Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

ASMA BRONKIAL

Oleh :
Desta Fransisca, S.Ked
FAB 118 023

Pembimbing :
dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.KFR
dr. Tagor Sibarani
dr. Fajar Patompo

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Dalam Mengikuti


Program Pendidikan Profesi Bagian Rehabilitasi Medik dan
Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR/RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangkaraya
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia.
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat
bersifat menetap dan mengganggu aktiviti bahkan kegiatan harian. Produktiviti
menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability
(kecacatan), sehingga menambah penurunan produktiviti serta menurunkan kualiti
hidup.
Kemajuan ilmu dan teknologi di belahan dunia ini tidak sepenuhnya
diikuti dengan kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari data berbagai
negara yang menunjukkan peningkatan kunjungan ke darurat gawat, rawat inap,
kesakitan dan bahkan kematian karena asma. Berbagai argumentasi diketengahkan
seperti perbaikan kolektif data, perbaikan diagnosis dan deteksi perburukan dan
sebagainya. Akan tetapi juga disadari masih banyak permasalahan akibat
keterlambatan penanganan baik karena penderita maupun dokter (medis).
Kesepakatan bagaimana menangani asma dengan benar yang dilakukan oleh
National Institute of Heallth National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI)
bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) bertujuan memberikan
petunjuk bagi para dokter dan tenaga kesehatan untuk melakukan penatalaksanaan
asma yang optimal sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian asma.
Petunjuk penatalaksanaan yang telah dibuat dianjurkan dipakai di seluruh dunia
disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan negara masing-masing. Merujuk
kepada pedoman tersebut, disusun pedoman penanggulangan asma di Indonesia.
Diharapkan dengan mengikuti petunjuk ini dokter dapat menatalaksana asma
dengan tepat dan benar, baik yang bekerja di layanan kesehatan dengan fasiliti
minimal di daerah perifer, maupun di rumah sakit dengan fasiliti lengkap di pusat-
pusat kota.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 PRIMARY SURVEY

Tn.M, 19 tahun

Vital Sign :

Tekanan Darah : 110/80 mmHg


Nadi : 80x/menit
Respirassi : 29 x/menit
Temperature : 36,8 oC
Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : spontan, 29 x/menit, pergerakan thoraks simetris kanan &
Kiri, terdengan bunyi ngik-ngik, nampak sesak
Circulation : nadi 80 x/menit, isi cukup dan kuat angkat. CRT <2 detik
Disability : Gerakan aktif
Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam Priority
sign yaitu pasien datang oleh orangtua dengan keluhan sesak napas sehingga
ditempatkan di bagian non bedah dan diberi label kuning.
Tatalaksana awal : Tata laksana awal pada pasien ini adalah pemberian
oksigenasi dan pemberian nebu.

2.2 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. M
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Palangkaraya
2.3 ANAMNESIS

Alloanamnesis

1. Keluhan Utama : sesak

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Os datang diantar ke IGD oleh orangtua dengan keluhan
sesak napas yang dirasakan sejak 2 jam SMRS, sesak semakin
memberat kurang lebih selama 30 menit SMRS. Pasien juga
mengeluhkan ada batuk yang menurut pasien memperparah
sesaknya. Selama keluhan berlangsung, pasien belum ada
meminum obat sama sekali. Pasien mengaku ini merupakan
serangan sesak yang pertama kalinya selama 3 tahun tidak pernah
kambuh.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien memiliki riwayat asma sejak umur 4 tahun


4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Sakit Jantung : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal

2.4 PEMERIKSAAN FISIK


- Keadaan umum : Tampak sesak
- Kesadaran : Compos mentis
- Vital sign:
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirassi : 29 x/menit
Suhu : 36,8 oC
- Kepala dan Leher
 Normocephal
 konjungtiva palpebra anemis (-/-),
 mata cekung (-/-),
 sklera ikterik (-/-)
 napas cuping hidung (+/+)
 bibir kering (-),
 bibir sianosis (-)
 Pembesaran KGB -,
 trachea di tengah

Thoraks
Paru-paru
 I : simetris
 P : stem fremitus kanan = kiri
 P : sonor seluruh lapangan paru
 A : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Wheezing (+/+), Rhonki (-/-)

Jantung
 I : iktus cordis tidak tampak
 P : iktus cordis teraba di SIC 5 2cm dari linea medioclavicularis
sinistra
 P : tidak ada perbesaran
 A : bunyi jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen
 I : Datar
 A : bising usus (+)
 Pe : Timpani diseluruh lapang abdomen
 Pa : Nyeri Tekan (-)

Ekstremitas
- Akral hangat
- CRT < 2 detik
- Edema (-/-)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
 Hb : 15,7 gr/dL
 Hematokrit : 46%
 Trombosit : 234.000/mm3
 Lekosit : 8.100/mm3
 Eritrosit : 5,65 juta/mm3
 GDS : 103 mg/dL

2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Asma Bronkial Intermiten

2.7 PENATALAKSANAAN IGD


- Nasal Kanul 3 lpm
- Nebulizer Ventolin + Fulmicort (1:1)

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN
Pada anamnesis, didapatkan didapatkan seorang laki-laki 19 tahun datang
diantar orangtua dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 2 jam SMRS,
sesak semakin memberat kurang lebih selama 30 menit SMRS. Pasien juga
mengeluhkan ada batuk yang menurut pasien memperparah sesaknya. Selama
keluhan berlangsung, pasien belum ada meminum obat sama sekali. Pasien
mengaku ini merupakan serangan sesak yang pertama kalinya selama 3 tahun
tidak pernah kambuh.

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

DIAGNOSIS
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan
cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah
dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti
kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
Riwayat penyakit / gejala :
 Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
 Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
 Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
 Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
 Respons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :


 Riwayat keluarga (atopi)
 Riwayat alergi / atopi
 Penyakit lain yang memberatkan
 Perkembangan penyakit dan pengobatan

Pada kasus diketahui terdapat riwayat sakit asma sejak pasien masih kecil
dan ditambah dengan adanya bunyi wheezing pada pemeriksaan fisik merupakan
pengarahan diagnosis asma pada kasus.

PENATALAKSANAAN
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma,
diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma
terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang
termasuk obat pengontrol :
 Kortikosteroid inhalasi
 Kortikosteroid sistemik
 Sodium kromoglikat
 Nedokromil sodium
 Metilsantin
 Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
 Agonis beta-2 kerja lama, oral
 Leukotrien modifiers
 Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
 Lain-lain

Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki
dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti
mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau
menurunkan hiperesponsif jalan napas.
Termasuk pelega adalah :
 Agonis beta2 kerja singkat
 Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila
penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai,
penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
 Antikolinergik
 Aminofillin
 Adrenalin

Pada kasus ini diberikan pelega serta pengontrol yang bertujuan untuk
meredakan dan memperbaiki kondisi pasien.

Anda mungkin juga menyukai