Anda di halaman 1dari 12

PERISTILAHAN PADA BELADIRI OTAR-OTAR

MASYARAKAT MELAYU SAMBAS

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:

NONIK
NIM F1011131039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PERISTILAHAN BELADIRI OTAR-OTAR
MASYARAKAT MELAYU SAMBAS

NONIK
Nonik, Patriantoro, Amriani Amir
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email:ordephoenix26@gmail.com

Abstract

The research about describe the term, the component of meaning, the meaning of
lexical and the meaning of culture in otar-otar martial art in form of movement,
instruments music instrument and kuntau movement. The method that was used was
observation method, interview, documentation, and descriptive. Based on the data
analysis, otar-otar martial art there are some data which is rasists of is data for the
terminology of otar-otar movement 4 data the terminology of instrument in otar-otar
martial art, 4 data for terminology of otar-otar martial art music instrument, and 7 data
for terminology of kuntau in otar-otar martial art. Result of data analysis of based on
data analysis result of the meaning component that has been done and it was found
that the meaning component of the otar-otar martial art movement there were 4
terminology data, the music instrument of otar-otar martial art there were 4
terminology data, and kuntau martial art movement there were 7 terminology data.
The result of interview that was obtained, it means there were 6 cultural meaning in
otar-otar martial art. It was 5 for otar-otar martial art movement and it was 1 for the
instrument of otar-otar martial art.

Keywords: terminology, martial art, otar-otar, kuntau, Sambas Malay.

Setiap daerah memiliki seni beladiri yang dikembangkan oleh masyarakat setempat
khas. Seni beladiri selain berfungsi agar kita sebagai pertunjukkan. Seni otar-otar hanya
dapat melindungi diri sendiri dan sebagai dilakukan oleh laki-laki saja dengan diiringi
pertunjukkan seni, beladiri juga dapat menjadi bunyi-bunyian dan peralatan serta pakaian.
identitas daerah tertentu. Satu di antaranya Otar-otar sering ditampilkan di tanah lapang
adalah seni beladiri yang jarang diketahui oleh atau halaman rumah pada acara pernikahan atau
masyarakat adalah seni beladiri otar-otar. Seni acara di kampung. Umumnya, otar-otar
beladiri otar-otar berasal dari daerah Sambas, dilakukan oleh 5 orang yang terdiri dari 2 orang
Kalimantan Barat. penari, 2 penabuh gendang, dan 1 orang
Otar-otar diartikan sebagai sebuah pemukul gong.
perisai bentuk bulat yang dapat digunakan Penulis melakukan penelitian mengenai
sebagai alat penangkis atau tameng saat seni beladiri otar-otar. Penelitian ini
menghadapi musuh. Ia merupakan gabungan berhubungan dengan bidang linguistik.
dari kuntau dan seni tari. Seni beladiri otar-otar Penelitian ini akan meneliti pendeskrpsian
dulunya merupakan silat yang digunakan oleh istilah, analisis komponen makna, arti eksikal,
pendekar pengawal kerajaan pada zaman serta arti budaya peristilahan beladiri otar-otar
kepemimpinan Ratu Sepudak. Seiring Masyarakat Melayu Sambas yang berupa alat,
perkembangan zaman, silat otar-otar

1
bagian-bagian, serta bentuk beladiri yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar pada K13
dilakukan. (Kurikulum 13) pada tingkat SMP (Sekolah
Otar-otar di dalam pertunjukannya, juga Menengah Pertama) Kelas VII semester gasal
diikuti dengan kuntau. Kuntau sendiri adalah dengan KI (Kompetemsi Inti):
beladiri seperti silat yang terdapat dibeberapa KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual,
daerah di Indonesia. Namun, kuntau setiap konseptual, dan prosedural)
daerah memiliki perbedaan masing-masing berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
yang disesuaikan dengan kebudayaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
daerahnya. Pada pertunjukkan otar-otar, kuntau budaya terkait fenomena dan kejadian
ditampilkan atau dipertunjukkan pada bagian tampak mata.
akhir. Jadi, pada pada bagian awal, gerakan KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji
otar-otar terlebih dahulu ditampilkan kemudian dalam ranah konkret (menggunakan,
dilanjutkan dengan gerakan kuntau. Menurut mengurai, merangkai, memodifikasi,
narasumber, ditambahkannya gerakan kuntau dan membuat) dan ranah abstrak
ke dalam pertunjukan beladiri otar-otar (menulis, membaca, menghitung,
dikarenakan durasi otar-otar yang dianggap menggambar, dan mengarang) sesuai
terlalu sedikit atau singkat. dengan yang dipelajari di sekolah dan
Masyarakat Sambas umumnya banyak sumber lain yang sama dalam sudut
yang tidak mengenal otar-otar. Banyak pandang/teori.
masyarakat yang mengenal otar-otar dengan Selanjutnya dengan KD (Kompetensi Dasar).
istilah kuntau. Bahkan, masyarakat di KD 3.1 : Memahami teks hasil observasi,
Kecamatan Galing khususnya, yang tanggapan deskriptif, eksposisi,
melestarikan tradisi otar-otar ini, dahulu juga eksplanasi, dan cerita pendek baik
menyamaratakan beladiri ini dengan nama melalui lisan maupun tulisan.
kuntau, sehingga mereka menyebutnya dengan KD 4.1 : Menangkap makna teks hasil
nama kuntau bukan otar-otar. Baru-baru ini observasi, tanggapan deskriptif,
nama otar-otar lebih dikenal dan dibedakan eksposisi, eksplanasi, dan cerita
dari kuntau. pendek baik secara lisan maupun
Penulis memilih melakukan penelitian di tulisan.
Kecamatan Galing dikarenakan seni Menurut Chaer (2012:295) istilah
pertunjukan otar-otar hanya terdapat di Dusun mempunyai makna yang pasti, jelas, dan tidak
Kota Lama, Desa Ratu Sepudak Kecamatan meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.
Galing, Kabupaten Sambas. Kecamatan Galing Oleh karena itu, istilah sering dikatakan bebas
merupakan sebuah kecamatan baru hasil konteks. Selain itu, menurut Chaer (2009:52),
pemekaran Kecamatan Teluk Keramat. istilah memiliki makna yang tepat dan cermat
Kesenian otar-otar ini terdapat di Desa Ratu serta digunakan hanya untuk satu bidang
sepudak. Desa Ratu Sepudak terdiri dari dua tertentu, sedangkan nama masih berdifat umum
dusun, yaitu Dusun Kota Lama. Penelitian karena digunakan tidak dalam bidang tertentu.
mengenai kuntau di dalam otar-otar ini Menurut Widjono (2012:143), istilah adalah
dilakukan di daerah Tangaran, Kabupaten kata atau gabungan kata yang dengan cermat
Sambas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya mengungkapkan suatu makna, konsep, proses,
informasi mengenai kuntau di daerah Dusun keadaam, sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Kota Lama, Kecamatan Galing. Maka dari itu, Kridalaksana (2008:97), istilah merupakan kata
penulis akan melakukan penelitian di Tangaran, atau gabungan kata yang dengan cermat
karena lokasi informan yang lebih mengetahui mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau
kuntau berada di daerah tersebut. sifat yang khas dalam bidang tertentu. Sejalan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi dengan pendapat tersebut, Chaer (2003:9)
proses pembelajaran di sekolah khususnya di memberikan pendapat, istilah mempunyai
Kabupaten Sambas dan Kalimantan Barat. makna yang pasti, yang jelas, yang tidak
Peristilahan yang terdapat dalam penelitian ini meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.

2
Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah arti adalah interprestasi; kehendak;
itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas kepentingan; maslahat. Makna dan arti
konteks. Chaer (2003:9) menjelaskan, dalam dibedakan maksud dan pemakaiannya. Berikut
perkembangan bahasa memang ada sejumlah merupakan jenis-jenis dari arti; (1) Arti
istilah yang karema sering digunakan jadi Leksikal merupakan arti yang sebenar-benarnya
kosakata umum, artinya istilah itu tidak hanya atau arti yang sesungguhnya. Menurut Subroto
digunakan di dalam bidang keilmuannya tetapi (2011:32), Arti leksikal adalah arti yang
juga telah digunakan secara umum, di luar terkandung dalam kata-kata sebuah bahasa yang
bidangnya. lebih kurang bersifat tetap, (2) Arti Konotatif
Chaer (1990:53), istilah memiliki makna merupakan kata pada sebuah morfem atau kata
yang tepat dan cermat serta hanya digunakan yang memiliki arti berbeda dari seharusnya
hanya untuk satu bidang tertentu. Selain itu, dikarenakan suatu situasi atau konteks. Menurut
Djajasudarma (1993:31), nama tertentu yang Subroto (2011:47), arti konotatif atau adalah
bersifat khusus untuk setiap bidang ilmu tipe arti tambahan atau pinggiran yang berada
disebut istilah. Djajasudarma (1993:32) di sekitar arti pokok. Arti itu bersifat
menjelaskan, istilah adalah nama tertentu yang perorangan, bergantung pada pengalaman hidup
bersifat khusus atau suatu nama yang berisi kata orang perorang. Tipe arti itu juga muncul
atau golongan kata yang cermat, berdasarkan daya kreativitas orang per orang.
mengungkapkan makna, konsep, proses, Oleh karena itu arti tersebut tidak dapat ditiru
keadaan atau sifat yang khas dibidang tertentu. atau dicontoh oleh orang lain, (3)Arti Kultural
Suwardjono (2004:1) menuturkan bahwa istilah adalah bahasa yang digunakan oleh suatu
ialah kata yang dengan cermat mengungkapkan masyarakat atau penutur terikat erat dengan
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam kebudayaannya. Arti kultural sebuah bahasa
bidang tertentu. Jadi, istilah merupakan adalah arti yang secara khas mengungkapkan
gabungan kata yang memiliki makna atau arti unsur-unsur budaya dan keperluan budaya
dalam bidang tertentu. secara khas aspek kebudayaannya. Arti kultural
Verhaar (2010:285) semantik adalah itu begitu khasnya sehingga hamper tidak
cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. mungkin diterjemahkan ke dalam bahasa lain.
Pemakaian arti dibedakan dari makna. Menurut (Subroto, 2011:36). Selain itu, menurut
Subroto (2011:21), arti selalu dibedakan antara Subrtoto (2011:37) arti kultural dalam suatu
arti (meaning) dan makna (sense). Hal itu masyarakat pada umunya dikaitkan dengan
berarti ada perbedaan pengertian di antara siklus kehidupan mulai dari saat lahir sampai
istilah-istilah tersebut di dalam studi semantik. dengan saat kematian. Juga dikaitkan dengan
Sejalan dengan pendapat tersebut, upacara-upacara mencari kehidupan.
Djajasudarma (2012: 21), pemakaian makna Terdapat beberapa jenis makna di dalam
dan diberbagai bidang dan konteks, semantik. Djajasudarma (2012:7), makna
pemakaiannya disejajarlan dengan arti, dan adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur
keberadaannnya tak pernah dikenali secara bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Palmer
cermat, sehingga dianggap sejajar. Menurut (dalam Djajasudarma, 2012:7), makna hanya
Abdullah (2012:90), arti dalam hal ini menyangkut intrabahasa. Lyons (dalam
menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu Djajasudarma, 2012:7), mengkaji atau
sendiri, yang cenderung terdapat dalam kamus memberikan makna suatu kata berkenaan
sebagai leksem. dengan hubungan-hubungan makna yang
Selain itu, Akmajian (Parera, 2004:54), ia membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata
telah mencatat penggunaan kata mean dan lain.
meaning dalam bahasa Inggris yang kata Palrmer (2013:3), aspek makna dapat
mereka tidak relevan dengan studi bahasa dipertimbangkan dari fungsi dan dapat
tentang makna. Suhardi (2015:52), arti adalah dibedakan menjadi sense (pengertian), feeling
sesuatu yang berkaitan dengan guna atau (perasaan), tone (nada), intension (tujuan).
faedah. Menurut Sugono (Suhardi, 2015:52), Berikut adalah pengertian sense (pengertian).

3
Aspek makna pengertian ini dapat dicapai bertentangan. Untuk mengetahui seberapa jauh
apabila antara pembicara/penulis dan kawan kedektan, kemiripan, kesamaan, dan
bicara berbahasa sama. Makna pengertian ketidaksamaan makna, orang perlu mengetahui
disebut juga tema, yang melibatkan ide atau komponen makna samapi sekecil-kecilnya,
pesan yang dimaksud (Djajasudrama 2013:3). perlu analisis. Karena yang dianalisis adalah
Karim (2013), makna adalah pengertian makna yang tercermin dari komponen-
atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem, komponennya, dibutuhkan analisis komponen
baik yang disebut morefem dasar maupun makna.
morfem afiks. Kushartanti (2005:114), Parera (2004:159), analisis komponen
semantik merupakan bidang linguistik yang makna yaitu menemukan komposisi makna kata
mmpelajari makna tanda bahasa. Makna dalam disebut pula dekomposisi kata. Parera
semantik memiliki manfaat. Makna juga (2004:160), dekomposisi semantik kata itu
memiliki fungsi di dalam kalimat. Putrayasa dapat dilanjutkan sampai dengan penemuan
(2010:20), kalimat adalah satuan gramatikal komponen makna yang terkecil dengan
yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai membedakan dua kata atau lebih. Dekomposisi
nada akhir atau turun. Sejalan dengan pendapat di atas bersifat sederhana dan tradisional. Kita
tersebut, ukuran atau ciri utama sebuah kalimat dapat menambahkan komponen kandungan
adalah intonasi. Dalam hal ini, Chaer (2013:12), ‘insani, bernyawa, terbatas’.
semantik akan memudahkan dalam memilih Suhardi (201:107), analisis komponen
dan menggunakan kata dengan makna yang makna kata adalah analisis penemuan
tepat dalam menyampaikan informasi kepada kandungan makna kata atau komposisi makna
masyarakat umum. kata. Melalui analisis komponen makna,
Karim (2013:7), semantik bermanfaat pengiventarisasian data peristilahan dapat
bagi kita dalam mempelajari dalam suatu dibedakan dengan lebih jelas. Aminuddin
bidang tertentu. Semantik mempermudah (2011:128), analisis komponen sangat
informasi yang akan disampaikan dan yang bermanfaat dalam upaya memahami fitur
akan diterima menjadi tersampaikan dan mudah semantis suatu kata sehubungan dengan ciri
dipahami. referen, pemberian abstraksi, maupun
Analisis komponen makna kata konseptuaisasinya. Selain itu juga bermanfaat
diperlukan sebagai alat bantu dalam dalam usaha memahami berbagai kemungkinan
menginventarisasikan peristilahan yang di makna suatu kata atau ciri relasi kata-kata
dapat. Analisis komponen makna adalah dalam bacaan.
kegiatan pengelompokan istilah yang di dapat
berdasarkan ciri-cirinya. Sehingga METODE PENELITIAN
mempermudah kita untuk membedakan istilah Djajasudarma (2006:4), metode
yang terlihat mirip secara arti. Chaer penelitian adalah alat, prosedur, dan teknik
(2009:114), komponen makna atau komponen yang dipilih dalam melaksanakan penelitian
semantik mengjarkan bahwa setiap kata atau (dalam mengumpulkan data). Metode yang
unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa digunakan dalam penelitian ini adalah metode
unsur yang bersama-sama membentu makna observasi, interviu atau wawancara,
kata atau makna unsur leksikal tersebut. dokumentasi, dan deskriptif. Metode observasi
Kridalaksana (2008:129), adalah satu atau atau yang lebih dikenal dengan istilah survey
beberapa unsur yang bersama-sama membentuk adalah metode yang digunakan oleh penulis
makna atau kata ujaran; misal unsur-unsur sebelum menentukan penelitian. Febriani
[+insan], [+ muda], [+ laki-laki] dan (2017:1), wawancara adalah suatu percakapan
sebagainya, adalah komponen makna dari kata langsung dengan tujuan-tujuan tertentu dengan
buyung. menggunakan format tanya jawab yang
Pateda (2010:60), kata-kata yang terencana. Arikunto (2013:274), metode
berdekatan makna, ada yang berjauhan, ada dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
yang mirip, ada yang sama, bahkan ada yang hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

4
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen Teknik pengumpulan data yang
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. digunakan oleh penulis dalam mengambil data
Djajasudarma (2006:16), deskripsi di lapangan adalah dengan menggunakan teknik
merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat perekam dan wawancara terstruktur. Alat
sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri. Melalui pengumpulan data yang digunakan dalam
metode deskriptif penulis menganalisis dan penelitian ini adalah alat perekam, alat tulis,
menguraikan hasil data yang diperoleh. alat perekam video dan instrument wawancara.
Bentuk penelitian ini adalah bentuk Penulis sebagai instrument kunci perencana,
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif pelaksana, penganalisis, dan pelopor hasil
menurut Muhammad (2014:31) merupakan penulisan. Langkah-langkah penelitian yang
aktivitas atau proses “memahami” hakikat dilaksanakan adalah sebagai berikut:
fenomena dengan latar alamiah, dengan 1. Penulis bertemu dan bertatap muka dengan
berporos pada data deskriptif yang disediakan narasumber.
dengan triangulasi untuk dianalisis sehingga 2. Penulis bertanya jawab dengan informan
menghasilkan pemahaman yang holistik menggunakan istrumen wawancara.
berdasarkan perspektif partisipan yang sesuai 3. Penulis mencatat dan merekam jawaban
dengan konteksnya. Siswandari (Dalam Aditya, informan.
2013:1), dalam pengertian sehari-hari data 4. Penulis mendeskripsikan hasil wawancara.
dapat berarti fakta dari suatu objek yang 5. Penulis membawa hasil rekaman yang telah
diamati yang dapat berupa angka maupun kata- dicatat.
kata. Data dari penelitian ini adalah kata dan 6. Penulis mengidentifikasi hasil rekaman.
frasa yang mengandung peristilahan dalam seni 7. Penulis menguji hasil rekaman.
beladiri kuntau dan otar-otar. Pengujian keabsahan data dilakukan
Toswari (2017:1), data dalam penelitian melalui cara berikut ini.
adalah suyek dari mana data dapat diperoleh. 1. Ketekunan Pengamatan
Sumber data penelitian yang akan didapat 2. Kecukupan Referensi
adalah istilah yang digunakan oleh Masyarakat 3. Triangulasi
Melayu Sambas yang menggunakan Bahasa Menurut Muhammad (2014:223) analisis
Melayu Dialek Sambas dalam peristilahan data mengimplisitkan hasil analisis, seperti
beladiri kuntau dan otar-otar Masyarakat kaidah, pola-pola atau deskripsi yang terkait
Melayu Sambas yang berupa alat, bagian- dengan fokus penelitian. Berikut ini adalah
bagian, serta bentuk beladiri yang dilakukan. langkah-langkah analisis data tentang
Sumber data ini diperoleh dari informan. peristilahan beladiri kuntau dan otar-otar.
Mahsun (2013:141), syarat-syarat untuk 1. Langkah pertama, data yang diperoleh di
pemilihan seorang informan adalah: lapangan diinventarisasikan. Setelah itu
1. berjenis kelamin pria atau wanita; data di klasifikasikan sesuai dengan
2. berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun); masalah penelitian.
3. orang tua, istri, atau suami informan lahir 2. Selanjutnya dilakukan analisis data.
dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau Langkah-langkahnya sebagai berikut ini.
tidak pernah meninggalkan desanya; a. Data yang terkumpul akan
4. berpendidikan maksimal tamat pendidikan diiventarisasikan.
dasar (SD-SLTP); b. Peristilahan tersebut, selanjutnya
5. bestatus sosial menengah (tidak rendah atau diartikan berdasarkan makna
tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu kulturalnyanya.
tinggi mobilitasnya; c. Data peristilahan yang terkumpul
6. pekerjaannya bertani atau buruh; dianalisis dengan teknik analisis
7. memiliki kebanggan terhadap isoleknya; komponen.
8. dapat berbahasa Indonesia, dan d. Kemudian, peristilahannya diartikan
9. sehat jasmani dan rohani. berdasarkan arti kulturalnya.

5
HASIL PENELITIAN DAN kuntau,yaitu
PEMBAHASAN 
Hasil Penelitian 
1. Inventarisasi dan Arti Leksikal 
Peristilahan Beladiri Otar-otar 3. Komponen Makna
Inventarisasi data dan arti leksikal a. Komponen Makna Alat Dalam Beladiri
yang didapat dari penelitian tentang beladiri Otar-Otar
otar-otar terdapat data yang terdiri dari 15 1) /
data peristilahan gerakan beladiri otar-otar, aktivitas yang dilakukan; berdiri,
yaitu maju, mengelilingi lawan,
 membentangkan tangan, melompat
 dan melangkah; jumlah orang
 berdua; kegunaannya sebaggai
 pembuka; serta tidak menggunakan
 alat beladiri. Leksem
.Terda [/[] bermaksud
pat 4 data peristilahan alat dalam beladiri sebagai pembuka seni beladiri otar-
otar-otar, yaitu otar.
 2) Frasa aktivitas
Setelah itu, 4 data peristilahan alat yang dilakukan, berdiri, maju,
musik beladiri otar-otar, yaitu berputar, menglilingi lawan,
 melompat, melangkah, dan
 Kemudian yang mengayunkan mambo; jumlah
terakhir, 7 data peristilahan dalam gerakan orang berdua; kegunaannya sebagai
kuntau,yaitu pembuka; menggunakan alat
 mambo dan sendeng.
 3) Frasa aktivitas
yang dilakukan, berdiri, menangkis,

memukul mambo lawan,
2. Makna Kultural Peristilahan Beladiri
mengayunkan mambo; jumlah
Otar-otar
orang sendiri, kegunaannya untuk
Makna kultural yang didapat dari
memnacing lawan; menggunakan
penelitian tentang beladiri otar-otar
alat mambo dan sendeng.
terdapat data yang terdiri dari 15 data
peristilahan gerakan beladiri otar-otar, 4) Leksem aktivitas yang
dilakukan adalah berdiri, maju,
yaitu
membentangkan tangan,

menangkis, memukul mambo,
 melangkah, mengayunkan mambo;
 jumlah orang yang melakukan
 berdua; kegunaannya untuk
 menahan serangan; menggunakan
.Terda alat mambo dan sendeng.
pat 4 data peristilahan alat dalam beladiri 5) Leksem memiliki
otar-otar, yaitu aktivitas yang dilakukan, berdiri,
 maju, berputar, mengelilingi lawan,
Setelah itu, 4 data peristilahan alat membentangkan tangan, melompat,
musik beladiri otar-otar, yaitu melangkah, dan mengayunkan
 mambo; jumlah rang sendiri;
 Kemudian yang kegunaannya untuk pembuka;
terakhir, 7 data peristilahan dalam gerakan

6
menggunakan alat mambo dan Kegunaannya menyerang dan
sendeng. menahan serangan; tanpa
6) Frasa memiliki menggunakan alat.
aktivitas yang dilakukan, berdiri, 12) 
dan membentangkan tangan; memiliki; aktivitas yang
jumlah orang sendiri. Kegunaannya dilakukan, duduk, maju, mundur,
untuk memancing lawan; berputar, mengelilingi,
menggunakan alat mambo dan membentangkan tangan,
sendeng. menangkis; jumlah orang berdua;
7) Frasa memiliki kegunaannya menyerang dan
aktivitas yang dilakukan, berdiri, menahan serangan lawan; tanpa
maju, mengelilingi lawan, menggunakan alat.
membentangkan tangan, memukul 13) memili
mambo, melangkah, dan ki; aktivitas yang dilakukan,
mengayunkan mambo; jumlah duduk, maju, mundur, berputar,
orang sendiri; kegunaannya untuk mengelilingi, membentangkan
menyerang; menggunakan alat tangan, menangkis; jumlah orang
mambo dan sendeng. berdua; kegunaannya menyerang
8) Frasa dan menahan serangan lawan;
memiliki; tanpa menggunakan alat.
aktivitas yang dilakukan, duduk, 14) memi
menangkis, memukul mambo, liki; aktivitas yang dilakukan,
mengayunkan mambo; jumlah berdiri, menendang, maju, mundur,
orang sendiri; kegunaannya untuk berputar, mengelilingi,
memancng lawan; menggunakan membentang tangan, melompat,
alat mamo dan sendeng. menangkis, melangkah; jumlah
9) Leksem  memiliki; orang berdua; kegunaannya
aktivitas yang dilakukan, berdiri, menyerang dan menahan serangan;
menendang, maju, mundur, tanpa menggunakan alat.
berputar, mengelilingi lawan, 15) memi
membentangkan tangan, melompat, liki; aktivitas yang dilakukan,
menangkis, melangkah; jumlah berdiri, menendang, maju, mundur,
orang berdua; kegunaannya untuk berputar, mengelilingi,
menyerang dan menahan serangan; membentang tangan, melompat,
tanpa menggunakan alat. menangkis, melangkah; jumlah
10) Frasa memiliki; orang berdua; kegunaannya
aktivitas yang dilakukan berdiri, menyerang dan menahan serangan;
maju, mundur, berputar, tanpa menggunakan alat.
mengelilingi, membentangkan b. Komponen Makna Alat Dalam Beladiri
tangan, melompat, menangkis, Otar-Otar
melangkah; jumlah orang berdua. 1) menggunakan;
Kegunaannya menyerang dan bahan dari rotan atau kayu marau;
menahan serangan; tanpa cara menggunakan, diayunkan,
menggunakan alat. dipegang searah dada, dipegang
11) memil searah kaki, dipegang menghadap
iki; aktivitas yang dilakukan ke atas; bentuknya bulat
berdiri, maju, mundur, berputar, memanjang; kegunaannya untuk
mengelilingi, membentangkan menyerang, mempertahankan diri,
tangan, melompat, menangkis, mengalihkan perhatian dan menarik
melangkah; jumlah orang berdua. perhatian.

7
2) Leksem [menggunakan orang sendiri, ; kegunaannya untuk
bahan kain; cara menggunakan manahan serangan.
diayunkan, ditusukkan, dipegang 2) Leksem []
searah dada, dipegag searah kaki, memiliki; aktivitas yang dilakukan,
dipegang menghadap atas; bentuk berdiri, maju, menghindar,
persegi panjang; kegunaannya membentangkan tangan,
untuk menyerang, mempertahankan menangkis, mangkap tangan,
diri, mengalihkan perhatian, dan melangkah, mendorong; jumlah
menarik perhatian. orang, sendiri; kegunaannya untuk
3) Leksem [menggunakan menahan serangan lawan.
bahan kayu pelaik; cara 3) memili
menggunakan diayunkan dan ki aktivitas yang dilakukan, berdiri,
dipegang searah dada; bentuknya menendang, maju, menghindar,
bulat; kegunaannya melangkah, dan mendorong;
mempertahankan diri, mengalihkan jumlah orang sendiri; kegunaannya
perhatian, dan menarik perhatian. untuk menahan serangan dan
4) menggun menjatuhkan lawan.
akan bahan besi atau tembaga; cara 4) Leksem
menggunakan diayunkan; bentukny [memiliki;
bulat; kegunaannya untuk aktivitas yang dilakukan, berdiri,
mengalihkan perhatian dan menarik maju, menghindar, dan melangkah;
perhatian. jumlah orang sendiri; kegunaannya
c. Komponen Makna Alat Musik dalam untuk menahan serangan lawan.
Beladiri Otar-Otar 5) [] memiliki
1) Leksem [menggunakan aktivitas yang dilakukan, berdiri,
bahan, kayu dan kulit; cara menendang, maju, menghindar,
menggunakan dipukul; bentuknya membentangkan tangan,
bulat, tabung, memanjang atau menangkis, menangkap tangan,
panjang. melangkah, dan mendorong;
2) men jumlah orang sendirian;
ggunakan bahan rotan; cara kegunaannya untuk menahan
menggunakan dipukul; bentuknya serangan dan menjatuhkan lawan.
bulat memanjang atau bulat 6) Leksem
panjang. [memilik
3) Leksem [-  aktivitas yang dilakukan berdiri,
menggunakan bahan tembaga; cara menendang, maju, menghindar,
menggunakan dipukul; bentuknya melangkah dan mendorong; jumlah
bulat. orang, sendirian; kegunaannya ntuk
4) Leksem menahan serangan dan
[menggunakan bahan, menjatuhkan lawan.
kayu, kain, dan kulit; cara 7) Leksem
menggunakan, dipukul; bentuknya [memiliki
bulat memanjang. aktivitas yang dilakukan, berdiri,
d. Komponen Makna Kuntau dalam maju, menarik, menghindar,
Beladiri Otar-Otar menangkap kaki, dan melangkah;
1) memili jumlah orang sendirian;
ki aktivitas yang dilakukan bediri, kegunaannya untuk menahan
maju, menghindar, membentangkan serangan dan menjatuhkan lawan.
tangan, menangkis, menangkap 4. Arti Kultural
tangan, dan melangkah; jumlah

8
Hasil wawancara yang telah didapat, yang dipukul. Bentuknya ada yang bulat
maka terdapat 6 arti kultural dalam beladiri serta ada yang bulat memanjang seperti
otar-otar,. 5 merupakan gerakan beladiri tabung.
otar-otar, yaitu yaitu /[], Komponen makna kuntau dalam
 beladiri otar-otar ini didominasi oleh
 gerakan yang menggunakan gerakan
 tangan. Gerakan kuntau secara keseluruhan
 adalah untuk menghindari serangan lawan.
Selain menghindari serangan lawan,
Pembahasan gerakan kuntau juga difungsikan untuk
1. Inventarisasi dan Arti Leksikal mejatuhkan lawan.
Peristilahan Beladiri Otar-otar 4. Arti Kultural
Pada inventarisasi gerakan peristilahan Dari sekian banyak data peristilahan
pada beladiri otar-otar, gerakan ini yang diperoleh, hanya 6 data yang memiliki
mendeskripsikan gerakan aslinya. arti kultural. Hal ini disebabkan kurangnya
Inventarisasi ini merupakan arti pengetahuan dan pengarsipan mengenai arti
sesunggunya dari gerakan yang dilakukan kutural. Kurang pengtahuan dan
pada gerakan beladiri otar-otar. pengarsipan ini, dikarenakan banyaknya
2. Makna Kultural orang yang hanya mempelajari gerakan
Berbeda dengan inventarisasi yang beladirinya saja dan menganggap arti di
merupakan arti sesungguhnya serta bentuk dalam istilah yang digunakan merupakan
pendeskripsian dari peristilahan yang suatu hal kurang penting untuk dipelajari,
didapat. Pada makna kultural, yang hingga pada akhirnya, berkuranglah
diartikan merupakan arti lain dari gerakan pengetahuan tentang hal tersebut.
tersebut dilakukan. Selain itu makna
kultural ini juga dapat memperjelas fungsi SIMPULAN DAN SARAN
dari gerakan serta bagian lain dari beladiri Simpulan
otar-otar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
3. Komponen Makna dilakukan, simpulan yang dapat diambil dari
Pada komponen makna alat dalam penelitian ini adalah:
beladiri otar-otar, komponen yang paling 1. Inventarisasi data yang didapat dari
banyak digunakan adalah menggunakan penelitian tentang beladiri otar-otar
alat mambo dan sendeng, kemudian terdapat data yang terdiri dari 15 data
kegunaannyalebih banyak untuk peristilahan gerakan beladiri otar-otar, 4
memancing dan menahan serangan lawan,. data peristilahan alat dalam beladiri otar-
Selain itu, gerakannya juga didominasi oleh otar, 4 data peristilahan alat musik beladiri
gerakan yang maju, mundur, dan otar-otar, dan 7 data peristilahan dalam
melangkah. gerakan kuntau.
Kemudian untuk komponen makna alat 2. Berdasarkan hasil dari analisis data
dalam beladiri otar-otar, alat hanya komponen makna yang telah dilakukan
berbentuk bulat seperti tameng dan kayu ditemukan komponen makna gerakan
panjang. Selanjutnya lebih banyak beladiri otar-otar sebanyak 15 data
digunakan untuk menarik serta memancik peristilahan, alat dalam beladiri otar-otar
serangan lawan dan menahan serangan sebanyak 4 data peristilahan, alat musik
lawan. beladiri otar-otar sebanyak 4 data
Berikutnya adalah komponen makna peristilahan, dan gerakan beladiri kuntau
alat dalam beladiri otar-otar. bahannya sebanyak 7 data peristilahan.
beragam, mulai dari kayu, tembaga, kain, Hasil wawancara yang telah didapat, maka
dan rotan serta kulit. Alat music yang terdapat 6 arti kultural dalam beladiri otar-otar.
digunakan hanya menggunakan alat music

9
5 merupakan gerakan beladiri otar-otar dan 1 Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik I:
merupakan alat dalam beladiri otar-otar. Pengantar ke Arah Ilmu Makna.
Bandung: PT. Eresco.
Saran Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode
Sebaiknya generasi penerus dapat Linguistik – Ancangan Metode Penelitian
menggali makna dan mempelajari budaya dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.
beladiri ini lebih mendalam. Sehingga, beladiri Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1:
lokal tidak hilang digantikan oleh beladiri dari Makna Leksikal dan Gramatikal.
luar dan generasi muda dapat memperkenalkan Bandung: Refika Aditama.
budaya beladiri ini kepada dunia luar. Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2:
Peneliti juga mengharapkan melalui Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik,
penelitian ini budaya daerah yang kurang dan Derivasional. Bandung: Refika
dipublikasikan dan dikenalkan kepada daerah Aditama.
luar akan dapat dkenal melalui penelitian ini. Febriani. 2017. Teknik Pengumpulan Data.
Selain itu, menjadi sumber ilmu bagi Gunadarma. (Online).
masyarakat itu sendiri maupun masyarakat di (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j
luar lingkungan penelitian ini. &q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=r
ja&uact=8&ved=0ahUKEwiH7M7Z1dL
DAFTAR RUJUKAN WAhUNT48KHSPFDGIQFggsMAE&ur
Abdullah; Alek; Achmad HP. 2012. Linguistik l=http%3A%2F%2Ffebriani.staff.gunadar
Umum. Jakarta: Erlangga. ma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F249
Aditya, Dodiet. 2013. Data dan Metode 21%2FTeknik%2BPengumpulan%2BDat
Pengumpulan Data Penelitian. a.pdf&usg=AOvVaw1Atn2sR1J7TojmS
Akupunktursolo. (Online). wZBOt6O, diakses 2 Oktober 2017)
https://akupunktursolo.files.wordpress.com/201 Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan
3/03/data-teknik-pengumpulan-data.pdf, Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo
diakses 2 Oktober 2017) Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:
Aminuddin. 2011. Semantik: Pengantar Studi Gramedia Pustaka Utama.
Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Kushartanti; Yuwono, Untung; Lauder,
Algensindo. Multamia RMT. 2005. Pesona Bahasa:
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Langkah Awal Memahami Linguistik.
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: Rineka Cipta. Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa:
Bappeda Sambas. 2012.Kondisi Umum. Tahapan Strategi, Metode, dan
(Online). Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers.
(http://sambas.go.id/profile- Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa.
daerah/pemerintahan/kondisi-umum.html, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
diakses 30 September 2017) Nada Seni dan Otar-Otar. 2009. Pertunjukkan
Chaer, Abdul. 1990. Semantik Bahasa Silat Otar-Otar. Sambas: Nada Seni dan
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Otar-Otar.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik.
Rineka Cipta. Jakarta: Erlangga.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Analisis Kalimat
Rineka Cipta. (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung:
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Refika Aditama
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Putri, Mutiara Kharisma Hasan. 2016.
Peristilahan Batu Kecubung Suku

10
Melayu Ketapang: Kajian Semantik. Pontianak: Toswari. 2017. Sumber Data. Gunadarma.
Universitas Tanjungpura. (Online).
Rahmawati. 2013. Peristilahan Tenun (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j
Tradisional Melayu Sambas: Kajian &q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=r
Semantik. Pontianak: Universitas ja&uact=8&ved=0ahUKEwiUpKCny9L
Tanjungpura. WAhWIOY8KHexHDPgQFggmMAA&
Rismawati, Risma. 2011. Kata, Kalimat dan url=http%3A%2F%2Ftoswari.staff.gunad
Paragraf dalam Bahasa Indonesia. arma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F3
Jakarta: Ghina Walafafa. 2250%2F5%2BSumber%2BData.pdf&us
Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik g=AOvVaw2qeIWp1w8apu2uvDGnK2U
dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala p, diakses 2 Oktober 2017)
Media. Verhaar, J. W. M. 2010. Asas-Asas Linguistik
Suhardi. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Semantik. Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. University Press.
Surahman, Taufik. 2013. Peristilahan Teknologi Widjono. 2012. Bahasa Indonesia: Mata
Tradisional Penangkap Ikan Masyarakat Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Melayu Kabupaten Melawi Kecamatan Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Pinoh Utara. Pontianak: Universitas Yurni, Karim; Jayanti, Memmy Dwi; E. Zaenal
Tanjungpura. Arifin. 2013. Semantik Bahasa Indonesia.
Suwardjono. 2004. Pedoman Umum Tangerang: Pustaka Mandiri.
Pembentukan Istilah (PUPI). Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
(Online)
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j
&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=r
ja&uact=8&ved=0ahUKEwiS4rP0l9LW
AhXJp48KHbmAA3YQFgg7MAM&url
=http%3A%2F%2Fluk.tsipil.ugm.ac.id%
2Fta%2FSuwardjono%2FPUPI.pdf&usg
=AOvVaw1rrSqSO9L9pah69UH-_o7u,
diakses Oktober 2017)

11

Anda mungkin juga menyukai