Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Anatomi Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ yang masing-masing berukuran kira-kira


sebesar kepalan tangan dengan berat diperkirakan 150gram dan merupakan
organ retroperitoneal yang terletak di dinding posterior abdomen Ginjal
memiliki saluran keluar-masuk bagi nutrisi dan juga sebagai keluar zat sisa
dalam tubuh yaitu Hilum yang dilalui oleh arteri renalis, vena renalis, cairan
limfatik, persarafan ginjal, dan ureter yang memebawa urin menuju kandung
kemih. (Guyton & Hall, 2011).

Ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks pada bagian luar dan
medula yang merupakan bagian dalam ginjal. Bagian medulla ginjal terdiri
atas 8 sampai 10 massa jaringan berbentuk kerucut dengan sebutan piramida
ginjal. Bagian dasar dari setiap piramida dimulai dari perbatasan antara
korteks dan medulla lalu berakhir di papila yang menonjol kedalam ruang
pelvis ginjal. Pelvis ginjal tersebut merupakan persambungan dari ujung
bagian atas ureter yang berbentuk seperti corong dan pada batas luar pelvis
terbagi menjadi dua atau tiga kantong-kantng dengan ujung terbuka yang
disebut kalies mayor yang masing masing akan bercabang dan meluas kearah
bawah menjadi dua atau tiga kalies minor yang memiliki peran
mengumpulkan urin dari setiap papila pada tubulus. Kalies, pelvis, dan ureter
berfungsi untuk mendorong urin menuju kandung kemih, hal ini dapat
dilakukan dikarenakan kalies, pelvis, dan ureter memiliki dinding yang terdiri
atas bagian kontraktil yang dapat mendorong urin. (Guyton & Hall, 2011;
Silverthorn, 2013).
Gambar 2.1 Glomerulus dalam bentuk normal
(Harrison, 2012)

Ginjal yang normal memiliki proporsi aliran darah sekitar 22% dari
curah jantung atau 1.100 ml/menit yang mengalirke kedua ginjal melalui arteri
renalis yang mamasuki ginjal melalui hilum yang kemudian bercabang-cabang
membentuk arteri interlobaris, arteri arkuata, arteri interlobularis, , arteriol
aferen, dan kapiler glomerulus yang merupakan tempat sejumlah besar zat
terlarut (keciali protein plasma) dan cairan difiltrasi dalam proses
pembentukan urin. Setiap kapiler glomerulus pada ujung distalnya akan
bergabung membentuk arteriol eferen yang kemudian menuju ke kapiler
peritubular yang mengelilingi tubulus ginjal. Kapiler glomerulus dan kaliper
peritubular tersusun secara seri dan dipisahkan oleh arteriol eferen yang
berguna untuk membantu mengatur tekanan hidrostatik dalam kedua
perangkat kapiler tersebut. (Guyton & Hall,2011).
2.2 Fisiologi Ginjal

Ginjal memiliki peran penting dalam mempertahankan homeostatis


tubuh, seperti sebagai organ pembersih tubuh dari bahan-bahan sisa makanan
atau dari sisa metabolisme tubuh, ginjal juga memiliki peran dalam
mengontrol volume dan komposisi cairan dan elektrolit tubuh dengan
menyeimbangkan asupan dan keluaran cairan-elektrolit tubuh.

Selain fungsi utama yang telah disebutkan, ginjal juga berperan dalam
banyak fungsi homeostatik penting lainnya seperti :

 Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing


 Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit
 Pengaturan konsentrasi elektrolit dan osmolaritas cairan tubuh
 Pengaturan tekanan arteri tubuh
 Pengaturan keseimbangan asam-basa
 Glukoneogenesis
 Sektrsi, metabolisme, dan eksresi hormon.

Dalam mempertahankan homeostatis tubuh, ginjal menjalankan fungsi


membuang produk sisa metabolisme tubuh yang sudah tidak diperlukan lagi
seperti urem dari metabolisme asam amino, asam urat dari metabolisme asam
nukleat, bilirubin dari pemecahan hemoglobin, kreatinin dari otot, hasil
metabolit berbagai hormon, dan zat-zat hasil metabolisme lainnya yang harus
dikeluarkan dari tubuh secepat produksinya. (Guyton & Hall, 2011). Selain
zat-zat metabolit, ginjal juga membersihkan tubuh dari sebagian besar toksin
dan zat asing seperti pestisida, obat-obatan, zat tambahan dari makanan, dan
bahan bahan eksogen non-nutritif lainnya yang masuk kedalam tubuh
(Sherwood,2011)

Tekanan arteri tubuh dipengaruhi oleh ginjal, dalam jangka panjang


ginjal mempengaruhi tekanan arteri dengan mensekresikan natrium dan air,
sedangkan dalam jangka pendek ginjal mempengaruhi tekanan arteri dengan
menghasilkan hormon, faktor vasoaktif, atau zat vasoaktif yang menyebabkan
pembentukan produk vasoaktif (seperti pada sistem Renin-Angiotensin).
(Guyton & Hall, 2011).

Selain tekanan arteri, ginjal juga memiliki peran dalam mengatur


pembentukan darah yaitu sebagai penghasil eritropoietin yang memiliki fungsi
merangsang pembentukan eritrosit dari sek induk hematopoietik di sumsun
tulang. Pada manusia dengan ginjal yang normal, hampir semua eritropoietin
yang bersirkulasi dihasilkan oleh ginjal, dan sekresi eritropoietin oleh ginjal
dirangsang untuk ditingkatkan ketika tubuh membutuhkan salah satunya
adalah pada keadaan Hipoksia. Namun, pada pasien dengan penyakit ginjal
dengan gangguan fungsi ginjal, atau telah diangkat ginjalnya, dan menjalani
hemodialisis dimana ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan produksi
eritoripoietin dapat mengakibatkan terjadinya anemia berat akibat kurangnya
produksi eritrosit. (Guyton & Hall, 2011).

Bersama dengan paru dan sistem penyangga cairan tubuh, ginjal juga
berperan dalam mengatur keseimbangan asam-basa tubuh. (Guyton & Hall,
2011). Dalam keseimbangan asam-basa tubuh ginjal berperan dengan cara
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin agar pH tubuh tetap
terpelihara dalam keadaan yang optimal. (Sherwood, 2011)

Ginjal, bekerjasama dengan hati berperan dalam mengubah vitamin D


kedalam bentuk aktifnya yaitu 1,25-Dihidroksivitamin D3 atau disebut juga
Kalsitriol. Pengaktifan vitamin D menjadi Kalsitriol ini melibatkan dua proses
biokimiawi berurutan berupa penambahan dua gugus hidroksil, reaksi pertama
terjadi di hati dan reaksi kedua terjadi di ginjal. Enzim-enzim ginjal yang
berperan dalam tahap kedua reaksi pengaktifan vitamin D tersebut dirangsang
oleh hormon paratiroid (PTH) sebagai respon terhadap penurunan Ca2+
(Kalsium) dan PO43- plasma (Sherwood,2011). Kalsitriol juga memiliki peran
dalam deposit kalsium pada tulang dan juga reabsorbsi kalsium oleh saluran
cerna (Guyton & Hall, 2011).

Selain hati dan cadangan lemak pada adiposa, ginjal juga memiliki
kemampuan untuk menyediakan glukosa tambahan kedalam aliran darah
selama masa puasa yang panjang dengan cara menyintesis glukosa dari asam
amino dan prekursor lainnya, kemampuan ini disebut juga dengan
glukoneogenesis. (Guyton & Hall, 2011).

Terdapat kurang lebih 1 juta unit fungsional mikroskopik yang dikenal


sebagai nefron yang disatukan olej jaringan ikat pada setiap ginjal. Nefron
sebagai unit fungsional mampu melaksanakan semua fungsi organ ginjal,
terutama fungsi utama ginjal yaitu menghasilkan urin agar mempertahankan
stabilitas komposisi cairan ekstra selular, Setiap nefron terdiri atas komponen
vaskular dan komponen tubular yang berkaitan erat secara strukturlar maupun
fungsional, nefron juga tersusun sedemikian rupa didalam ginjal sehingga
menghasilkan gambaran dua buah regio berbeda pada ginjal yaitu korteks
ginjal sebagai regio luar dan medula ginjal yang tersusun oleh piramid ginjal
sebagai regio dalam. (Sherwood, 2011)

Anda mungkin juga menyukai