KISMOYOSO
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Layanan Bimbingan Belajar
Dosen Pengampu: SaringMarsudi, M. Pd
Disusun Oleh:
assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan observasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 6-11 Juni 2014 dan
bertempat di MI Kismoyoso.
Tujuan penulisan laporan observasi ini adalah untuk memenuhi tugas akhir
semester 2 Mata Kuliah Bimbingan Konseling. Terselesaikannya laporan
observasi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan kali ini, tak lupa ucapan terimakasih penulis tujukan
kepada:
1. Drs. H. Samino, SH. M. Pd., selaku Kepala selaku Kepala Program Studi
PGSD.
2. Drs. H. Saring Marsudi, S.H, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Layanan Bimbingan Belajar.
3. Semua pihak tang telah membantu dalam penyelesaian laporan observasi
MIM Kismoyoso.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan observasi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan penulisan laporan yang
selanjutnya.
Wassalammu’alaikum. Wr. Wb
ii
DARFTAR ISI
iii
BAB I
PROFIL LOKASI STUDI KASUS
1
BAB II
HASIL STUDI KASUS
A. Identifikasi Kasus
1. Nama siswa : Lutfian Tri Pamungkas
2. Kelas : III B
3. NIS : 3116
4. NISN : 0053379854
5. Tempat Tanggal Lahir : Boyolali, 4 Juli 2005
6. Alamat rumah : Tambas RT 03/07 Kismoyoso, Ngemplak,
Boylali
B. Identifikasi Masalah
1. Jenis Masalah
Pada studi kasus yang dilakukan oleh peneliti ini, jenis masalah
yang ada pada Lutfi adalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang
dialami oleh Lutfi ini merupakan permasalahan yang cukup kompleks,
karena kesulitan yang dialami adalah kesulitan dalam membaca. Meski
sudah duduk di banku kelas III, Lutfi masih belum memiliki kemampuan
membaca maun mengeja dengan baik. Hal tersebut berpengaruh
terhadap mata pelajara lainnya.
2. Gejala yang Tampak
Pada permasalahan kesulitan belajar siswa Lutfi ini, ditandai
dengan beberapa gejala yang nampak, yaitu:
a. Lutfi masih belum dapat membaca dengan lancar meski sudah duduk
di bangku kelas III.
b. Masih terjadi kesalahan dalam mengeja.
c. Lutfi membutuhkan waktu yang relatif lama dalam membaca kata,
terutama kata yang relatif panjang seperti “mengerjakan”.
d. Lutfi kurang menyukai kegiatan membaca, karena belum dapat
membaca dengan lancar.
2
3
C. Diagnosis
1. Faktor Internal:
Beberapa faktor internal dari kesulitan belajar yang dialami Lutfi yaiti:
a. Kurangnya motivasi pada diri siswa.
b. Kurangnya pembiasaan untuk membaca.
c. Kurangnya rasa percaya diri.
2. Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal dari kesulitan belajar yang dialami Lutfi yaiti:
a. Kurangnya perhatian belajar dari orang tua karena orang tua yang sibuk
bekerja.
b. Lutfi merupakan anak terakhir dari empat bersaudara, dan seluruh
kakaknya sudah berumah tangga dan juga orang tua yang sudah berusia,
jadi perhatian terhadap Lutfi cenderung kurang.
c. Keluarga yang menganggap bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang
sangat penting.
d. Keluarga yang kurang memperhatkan perkembangan belajar dari lutfi.
e. Kurangnya motovasi dari keluarga.
4
D. Prognosis
Berdasarkan pola 17+, prognosis yang dapat diterapkan yaitu:
1. Bimbingan Pribadi
Merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan
masalah pribadi seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan
pergaulan, serta sebagai seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik
agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang
dialaminya.
2. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah suatu proses diluar kegiatan sekolah untuk
memperdalam materi dari berbagai bidang pelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan menambah skil.
E. Terapi
1. Bimbingan Pribadi
Pada bimbimgan pribadi peneliti memulai dengan menanyakan nama
serta alamat siswa. Peneliti memulai dengan pembicaraan ringan, seperti
bertanya tentang keseharian siswa dan dilanjutkan dengan permasalahan
5
yang dihadapi siswa. Namun bimbingan ini tidak dilakukan dalam sekali
tatap muka. Bimbingan dilakukan dalam beberapa tatap muka, yaitu
sebelum dilakukannya bimbingan belajar, jadi siswa bisa lebih santai dan
tidak merasa takut ataupu gugup. Setiap kali bimbingan pribadi dilakukan,
peneliti akan semakin memahami permasalahan siswa secara mendalam.
Saat pertama kaliny dilakukan bimbingan pribadi, siswa masih terlihat
takut dan canggung, namun hal tersebut tidak berlangsung lama, sehingga
bimbingan pribadi dapat dilakukan dengan baik.
Bimbingan pribadi yang dilakukan yaitu, peneliti berusaha
memahami permasalahan siswa, kemudian dilanjutkan dengan pemberian
bimbigan pribadi dengan bersama-sama mencari solusi atas permasalahan
siswa, serta dengan memberikan motivasi kepada siswa.
2. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar yang penulis terapkan yaitu dengan memberikan
binbingan atau pelatihan membaca secara rutin kepada siswa yang
bersangkutan. Siswa yang mengalami kesulitan membaca pada kata-kata
panjang (terdiri dari 3 suku kata atau lebih), diberikan bimbingan belajar
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang dilakukan peneliti
yaitu dengan metode membaca per-suku kata. Pada pertemuan pertama,
bacaan yang diberikan yaitu berupa peraturan-peraturan yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa mampu
memahami kata-kata yang ada dalam bacaan dan juga siswa mampu
memahami isi bacaan. Karena bacaan yang diberikan merupakan hal-hal
yang ada di sekitar atau di keseharian siswa. Kemudian bimbingan
dilanjutkan dengan memberikan bacaan berupa buku cerita fiksi kepada
siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat tertarik dengan bacaan
yang diberikan.
3. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan dilakukan dengantatap muka secara
langsung. Secara pribadi dan langsung, siswa berbagi permasalahan
kepada peneliti. Permasalahan yang dialami yaitu kesulitan membaca kata
panjang (terdiri dari 3 suku kata atau lebih), kata dengan huruf mati yang
6
F. Evaluasi
Setelah terapi yang diberikan kepada siswa, sedikit demi sedikit mulai
ada perubahan pada siswa. Siswa yang semula susah membaca kata-kata yang
panjang, setelah pemberian terapi kini siswa sudah dapat membaca kata yang
panjang. Selain itu, siswa yang semula hanya membaca saja tanpa tahu apa isi
bacaan yang ia baca, kini siswa sudah mulai dapat memahami isi bacaan
meskipun masih memerlukan waktu yang sedikit lebih lama. Perubahan
lainnya yaitu siswa yang semula tidak percaya diri saat ditugaskan untuk
membaca, kini sudah mulai percaya diri dan senang membaca. Peneliti dapat
menyimpulkan hal tersebut melalui kegiatan observasi selama terapi
diberikan.
Selain itu, setelah dilakukan kegiatan evaluasi dengan memberikan soal
evaluasi kepada siswa diperoleh kesimpulan jika siswa sudah mulai lancar
membaca kalimat dan memahami kalimat. Namun, tingkat pemahaman siswa
masih rendah. Selain itu, motivasi siswa juga harus ditingkatkan lagi.
Meskipun tingkat motivasi sudah mulai berkembang semenjak dilakukannya
terapi, namun masih harus ditingkatkan lagi agar kebiasaan membaca serta
motivasi yang sudah mulai terbangun tidak hilang.
7
G. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, usadak lanjut yang dapat diberikan
yaitu dengan memberikan bimbingan lanjutan kepada siswa agar kebiasaan
baik yang sudah mulai terbangun tidak hilang begitu saja. Bimbingan lanjutan
dapat diberikan hingga siswa benar-benar mantab dan dapat mengikuti
pembelajaran selayaknya teman-teman yang lainnya, jadi siswa tidak
tertinggal dalam pembelajaran. Atau dengan kata lain bimbingan dapat
diberikan sampai permasalahan gangguan belajar pada siswa benar-benar
teratasi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Permasalahan yang dimiliki siswa yaitu kesulitan belajar yang berupa
kesulitan dalam membaca. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, baik
eksternal maupun internal. Faktor internal yang berupa kurangnya perhatian
belajar dari keluarga, keluarga yang menganggap bahwa pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat penting, dan kurangnya motovasi dari
keluarga. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi yaitu kurangnya
motivasi pada diri siswa, kurangnya pembiasaan untuk membaca, kurangnya
rasa percaya diri.
Tindakan prognosis yang dilakukan yaitu bibingan pribadi, bimbingan
perorangan, layanan konseling perorangan, dan aplikasi instrumen. Setelah
menentukan prognosis, dilakukan kegiatan terapi sesuai dengan prognosis
yang sudah ditentukan. Setelah proses terapi dilakukan, mulai terjadi
perubahan pada siswa. Kemampuan membaca dan memahami kalimat siswa
mulai membaik, dan motivasi juga mulai tumbuh.Meski begitu,siswa masih
memerlukan bimbingan lagi.
B. Saran
1. Sebaiknya siswa dengan kesulitan belajar yang sama diberikan
bimbingan, sehingga tidak tertinggal dari teman-temannya.
2. Selain bimbingan belajar, bimbingan untuk menumbuhkan motivasi
belajar dan rasa percaya diri pada siswa juga sebaiknya diberikan agar
siswa tidak merasa minder dari teman-temannya.
3. Sebaiknya sekolah lebih menanamkan kebiasaan membaca sejak dini
kepada seluruh siswa.
8
DAFTAR PUSTAKA