Pembimbing :
dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG
Oleh:
Alfien Rusdiana
201720401011149
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk keperluan pelayanan kesehatan penderita
(Seckett et al,1996). EBM adalah suatu proses yang digunakan secara sistematik untuk
pengambilan keputusan klinik. EBM adalah penggunaan teliti, tegas dan bijaksana berbasis
bukti saat membuat keputusan tentang perawatan individu pasien. Praktek EBM berarti
mengintegrasikan individu dengan keahlian klinis terbaik eksternal yang tersedia bukti dari
penelitian sistematis . EBM ini digunakan Sebagai Paradigma baru ilmu kedokteran , Dasar
praktek kedokteran harus berdasar bukti ilmiah yg terkini dan dipercaya (baik klinis maupun
statistik) karena EBM sendiri adalah suatu teknik yang digunakan untuk pengambilan
Kemampuan klinik (clinical skills) untuk secara cepat mengidentifikasi kondisi pasien
penyakitnya. Sehingga setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan harus dapat
diterima pasien dan berdasarkan nilai-nilai subjektif yang dimiliki pasien serta memahami
Randomized Controlled trial. Variable-variabel penelitian yang harus diuukur dan dinilai
secara objektif. Dan metode pengukuran harus terhindar dari resiko bias
Metodologi yang benar diperoleh dari penggunaan prinsip, konsep, dan metode
ilmiah yang kuat memberikan hasil yang lebih bisa diandalkan (BMJ Evidence
Centre, 2010). Dengan menggunakan bukti-bukti yang terbaik dan relevan dengan
masalah pasien atau sekelompok pasien, dokter dapat memilih tes diagnostik yang
berguna, dapat mendiagnosis penyakit dengan tepat, memilih terapi yang terbaik, dan
memilih metode yang terbaik untuk mencegah penyakit. Beberapa dokter mungkin
―bukti tersebut merupakan bukti yang baik? Tidak. ―Bukti‖ yang diklaim
diberikan kepada pasien sebelumnya, nasihat mentor/ senior/ kolega, pendapat pakar,
―bukti‖ yang diperoleh secara acak dari artikel jurnal, abstrak, seminar, simposium.
―Bukti‖ itu merupakan informasi bias yang diberikan oleh industri farmasi dan
―detailer obat‖. Sebagian dokter menelan begitu saja informasi tanpa menilai kritis
Selama lebih dari 80 tahun sccara kasat mata terlihat kecenderungan bahwa
dicari adalah bukti yang berorientasi penyakit, yaitu ―surrogate end points‖,
pasien, bukti-bukti yang menunjukkan perbaikan klinis yang dirasakan pasien. EBM
bertujuan meletakkan kembali pasien sebagai principal atau pusat pelayanan medis.
adalah untuk membantu pasien hidup lebih panjang, lebih sehat, lebih produktif,
dengan kehidupan yang bebas dari gejala ketidaknyamanan. Implikasi dari re-
orientasi praktik kedokteran tersebut, bukti-bukti yang dicari dalam EBM bukan
B. Langkah – langkah dalam proses Evidence Based Medicine adalah sebagai berikut
1. Rumuskan pertanyaan klinis tentang pasien, terdiri atas empat komponen: Patient,
2. Temukan bukti-bukti yang bisa menjawab pertanyaan itu. Salah satu sumber database
yang efisien untuk mencapai tujuan itu adalah PubMed Clinical Queries.
3. Lakukan penilaian kritis apakah bukti-bukti benar (valid), penting (importance), dan
keterampilan klinis dokter, dan situasi unik biologi, nilai-nilai dan harapan pasien
5. Lakukan evaluasi dan perbaiki efektivitas dan efisiensi dalam menerapkan keempat
langkah tersebut
Kemampuan menelaah secara kritis terhadap suatu artikel dengan tata cara tertentu sudah
dikenal sejak lama, namun EBM memperkenalkan tata cara telaah kritis menggunakan
lembar kerja yang spesifik untuk tiap jenis penelitian (diagnostik, terapi, prognosis,
metaanalisis, pedoman pelayanan medik dll). Tiga hal penting merupakan patokan telaah
kritis, yaitu (1) validitas penelitian, yang dapat dinilai dari metodologi / bahan dan cara , (2)
pentingnya hasil penelitian yang dapat dilihat dari bagian hasil penelitian, serta (3)
aplikabilitas hasil penelitian tersebut pada lingkungan kita, yang dapat dinilai dari bagian
Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang dan berkelanjutan, melakukan
pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul dari pasien dan karenanya bisa
menemukan informasi yang penting dalam aspek diagnosis, terapi, prognosis atau aspek
lainnya dari pelayanan kesehatan, antara lain pedoman pengobatan dan sebagainya. Melalui
proses ini diharapkan juga dokter akan memfokuskan topik bacaannya pada masalah yang
terkait dengan masalah pasien. Latihan membuat pertanyaan klinis yang baik,dan membuat
strategi untuk mencari jawabannya dalam arsip data dimanapun didunia ini akan lebih
produktif dan tetap terkait dengan masalah klinis dari pada sekedarmembaca artikel-artikel
Sebagian ahli beranggapan bahwa EBM merubah kebiasaan para dokter untuk menilai
sebuah artikel dari membaca abstraknya saja, menjadi suatu kebiasaan menelaah secara kritis
suatu artikel untuk kepentingan pasien dan dengan sendirinya memperluas basis pengetahuan
dokter tersebut. Banyak pro dan kontra yang timbul dalam penerapan EBM ini, namun
tampaknya pengenalan dan pendalaman EBM merupakan keharusan bagi dokter-dokter
kedokteran secara profesional. Penelitian tentang kebiasaan mencari informasi dari para
dokter menunjukkan bahwa bila diminta dokter akan mengatakan setiap 3 pasien akan
pertanyaan timbul dari setiap pasien, 52% dari pertanyaan ini dapat dijawab oleh dokter
tersebut dari catatan medic atau sistim informasi rumah sakit dan 25% jawaban dapat
ditemukan di buku ajar atau basis data di Internet. Diharapkan dalam penerbitan selanjutnya,
secara berkala dapat dibahas tinjauan khusus dan telaah kritis untuk topik / desain penelitian
(Tumbelaka, 2002)
Daftar Pustaka
1. Sackett, D. Evidence-based Medicine: How to Practice and Teach EBM. 1st edition.
3. Covell, DG. Uman, CG. Manning, PR. Information needs in office practice: are they
4. Osheroff JA. Forsythe DE. Buchanan BG. Bankowitz RA. Blumenfeld BH. Miller
2002: 247