductus
choledochus. Pars superior terletah di antero lateral L1 dan memiliki panjang sekitar
5cm. Perdarahan duodenum diperdarahi oleh rami duodenales A. pancreatico
duodenalis superior anterior dan posterior yang merupakan cabang A.
gastroduodenalis; rami duodenales A. pancreatico duodenalis inferior anterior dan
posterior, cabang A. mesenterica superior.3
 Pars Descendens
Terletak di sebelah kanan sisi tubuh pada L1-L3, dengan panjang kira-kira sekitar
7-8cm. Bagian ini berisi papilla duodeni major, yang merupakan pintu masuk bersama
bagi ductus choledochus dan ductus pancreaticus, dan papilla duodeni minor, yang
merupakan pintu masuk bagi ductus pancreaticus accessories.2,3
 Pars Horizontalis
Merupakan bagian terpanjang sekitar 10cm, berjalan horizontal menyilang vena
cava inferior, aorta, dan columna vertebalis. Di anteriornya disilang oleh A.V.
mesenterica superior.2,3
 Pars Ascendens
Berjalan naik pada sisi kiri dari aorta sampai kira-kira vertebra LII dan berakhir
sebagai flexura duodenojejunalis yang digantung oleh ligamentum suspernsorius
duodeni (ligamentum Treitz). Ligamen ini berfungsi untuk melebarkan sudut dan
memfasilitasi gerakan. Bagian pars ascendens memiliki panjang 2-3cm.2,3
2) Jejunum

Gambar 5. Jejunum
Jejunum menyusun bagian 2/5 proximal, yang sebagian besarnya berada di kuadran
kiri atas abdomen dengan diameter yang lebih besar sekitar 2-4cm dan dinding yang lebih
tebal dibandingkan ileum. Secara histologis dapat dibedakan dengan duodenum, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Lapisan bagian dalam memiliki banyak lipatan meninjol
yang disebut plica sirkularis Kercringi. Suplai darah jejunum berasal dari Aa. jejunales
yang bercabang dari A. mesenterica superior.2,3
3) Ileum
Gambar 6. Ileum
Ileum menyusun 3/5 bagian distal intestinum tenue dan sebagian besar berada pada
kuadran kanan bawah dengan diameter sebesar 2-3cm. Secara mikroskopik ciri khas ileum
yaitu terdapat Plak Peyeri yang merupakan kelompok nodulus limfatikus yng terdapat pada
lamina proprianya dan meluas hingga tunika submucosa, sehingga kadang struktur tunika
muskularis mukosa tidak nampak jelas. Vili intestinalnya lebih pendek dan langsing
dibanding duodenum dan jejunum dengan jumlah yang paling sedikit. Suplai arterial untuk
ileum berasal dari Aa. iliales dari A. mesenterica superior dan suatu cabang dari A.
iliocolica (cabang A. mesenterica superior).2,3

Sistem Pencernaan dari Lambung – Usus Halus


Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari
makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan harus dicerna agar
menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem
sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel.4,5 Empat proses pencernaan dasar4,5:
1. Motilitas
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran
pencernaan. Otot polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah
yang disebut tonus. Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar motilitas
pencernaan. Gerakan propulsif (mendorong) adalah gerakan memajukan isi saluran pencernaan ke
depan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi yang
dilaksanakan oleh setiap organ pencernaan. Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama,
mencampur makanan dengan getah pencernaan. Kedua, mempermudah penyerapan dengan
memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.5
2. Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-
kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik
spesifik yang penting dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus).
Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf
dan hormon sesuai.5
3. Pencernaan
Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjad
struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim. Manusia mengonsumsi tiga
komponen makanan utama, yaitu karbohidrat. Kebanyakan makanan yang kita makan adalah
karbohidrat dalam bentuk polisakarida, misalnya tepung kanji, daging (glikogen), atau tumbuhan
(selulosa). Bentuk karbohidrat yang paling sederhana adalah monosakarida seperti glukosa,
fruktosa, dan galaktosa. Yang kedua adalah lemak. Sebagian besar lemak dalam makanan berada
dalam bentuk trigelsida. Produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak.
Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan menambahkan H2O di
tempat ikatan, lalu enzim akan memutuskan ikatan tersebut sehingga molekul-molekul kecil
menjadi bebas. Seterusnya, protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan
peptida. Protein akan diuraikan menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil yang dapat
diserap dalam saluran pencernaan.5
4. Penyerapan
Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan molekul-
molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan berhenti dari lumen saluran
pencernaan ke dalam darah atau limfe. Pengaturan fungsi saluran pencernaan bersifat kompleks
dan sinergistik. Terdapat empat faktor yang berperan dalam pengaturan fungsi pencernaan, yaitu
fungsi otonom otot polos, pleksus saraf intrinsic saraf ekstrinsik dan hormon saluran pencernaan.6
Gambar 7. Proses pengosongan dan pencampuran di lambung

Di lambung terjadi proses motilitas. Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung,
yaitu pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan
lambung dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter.6 Penyimpanan lambung (gastric storage)
pada bagian fundus dan korpus lambung, makanan yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa
adanya pencampuran. Makanan secara bertahap akan disalurkan dari korpus ke antrum.
Pencampuran lambung (gastric mixing) kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab
makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus.6 Dengan gerakan
retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di antrum
akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus. Pengosongan lambung (gastric emptying) yaitu
kontraksi peristaltik antrum menyebabkan juga gaya pendorong untuk mengosongkan lambung.6
Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapa
sekret lambung diantaranya adalah HCl. Sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam
lumen lambung. Fungsi HCL dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim
pepsinogen menjadi pepsin dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2)
membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas
mematikan mikroorganisme dalam makanan. Pepsinogen ; pada saat disekresikan ke dalam
lambung, pepsinogen mengalami penguraian oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin
berfungsi dalam pencernaan protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena
fungsinya memecah protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam
bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk. Sekresi mukus
; mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada mukosa
lambung. Faktor intrinsik ; faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitamin
B12 penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12 tidak
dapat diserap. Sekresi Gastrin ; di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yang
mensekresikan gastrin.6
Terdapat faktor yang mempengaruhi sekresi getah lambung, yaitu N. Vagus, yaitu efek
parasimpatis untuk menggiatkan sekresi lambung. Seterusnya, unsur mekanis dan kimia dari
makanan yang disalur ke dalam darah. Misalnya hormon gastrin disekresi ke dalam darah lalu
menggiat sekresi getah lambung. Senyawa-senyawa yang menggiatkan sekresi getah lambung
adalah histamin, extract daging, coffein, insulin dan pilokarpin. Manakala senyawa yang
menghambat adalah nikotin. Lemak juga menghambat sekresi getah lambung dengan sekresi
hormon enterogasteron dari mukosa duodenum.7,8

Enzim Pencernaan pada Lambung – Usus Halus


1. Pencernaan di Lambung8
Enzim Keterangan
i. HCl  HCL melindungi lambung dari serangan bakteri, virus dan jamur yang masuk
lambung bersama makanan dan minuman.
 Apabila protein dan HCl lambung bercampur akan terjadi denaturasi.
Struktur tersier protein akan hilang karena penghancuran ikatan hydrogen.
Lipatan rantai polipeptida akan terbuka sehingga enzim proteolitik dapat
bekerja.
ii. Pepsin  Menghidrolisis protein menjadi fragmen peptida
 Sel chief mensekresi proenzim (zimogen) pepsinogen di dalam lambung
 Zimogen ini diaktifkan oleh HCl yang disekresi oleh sel parietal
iii.Renin  Enzim yang hanya terdapat pada lambung bayi
(kimosin)  Enzim ini digunakan untuk koagulasi susu dan mencegah aliran cepat dari
lambung.
 Kasein susu apabila bercampur dengan Ca renin akan menjadi Ca
parakaseinat. Ca parakaseinat bercampur dengan pepsin akan pecah kembali.
iv. Lipase  Digunakan untuk hidrolisis triasilgliserol menjadi monoasilgliserol dan asam
lemak.
 Fungsi lipolitiknya tidak penting karena pH optimum kurang lebih 7.5 (tidak
sesuai dengan pH lambung)
 Aktivitasnya diperkuat oleh garam empedu.

2. Pencernaan oleh Pancreas dan Usus9


Enzim Keterangan
Tripsin  Tripsinogen disekresi sebagai zimogen
 Tripsinogen diaktifkan di dalam duodenum dengan bantuan enzim
enterokinase menjadi tripsin
 Pepton menghidrolisis pada ikatan peptide yang mengandungi asam
amino lysin dan arginin
 Mempunyai daya koagulasi susu pada pH optimal 8.
 Kimotripsin disintesis di dalam pankreas sebagai kimotripsinogen
Kimotripsin yang tidak aktif
 Kimotripsinogen bersama tripsin akan mengaktifkan kimotripsinogen
menjadi kimotripsin.
Karboksipeptidase  Enzim ini adalah ekso peptidase
 Enzim proteolitik mengandungi Zn.
Amilase pankreas  Amilase kurang lebih sama dengan amilase saliva.
 Amilase pancreas menghidrolisis kanji menjadi maltose.
Lipase pankreas  Enzim ini menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, mono
(steapsin) dan digliserida.
 Aktivitasnya diperkuat oleh garam empedu.
3. Pencernaan oleh Usus9
Enzim Keterangan
i. Aminopeptidase  Enzim ini mengubah polipeptida menjadi amino asid dan
peptida.
 Cara kerja enzim ini dengan mengkatalisis hidrolisa ikatan
peptida di ujung molekul di sisi yang mengandungi gugus
amino bebas.
ii. Dipeptidase  Enzim ini mengubah peptida menjadi amino asid.
iii. Disakaridase  Enzim ini mengubah disakarida menjadi monosakarida
misalnya enzim sukrase, maltase, isomaltase dan laktase.
iv. Fosfatase  Enzim ini digunakan untuk melepaskan fosfat dari senyawa
fosat organik berasal dari makanan seperti hexosefosfat dan
gliserofosfat nukleotida.
v. Polinukleotidase  Enzim ini mengubah asam nukleat menjadi nukleotida.
vi. Nukleotidase  Nukleosida (purin) Fosfolisasi pentose
(nukleosida - Enzim purin nukleosidase
fosforilase)  Nukleosida (pirimidin) uridin, sistidin dan timidin
- Enzim pirimidin nukleosidase
vii. Lesitinase  Enzim ini mencerna lesitin menjadi gliserol, asam lemak,
asam fosfat dan kolin.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motilitas dan Pengosongan Lambung

Gambar 8. Tabel faktor yang memengaruhi motilitas dan pengosongan lambung


Faktor utama di lambung yang memengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di
lambung. Jika hal-hal lain setara, lambung mengosongkan isinya dengan kecepatan yang
sebanding dengan volume kimus di dalamnya setiap saat. Peregangan lambung memicu
peningkatan motilitas lambung melalui efek langsung peregangan pada otot polos serta melalui
keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus, dan hormon lambung gastrin. Selain itu, derajat fluiditas
kimus di lambung memengaruhi pengosongan lambung. Isi lambung harus diubah menjadi bentuk
cair kental merata sebelum pengosongan. Semakin cepat tingkat keenceran yang sesuai tercapai,
semakin cepat isi lambung siap dievakuasi.6
Meskipun lambung berpengaruh, faktor-faktor di duodenum sangat penting dalam
mengontrol kecepatan pengosongan lambung. Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat
menunda pengosongan lambung dengan mengurangi kekuatan peristalsis antrum hingga
duodenum siap menampung lebih banyak kimus. Empat faktor duodenum terpenting yang
memengaruhi pengosongan lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan. Adanya
satu atau lebih rangsangan ini di duodenum akan mengaktifkan reseptor duodenum yang sesuai,
memicu respons saraf atau hormon yang mengerem aktivitas peristaltik antrum sehingga
memperlambat laju pengosongan lambung.6
 Respons saraf diperantarai melalui pleksus saraf intrinsik (refleks pendek) dan saraf
autonom (refleks panjang). Secara kolektif, refleks-refleks ini disebut refleks
enterogastrik.6
 Respons hormon melibatkan pelepasan beberapa hormon yang secara kolektif dikenal
sebagai enterogastron dari mukosa usus halus. Darah membawa hormon-hormon ini ke
lambung, tempat mereka menghambat kontraksi antrum untuk nnengurangi pengosongan
lambung.6 Dua enterogastron terpenting adalah sekretin dan kolesistokinin (CCK).
Sekretin dihasilkan oleh sel endokrin yang disebut sel S dan CCK oleh sel endokrin yang
disebut sel l di mukosa duodenum dan jejunum. Sekretin adalah hormon pertama yang
ditemukan (1902). Karena merupakan produk sekretorik yang masuk ke darah, bahan ini
dinamai sekretin. Kata kolesistokinin berasal dari hormon yang sarna ini juga
menyebabkan kontraksi kandung empedu yang berisi empedu (kole artinya "empedu";
kzsto artinya "kantong"; dan kinin artinya "kontraksi"). Sekretin dan CCK adalah hormon
pencernaan utama yang melakukan tungsi penting lain selain berfungsi sebagai
enterogastron.6

Dari banyak nutrient yang kita konsumsi, lemak merupakan penghambat pengosongan
lambung yang paling efektif.6 Hal ini disebabkan karena lemak memiliki nilai kalori yang tinggi.
Selain itu, pencernaan dan penyerapan lemak berlangsung lebih lama dibandingkan dengan
nutrient yang lain dan penyerapan lemak hanya berlangsung di usus halus saja. Trigliserida sangat
merangsang duodenum untuk melepaskan CCK. Hormon ini menghambat kontraksi antrum dan
juga meng- induksi kontraksi sfingter pilorus, yang keduanya memperlambat pengosongan
lambung. Penundaan ini memastikan usus halus memiliki cukup waktu untuk mencerna dan
meiigabsorpsi lemak yang sudah ada sebelum lebih banyak lemak lagi yang masuk dari lambung.6
Karena lambung mengeluarkan asam hidroglorida (HCl), kimus yang masuk ke duodenum
sangat asam. Kimus ini dinetralkan oleh natrium bikarbonat (NaHCO3) yang disekresikan ke
dalam lumen duodenum terutama dari pankreas.6 Asam yang belum dinetralkan akan mencederai
mukosa duodenum dan menkresikan ke dalam lumen duodenum. karena itu, asam yang belum
ternetralkan di duodenum menginduksi pelepasan sekretin, yaitu suatu hormon yang akan
memperlambat pengosongan lebih lankut isi lambung yang asam hingga netralisasi selesai.6
Sewaktu molekul-molekul protein dan tepung dicerna di lumen duodenurn, terjadi
pembebasan sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Jika penyerapan molekul asam
amino dan glukosa ini tidak mengimbangi kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat,
sejumlahbesar molekul akan tetap berada di kimus dan meningkatkan osmolaritas isi duodenum.
Osmoiaritas bergantung pada jumlah rnolekul yang ada, hukan ukurannya, dan satu molekul
protein dapat diuraikan menjadi beberapa ratus molekul asam amino, yang masing-masing
memiiiki aktivitas osmotik setara dengan molekul protein semula.6 Hal yang sama berlaku untuk
satu molekul besar tepung, yang menghasilkan banyak molekul glukosa berukuran kecil tetapi
dengan aktivitas osmotik setara. Karena dapat berdifusi bebas menembus dinding duodenum, air
masuk ke lumen duodenum dari plasma jika osmolaritas duodenurn meningkat.6
Air dalam jumlah besar yang masuk ke usus dari plasma akan menyebabkan peregangan
usus dan, yang lebih penting, gangguan sirkulasi karena berkurangnya volume plasma.6 Untuk
mencegah etek-efek ini, pengosongan lambung secara refleks dihambat jika osmolaritas isi
duodenum mulai meningkat. Karena itu, jumlah makanan yang masuk ke duodenum untuk dicerna
lebih lanjut menjadi partikelpartikel yang lebih kecil dan aktif osmotik berkurang hingga proses
penyerapan memiliki kesempatan untuk mengimbanginya.6
Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan menghambat pengosongan isi lambung lebih
lanjut, menyediakan waktu bagi duodenum yang teregang untuk memproses kelebihan volume
kimus yang sedang ditampungnya sebelum duodenum menerima kimus tambahan.6

Kesimpulan

Pencernaan yang terjadi dari lambung hingga usus halus memiliki banyak aspek yang saling
mempengaruhi, khususnya dalam pengosongan lambung. Dari pembahasan skenario ini, diketahui
bahwa lemak memiliki nilai kalori yang sangat tinggi sehingga membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk dicerna dan diserap oleh usus halus sehingga pengosongan lambung di hambat agar
penyerapan tetap dapat berjalan dengan optimal. Penghambatan dalam proses pengosongan
lambung ini menyebabkan rasa penuh dan kembung pada perut.
Daftar Pustaka

1. Netter FH. Atlas of human anatomy. 5th edition. USA: Saunders Elsevier; 2011.
2. Snell R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta:EGC, 2006.h.83-115
3. Moore K.L, Agur A.M. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates, 2002.h. 54-67
4. Guyton, Hall. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC, 2006.h.113-187.
5. Ganong W.F. Buku ajar fisiologi. Ed.22. Jakarta: EGC, 2005,566-614. Sudah terbukti
6. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 8th ed. Belmont: Brooks/Cole,
Cengage Learning; 2013.p.327-9,331-5,338-41,343-7,393,395-8.
7. Dorland. Kamus kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2002.
8. Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2009. h.96,333-47.
9. Sugiarto B, Ester M. Anatomi dan fisiologi modern. Ed-2. Jakarta: EGC; 2012.h.124-25

Anda mungkin juga menyukai