Anda di halaman 1dari 25

PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA CITRA

“SEBARAN KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL)


DI PERAIRAN LAUT FLORES DAN SEKITARNYA”

OLEH
GINO SOLISA
NIM. 2015 – 64 – 027

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik yang dapat diaplikasikan untuk pengamatan
parameter oseanografi perairan seperti kandungan klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut (SPL)
baik secara spasial maupun temporal. Salah satu satelit penginderaan jauh yang dapat melihat
kandungan klorofil-a dan SPL adalah satelit Aqua Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer (MODIS). Data satelit Aqua MODIS dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi klorofil-a dan sebaran SPL pada suatu perairan.. Klorofil-a adalah suatu pigmen aktif
dalam sel tumbuhan yang mempunyai peranan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis
di perairan yang dapat digunakan sebagai indikator banyak atau tidaknya ikan di suatu sehingga
sebagai paramater kesuburan perairan. Selain klorofil, salah satu parameter oseanografi pada
lingkungan laut sendiri adalah SPL. Suhu suatu perairan merupakan salah satu parameter yang
secara langsung mempengaruhi kehidupan organisme laut. Perubahan suhu akan mempengaruhi
metabolisme, reproduksi dan distribusi ikan di laut (Nybakken, 1988). Suhu air laut mengalami
variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi alam yang mempengaruhi perairan tersebut.
Perubahan tersebut terjadi secara harian, musiman, tahunan maupun jangka panjang, terutama
pada lapisan permukaan. Pentingnya pengetahuan mengenai suhu dan klorofil ini sehingga harus
terus dieksplorasi untuk melihat kondisi pada suatu perairan salah satunya adalah perairan Laut
Timor dan sekitarnya.

1.2. Tujuan

Dari laporan ini dapat :

1. Mengetahui sebaran klorofil-a dan SPL setiap musimnya tahun 2015 di Perairan Laut
Laut Timor dan sekitarnya
2. Mengetahui fluktuasi klorofil-a dan SPL tahun 2015 di Perairan Laut Timor dan
sekitarnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Satelit Modis

MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) adalah salah satu instrumen


penting di dalam satelit Terra (EOS AM) yang diluncurkan pada tanggal 18 Desember 1999 dan
Aqua (EOS PM) yang diluncurkan pada tanggal 4 Mei 2002 . MODIS mengorbit pada
ketinggian sampai 705 km di atas permukaan bumi dan dapat bertahan sampai 6 tahun .
Sebenarnya tujuan utama Aqua dan Terra adalah memahami proses yang saling berkait antara
atmosfer, laut, dan daratan dengan perubahan sistem cuaca dan pola iklim di bumi. Namun,
karena sensor Modis yang dipasang di kedua satelit tersebut dapat mengukur hampir semua
parameter darat, laut, dan udara, kegunaannya menjadi sangat luas. Mulai dari indek tumbuhan,
kelembaban tanah, kadar aerosol di udara, suhu permukaan laut, dan kandungan klorofil laut-
seluruhnya ada 86 parameter-bisa diukur oleh masing-masing satelit, sehingga banyak keperluan
lain bisa ditumpangkan Garis edar satelit Terra di sekitar bumi diatur sedemikian sehingga
melintasi dari utara ke selatan dan melewati garis khatulistiwa pada pagi hari, sedangkan satelit
Aqua melintas dari selatan ke utara dan berada di atas garis khatulistiwa di sore hari). Terra
MODIS dan Aqua MODIS mengamati keseluruhan permukaan bumi setiap 1 hinga 2 hari,
memperoleh data di 36 spektral kanal. Data ini akan meningkatkan pemahaman terhadap proses
dan dinamika global yang terjadi di daratan, samudera dan lapisan atmosfer yang lebih rendah.
Satelit TERRA berhasil diluncurkan pada tanggal 18 Desember 1999 dan disimpurnakan dengan
peluncuran satelit AQUA pada tanggal 4 Mei 2002. MODIS mengorbit secara polar (Utara - Selatan)
pada ketinggian 705 km melewati garis katulistiwa pada jam 10:30 waktu lokal. Lebar cakupa lahan
pada permukaan bumi setiap putrannya sekitar 2330 km. Pantulan gelombang elektromagnetik yang
diterima oleh sensor MODIS sebanyak 36 band/kanal (36 interval panjang gelombang) mulai dari
405 sampai 1438,5 nm. Data terkirim dari satelit dengan kecepatan 11 Mbps dengan resolusi
radiometrik 12 bit (Mustafa, 2004)

MODIS memainkan peranan yang penting dalam pengembangan model sistem bumi
secara global, yang mampu meramalkan perubahan global dengan cukup teliti untuk membantu
pembuat kebijakan dalam membuat keputusan penting mengenai perlindungan lingkungan.
2.2. Klorofil

Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang plaing penting bag! organisme yang ada
di perairan. Ada tiga macam klorofil yang dikenal hingga saat ini yang dimiliki fitoplankton yaitu
klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c dan klorofil-d, disamping itu ada beberapa jenis pigmen fotosintesis
yang lain seperti karoten dan xontofil dari pigmen tersebut klorofil-a merupakan pigmen yang paling
umum yang terdapat dalam fitoplankton, oleh karena itu konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan
dalam konsentrasi klorofil-a (Parson et al, 1984 dalam Tadjudda, 2005). Klorofil-a termasuk ke
dalam zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan berperan dalam proses perubahan energy
cahaya menjadi energy kimia terimpan. Proses ini dikenal dengan fotosintesis. Kandungan klorofil di
perairan berkaitan erat denagn kelimpahan fitoplankton (Nybakken, 1992). Nontji (2002)
menyatakan nilai rata-rata kandungan di perairan Indonesia sebesar 0,19 mg/m3, sementara nilai rata-
rata pada saat berlangsung musim Timur adalah 0,24 mg/m3, menunjukkan nilai yang lebih besar dari
pada musim Barat yaitu 0,16 mg/m3. Daerah-daerah dengan nilai klorofil tinggi berhubungna erat
dengan adanya proses penaikan massa air (up-welling) Sebaran konsentarsi klorofil-a tinggi di
perairan pantai sebagai akibat dari tingginya suplai nutrient yang berasal dari daratan melalui
limpasan dari daratan dan limpasan air sungai dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas
pantai karena tidak adanya suplai nutrient dari daratan secara lasngung. Meskipun demikian beberapa
tempat masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi meskipun jauh dari darata.
Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan yang
memmungkinkan terangkutnya sejumlah nutrient dari tempat lain dan terangkutnya nutrient dari
lapisan dalam ke permukaan seperti yang terjadi pada daerah up-welling (Hatta, 2002).

2.3. Suhu

Ketersediaan makanan disuatu perairan, meliputi jumlah kualitas makanan serta


kemudahan untuk mendapatkan makanan tersebut, suhu sangan berpengharu pada potensi
perikanan. Makan yang diambil oleh ikan dimanfaatkan dalam siklus metabolisme tubuhnya
akan berpengharu perubahan pertumbuhan, reproduksi, dan tingkat keberhasilan hidup untuk
tiap-tiap individu ikan diperairan tersebut. Ketersediaan makanan pada suatu perairan
dipengharui oleh kondisi biotik dan abiotik lingkungan, seperti suhu, ruang, cahaya, dan luas
permukaan (Effendie, 2002).
Salah satu parameter kelautan yang menentukan kualitas perairan adalah suhu. Suhu
suatu perairan merupakan salah satu parameter yang secara langsung mempengaruhi kehidupan
organisme laut. Perubahan suhu akan mempengaruhi metabolisme, reproduksi dan distribusi ikan
di laut (Nybakken, 1988).

Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi alam yang
mempengaruhi perairan tersebut. Perubahan tersebut terjadi secara harian, musiman, tahunan
maupun jangka panjang, terutama pada lapisan permukaan. Perubahan suhu memengharui
kesesuaian perairan habitat organisme akuatik, sehingga mempunyai batas kisaran maksimum
dan minimum (Effendie, 2002). Ikan merupakan polikterm, yang suhu tubuh dari ikan naik dan
turunya sesuai dengan suhu lingkungan perairan (Brotowidjoyo et..,all 1995). Suhu perairan
berpengharu terhadap respon tingkah laku ikan (Bal & Rao, 1994),. Boyd dan Lichtkoppler
(1982), menyatahkan bahwa suhu yang optimal bagi ikan daerah tropis berkisar antara 25-32°C.
semakin tinggi suhu maka semakin cepat perairan mengalami kejenuhan yang mendorong
terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan
semakin menurun. Salah satu parameter fisik yang mencirikan massa air di lautan ialah suhu.

Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang (heat) yang
terkandung dalam suatu benda. Suhu pada umumnya diukur dalam satuan derajat Celcius (ºC).
Secara alamiah sumber bahang utama adalah sinar matahari dan pancaran energi matahari yang
sampai ke permukaan laut akan di serap oleh massa air. Pada umumnya perairan yang banyak
menerima bahang atau panas dari matahari adalah daerah yang terletak pada lintang rendah dan
akan semakin berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub (Weyl,1970) dan akan semakin
berkurang bila letaknya semakin mendekati kutub. Suhu air laut di daerah sekitar khatulistiwa
pada umumnya tinggi. Suhu laut pada umumnya dapat di petakan secara vertical maupun
horizontal tergantung pada waktu dan tempat disesuaikan dengan kebutuhan kajian. Dimana
waktu merujuk pada posisi matahari terhadap lokasi geografis wilayah kajian dan tempat
merujuk pada lintang dan bujur. Sebagaimana kita tahu, bahwa panas yang ada di laut akan
bersumber dari beberapa hal yaitu:

 Matahari yang merupakan sumber energy utama dari dinamika yang ada di bumi
 Interior bumi termasuk daratan dan kerak bumi
 Energi kinetic yang ada dalam kolom air
Suhu permukaan laut umumnya dipengaruhi oleh kondisi meteorologis. Faktor-faktor
meteorologis yang berperan adalah evaporasi, presipitasi, kelembaban udara, suhu udara,
kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Suhu air laut bervariasi tergantung pada
kedalaman, sirkulasi massa air, turbulensi, kondisi geografis, dan jarak dari sumber panas seperti
gunung berapi di bawah air, dimana suhu ini akan menurun seiring bertambahnya kedalaman.
Suhu air laut berkisar antara -2oC hingga 30oC, nilai terendah terjadi di daerah kutub (King,
1963).

2.4. Karakteristik Massa Air di Laut Flores

Massa air asal Samudera Pasifik masuk ke perairan Indonesia melalui dua jalur. Jalur
Selat Makasar (jalur barat) yang dimulai dari Selat Mindanao, bergerak ke Laut Sulawesi terus
bergerak ke Selat Makasar, Laut Flores, dan Laut Banda. Jalur lain (jalur timur) Arlindo masuk
melalui Laut Maluku dan Laut Halmahera. Jalur keluar Arlindo melewati perairan yang terbuka
terhadap Samudera Hindia seperti Selat Lombok, Selat Ombai, Laut Sawu dan Laut Timor
(Wyrtki, 1961 dan Molcard et al., 1996). Adanya arus ini menyebabkan terciptanya karakteristik
massa air yang khas di perairan Indonesia.

Massa air ini masuk melalui Laut Sulawesi menuju Selat Makasar lalu ke Selat Lombok
menuju Samudera Hindia. Sebagian lagi, massa air dibelokkan ke arah timur (Laut Flores dan
Laut Banda). Dari arah timur, aliran arus terbagi melewati Pintasan Timor serta Selat Ombai lalu
ke Laut Sawu. Kedua aliran ini bersama-sama keluar menuju Samudera Hindia.

Musim Barat memperlihatkan masuknya SPL bernilai rendah dari Laut Cina Selatan
melewati Laut Jawa menuju Selat Makassar dan Laut Flores. Sedangkan pada musim timur
terjadi peristiwa sebaliknya dimana SPL bernilai rendah memasuki perairan Laut Jawa dari Selat
Makassar dan Laut Flores dan mengarah ke Laut Cina Selatan. Pada musim barat dan musim
timur terjadi penurunan SPL akibat pergerakan massa air yang disebabkan oleh angin musim ini.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi Pengamatan


Gambar di bawah ini adalah peta lokasi penelitian yang bertempat di perairan
Laut Flores.

Gambar 1. Peta Lokasi

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan dalam penelitian ini yaitu:
Alat dan Bahan Kegunaan

Data SPL dan Klorofil-a (dari Sebagai bahan dalam penelitian ini
oceancolor.gsfc.nasa.gov)

SeaDAS Untuk mengcroping area yang ingin di


teliti
Laptop Untuk menjalankan aplikasi yang di
pakai

Excel Untuk mengolah data yang telah


dicroping di SeaDAS

Surfer 12 Untuk membuat peta sebaran SPL dan


Klorofil-a

3.3 Langkah Kerja


a. Metode Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah yang di gunakan dalam pengumpulan data Suhu Permukaan
Laut (SPL) melalui pengunduhan data adalah sebagai berikut:

1. Buka browser, pada kolom URL ketik alamat website untuk mengambil data Suhu
permukaan laut dan Klorofil-a yaitu pada oceancolor.gsfc.nasa.gov.
2. Ketika telah muncul halaman utama (home). Pilih Data Akses – Level 3 Browser dimana
akan menyediakan data SPL dan Klorofil-a yang telah terkoreksi, baik radiometrik
maupun geometrik dan siap untuk di pakai/diolah.
3. Kemudian akan muncul tampilan dari data level 3 dari beberapa satelit dengan periode
dan resolusi spasial tertentu.
4. Kemudian pilihlah data suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature) dan data
Klorofil-A ( Clorofil A OCI) pada satelit Aqua Modis.
5. Karena data yang di butuhkan bulanan maka selanjutnya pilih data dengan periode
bulanan (Monthly) digunakan untuk masing-masing lokasi, data yang diambil adalah 12
bulan dari bulan Januari – Desember tahun 2018
6. Kemudian pada kolom pilihan resolusi spasial, pilih resolusi 4 km. Hal ini dikarenakan
dengan resolusi spasial 4 km, maka data SPL yang didapatkan per luasan 4 km2.
Sehingga data SPL dapat terlihat dengan lebih jelas/detail.
7. Setelah semua sudah selesai di pilih, pilihlah data SPL dan data Klorofil dengan pilihan
SMI ( sebelah kiri bawah dari data-data yang ditampilkan) untuk di download.
8. Selanjutnya, data-data Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a yang telah didownload
siap untuk di gunakan.

b. Proses Cropping Data SPL dan Klorofil-a


Karena data yang diperoleh dari citra satelit AQUA MODIS merupakan data Suhu
Permukaan Laut (SPL) dan data Klorofil-A level 3, dengan periode waktu bulanan dengan
resolusi spasial 4 km dan berformat SMI dan juga data ini merupakan data seluruh dunia, maka
data Suhu Permukaan Laut(SPL) dan data Klorofil-A akan dipotong (cropping) dengan
menggunakan perangkat lunak Sea-Das. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil
area tampilan citra sesuai koordinat daerah yang diinginkan yakni sesuai dengan deaeerah
pengamatan. Hal ini bertujuan agar ukuran file serta jumlah data menjadi lebih sedikit sehingga
proses pengolahan menjadi lebih cepat. Kemudian hasil pemotongan data, yakni data Suhu
Permukaan Laut (SPL) disimpan dengan format TXT dan kemudian siap untuk di olah
selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang di gunakan dalam pemotongan data Suhu Permukaan
Laut (SPL) dan data Klorofil-a adalah sebagai berikut:

1. Setelah data Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a telah didownload, maka
selanjtnya aktifkan software Sea-Das, sehingga muncul menu Sea-DAs seperti gambar di
bawah ini.

2. Kemudian pilihlah menu File dan klik open untuk membuka data Suhu Permukaan Laut
atau data Klorofil yang telah di download.
3. Setelah jendela open product terbuka pilihlah data Suhu Permukaan Laut (SPL) atau
Klorofil-a yang telah di download data yang digunakan adalah data tahun 2018,
kemudian klik open product untuk membuka data tersebut.
4. Setelah itu pada samping kiri akan muncul akan muncul menu file manager dan klik
Raster dan pilihlah icon sst atau chl untuk menampilkan data SPL atau data Klorofil-a.
5. Karena ini merupakan satu dunia dan data yang di pakai hanyalah akan sesuai dengan
daerah lokasi penelitian kita sendiri maka selanjutnya adalah klik kanan pada data SPL
atau Klorofil dan pilihlah CROP untuk memotong data pada lokasi kajian yang ingin di
gunakan.
6. Setelah jendela Create Cropped File terbuka pilihlah Geo Coordinates untuk memasukan
titik koordinat untuk menampilkan data pada lokasi kajian dan kemudian klik OK.
7. Setelah itu pada bagian sebelah kiri pada jendela file manager pilihlah icon raster untuk
menampilkan data suhu atau klorofil pada daerah yang telah di cropping.
8. Kemudian pada tampilan data tersebut pilihlah Create Coastline& land mask untuk
menampilkan darat selanjutnya klik create masks.
9. Setelah itu pada tampilan data SPL atau Klorofil-a tersebut klik kanan pada gambar
tersebut dan pilihlah eksport mask pixel dan pada select maks pixel pilihlah watermask
untuk menampilkan nilai data SPL tersebut > klik ok.
10. Setelah selesai semuanya data Suhu Permukaan Laut (SPL) atau Klorofil-a dapat di
simpan dalam bentuk TXT > klik save untuk menyimpan data yang tadi. Lakukan
langkah 1-9 untuk 11 bulan selanjutnya untuk data SLP maupun untuk data Klorofil-a.

c. Metode Pengolahan Data Menggunakan Excel

Pengolahan data Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A, setelah di potong (cropping)
sesuai dengan lokasi yang dibagi yakni pada Perairan Laut Flores maka selanjutnya data-data
tersebut akan di olah kembali yaitu dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel untuk
Visualisasi sebaran Suhu Permukaan Laut, Sebaran Klorofil-A, dapat di Visualisasi dengan
menggunakan Software Surfer-12.
Pengolahan data yakni data Suhu Permukaan Laut (SPL), dan data Klorofil- dengan
menggunakan Microsoft Excel di lakukan karena pada saat pemotongan data, data yang di
simpan adalah dalam bentuk TXT. Oleh karena itu data-data tersebut harus di buka di dalam
Microsoft Excel dengan tujuan untuk mengambil nilai-nilai dari komponen-komponen yang di
butuhkan saja. Misalnya untuk data Suhu Permukaan Laut (SPL) dan data Klorofil yang di
butuhkan hanyalah nilai dari komponen longitude, latitude, dan nilai SST, dan chlor_a saja.

Dalam perangkat lunak Microsof Excel ini juga dapat di lakukan perhitungan nilai
maximum, minimum, rata-rata maupun dari data-data yang ada agar lebih mudah di gunakan
pada saat melakukan analisa data. Adapun langkah-langkah yang di gunakan adalah sebagai
berikut:

1. Bukalah terlebih dahulu perangkat lunak Microsoft Excel.


2. Selanjutnya buka data SPL atau Klorofil-a yang format TXT, Copy data tersebut dan
pastekan ke dalam Excel.
3. Setelah itu akan muncul nilai SPL atau klorofil pada bulan pertama atau Januari yang di
inginkan.
4. Karena komponen nilai dari data SPL atau Klorofil yang di butuhkan hanyalah komponen
nilai longitude, latitude, dan nilai SST atau Chlor-a maka komponen-komponen yang
lainnya di hapus yaitu dengan cara sortir komponen-komponen yang tidak di gunakan
dan tahan ctrl pada papan keyboard dan delete.
5. Selanjutnya maka hanya tersisa komponen komponen nilai dari komponen longitude,
latitude, dan nilai SST atau Chlor-a yang akan di gunakan, setelah itu ulangi proses 1-5
dan lakukan untuk ke 11 bulan lainnya, untuk kata sstnya diganti sesuai nama bulan yang
dibuat Januari - Desember
6. Kemudian gantilah nilai error (NaN) pada data yang telah di dapat dengan cara short
komponen longitude, latitude, dan nilai SST atau Chlor-a kemudian pilihlah icon
find&select kemudian pilihlah replace.
7. Setelah itu tentukan kelas untuk masing-masing bulan, kelas yang ditentukan hanya 10
kelas, setelah itu sort data dari kecil sampai besar.
8. Selanjutnya hitunglah nilai maximum, minimum, rata-rata, pada data SPL atau Chlor-a
yang ada dengan cara untuk nilai minimum di hitung dengan rumus: =MIN(C2:Y16705),
sedangkan untuk nilai maximum di hitung dengan rumus: =MAX(C2:Y16705)
Sedangkan untuk nilai rata-rata dengan menggunakan rumus:
=AVERAGE(C2:Y16705).
9. Data SPL atau Klorofil yang tadi dihitung kelasnya itu kita kan mengklasifikasikannya
dalam tabel. Untuk menentukan kelas, yang harus dihitung adalah nilai maximum
dikurangi nilai minimum dibagi 10 (10 adalah total banyak kelas) dengan rumus :
=(AB7-AB6)/10
10. Setelah itu dalam kelas pertama kita ketik nilai minimum SPL atau Klorofil-a yang tadi,
selanjutnya kita tambahi nilai minimum SPL SPL atau Klorofil-a ditambah dengan nilai
untuk menghitung kelas (langkah pertama), dilakukan sampai kelas 10. Setelah itu nilai
yang tadi dari kelas 1-10 kita harus membuat selang kelas, jumlah pixel, ukuran pixel,
dan luasan. Ukuran pixel didapat dari resolusi spasial x resolusi spasial = 4 km2 x 4 km2
= 16, jadi semua ukuran pixel adalah 16. Sedangkan nilai luasan didapat dari = jumlah
pixel x ukuran pixel.
11. Lakukan langkah-langkah diatas ke 11 bulan selanjutnya.

d. Metode pengolahan Data menggunakan Surfer 12


Adapun langkah-langkah yang harus di gunakan dalam membuat peta visualisasi
sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) atau Klorofil-a dengan menggunaka Surfer-12
adalah sebagai berikut:
1. Buka Software SURFER (12), pilih new worksheet (Ctrl+W) , setelah worksheet baru
terbuka copy data SPL atau Klorofil-a yang tadi diexcel itu yang dicopy hanya longitude
(bujur), latitude (lintang), nilai sstnya atau Chlr-anya (Jan) dan kelas setelah itu klik paste
pada worksheet yang tadi > setelah itu klik save untuk menyimpan data worksheet tadi >
selanjutnya klik ok.
2. Selanjutnya pada jendela Grid Data, pilih kolom posisi bujur (Lon) sebagai nilai X,
kolom posisi lintang (Lat) sebagai nilai Y dan kolom kelas sebagai nilai Z, klik Ok.
Metode yang dipilih adalah Metode Kringing, kenapa metode kringing karena Kriging
adalah metode gridding geostatistik yang telah terbukti berguna dan populer di berbagai
bidang. Metode ini menghasilkan visual peta yang menarik dari data yang tidak teratur.
Kriging adalah metode gridding sangat fleksibel. Dimana kringing dapat menghasilkan
jaringan yang akurat pada data. Kringing merupakan metode default pada surfer.
3. Kemudian muncul Gridding Report sebagai pembritahuan bahwa data yang kita gunakan
telah selesai / melalui proses Gridding.
4. Selanjutnya pilih New Contour Map, pilih data SPL atau Klorofil-a yang telah melalui
proses Gridding (.grd), klik Open, maka muncul peta distribusi spasial SPL sesuai data
jan.grd yang dipilih sebelumnya.
5. Setelah itu lakukan double click pada Contour, pada jendela countours tersebut pilihlah
menu general pada menu smoothing pilihlah High (untuk memperhalus tampilan
counturs), sedangkan pada menu leves, pada levels method pilih pilihan methods
advanced dean pada menu filled countours contrenglah pilihan fill countours untuk
menampilkan isi countours dan color scale untuk menampilkan skala warna.
6. Selanjutnya pada countours levels klik edit levels untuk mengedit warna serta scale nilai
minimum dan maximum.
7. Selanjutnya klik Level, untuk nilai minimum dan maksmimum nilai yang dipakai adalah
skala nila kelas yakni kelas 1-10, pada kolom minimum masukan nilai kelas terendah dari
seluruh data SPL atau Klorofil-a pada bulan Januari, yakni 1. Pada kolom maksimum
masukan nilai kelas tertinggi dari seluruh data SPL atau Klorofil-a dari Januari, yakni 10.
Dan pada kolom interval masukan 1 (panjang kelas), agar lebih terlihat fluktuasinya
dilihat dari gradasi warna. Kemudian klik Ok.
8. Selanjutnya pada line pilihlah style invisible dan klik OK
9. Setelah itu pilih Fill, pada Foreground Color dan Back Ground pilih warna yang akan
digunakan sebagai skala untuk menunjukkan tinggi rendahnya nilai SPL atau Klorofil-a
pada peta presets warna yang dipakai pada Foreground Color dan Back Ground adalah
rainbow . Pada kolom minimum dan maksimum, masukan nilai yang sama dengan
pengaturan pada Level, dan klik Ok.
10. Maka akan muncul peta distribusi Suhu Permukaan Laut (SPL) atau Klorofil-a.
11. Kemudian munculkan lokasi dimana SPL atau klorofil-a tersebut dipetakan, dengan
menggunakan peta dasar INDONESIA. Pilih New Base Map, pilih peta dasar Indonesia,
pilih Open. Maka muncul peta Indonesia pada lembar kerja.
12. Selanjutnya potong peta Indonesia sesuai posisi geografis peta distribusi spasial SPL
(kontur) atau Klorofil-a (kontur) yaitu pada Perairan Laut Flores dengan pengaturan pada
Limit dan Scale.
13. Setelah peta lokasi dan peta distribusi spasial SPL atau klorofil-a pada posisi geografis
yang sama, maka selanjutnya warnai peta dasar dengan cara double click pada Base Map
(sebelah kiri dari lembar kerja) Fill Properties Foreground, pilih warna selain warna
pada skala warna untuk mewarnai daratan
14. Maka akan di tampilkan peta sebaran Suhu Permukaan Laut seperti gambar di bawah ini
> setelah itu klik text untuk tulis nama pulau dan nama perairannya > selanjutnya klik
save atau Ctrl + S untuk menyimpan peta yang sudah dibuat ini.
15. Lakukan prosedur diatas untuk setiap data SPL atau Klorofil-a 11 bulan selanjutnya, pada
lokasi ini yakni Laut Flores.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi


Laut Flores adalah laut yang terdapat di sebelah utara Pulau Flores. Laut ini juga
menjadi batas alami antara Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Provinsi Sulawesi
Selatan. Di sebelah utara Laut Flores terdapat gugusan pulau-pulau kecil, di antaranya
Kepulauan Bonerate dan Pulau Kalaotoa. Laut Flores memiliki kedalaman hingga 5.123
meter. Laut Flores mencakup 93.000 mil persegi (240.000 km²) air di Indonesia.

4.2 Luasan Proposional


1. Suhu Permukaan Laut (SPL)
Tabel dibawah ini adalah tabel luasan proposional dimana luasan proporsional
yang paling tinggi berada pada bulan juli dan juga bulan agustus dengan nilai berkisar di
77.01-87.83. data-data di bawa ini kita bisa membuat grafik untuk bisa melihat
perbedaannya dengan lebih jelas lagi. Luasan proposional tinggi pada dua bulan itu
karena pada bulan februari dan bulan agustus masuk pada musim kemarau pada lokasi
tersebut.
Gambar 2. Diagram Proposional luasan suhu

2. Klorofil-a
Tabel dibawah ini adalah tabel luasan proposional dimana luasan proporsional
mempunyai nilai yang tidak jauh beda di setiap bulannya akhirnya grafik yang terlihat
seperti hanya satu.

Gambar 3. Diagram Proporsi luas Krolofil-a


4.3 Pola Sebaran SPL
1. Musim Barat

Gambar 4. Pola Sebaran SPL Musim Barat

Sebaran suhu pada musim Barat berkisar antara skala 1-10 . Jika terlihat pada gambar
sebaran suhu sedikit berbeda , pada gambar bulan desember terlihan bahwa suhu sedikit tinggi
dan lebih terfokus pada sebelah timur laut dari laut flores, sedangkan pada bulan januari suhu
perairan laut mulai meningkat drastis dan suhu yang tinggi berada tepat pada laut flores dan pada
bulan februari suhu permukaan laut mulai menurun drastis dimana suhunya mulai rendah.
2. Musim Peralihan I

Gambar 5. Pola Sebaran SPL Musim Peralihan I

Pada musim peralihan I bisa kita lihat pada gambar bahwa perbedaan pada setiap bulan
agak sedikit berbeda. Pada ketiga bulan di atas SPL tertinggi berada pada bulan april sedangkan
pada bulan maret dan mei SPL cenderung lebih rendah. SPL pada bulan april tinggi dan berada
di sekitar pulau. Pada musim peralihan I ini SPL masih tinggi karena masih berada pada musim
panas..
3. Musim Timur

Gambar 6. Pola Sebaran SPL Musim Timur

Pada musim Timur bisa kita lihat pada gambar bahwa perbedaan pada setiap bulan
tidaklah terlalu jauh. Pada ketiga bulan di atas nilai SPL mulai menurun dibandingkan dengan
musim sebelumnya. Dikarenakan pada musim timur sudah masuk pada musim penghujanan.
4. Musim Peralihan II

Gambar 7. Pola Sebaran SPL Musim Peralihan II

Pada peralihan II diatas perbedaan mulai sangat terlihat pada bulan november
dimana bulan november sudah mulai masuk ke musim barat. Pada bulan september suhu
berkisar antara 26.7oC sampai 29.8oC , bulan oktober suhu berkisar antara 26.40C sampai
30.6oC, pada bulan november suhu berkisar antara 25.8oC sampai 32.8oC.
4.4 Pola Sebaran Klorofil-a
1. Musim Barat

Gambar 8. Pola Sebaran Klorofil-a Musim Barat

Pada gambar di atas bisa kita lihat persebaran nilai klorofil-a pada perairan laut
Timor. Pada bulan desember nilai klorofil-a berkisar antara 0.09 – 2.61 mg/m3, pada
bulan januari klorofil-a berkisar antara 0.09 – 2.04 mg/m3, dan pada bulan februari nilai
klorofil-a berkisar antara 0.10 – 2.60 mg/m3.
2. Musim Peralihan I

Gambar 9. Pola Sebaran Klorofil-a Musim Peralihan I

Pada gambar di atas nilai klorofil tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan.
Konsentrasi chlorofil lebih terfokus ke arah samudra hindia atau tenggara dari laut Timor.
3. Musim Timur

Gambar 10. Pola Sebaran Klorofil-a Musim Timur

Pada gambar di atas nilai klorofil yang terlihat tidak jauh beda. Dimana pada
bulan juni nilai klorofil berkisar antara 0.15 – 14.30 mg/m3, pada bulan juli nilai klorofil-
a berkisar antara 0.16 – 5.05 mg/m3, sedangkan pada bulan agustus nilai klorofil-a
berkisar antara 0.15 – 3.30 mg/m3.
4. Musim Peralihan II

Gambar 10. Pola Sebaran Klorofil-a Musim Peralihan II

Pada gambar di atas bisa kita lihat perbedaannya tidaklah terlalu terlihat. Pada bulan
september nilai klorofil berkisar antara 0.10 – 2.50 mg/m3 , sedangkan pada bulan oktober
nilai klorofil-a berkisar antara 0.5 – 4.60 mg/m3, dan pada bulan november nilai klorofil
berkisar antara 0.15 – 2.75 mg/m3.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. SPL untuk ke empat musim memili variasinya masing-masing dimana SPL
tertinggi berada pada musim Barat dimana pada musim tersebut terjadi sedikit
hujan dan lebih banyak terpapar sinar matahari sedangkan SPL terendah berada
pada musim timur dimana pada musim ini sudah mulai terjadi musim penghujan.
2. Chlorofil-a untuk ke empat musim tidak terlalu memiliki banyak variasi. Pada
lokasi pengamatan nilai chlorofil-a yang tinggi lebih terfokus di daerah dekat
pulau dan juga arah tenggara dari laut timor.

Anda mungkin juga menyukai