Anda di halaman 1dari 22

No.

Dokumen :
UPTD PUSKESMAS Revisi : 00
Tgl Berlaku :
SIDOMULYO
KABUPATEN
KEDIRI

PEDOMAN
AKREDITASI
KESEHATAN
PUSKESMAS
LINGKUNGAN

KEDIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PEDOMAN
KESEHATAN LINGKUNGAN

TELAH DISAHKAN OLEH :

Kediri, __________________ 2019

Disusun oleh Dikoreksi oleh : Disetujui oleh


Penyusun Wakil Manajemen Mutu Kepala UPTD Puskesmas Sidomulyo

Surahmi Dr. Nurul Hanifah

1|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Iingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan .untuk rnewujudkan
kualitas Iingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosiaI yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum dalam Pasal I62
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan mengenai pennyelenggaraan
kesehatan Iingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nornor 66 Tahun 2014
tentarng Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya ditujukan dalarn rangka terwujudnya kualitas
lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan / atau gangguan kesehatan
dari faktor risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat
dan fasilitas umum.
Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan rnasih merupakan masalah
kesehatan masyarakat, antara lain Malaria pada tahun 2012 sebanyak 417.819 kasus dan Annual
Parasite Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69 per 1.000 penduduk. Demam berdarah Dengue
pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 ( IR = 37,ll dan CFR=0.9 ).
Sedangkan penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12 %. Angka
kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423 per 1000 penduduk pada tahun
2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan
tahun 2010 memperlihatkan bahwa tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar 1 ,3 kali
(Hasil kajian morbiditas diare, Depkes, 2012). WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada
peringkat 5 dunia jumlah penderita TB Paru (WHO Global Tuberculosis Control 2010).
Disamping itu perubahan iklim (climate chance) diperkirakan akan berdampak buruk
terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan perrmasalahan terhadap penyakit Hal lain
yang rnenyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan akses
masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63 % dan penggunaan jamban sehat
sebanyak 69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012).
Untuk mengatasi permasalahan kesehataan masyarakat terutama karena meningkatnya
penyakit dan/atau gahgguan kesehatan yang diakibatkan Oleh Faktor Risiko Lingkungan,
pemerintah menetapkan Puskesmas sebegai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertarna
dengan Iebih rnengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan
bahwa salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bersifat esensial adalah berupa Pelayanan
Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat esensial tetsebut harus diselenggarakan oleh
setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten / kota bidang
kesehatan.

2|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


Untuk memperjelas lingkup penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas perlu diatur mengenai uraian kegiatan pelayanan Kesehatan Lingkungan sebagai acuan
bagi petugas Puskesmas dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Pedoman ini disusun sebagai acuan terselengaranya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di UPTD
Puskesmas Sidomulyo agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya
preventif, promotif, dan kuratif yang dílakukan secara terpadu dan berkesinambungan.

2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya pelayanan konseling sanitasi di UPTD Puskesmas Sidomulyo Kabupaten
Kediri
b.Terselenggaranya kegiatan inspeksi Kesehatan Lingkungan di UPTD Puskesmas
SidomulyoKabupaten Kediri
c. Terselenggaranya kegiatan intervensi Kesehatan Lingkungan di UPTD Puskesmas Sidomulyo
Kabupaten Kediri

C. SASARAN PEDOMAN

1 Petugas Kesehatan Lingkungan

2. Penanggung jawab program penyakit berbasis Iingkungan

3. Penanggung jawab pelayanan di Puskesmas

4. Kepala UPTD Puskesmas Sidomulyo

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan meliputi:

1. Terselenggaranya pelayanan konseling sanitasi di UPTD Puskesmas Sidomulyo Kabupaten


Kediri
2. Terselenggaranya kegiatan inspeksi Kesehatan Lingkurgan di UPTD Puskesmas Sidomulyo
Kabupaten Kediri
3. Terselenggaranya kegiatan interverisi Kesehatan Lingkungan di UPTD Puskesmas Sidomulyo
Kabupaten Kediri

E. BATASAN OPERASIONAL

1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan upaya kesehatan

3|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif den rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun Šosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor risiko Iingkungan.
3. Pesien adalah setiap orang yang rnelakukan konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara Iangsung maupun tidak langsung di
Puskesmas.
4. Faktor risiko lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan kualitas
media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit
dan/atau gangguan kesehatan.
5. Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan pasien
yang bertujuan untuk mengenali dan rnemecahkan masalah kesehatan lingkungan yang
dihadapi.
6. Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma,
dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
7. Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan pengendalian
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kirnia, biologi,
maupun sosial.
8. Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan minimal
Diploma Tiga di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan

4|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


BAB II

STANDAR KETENAGAKERJAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Sesuai Permenkes No 75 Tahun 2015 Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang
telah lulus pendidikan minimal Diploma Tiga dibidang kesehatan Iingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Distribusi Tenaga Kesehatan Lingkungan di UPTD Puskesmas Sidomulyo adalah sebagai


berikut :

NO Jenis Tenaga Jumlah Status Ket


PNS Non PNS
1. SKM 1 1 - -

C. JADWAL KEGIATAN

1. Konseling sanitasi dilaksanakan setiap hari kerja


2. Kegiatan inspeksi dilaksanakan melaluui pemeriiksaan:
a. Sanitasi rumah
b. Insspeksi jamban keluarga
c. Inspeksi sarana air bersih
3. Kegiatan intervensi dilaksanakan dengan pembinaan / pengawasan :
a. Kesehatan Institusi
b. Tempat-termpat umum
c. Tempat pengelolaan makanan dan minuman
d. Tempat keria

5|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

6|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


B. STANDAR FASILITAS
Berdasarkan Permenkes No 75 tahun 2014 tentang puskesmas disebutkan bahwa peralatan
minimal kesehatan lingkungan adalah:
No Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
Minimal Riel
I. Set Kesehatan Lingkungan
1 5000 photo meter 1 buah
2 Botol sampel air bermulut lebar 1 buah
3 Botol sampel air berpemberat 1 buah
4 CAkram (Kekeruhan kolam renang) 1 buah
5 Komparator untuk mengukur (iron, magnese, 1 buah
nitrat,nitrit,total hardness, total dissolved solid)
6 Digital chlorin test kit 1 buah
7 Digital Ph Meter 1 buah
8 Termometer 1 buah
9 Turbidity Meter 1 buah
No Jenis Peralatan Jumlah Kondisi
Minimal Riel
10 Tabung pengukur kekeruhan
11 Komaparator untuk mengukur clor (clor meter)
12 Pengukur cholinesterase (Cholisterase kit)
13 Pengukur kelembapan (Hygro meter)
14 ALat untuk pengukur jumlah cacing (Soil test kit)
15 ALat pengukur kebutuhan nutrisi rumah tangga
16 Alat pengukur kontaminasi makanan dan minuman
17 Fly swip net (Fly griil)
18 Pipet tetes
19 Pisau pemotong yang steril
20 Penangkap nyamuk dan larva (Surveillance Vector Kit)
21 Alat pemberantas sarang nyamuk (swing fog)
II. Perlengkapan
1 Sendok tahan karat
2 Box pendingin, tahan dingin selama 7 hari (cool box)
3 Selang pipa plastic diameter 0,25 inci
4 Jurigen (wadah, sampel)
5 Tas tahan air tempat kit
III. Bahan Habis Pakai
1 Sarung Tangan

7|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO


BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan sesuai Permenkes No 13 Tãhun 2015


meliputi:
1. Konseling Sanitasi
Konseling adalah hubungan komunikasi antara tenaga Kesehatan Lingkungan dengan
Pesien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehtan linkungan
yang dihadapí.
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
lnseksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media Iingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar,
norma dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat
lnspeksi Kesehatan lingkungan dilaksanakan berdasarkan hasil konseling terhadap pasien
dan/atau keecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian
kesakitan akibat faktor risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan juga dilakukan
secaara berkala, dalam rangka investigasi Kejadian Luar Biasa. (KLB) dan prograrn
kesehatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi Kesehatar Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk rnewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kirnia,
biologi, maupun social.

B. METODE

I. Konelling sanitasi
Konseling sanitasi dilakukan terhadap:
a. Pelayanan Pasien yang menderìta penyakit dan/atau gangguar kesehatan yang diakibatkan oleh
Faktor Risiko Lingkungan.
b. Pelayanan Pasien yang datang untuk berkonsultasi masalah kesehatan lingkungan (dapat
disebut Klien).

2. lnspeksi Kesehatan Lingkungan


lnspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut:
a. Pengamatan fisik media lingkungan
b. Pengukuran media lingkungan ditempat
c. Uji Laboratorium
d. Analisis resiko kesehatan lingkungan
8|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO
Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan terhadap edia air, udara, tanah, pangan saran dan
bangunan, serta vector dan binatang pembawa penyakit. Dalam pelaksanaannya mengacu
pada pedoman pengawasan kualitas media lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

a. Pengamatan fisik media lingkungan


Secara garis besar pengamatan fisik terhadap lingkungan dilakukan sebagai berikut :
1. Air
a) Mengamati sarana (jenis dan kondisi) penyediaan air minum dan air untuk
keperluan hygiene sanitasi (sumur gali/sumur pompa tangan/ perpipaan/
penampungan air hujan)
b) Mengamati kualitas air secara fisik, apakah berasa, berwarna atau berbau
c) Mengetahui kepemilikan sarana penyediaan air minum dan air untuk keperluan
hygiene sanitasi, apakah milik sendiri atau milik bersama
2. Udara
a) Mengamati ketersediaan dan kondisi kebersihan ventilasi
b) Mengukur luas ventilasi permanen (minimal 10% dari luas lantai), khusus ventilasi
dapur minimal 20% dari luas lantai dapur, asap harus keluar dengan sempurna atau
dengan ada exhaust fan atau peralatan lain)
3. Tanah
Mengamati kondisi kualitas tanah yang berpotensi sebagai media penularan penyakit,
antara lain bekas tempat pmbuangan akhir / TPA sampah, terletak di daerah banjir,
bantaran sungai/aliran sungai/ longsor, dan bekas lokasi pertambangan.
4. Pangan
Mengamati kondisi kualitas media pangan, yang memenuhi prinsip-prinsip hygiene
sanitasi dalam pengelolaan pangan mulai dari pemilihan dan penyimpanan bahan
makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan
makanan dan penyajian makanan
5. Sarana dan Bangunan
Mengamati dan memeriksa kondisi kualitas bangunan dan sarana pada rumah/ tempat
tinggal pasien , seperti atap, langit-langit, dinding, lantai, jendela, encahayaan,
jamban, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
6. Vektor dan binatang pembawa enyakit
Mengamati danya tanda-tanda kehidupan vector dan binatang pembawa penyakit,
antara lain tempat berkembang biak jentik, nyamuk dan jejak tikus
b. Pengukuran media lingkungan ditempat
Pengukuran media lingkungan ditempat dilakukan dengan menggunakan alat in situ untuk
mengetahui kualitas media lingkungan yang hasilnya langsung diketahui di lapangan.
Pada saat pengukran media lingkungan, jika diperlukana juga dapat dilakukan
pengambilan smple yang diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan di laboratorium.
9|PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN UPTD PUSKESMAS SIDOMULYO
c. Uji Laboratorium
Apanila hasil pengukuran in situ memerlukan penegasan lebih lanjut dilakukan uji
laboratorium. Uji laboratorium dilaksanakan di laboratorium yang terakreditasi sesuai
parameternya. Apabila diperlukan, uji laboratorium dapat dilengkapi dengan pengambilan
specimen biomarker pada manusia, fauna dan flora.
d. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Analisis risiko kesehatan lingkungan merupakan pendektan dengan mengkaji atau
menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami dan memprediksi kondisi dan
karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya risiko kesehatan, dengan
mengembangkan tata laksana terhadap sumber perubahan media lingkungan, masyarakat
terpajan dan dampak kesehatan yang terjadi.
Analisis risiko kesehatan lingkungan juga dilakukan untuk mencermati besarnya risiko
yang dimulai dengan mendiskrisikan masalah kesehatan lingkungan yang bersangkutan.
Analisis risikokesehatan lingkungan dilakukan melalui :
1) Identifikasi Bahaya
Mengennal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan
dan memastikan mutu serta kekuatan bukti yang mendukungnya.
2) Evaluasi dosis respon
MElihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan
bagaimana suatu kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu
bahan yang berdampka terhadap kesehatan.
3) Pengukuran pemajanan
Perkiraan besaran,frejuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan
melalui semua jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan.
4) Penetapan Risiko
Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam “perkiraan batas atas” risiko
kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.
4. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Kegiatan intervensi kesehatan lingkungan dapat berupa :
a. Komunikasi, informasi dan edukasi serta penggerakan/ pemberdayaab masyarakat
b. Perbaikan dan pembanguna sarana
c. Pengembangan teknologi tepat guna
d. Rekayasa lingkungan
Dalam pelaksanaannya Intevensi Kesehatan Lingkungan harus mempertimngkan tingkat
risiko berdasarkan hasil inspeksi kesehatan linkungan. Pada prinsipnya pelaksanaan
intervensi kesehatan lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan bersama
pemerintah, pemerintah daerah,dan masyarakat/swasta.

10 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Konseling sanitasi
Langkah-langkah konseling sebagai berikut :
a. Persiapan (P1)
1) Menyiapkan tempat yang aman, nyaman dan tenang
2) Menyiapkan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
3) Menyiapkan media informasi dan alat peraga bila dipelukan seperti poster, lembar
balik, leaflet, maket (rumah sehat, jamban sehat dan lain-lain) serta alat peraga
lainnya.
b. Pelaksanaan (P2)
Dalam pelaksanaan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggali data/informasi kepada
pasien atau keluarganya, sebagai berikut :
1) Umum, berupa data individu/ keluarga dan data lingkungan
2) Khusus, meliputi
a) Identifikasi perilaku/ kebiasaan
b) Identikiasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan
c) Dugaan penyebab
d) Saran dan rencana tindak lanjut
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
a. Persiapan
1) Mempelajari hasil konseling
2) Tenaga kesehatan lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan lingkungannya
dengan pasien dan keluarganya
3) MEnyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan (formulir inspeksi kesehatan lingkungan, formulir pencatatan status
kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur parameter kesehatan
lingkungan)
4) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa (kepala desa, sekretaris, kepala dusun
atau ketua RT/RW) dan petugas kesehatan/ bidan di desa.
5) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga pasien dan keluarga
sekitar). Saran tindak lanjut dapat berupa intervensi kesehatan lingkungan yang
bersifat segera. Saran tindak lanjut disertai dengan pertimbangan tingkat kesulitan,
efektifitas dan biayanya.

Dalam melaksanakan Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Tenaga KEsehatan Lingkungan


menggunakan panduan Inspeksi kesehatan lingkungan berupa bagan dan daftar
pertanyaan untuk setiap penyakit, sebagaimana contoh daftar pertanyaan terlampir.
Tenaga kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar pertanyaan tersebut sesuai

11 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
kebutuhan. Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilanjutkan dengan rencana tindak
lanjut berupa intervensi kesehatan lingkungan.

3. Intervensi KesehatanLingkungan
Intervensi kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara :
a. Komunikasi, informasi dan edukasi serta penggerakan/ pemberdayaan masyarakat
Pelaksanaan KIE dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan perilaku
masyarakat terhadap masalah kesehatan dan upaya yang diperlukan sehingga dapat
mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan akibat factor risiko lingkungan. KIE
dilaksanakan secara bertahap agar masyarakat umum mengebal lebih dulu, kemudian
menjadi mengetahui, setelah itu mau melakukan dengan pilihan/opsi yang sudah
disepakati bersama.
b. Perbaikan dan Pembangunan Sarana
Perbaikan dan pembangunan sarana diperlukan apabila pada hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan menunjukkan adanya factor Risiko lingkungan penyebab penyakit dan/atau
gangguan kesehatanpada lingkungan dan/atau rumah pasien. Perbaikan dan
pembangunan sarana dilaukan untuk meningkatkan akses terhadap air minum, sanitasi,
sarana perumahan, sarana pembuangan air limbah dan sampah, serta sarana kesehatan
lingkungan lainnya yang memenuhi standard an persyaratan kesehatan lingkungan.
Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat memberikan desain untuk perbaikan atau
persyaratan kesehatan lingkungan, dengan mengutamakan material local.
c. Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Pengembangan teknologi tepat guna merupakan alternative untukmengurangi atau
menghilangkan factor risiko penyebab penyakit dan/atau gangguan kesehatan.
Pengembangan teknologi tepat guna dilakukan dengan mempertimbangkan permasalahan
yang ada dan ketersediaan sumber daya setempat sesuai keraifan local. Pengembangan
teknologi tepat guna secar umum harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat,
memanfaatkan sumber daya yang ada, dibuat sesuai kebutuhan, bersifat efektif dan
efidien, praktis dan mudah diterapkan/dioperasionalkan, pemeliharaannya mudah, serta
mudah dikembangkan.
d. Rekayasa Lingkungan
Rekayasa Lingkungan merupakan upaya mengubah media lingkungan atau kondisi
lingkungan untuk mencegah penyebaran agen penyakit baik yang bersifat fisik, biologi,
maupun kimia serta gangguan dari vector dan binatang pembawa penyakit.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


1. PELAYANAN SANITASI DALAM DAN LUAR GEDUNG
Disetiap pelayanan sanitasi diluar yang dilakukan petugas :
a. Petugas mengumpulkan data sasaran sanitasi
12 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
b. Petugas menentukan tempat atau sasaran yang akan dituju
c. Petugas menyiapkan formulir pemeriksaan sanitas
d. Petugas berkoordinasi dengan unit terkait di dalam maupun di luar puskesmas
e. Petugas menanyakan pernah dilakukan pemeriksaan sebelumnya
f. Petugas melakukan pemeriksaan/pengawasan sanitasi di wilayah kerjanya
g. Petugas melakukan penilaian dan pencatatan hasil pemeriksaan sanitasi
h. Petugas melakukan evaluasi hasil pemeriksaan apakah memenuhi syarat atau tidak
i. Petugas mencatat dalam buk rekap hasil sanitasi
j. Petugas melakukan pelaporan hasil kegiatan sanitasi dalam laporan kegiatan bulanan

2. PEMERIKSAAN TEMPAT-TEMPAT UMUM


Setiap pemeriksaan tempat-tempat umum yang dilakukan petugas :
a. Petugas menyiapkan formulir pemeriksaan TTU
b. Petugas dating ke tempat TTU yang akan diperiksa
c. Menemui pengelola TTU
d. Petugas melakukan pemeriksaan TTU sesuai dengan formulir pemeriksaan
e. Petugas melakukan pencatatan hasil pemeriksaan TTU
f. Petugas mengevaluasi hasil pemeriksaan TTU
g. Petugas mencatat hasil pemeriksaan TTU
h. Petugas membuat laporan dalam lformulir laporan bulanan

3. PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


Disetiap pelaksanaan kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat di luar yang dilakukan
petugas:
a. Petugas melaksanakan koordinasi dengan TOMA dan stake holder di kelompok
masyarakat dan membuat kesepakatan pertemuan dengan masyarakat sasaran
b. Petugas memilih lokasi desa di wilayah kerja puskesmas
c. Petugas meminta masyarakat untuk bergabung
d. Petugas menekankan kalau tim fasilitator tidak membawa bantuan apapun, hanya ingin
belajar bersama masyarakat tentang lingkungan
e. Petugas menanyakan ke masyarakat apakah mereka setuju dengan kegiatan ini
f. Petugas melakukan pencairan suasana/ bina suasana
g. Petugas melakukan tahap pemicuan dan analisa
h. Petugas mengajak mereka menganalisa tentang kebiasaan mereka BAB terkait dengan
kesehtan
i. Petugas melakukan pendampingan pembuatan jamban sehat dan marketing sanitasi
Petugas memonitor perkembangan jumlah jamban secara periodic sampai dengan
deklarasi ODF

13 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
4. PEMERIKSAAN TEMPAT PEMBUATAN DAN PENJUALAN MAKANAN DAN
MINUMAN DI WILAYAH KERJA
Di setiap pemeriksaan TPM yang dilakukan petugas :
a. Petugas menyiapkan formulir pemeriksaan TPM yang dipilih (jasa boga, warung,
restoran dan lain-lain)
b. Petugas dating ke tempat TPM yang akan diperiksa
c. Menemui pemilik TPM untuk ijin melakukan pemeriksaan
d. Petugas melkukan pemeriksaan TPM sesuai dengan formulir pemeriksaan
e. Petugas mencatat hasil penilaian pemeriksaan TPM
f. Petugas mengevaluasi hasil pemeriksaan TPM
g. Petugas mencatat buku rekap hasil pemeriksaan TPM
h. Petugas membuat laporan dalam formulir laporan kegiatan bulanan

5. PEMERIKSAAN AIR BERSIH SECARA BAKTERIOLOGIS DI WILAYAH KERJA


Di setiap pemeriksaan aur bersih secara bakteriologis yang dilakukan petugas :
i. Mempersiapkan alat pengambilan sample (botol steril, alcohol, lampu Bunsen, korek api,
etiket)
j. Mempersiapkan termos es
k. Mengambil sample air untuk pemeriksaan kualitas air bersih secara bakteriologis dengan
prinsip steril
l. Memberikan etiket secara lengkap (nama pemilik sarana, alamat, tanggal pengambilan,
jam pengambilan, nama pengambil, tujuan pemeriksaan)
m. Memasukkan ke dalam termos yang sudah berisi pendingin (es)
n. Mengirimkan segera mungkinke laboratorium kesehatandaerah Kabupaten Kediri
o. MEnerima hasil pemeriksaan kualitas air bersih secara bakteriologis dari laboratorium
kesehatan daerah
p. Melaporkan hasil pemeriksaan dalam laporan bulanan dan laporan tahunan kesehatan
lingkungan

14 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
BAB V

LOGISTIK

Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas meliputi konseling,inspeksi dan


intervensi,oleh karena itu setipa puskesmas harus memiliki persediaan berbagai macam alat dan
bahan untuk pelayanan.

A. KONSELING
Pada saat konseling harus tersedia media informasi dan alat peraga bila diperlukan seperti
poster,lembar balik,leaflet,Maket (Rumah sehat,jamban sehat,dan lain lain) Serta alat peraga
lainnya.

B. INSPEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN


kegiatan inspeksi kegiatan lingkungan dan kelengkapan lapangan yang diperlukan antar lain
formulir inspeksi kesehatan lingkungan,formulir pencatatan kesehatan lingkungan,media
penyuluhan,alat pengukur parameter kualitas lingkungan

C. INTERVENSI KESEHATAN LINGKUNGAN


Kegiatan inervensi dilakukan dengan melihat faktor resiko yang ditemukan padasaat
inspeksi,oleh karena itu petugas harus memiliki media komunikasi,informasi dan edukasi

15 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
.
A. PENGERTIAN
Keselamatan sasaran adalah suatu sisitem dimana puskesmas membuat asuahan agar
sasaran program lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
1. Assesment resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal-halyang berhubungan dengan resiko sasaran program
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu kegaitan/program
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan sasaran program di puskesmas
2. Meningkatan akuntabilitas puskesmas terhadap sasaran program
3. Menurunkan kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan (KTD)

C. STANDAR KESELAMATAN PROGRAM


1. Hak sasaran program
2. Mendidik sasaran program keluarga
3. Keselamatan sasaran program dan kesinambungan kegiatan program
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan sasaran program
5. Mendidik petugas tentang keselamatan sasaran program
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan sasaran program
7. Komunikasi merupaka kunci bagi petuga untuk mencapai keselamatan sasaran progam.

(a) KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


ADVERSE EVENT
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
sasaran/pelanggan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengabil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi

16 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
sasaran/pelanggan.cedera dapat diakibatka oleh kesalahan medis atau bukan kesalhan
medis karena tidak dapat dicegah.

(b) KTD YANG TIDAK DAPAT DICEGAH


UNPREVENTABLE ADVERSE EVENT
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat diecgah dengan pengetahuan
meutakhir.

(c) KEJADIAN NYARIS CEDERA (KN)


NEAR MISS
Adalah suatu kesalahan akibat melakssanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil ( omission),yang dapat mencederai
sasaran/pelanggan,tetapi cedera serius tidak terjadi:
 Karena “keberuntungan”
 Karena”pencegahan”
 Karena”peringanan”

(d) KESALAHAN MEDIS


MEDICAL ERRORS
Adalah keselahan yang terjadi dalam proses asuhanm medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada sasaran/pelanggan.

(e) KEJADIAN SENTINEL


SENTINEL EVENT
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian/cedera seriusdimana biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapakan atau tidak dapat diterima, misalnya:balita
kejatuhan timbangan sehingga berakibat fatal.pemilihan kata “sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku
.
D. TATA LAKSANA
1. Identifikasi sasaran program ( nama,tanggal lahir/usia,alamat)
2. Menulis identitas dengan lengkap,jelas dan tulisan mudah terbaca.
3. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan pemberian tindakan sesuai kegiatan
program.
4. Mematuhi dan melaksanakan kegiatan sesuai prosedur.

17 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang mengakibatkan celaka. Keselamatan kerja
terhadap petugas kesehatan terdiri dari perlindungan terhadap ancaman infeksi dan
perindungan terhadap ancaman selama bekerja. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak
yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pelanggan dalam waktu 24 jam
secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi oleh sebab itu tenaga
kesehatan wajib melakukan kesehatan dan keselamatan dirinya dan resiko tertular penyakit,
agar dapat bekerja maksimal. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui
“kewaspadaan umum” atau “universal precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosofomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan.
Kecelakaan selama bekerja dapat terjadi karena dua faktor yaitu kondisi kerja yang
tidak aman dan perbuatan dan tindakan yang tidak aman. Faktor lain yang menyebabkan
kecelakaan kerja, yaitu:
1. Faktor tekhnis, seperti : tempat kerja, kondisi peralatan, bahan dan peralatan yang
bergerak, transportasi dan alat.
2. Faktor non tekhnis, seperti : ketidaktahuan, kemampuan kurang, ketrampilan yang
kurang, bermain-main, bekerja tanpa peralatan keselamatan kerja.
3. Faktor lain, seperti : bencana banjir, tanah longsor, tsunami, dll
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pelanggan dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya memiliki resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilakukan ditempat kejanya. Untuk menghindarkan paparan
tersebut, setap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”
3. Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat mengurangi faktor
tekhnis dan non tekhnis yang adapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
1. Bertatapan muka/ berhadapan dan berbicara dengan sasaran/ pelangganbatuk yang tidak
mengenakan masker.
2. Pembuangan jarum suntik yang sembarangan dapat mengakibatkan tertusuk.
3. Tidak memakai alat pelindung diri (APD) saat tindakan
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
1. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
2. Penyediaan safety box
3. Memakai masker

18 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
BAB VIII

PENGELOLAAN MUTU

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lingkungan, harus dilakukan pemantauan


dan evaluasi pelaanan kesehatan lingkungan. Pemantauan dan evaluasi mencakup pelayanan dan
kesehatan lingkungan puskesmas dan pelaksanaan pengawasan media lingkungan dalam rangka
program kesehatan. Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan
kesehatan lingkungan di puskesmas yang sekaligus menjadi indicator dalam pelayana akreditasi
puskesmas.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil pelayanan kesehatan
lingkungan di puskesmas terhadap akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
lingkungan kualitas pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas masalah yang dihadapi, dan
dampak kesehatan masyarakat.

Indicator pemantauna dan evaluasi kinerja puskesmas meliputi:

1. Akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan lingkungan


2. Kualitas pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
3. Masalah yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan lingkungan
4. Dampak yang terjadi
Cara mengukur indicator tersebut dapat menggunakan penghitungan sebagai berikut:
1. Akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan lingkungan : jumlah pasien yang
mendapat pelayanan kesehatan lingkungan disbanding pasien yang membutuhkan pelayanan
keehatan linngkungan.
2. Kualitas pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas :
a. Jumlah pasien yang menindaklanjuti hasil rekomnedasi konseling disbanding
jumlah seluruh paisen yang melakukan konseling
b. Jumlah pasien yang menindaklanjuti hasil rekomnedasi inspeksi kesehatan
lingkungan disbanding jumlah seluruh pasien yang dikunjungi.
3. Masalah yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan lingkungan :
Hasil penilaian akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan lingkungan
dikurangi hasil penilaian kualitas pelayanan kesehatan lingkungan pueksmas.
4. Dampak yang trjadi berupa :
Peningkatan atau penurunan insiden dan prevalensi penyakit dan /atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan faktor kesehatan lingkungan.

19 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
BAB IX
PENUTUP
Demikian pedoam ini dibuat dan telah disahkan oleh kepala UPTD puskesmas Sidomulyo
agar dapat menjadi panduan bagi sanitarian yang bekerja di UPTD Puskesmas Sidomulyo.kami
memahami bahwa pelaksanaan dan kondisi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sidomulyo akan
dapat memberikan masukan dan saran pada kesempurnaan pedoman ini.
Harapan kedepan bahwa pelayanan sanitasi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sidomulyo
akan menjadi lebih baik sehingga derajat kesehatan masyarakat akan lebih meningkat

20 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O
DAFTAR PUSKTAKA

Menteri kesehatan republik Indonesia.2010.peraturan menteri kesehatan kesehatan republik


Indonesia NO 432 tentang persyaratan kualitas air minum

Menteri kesehatan republik Indonesia.2013.peraturan menteri kesehatan kesehatan republik


Indonesia NO 32 tentang penyelenggaraan pekerjaan tenaga sanitasi

Menteri kesehatan republik Indonesia.2014.peraturan menteri kesehatan kesehatan republik


Indonesia NO 75 tentang pusat kesehatan masyarakat

21 | P E D O M A N K E S E H A T A N L I N G K U N G A N U P T D P U S K E S M A S S I D O M U L Y O

Anda mungkin juga menyukai