Fiqih
Fiqih
َ ورة فَ ِمن ُهم َّمن يَقُو ُل أَيُّكُم َزادَتهُ َه ِذِۦه ِإي َم ٗنا فَأ َ َّما ٱلَّذ
ِين َ س ُ نز َلت ِ ُ َو ِإذَا َما أ
َ َوأ َ َّما ٱلَّذ١٢٤ ون
ِين فِي قُلُوبِ ِهم َّم َرض َ فَ َزادَت ُهم َءا َمنُوا فَ َزادَت ُهم إِي َم ٗنا َو ُهم يَستَبش ُِر
َ سا ِإلَى ِرجس ِِهم َو َماتُوا َو ُهم َك ِف ُر
ون ً ِرج١٢٥
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang
berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?’
Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa
gembira.
Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah
kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan
kafir.” (At-Taubah: 124-125)