dalam Islam
Oleh
Mufakir Ahmad
Maka dari itu, pentinglah kita ketahui apa saja penyakit hati itu, agar kemudian
bisa kita cegah. Nah, setidaknya, ada 7 penyakit hati yang lumayan
mengerikan. Berikut ini dia.
1. Takabbur
Takabbur itu artinya sombong.
Ngerinya sombong ini, dia bisa jadi kita sadari atau tidak. Sudah begitu, nyata-
nyata meresahkan orang lain.
Misalnya, tatkala ada seseorang yang hendak menasehati kita, tapi kita
malah menolaknya. Kita manganggap diri kita sudah benar, hebat, dan pintar;
tidak ada yang salah sama sekali. Jadi tidak perlu mendengarkan apa-apa
masukan dari orang lain. Karena orang lain itu kebanyakan salah, bodoh, dan
tidak berguna. Padahal, bisa jadi itu hanya anggapan saja, bukan realita.
Sombong prakteknya bisa bermacam-macam. Namun intinya sombong itu
adalah merendahkan orang lain dan menolak kebenaran.
Allah SWT berfirman: Janganlah kalian berjalan di muka bumi dengan penuh
kesombongan(QS al-Isra’ [17]: 37).
Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Itulah kampung akhirat yang Kami
jadikan bagi orang-orang yang tidak menghendaki kesombongan di muka bumi
dan tidak pula membuat kerusakan. Akibat kebaikan itu adalah bagi kaum yang
bertakwa (QS al-Qashash [28]: 83).
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam
kalbunya ada sikap sombong meski sebesar biji sawi.”
2. Riya’
Orang yang riya ’ itu dia memperlihatkan suatu amal sholeh kepada sesama
manusia. Misalnya:
Pengertian Riya Menurut Istilah adalah melakukan ibadah, dengan niat ingin
nantinya dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah semata.
Menurut Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari
berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu
mereka memuji pelaku amalan itu”.
Menurut Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia
dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Riya’ ini bisa muncul kapan saja. Bisa saat sebelum beramal, ataupun saat
sedang beramal.
Mungkin agak mirip dengan takabbur. Namun kalau ujub, belum tentu sambil
berkeyakinan menolak kebenaran.
Meski tentu tidak selalu, namun bisa jadi seseorang itu menjadi ujub karena
dipicu oleh:
Yang pasti, ujub itu terjadi bila telah berhenti dari berdzikir kepada Allah.
“Bagi Allah semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
antaranya.” (QS. Al Maidah: 120)
Sedangkan definisinya secara istilah, sum’ah adalah sikap seorang muslim yang
membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak
diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain, agar dirinya mendapatkan
kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan
keuntungan materi.
Hmm, mungkin sebagian dari Anda ada yang bingung, terus bedanya apa
antara sum’ah ini dengan riya yang sebelumnya?
Dalam kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani ada mengetengahkan
pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah.
Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan
sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah,
namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia.
Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah Saw juga memperingatkan dalam haditsnya, “Siapa yang berlaku
sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang
berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.” (HR. Bukhari)
5. Hasad
Hasad adalah merasa iri dengki pada kenikmatan dan kelebihan orang lain,
disertai harapan agar semua itu hilang dari orang lain itu. Baik disertai harapan
agar berpindah kepada dirinya, atau pokoknya asal lenyap saja.
Hasad hukumnya haram, baik dalam hal duniawi atau hal agama. Apalagi kalau
hasad itu disertai tindakan, perbuatan, atau ucapan, langsung atau tidak
langsung, agar kenikmatan/kelebihan itu hilang dari pemiliknya.
6. Taqtir
Taqtir itu artinya terlalu pelit. Tidak mau mengeluarkan harta, padahal wajib.
Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir sebagai
sifat enggan menunaikan kewajiban, baik harta benda ajau jasa.
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat. Dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 180)
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar” (QS. Al Lail: 8-10)
7. Panjang angan-angan
Orang yang terlalu panjang angan-angan pun berbahaya. Karena dia
mengerahkan segenap tenaganya, waktunya, dan uangnya untuk mengejar
keinginan-keinginannya; sembari melalaikan kewajibannya dan malah tak
peduli hal-hal yang diharamkan.
Orang seperti itu, seolah-olah atau memang menganggap dirinya tak akan mati,
atau matinya masih lama. Sehingga, dia tidak mempersiapkan bekal untuk
menghadapi hari Akhir.
“Orang berakal adalah yang tidak panjang angan-angannya. Karena, siapa saja
yang kuat angan-angannya, maka amalnya lemah. Siapa saja yang dijemput
ajalnya, maka angan-angannya pun tidak ada gunanya. Orang berakal tidak
akan meninggal tanpa bekal; berdebat tanpa hujah dan berbenturan tanpa
kekuatan. Dengan akal, jiwa akan hidup; hati akan terang; urusan akan
berjalan dan dunia akan berjalan.” (Ibn Hayyan al-Basti, Raudhatu al-‘Uqala’ wa
Nuzhatu al-Fudhala’)