OLEH
GINO SOLISA
NIM. 2015 – 64 – 027
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Penginderaan jauh merupakan suatu teknik yang dapat diaplikasikan untuk pengamatan
parameter oseanografi perairan seperti kandungan klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut (SPL)
baik secara spasial maupun temporal. Salah satu satelit penginderaan jauh yang dapat melihat
kandungan klorofil-a dan SPL adalah satelit Aqua Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer (MODIS). Data satelit Aqua MODIS dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi klorofil-a dan sebaran SPL pada suatu perairan.. Klorofil-a adalah suatu pigmen aktif
dalam sel tumbuhan yang mempunyai peranan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis
di perairan yang dapat digunakan sebagai indikator banyak atau tidaknya ikan di suatu sehingga
sebagai paramater kesuburan perairan. Selain klorofil, salah satu parameter oseanografi pada
lingkungan laut sendiri adalah SPL. Suhu suatu perairan merupakan salah satu parameter yang
secara langsung mempengaruhi kehidupan organisme laut. Perubahan suhu akan mempengaruhi
metabolisme, reproduksi dan distribusi ikan di laut (Nybakken, 1988). Suhu air laut mengalami
variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi alam yang mempengaruhi perairan tersebut.
Perubahan tersebut terjadi secara harian, musiman, tahunan maupun jangka panjang, terutama
pada lapisan permukaan. Pentingnya pengetahuan mengenai suhu dan klorofil ini sehingga harus
terus dieksplorasi untuk melihat kondisi pada suatu perairan salah satunya adalah perairan Laut
Timor dan sekitarnya.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui sebaran klorofil-a dan SPL setiap musimnya tahun 2015 di Perairan Laut
Laut Timor dan sekitarnya
2. Mengetahui fluktuasi klorofil-a dan SPL tahun 2015 di Perairan Laut Timor dan
sekitarnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MODIS memainkan peranan yang penting dalam pengembangan model sistem bumi
secara global, yang mampu meramalkan perubahan global dengan cukup teliti untuk membantu
pembuat kebijakan dalam membuat keputusan penting mengenai perlindungan lingkungan.
2.2. Klorofil
Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang plaing penting bag! organisme yang ada
di perairan. Ada tiga macam klorofil yang dikenal hingga saat ini yang dimiliki fitoplankton yaitu
klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c dan klorofil-d, disamping itu ada beberapa jenis pigmen fotosintesis
yang lain seperti karoten dan xontofil dari pigmen tersebut klorofil-a merupakan pigmen yang paling
umum yang terdapat dalam fitoplankton, oleh karena itu konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan
dalam konsentrasi klorofil-a (Parson et al, 1984 dalam Tadjudda, 2005). Klorofil-a termasuk ke
dalam zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan berperan dalam proses perubahan energy
cahaya menjadi energy kimia terimpan. Proses ini dikenal dengan fotosintesis. Kandungan klorofil di
perairan berkaitan erat denagn kelimpahan fitoplankton (Nybakken, 1992). Nontji (2002)
menyatakan nilai rata-rata kandungan di perairan Indonesia sebesar 0,19 mg/m3, sementara nilai rata-
rata pada saat berlangsung musim Timur adalah 0,24 mg/m3, menunjukkan nilai yang lebih besar dari
pada musim Barat yaitu 0,16 mg/m3. Daerah-daerah dengan nilai klorofil tinggi berhubungna erat
dengan adanya proses penaikan massa air (up-welling) Sebaran konsentarsi klorofil-a tinggi di
perairan pantai sebagai akibat dari tingginya suplai nutrient yang berasal dari daratan melalui
limpasan dari daratan dan limpasan air sungai dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas
pantai karena tidak adanya suplai nutrient dari daratan secara lasngung. Meskipun demikian beberapa
tempat masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi meskipun jauh dari darata.
Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan yang
memmungkinkan terangkutnya sejumlah nutrient dari tempat lain dan terangkutnya nutrient dari
lapisan dalam ke permukaan seperti yang terjadi pada daerah up-welling (Hatta, 2002).
2.3. Suhu
Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi alam yang
mempengaruhi perairan tersebut. Perubahan tersebut terjadi secara harian, musiman, tahunan
maupun jangka panjang, terutama pada lapisan permukaan. Perubahan suhu memengharui
kesesuaian perairan habitat organisme akuatik, sehingga mempunyai batas kisaran maksimum
dan minimum (Effendie, 2002). Ikan merupakan polikterm, yang suhu tubuh dari ikan naik dan
turunya sesuai dengan suhu lingkungan perairan (Brotowidjoyo et..,all 1995). Suhu perairan
berpengharu terhadap respon tingkah laku ikan (Bal & Rao, 1994),. Boyd dan Lichtkoppler
(1982), menyatahkan bahwa suhu yang optimal bagi ikan daerah tropis berkisar antara 25-32°C.
semakin tinggi suhu maka semakin cepat perairan mengalami kejenuhan yang mendorong
terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan
semakin menurun. Salah satu parameter fisik yang mencirikan massa air di lautan ialah suhu.
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang (heat) yang
terkandung dalam suatu benda. Suhu pada umumnya diukur dalam satuan derajat Celcius (ºC).
Secara alamiah sumber bahang utama adalah sinar matahari dan pancaran energi matahari yang
sampai ke permukaan laut akan di serap oleh massa air. Pada umumnya perairan yang banyak
menerima bahang atau panas dari matahari adalah daerah yang terletak pada lintang rendah dan
akan semakin berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub (Weyl,1970) dan akan semakin
berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub. Suhu air laut di daerah sekitar khatulistiwa
pada umumnya tinggi. Suhu laut pada umumnya dapat di petakan secara vertical maupun
horizontal tergantung pada waktu dan tempat disesuaikan dengan kebutuhan kajian. Dimana
waktu merujuk pada posisi matahari terhadap lokasi geografis wilayah kajian dan tempat
merujuk pada lintang dan bujur. Sebagaimana kita tahu, bahwa panas yang ada di laut akan
bersumber dari beberapa hal yaitu:
Matahari yang merupakan sumber energy utama dari dinamika yang ada di bumi
Interior bumi termasuk daratan dan kerak bumi
Energi kinetic yang ada dalam kolom air
Suhu permukaan laut umumnya dipengaruhi oleh kondisi meteorologis. Faktor-faktor
meteorologis yang berperan adalah evaporasi, presipitasi, kelembaban udara, suhu udara,
kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Suhu air laut bervariasi tergantung pada
kedalaman, sirkulasi massa air, turbulensi, kondisi geografis, dan jarak dari sumber panas seperti
gunung berapi di bawah air, dimana suhu ini akan menurun seiring bertambahnya kedalaman.
Suhu air laut berkisar antara -2oC hingga 30oC, nilai terendah terjadi di daerah kutub (King,
1963).
Massa air asal Samudera Pasifik masuk ke perairan Indonesia melalui dua jalur. Jalur
Selat Makasar (jalur barat) yang dimulai dari Selat Mindanao, bergerak ke Laut Sulawesi terus
bergerak ke Selat Makasar, Laut Flores, dan Laut Banda. Jalur lain (jalur timur) Arlindo masuk
melalui Laut Maluku dan Laut Halmahera. Jalur keluar Arlindo melewati perairan yang terbuka
terhadap Samudera Hindia seperti Selat Lombok, Selat Ombai, Laut Sawu dan Laut Timor
(Wyrtki, 1961 dan Molcard et al., 1996). Adanya arus ini menyebabkan terciptanya karakteristik
massa air yang khas di perairan Indonesia.
Massa air ini masuk melalui Laut Sulawesi menuju Selat Makasar lalu ke Selat Lombok
menuju Samudera Hindia. Sebagian lagi, massa air dibelokkan ke arah timur (Laut Flores dan
Laut Banda). Dari arah timur, aliran arus terbagi melewati Pintasan Timor serta Selat Ombai lalu
ke Laut Sawu. Kedua aliran ini bersama-sama keluar menuju Samudera Hindia.
Musim Barat memperlihatkan masuknya SPL bernilai rendah dari Laut Cina Selatan
melewati Laut Jawa menuju Selat Makassar dan Laut Flores. Sedangkan pada musim timur
terjadi peristiwa sebaliknya dimana SPL bernilai rendah memasuki perairan Laut Jawa dari Selat
Makassar dan Laut Flores dan mengarah ke Laut Cina Selatan. Pada musim barat dan musim
timur terjadi penurunan SPL akibat pergerakan massa air yang disebabkan oleh angin musim ini.
BAB III
METODOLOGI
Data SPL dan Klorofil-a (dari Sebagai bahan dalam penelitian ini
oceancolor.gsfc.nasa.gov)
1. Buka browser, pada kolom URL ketik alamat website untuk mengambil data Suhu
permukaan laut dan Klorofil-a yaitu pada oceancolor.gsfc.nasa.gov.
2. Ketika telah muncul halaman utama (home). Pilih Data Akses – Level 3 Browser dimana
akan menyediakan data SPL dan Klorofil-a yang telah terkoreksi, baik radiometrik
maupun geometrik dan siap untuk di pakai/diolah.
3. Kemudian akan muncul tampilan dari data level 3 dari beberapa satelit dengan periode
dan resolusi spasial tertentu.
4. Kemudian pilihlah data suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature) dan data
Klorofil-A ( Clorofil A OCI) pada satelit Aqua Modis.
5. Karena data yang di butuhkan bulanan maka selanjutnya pilih data dengan periode
bulanan (Monthly) digunakan untuk masing-masing lokasi, data yang diambil adalah 12
bulan dari bulan Januari – Desember tahun 2018
6. Kemudian pada kolom pilihan resolusi spasial, pilih resolusi 4 km. Hal ini dikarenakan
dengan resolusi spasial 4 km, maka data SPL yang didapatkan per luasan 4 km2.
Sehingga data SPL dapat terlihat dengan lebih jelas/detail.
7. Setelah semua sudah selesai di pilih, pilihlah data SPL dan data Klorofil dengan pilihan
SMI ( sebelah kiri bawah dari data-data yang ditampilkan) untuk di download.
8. Selanjutnya, data-data Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a yang telah didownload
siap untuk di gunakan.
1. Setelah data Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a telah didownload, maka
selanjtnya aktifkan software Sea-Das, sehingga muncul menu Sea-DAs seperti gambar di
bawah ini.
2. Kemudian pilihlah menu File dan klik open untuk membuka data Suhu Permukaan Laut
atau data Klorofil yang telah di download.
3. Setelah jendela open product terbuka pilihlah data Suhu Permukaan Laut (SPL) atau
Klorofil-a yang telah di download data yang digunakan adalah data tahun 2018,
kemudian klik open product untuk membuka data tersebut.
4. Setelah itu pada samping kiri akan muncul akan muncul menu file manager dan klik
Raster dan pilihlah icon sst atau chl untuk menampilkan data SPL atau data Klorofil-a.
5. Karena ini merupakan satu dunia dan data yang di pakai hanyalah akan sesuai dengan
daerah lokasi penelitian kita sendiri maka selanjutnya adalah klik kanan pada data SPL
atau Klorofil dan pilihlah CROP untuk memotong data pada lokasi kajian yang ingin di
gunakan.
6. Setelah jendela Create Cropped File terbuka pilihlah Geo Coordinates untuk memasukan
titik koordinat untuk menampilkan data pada lokasi kajian dan kemudian klik OK.
7. Setelah itu pada bagian sebelah kiri pada jendela file manager pilihlah icon raster untuk
menampilkan data suhu atau klorofil pada daerah yang telah di cropping.
8. Kemudian pada tampilan data tersebut pilihlah Create Coastline& land mask untuk
menampilkan darat selanjutnya klik create masks.
9. Setelah itu pada tampilan data SPL atau Klorofil-a tersebut klik kanan pada gambar
tersebut dan pilihlah eksport mask pixel dan pada select maks pixel pilihlah watermask
untuk menampilkan nilai data SPL tersebut > klik ok.
10. Setelah selesai semuanya data Suhu Permukaan Laut (SPL) atau Klorofil-a dapat di
simpan dalam bentuk TXT > klik save untuk menyimpan data yang tadi. Lakukan
langkah 1-9 untuk 11 bulan selanjutnya untuk data SLP maupun untuk data Klorofil-a.
Pengolahan data Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A, setelah di potong (cropping)
sesuai dengan lokasi yang dibagi yakni pada Perairan Laut Flores maka selanjutnya data-data
tersebut akan di olah kembali yaitu dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel untuk
Visualisasi sebaran Suhu Permukaan Laut, Sebaran Klorofil-A, dapat di Visualisasi dengan
menggunakan Software Surfer-12.
Pengolahan data yakni data Suhu Permukaan Laut (SPL), dan data Klorofil- dengan
menggunakan Microsoft Excel di lakukan karena pada saat pemotongan data, data yang di
simpan adalah dalam bentuk TXT. Oleh karena itu data-data tersebut harus di buka di dalam
Microsoft Excel dengan tujuan untuk mengambil nilai-nilai dari komponen-komponen yang di
butuhkan saja. Misalnya untuk data Suhu Permukaan Laut (SPL) dan data Klorofil yang di
butuhkan hanyalah nilai dari komponen longitude, latitude, dan nilai SST, dan chlor_a saja.
Dalam perangkat lunak Microsof Excel ini juga dapat di lakukan perhitungan nilai
maximum, minimum, rata-rata maupun dari data-data yang ada agar lebih mudah di gunakan
pada saat melakukan analisa data. Adapun langkah-langkah yang di gunakan adalah sebagai
berikut:
2. Klorofil-a
Tabel dibawah ini adalah tabel luasan proposional dimana luasan proporsional
mempunyai nilai yang tidak jauh beda di setiap bulannya akhirnya grafik yang terlihat
seperti hanya satu.
Sebaran suhu pada musim Barat berkisar antara skala 1-10 . Jika terlihat pada gambar
sebaran suhu sedikit berbeda , pada gambar bulan desember terlihan bahwa suhu sedikit tinggi
dan lebih terfokus pada sebelah timur laut dari laut flores, sedangkan pada bulan januari suhu
perairan laut mulai meningkat drastis dan suhu yang tinggi berada tepat pada laut flores dan pada
bulan februari suhu permukaan laut mulai menurun drastis dimana suhunya mulai rendah.
2. Musim Peralihan I
Pada musim peralihan I bisa kita lihat pada gambar bahwa perbedaan pada setiap bulan
agak sedikit berbeda. Pada ketiga bulan di atas SPL tertinggi berada pada bulan april sedangkan
pada bulan maret dan mei SPL cenderung lebih rendah. SPL pada bulan april tinggi dan berada
di sekitar pulau. Pada musim peralihan I ini SPL masih tinggi karena masih berada pada musim
panas..
3. Musim Timur
Pada musim Timur bisa kita lihat pada gambar bahwa perbedaan pada setiap bulan
tidaklah terlalu jauh. Pada ketiga bulan di atas nilai SPL mulai menurun dibandingkan dengan
musim sebelumnya. Dikarenakan pada musim timur sudah masuk pada musim penghujanan.
4. Musim Peralihan II
Pada peralihan II diatas perbedaan mulai sangat terlihat pada bulan november
dimana bulan november sudah mulai masuk ke musim barat. Pada bulan september suhu
berkisar antara 26.7oC sampai 29.8oC , bulan oktober suhu berkisar antara 26.40C sampai
30.6oC, pada bulan november suhu berkisar antara 25.8oC sampai 32.8oC.
4.4 Pola Sebaran Klorofil-a
1. Musim Barat
Pada gambar di atas bisa kita lihat persebaran nilai klorofil-a pada perairan laut
Timor. Pada bulan desember nilai klorofil-a berkisar antara 0.09 – 2.61 mg/m3, pada
bulan januari klorofil-a berkisar antara 0.09 – 2.04 mg/m3, dan pada bulan februari nilai
klorofil-a berkisar antara 0.10 – 2.60 mg/m3.
2. Musim Peralihan I
Pada gambar di atas nilai klorofil tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan.
Konsentrasi chlorofil lebih terfokus ke arah samudra hindia atau tenggara dari laut Timor.
3. Musim Timur
Pada gambar di atas nilai klorofil yang terlihat tidak jauh beda. Dimana pada
bulan juni nilai klorofil berkisar antara 0.15 – 14.30 mg/m3, pada bulan juli nilai klorofil-
a berkisar antara 0.16 – 5.05 mg/m3, sedangkan pada bulan agustus nilai klorofil-a
berkisar antara 0.15 – 3.30 mg/m3.
4. Musim Peralihan II
Pada gambar di atas bisa kita lihat perbedaannya tidaklah terlalu terlihat. Pada bulan
september nilai klorofil berkisar antara 0.10 – 2.50 mg/m3 , sedangkan pada bulan oktober
nilai klorofil-a berkisar antara 0.5 – 4.60 mg/m3, dan pada bulan november nilai klorofil
berkisar antara 0.15 – 2.75 mg/m3.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. SPL untuk ke empat musim memili variasinya masing-masing dimana SPL
tertinggi berada pada musim Barat dimana pada musim tersebut terjadi sedikit
hujan dan lebih banyak terpapar sinar matahari sedangkan SPL terendah berada
pada musim timur dimana pada musim ini sudah mulai terjadi musim penghujan.
2. Chlorofil-a untuk ke empat musim tidak terlalu memiliki banyak variasi. Pada
lokasi pengamatan nilai chlorofil-a yang tinggi lebih terfokus di daerah dekat
pulau dan juga arah tenggara dari laut timor.