Anda di halaman 1dari 13

MENGANALISA DAMPAK PROBLEMATIKA YANG TERJADI TERHADAP

PERKEMBANGAN ANAK USIA SD DI LINGKUNGAN JAJAR KANIGORO

Mar Atul Chasbiyah1, Devinta Dinda Nursanti2


1,2
Mahasiswa Program Studi PGSD,Universitas Nahdlatul Ulama Blitar
e-mail: 1mchasbiyah@gmail.com , 2devintadinda@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang sering terjadi pada
anak usia SD yang mengalami berbagai macam problematika di dalam dirinya.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa apa saja
problematika serta dampak yang akan terjadi terhadap perkembangan anak
usia SD. Penelitian ini menggunakan cara penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Jajar Kanigoro dengan obyek yang di
teliti siswa SD sebanyak 2 orang. Data dikumpulkan dengan observasi dan
wawancara. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa dalam dunia
pendidikan pasti tidak dapat terhindar dari berbagai bentuk problematika yang
ada, problematika tersebut antara lain menyangkut tentang aspek kognitif,
fisik, sosial, dan emosional peserta didik. Ketertinggalan peserta didik dalam
proses belajar-mengajar bukan sepenuhnya salah dari peserta didik itu sendiri
namun hal tersebut juga dapat diakibatkan dari tahap-tahap perkembangan
yang dilalui peserta didik, selain itu masyarakat juga dapat mempengaruhi
proses pendidikan yang dilalui peserta didik. Dan diharapkan dari penelitian
ini di anjurkan bagi siswa untuk dapat mengidentifikasi problematika yang
mereka alami. Serta guru, orang tua dan lingkungan sekitar dapat juga
membantu memecahkan problematika yang dialami oleh siswa.

Kata Kunci: Menganalisa, Problematika, Perkembangan

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan


mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan bagi kehidupan umat
manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa
pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan
dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan
hidup mereka. Pendidikan berperan penting dalam mencapai tujuan- tujuan pembangunan
dengan memanfaatkan segala sumber daya dan potensi yang ada.
Sekolah merupakan salah satu alat yang digunakan dalam menempuh pendidikan.
Sekolah sebagai miniatur masyarakat menampung bermacam-macam siswa dengan latar
belakang kepribadian yang berbeda. Mereka hiterogen sebab di antara mereka ada yang
miskin, ada yang kaya, bodoh, dan pintar, yang suka patuh dan suka menentang, juga di
dalamnya terdapat anak-anak dari kondisi keluarga yang berbeda. Tidak hanya itu
problematika yang terjadi pada diri peserta didik dan sangat berpengaruh pada perkembangan
anak. baik fisik, kognitif, emosional, dan perilaku sosial (etika dan moral). Oleh karena itu
inilah yang menunjukkan perbedaan individu di antara mereka.
Sesuai dengan asas perbedaan individual di atas maka ada pula di antara mereka
sejumlah siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang bermasalah. Mereka harus
dipahami mengenai latar belakang masalahnya, bentuk- bentuk masalahnya sekaligus teknik-
teknis penanganannya. Di antara masalah-masalah itu ada yang tidak cukup diselesaikan oleh
wali kelasnya tapi di antara sebagian harus ditangani oleh petugas BP bahkan masalahnya
serius maka yang bersangkutan perlu dihadapkan ke Psikiater. Seorang siswa dikategorikan
sebagai anak yang bermasalah apabila ia menunjukkkan gejala- gejala penyimpangan dari
perilaku lazim dilakukan oleh anak- anak pada umumnya.
Oleh karena itu masalah pendidikan diakui penting dan strategis karena melalui
pendidikan, program mencerdaskan bangsa dan negara dapat ditingkatkan. Undang- undang
No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan “ Berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjaga warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.
Berdasarkan observasi serta wawancara bersama pihak keluarga yang kami lakukan di
lingkungan Jajar Kanigoro diketahui beberapa permasalahan yang terjadi pada anak usia SD
diantaranya: (1), anak lebih suka bermain game online daripada belajar, (2) anak memiliki
kemampuan kognitif rendah,
Melihat permasalahan yang terjadi pada anak SD di lingkungan Jajar Kanigoro
tersebut penulis tertarik mengadakan sebuah penelitian dengan judul “Menganalisa Dampak
Problematika yang Terjadi Terhadap Perkembangan Anak Usia SD di Lingkungan Jajar
Kanigoro’’.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada anak SD di lingkungan Jajar Kanigoro, dengan obyek
penelitian 2 anak. hal tersebut dilakukan untuk mengetahui problematika apa saja yang
dialami oleh anak usia SD tersebut dan juga bagaimana hubungan problematika tersebut
dengan perkembangan apabila dilihat dari ranah fisik, kognitif, emosional, perilaku. Metode
penelitian yang digunakan ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dengan cara memperoleh data
secara langsung mengamati terhadap objek. Observasi tersebut dilakukan dengan mencatat
gejala- gejala yang tampak pada diri subyek yang diamati,kemudian diseleksi untuk dipilih
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya penelitian dilakukan dengan cara
wawancara ( interview). Wawancara ini menggunakan wawancara secara langsung terhadap
subyek yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang
yang diselidiki. Penelitian ini mewawancara orang tua dan juga subyek secara langsung.
HASIL
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui problematika yang di alami oleh anak usia
SD di lingkungan Jajar Kanigoro, selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa
bagaimana hubungan problematika tersebut dengan perkembangan yang dialami oleh anak
usia SD. Apakah problematika tersebut berpengaruh pada perkembangan fisik, kognitif,
emosional serta perilaku yang dimiliki oleh anak SD. Problematika tersebut dilihat melalui
wawancara dan juga observasi. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dari sumber
terkait, yakni pihak orang tua dan subyek yang terkait masing-masing memberikan jawaban
sesuai dengan pengalaman yang mereka alami. Dari orang tua dan juga subyek yang terkait
tersebut memberikan argumentasi yang berbeda dalam menjelaskan tentang permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh ke dua anak tersebut.
Pertama kami melakukan observasi dan wawancara terhadap subyek yang pertama
yaitu seorang anak SD kelas 2 berusia 8 tahun bernama Tito Ferdiansyah, dari hasil
observasi Tito anak yang suka menentang nasihat yang diberikan orang tua dan orang-orang
disekitarnya, Tito sangat sering bermain game online hingga dapat dikatakan dia sudah
mengalami kecanduan. Tito juga selalu menunjukkan perilaku egois dan selalu ingin menang
sendiri jika bermain dengan teman-temannya, Tito memiliki sifat yang agresif dan ketika sifat
buruknya itu keluar akan sulit dikenadalikan, Tito sering bertengkar ketika bermain dengan
teman- temannya Selain itu kami juga melakukan wawancara terhadap orang tua dan subyek
yang bersangkutan. Dari hasil wawancara tersebut kami menyimpulkan bahwa Tito sedang
mengalami suatu permasalahan di dalam dirinya yaitu dia mengalami kecanduan bermain
game online daripada belajar.
Kedua, kami melakukan observasi dan wawancara terhadap subyek ketiga seorang
anak SD kelas 5 berusia 11 tahun bernama Aldiansyah Setya Budi, dari hasil observasi
menunjukkan Aldi anak yang mengalami permasalahan dalam hal kognitif nya rendah. Selain
itu berdasarkan dari hasil wawancara terhadap orang tua dan subyek yang bersangkutan
mereka mengatakan bahwa memang benar Aldi mengalami kesulitan dalam hal kognitif.
rendah menurutnya hal tersebut disebabkan ketika Aldi masih kecil dia tidak mengalami
perkembangan dalam hal proses merangkak, selain itu ibu Aldi juga memberikan penjelasan
bahwa dia juga tidak mengetahui bahwa apabila seorang anak tidak mengalami proses
merangkak akan berpengaruh untuk kehidupan di masa yang akan datang.

PEMBAHASAN
Dari penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan metode kualitatif
deskriptif penulis melakukan wawancara dan observasi di salah satu lingkungan di
Kabupaten Blitar yaitu di lingkungan Jajar Kanigoro. Wawancara dan observasi tersebut
dilakukan oleh anak usia SD yan bernama Tito, dan Aldi. selain itu berdasarkan pengamatan
peneliti dan juga wawancara terhadap orang tua dan kedua anak tersebut bahwa mereka
merupakan anak yang mengalami suatu problematika yang terjadi pada usia nya yang masih
belia.
Penelitian ini membahas mengenai problematika yang di alami oleh anak usia SD
serta hubungan problematika tersebut dengan perkembangan fisik, kognitif, emosional serta
perilaku yang di alami oleh anak usia SD. Oleh karena itu hal tersebut dianalisis berdasarkan
perkembangan- perkembangan yang terjadi pada anak. Yaitu perkembangan fisik, kognitif,
emosional, serta perilaku yang dialami oleh anak usia SD. Prinsip perkembangan ini sangat
penting digunakan untuk menjadi pegangan pendidik dan orang tua. Dimana prinsip
perkembangan menurut (Eggen dan Kauchack, 2004) yaitu (1) pembelajaran (learning-the
activity of obtaining knowledge) berkontribusi pada perkembangan. Pembelajaran menuju
adanya pemahaman dan kemampuan yang meningkat. (2) pengalaman meningkatkan
perkembangan. (3) interaksi sosial merupakan hal yang esensial pada perkembangan.
Interaksi sosial memberikan kesempatan untuk dapat berbagi, membandingkan pengetahuan,
yang dipercaya dan perspektif yang berbeda, (4) perkembangan yang kuat (hebat) bergantung
pada bahasa. Bahasa merupakan medium untuk berfikir dan sebuah kendaraan untuk berbagi
ide dan pengalaman sosial, (5) perkembangan adalah berkelanjutan dan relative teratur, (6)
individu berkembang dengan irama yang berbeda, (7) perkembangan juga dipengaruhi oleh
kematangan kontrol genetis,umur.
Analisis dari 2 pihak yang diteliti tersebut, mereka memiliki faktor penyebab
problematika yang berbeda-beda. Hasil observasi dan wawancara terhadap pihak pertama dan
orang tua Tito dapat diketahui bahwa tito mengalami suatu problematika yaitu Tito
mengalami kecanduan game online, sehingga hal tersebut menyebabkan dirinya malas dalam
belajar, suka membantah dan memiliki tingkat emosi yang tinggi. Pernyataan tersebut juga
diperkuat oleh jawaban dari orang tua Tito bahwa anaknya juga selalu menentang ketika
dinasihati. Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa permasalahan tersebut dapat
berdampak pada perkembangan dalam aspek kognitif, emosional, dan perilaku anak. Hal
tersebut sangatlah berbahaya jika tidak segera di atasi karena mengingat usia tito masih kecil.
Kecanduan adalah suatu perilaku yang tidak sehat yang berlangsung terus menerus yang sulit
di akhiri oleh individu bersangkutan (Yee, 2006). Sedangkan game online addiction
merupakan kesenangan dalam bermain karena memberi rasa kepuasan tersendiri, sehingga
ada perasaan untuk mengulangi lagi kegiatan yang menyenangkan ketika bermain game
online.
Terdapat empat komponen kecanduan game online, yakni excerssive use, withdrawal
symptoms, tolerance, dan negative repercussions (Lee, 2011). Excerssive use terjadi ketika
bermain game online menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu.
Komponen ini mendominasi pikiran individu (preokupasi atau gangguan kognitif), perasaan
(merasa sangat butuh) dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Tolerance
merupakan proses dimana terjadi peningkatan jumlah penggunaan game online untuk
mendapatkan efek perubahan dari mood. Kepuasan yang diperoleh dalam menggunakan
game online akan menurun apabila digunakan secara terus menerus dalam jumlah waktu yang
sama. Pemain tidak akan mendapatkan perasaan kegembiran yang sama seperti jumlah waktu
pertama bermain sebelum mencapai waktu yang lama. Oleh karena itu, untuk memperoleh
pengaruh yang sama kuatnya dengan sebelumnya, jumlah penggunaan harus ditingkatkan
agar tidak terjadi toleransi. Withdrawal symptoms adalah perasaan yang tidak menyenangkan
karena penggunaan game online dikurangi atau tidak dilanjutkan. Gejala ini akan
berpengaruh pada fisik pemain. Perasaan dan efek antara perasaan dan fisik akan timbul,
seperti pusing dan insomnia. Gejala ini juga berpengaruh pada psikologisnya, misalnya
mudah marah atau moodiess. komponen negative repercussions mengarah pada dampak
negatif yang terjadi antara pengguna game online dengan lingkungan sekitarnya. Komponen
ini juga berdampak pada tugas lainnya seperti pekerjaan, hobby dan kehidupan sosial.
Dampak yang terjadi pada diri pemain dapat berupa konflik intrafisik atau merasa kurangnya
kontrol yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.
Indikator seseorang yang kecanduan game online menurut young (1996: Imanuel,
2009) diantaranya (1) merasa terikat dengan game online (memikirkan mengenai aktivitas
bermain game online sebelumnya atau mengharapkan sesi bermain game online berikutnya).
(2) Merasakan kebutuhan untuk bermain game online dengan jumlah waktu yang terus
meningkat untuk mencapai sebuah kepuasan, (3) secara berulang membuat upaya-upaya
untuk mengendalikan, mengurangi, atau berhenti bermain game online namun tidak berhasil,
(4) merasa gelisah, murung, depresi, atau lekas arah ketika mencoba untuk mengurangi atau
berhenti berhenti bermain game online, (5) terancam bahaya kehilangan relasi signifikan
yang disebabkan oleh bermain game online, (6) terancam bahaya kehilangan pekerjaan,
kesempatan karir atau kesempatan pendidikan yang disebabkan oleh bermain game online,
(7) berbohong pada anggota keluarga, atau orang lain untuk menyembunyikan seberapa jauh
keterlibatan dengan game online, (8) bermain game online sebagai suatu cara untuk
melarikan diri dari masalah-masalah untuk mengurangi suatu kondisi perasaan yang
menyusahkan (misal perasaan-perasaan tidak berdaya, bersalah, cemas, depresi). Oleh karena
itu kecanduan terhadap game online akan mempengaruhi hidup pemain. Hidup pemain game
online yang mengalami kecanduan akan menjadi dark (gelap) dan boring (membosankankan
jika mereka tidak memainkan game online. Hidup pemain juga tidak banyak berbeda dan
tidak akan menjadi lebih baik jika tidak ada game online (wan dan chiou, 2006). Oleh karena
itu kecanduan game online ini dapat mepengaruhi perkembangan fisik anak diantaranya
adanya pancaran radiasi dari handphone dapat merusak saraf mata dan otan remaja. Selain
itu, kesehatan jantung, ginjal dan lambung juga menurun karena banyak duduk, kurang
minum dan lupa makan serta kurang olahraga. Dampak lainnya dapat berupa turunnya berat
badan, carpal tunnel syndrome, nyeri pinggang dan kurang tidur akibat kelelahan bermain
game online. Yang kedua game online dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Seorang peneliti di Standford university school of medicine, Allan Reiss menemukan bahwa
anak laki-laki lebih agresif saat bermain game. Karena saat bermain game dia termotivasi
untuk menyelesaikan tantangan atau level yang terdapat dalam game, sehingga hal ini
mengaktifkan bagian-bagian otak yang berfungsi mengendalikan emosi dan rasa takut jika
tidak memenangkan game serta kemampuan kognitif (Reiss,2008). Otak anak laki-laki
cenderung lebih mengenali simbol, bentuk-bentuk abstraksi, diagram, untuk itu laki-laki lebih
unggul dalam bidang matematika dan fisika terutama ketika subyek itu diajarkan di depan
kelas (Gurian,2006). Tetapi Anak yang kecanduan game online akan cenderung mengalami
penurunan prestasi. Pikiran anak yang kecanduan game online akan lebih memikirkan
perkembangan pemainnya dibandingkan dengan perkembangan belajarnya. Hal tersebut di
tunjukkan dari hasil observasi bahwa tito setiap saat selalu membicarakan pemain pemainnya
bersama teman disekitarnya. Selain itu anak akan sulit berkonsentrasi dalam belajar dan ujian
sehingga akademik anak akan ketinggalan. Hal tersebut ditunjukkan dari pernyataan orang
tua tito bahwa anaknya menduduki peringkat ke tiga dari bawah dikelasnya.
Yang ketiga pengaruh game online pada perkembangan emosional anak berdasarkan
hasil penelitian anak mengalami tingkat emosi yang tinggi, jika dinasehati dia selalu marah-
marah tanpa mau mendengarkan nasihatnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sesuatu yang
berlebihan tidak baik bagi anak. Seseorang yang mengalami kecanduan akan mudah
emosional, berperilaku lebih agresif dan mudah marah, apalagi jika dipaksa untuk
melepaskan kesenangannya, anak lebih mudah mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor. Oleh
karena itu kondisi sering mengalami emosional dan mudah marah tidak baik bagi
perkembangan anak karena kecerdasan emosional anak mejadi tidak terlatih. Oleh Karena itu
orang tua harus lebih memperhatikan anak ketika bermain dan harus berusaha mengikuti tren
game yang sedang berkembang dan mengetahui isi kontennya. Selain itu orang tua harus
mampu memberikan pandua yang jelas tentang game tersebut terutama pada anak usia dini
yang belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Yang keempat pengaruh game online pada perilaku sosial anak. Berdasarkan hasil
observasi diketahui bahwa tito sering berkelahi dengan teman- temannya, hubungannya
dengan teman semakin renggang. Karena pergaulannya cenderung hanya di game online saja,
sehingga membuatnya terisolasi dari lingkungan dan pergaulan yang nyata. Oleh karena itu
menyebabkan ketrampilannya sosial berkurang sehingga semakin merasa sulit berhubungan
dengan orang lain. Perilakunya menjadi kasar dan agresif karena terpengaruh oleh apa yang
dilihat dan dimaninkan di game online.
Sehingga dari hasil obsevasi dan wawancara pada pihak pertama tersebut dapat
disimpulkan bahwa game online dapat berdampak pada perkembangan anak, baik berdampak
positif maupun negatif. dampak negatif akan terlihat besar ketika sesorang sudah tidak
mampu mengontrol keinginannya sehingga memunculkan sifat mudah marah, agresif, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu game online memberikan banyak dampak bagi para gamer,
dampak positif dari game online yaitu (1) data menigkatkan konsentrasi, hal tsebut
dikarenakan para Beberapa game online menuntut adanya konsentrasi tinggi, artinya
seseorang bisa berkonsentrasi pada satu hal yang menurut dia menarik. Para gamer harus
menyelesaikan beberapa tugas dalam permainan, mencari celah yang mungkin bisa dilewati,
dan memonitor jalannya permainan, (2) Meningkatkan koordinasi mata dan tangan, Ketika
bermain game online, gamer dituntut untuk memberi respon yang cepat terhadap apa yang
dilihatnya di monitor dengan menggunakan tanggannya untuk mengetik di keyboard atau
menggerakan mouse. Dengan demikian, koordinasi antara mata dan tangan kita secara tidak
langsung dilatih melalui kebiasaan, (3) Mengembangkan daya berpikir/penalaran, Dalam
dunia game online, gamer akan menemukan banyak hal baru, lawan baru dan taktik yang
baru. Gamer dapat secara tidak langsung mengkondisikan dirinya untuk mengetahui keadaan
sekitar dan beradaptasi terhadap perkembangan situasi terbaru dari permainan, (4)
Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris, Mayoritas game online didesain berbahasa
inggris, sehingga baik cerita, narasi, keterangan, pengaturan, dll dideskripsikan dalam bahasa
inggris, (5) Menghibur, mengalihkan perhatian, dan mengurangi stress.
Dampak negatif game online diantaranya (1) Membuat kecanduan berlebihan dan
Lupa segala hal, Game online membuat kecanduan karena dalam game dituntut untuk
melakukan banyak hal agar tidak tertinggal dengan orang lain. Dengan semua tuntutan
tersebut, bermain di depan game online biasanya lebih menyita waktu para gamers. Tanpa
terasa, mereka akan bermain game online selama berjam-jam bahkan berhari-hari, sulit
beranjak dari monitor hingga lupa makan, minum, tidur, apalagi olahraga, (2) Menurunkan
kebugaran tubuh, Dengan duduk diam di depan monitor selama berjam-jam bahkan
sepanjang hari (atau berhari-hari) ketika bermain game online, otomatis gamer tidak
menggerakan tubuhnya sehingga kekurangan aktivitas apalagi olahraga. Kurang aktivitas
akan membuat metabolisme tubuh menjadi kurang lancar dan menurunkan kebugaran tubuh.
(3) Membuat malas, game online membuat para gamers hanya fokus terhadap game yang
dimainkan dan menjadi malas melakukan hal lain yang jelas kurang menarik dibanding game
online seperti bekerja, belajar, mengerjakan tugas, bersih-bersih rumah, dll. (4) Sulit
berkonsentrasi dalam pelajaran/pekerjaan, Terlalu fokus dan ketergantungan terhadap game
online juga dapat menyebabkan pikiran gamer menjadi selalu memikirkan tentang game,
ingin bermain game, dan ingin segera kembali berhadapan dengan monitor untuk bermain
game bersama teman-teman game-nya. Hal ini tentu tidak baik, terutama untuk anak-anak
dan remaja karena akan berdampak buruk bagi masa depan mereka, (5) Merusak mata dan
juga saraf, Berhadapan dengan monitor dan menatapnya terus-menerus ketika bermain game
online, tentunya berarti terpapar dengan radiasi monitor secara terus-menerus. Hal ini jelas
tidak baik untuk saraf dan mata gamer. Orang yang terpapar radiasi monitor secara
berlebihan dan terus-menerus bisa menyebabkan performa lensa mata melemah dan
berpotensi mengalami miopi, hipermetropi, atau bahkan silinder, (6) Berkurangnya
sosialisasi, Gamer yang terlalu asyik dengan game online akan merasa tidak membutuhkan
orang lain di sekitarnya dan cukup nyaman dengan hanya ada dirinya dan game online.
Karena hal tersebut, muncullah kecenderungan mengasingkan diri dari lingkungan sosial dan
sulit bersosialisasi dengan masyarakat. (7) Sulit berekspresi dan berinteraksi, Terbiasa dengan
interaksi satu arah dalam game online dapat menyebabkan kesulitan untuk mengekspresikan
diri dalam komunikasi dua arah di dunia nyata. Dan khusus pada anak-anak, otak anak yang
terkenal sangat lincah, aktif, dan penuh ekplorasi sedikit demi sedikit akan tumpul bila
kehidupannya hanya dalam satu ruangan saja. Hal ini mengingatkan kita bahwa interaksi
sosial juga berpengaruh dalam meningkatkan kepintaran anak, (8) Berpotensi menimbulkan
stress jika mengalami kekalahan terus-menerus, penggunaan game online sudah berlebihan
dan menyebabkan ketergantungan, maka emosi kita akan bergantung pada game online
tersebut. Hal ini tidak baik karena ketika mengalami kekalahan terus-menerus, gamer akan
berpotensi tinggi kehilangan kontrol emosi (kesal, marah-marah), tertekan, bahkan hingga
stress.
Dengan besarnya dampak yang akan terjadi ketika seorang anak terhadap game online
diperlukan adanya upaya serta solusi untuk mengatasi kecanduan game online pada anak
diantaranya (1) mengurangi waktu bermain anak, Jadi, mulailah dengan mengurangi waktu
bermain game. Buatlah kesepakatan dengan anak tentang jumlah jam dalam sehari dan pada
jam berapa saja ia bisa bermain. Pasanglah alarm setiap anak mulai bermain game. Tetapkan
aturan untuk berhenti bermain game apabila waktunya sudah habis, (2) menghindarkan anak
dari game yang memiliki tingkat kecandua yang tinggi, Mencari tahu apa saja game yang
berpeluang membuat kecanduan dan larang anak untuk memainkannya. Game jenis ini telah
membuat anak-anak bahkan orang dewasa menjadi lupa waktu. Parahnya lagi, ada beberapa
kasus seperti pembuluh darah mata pecah dan pingsan bahkan meninggal karena menderita
kecanduan parah dengan game tersebut., (3) memilihkan anak game yang dapat di mainkan
keluarga, Game yang dimainkan bersama keluarga akan membuat banyak orang yang akan
selalu mengingatkan tentang waktu bermain game. Selain itu, hal ini juga bisa mempererat
ikatan antar anggota keluarga, (4) selingi game dengan aktivitas fisik, Mintalah anak untuk
beristirahat dan beraktivitas fisik seperti berjalan, berlari kecil, lompat, dan lainnya setiap
satu jam setelah dia bermain game. Cara mengatasi kecanduan game ini bisa memberi jeda
agar anak tidak terlalu larut dalam bermain game. Selain itu cara ini juga bisa membuat tubuh
anak menjadi sehat dan bugar, (4) berikan syarat sebelum bermain game online, Tetapklanlah
syarat sebelum bermain game. Ini merupakan cara mengatasi permainan game sekaligus cara
mengajarkan tentang prioritas. Buatlah anak mengerjakan beberapa hal atau satu hal sebelum
ia bermain game. Anak akan belajar dan terbiasa untuk melakukan prioritas utama terlebih
dahulu., (5 mengajak anak untuk bermain perainan yang bermanfaat, (6) menghidupkan
kehidupan sosial anak dalam dunia nyata, Ajaklah ia untuk bermain bersama teman
sebayanya yang ada di dekat rumah atau di sekolah. Akan tetapi, bermain di sini bukan
bermain game., (7) mencari tahu dan memberikan dukungan pada impian masa depan anak,
sehingga seiring berjalannya waktu karena anak akan mendapat dukungan maka semakin
lama akan lupa terhadap game online.
Hasil observasi yang kedua yaitu dilakukan terhadap Aldiansyah Setya Budi,
diketahui Aldi anak yang mengalami permasalahan dalam hal kognitif yang rendah. Selain itu
berdasarkan dari hasil wawancara terhadap orang tua dan subyek yang bersangkutan, mereka
mengatakan bahwa memang benar Aldi mengalami kesulitan dalam hal kognitif yang rendah.
menurutnya hal tersebut disebabkan ketika Aldi masih kecil dia tidak mengalami
perkembangan dalam hal proses merangkak, selain itu ibu Aldi juga memberikan penjelasan
bahwa dia juga tidak mengetahui bahwa apabila seorang anak tidak mengalami proses
merangkak akan berpengaruh terhadap kehidupan di masa yang akan datang. Adanya
kehilangan tahap merangkak tersebut memang sering di anggap remeh terhadap orang tua,
mereka kadang lebih menyukai jika anaknya cepat dalam berjalan. Adanya kekurang faham
an terhadap tahap perkembangan anak menyebabkan kesalah faham an dalam menanggapi
peristiwa tersebut sehingga dapat berakibat fatal. Merangkak merupakan fase terpenting
dalam perkembangan anak, merangkak merupakan langkah pertama bayi melawan gravitasi,
merupakan fase perkembangan otak, dan tonggak sistem koordinasi tubuh . Pada saat itu,
bayi akan belajar banyak hal, seperti: (1) Keseimbangan, Saat merangkak, bayi akan belajar
koordinasi gerak tangan dan kaki. Merangkak akan berjalan dengan baik kalau tangan kanan
dan kaki kiri maju. Bukan kaki kanan dan tangan kanan.
Belajar koordinasi itu akan melatih otak menjaga keseimbangan, yang nantinya akan berguna
pada kemampuan jalan dan lari. Keseimbangan juga bermanfaat untuk kesadaran diri. (2)
Kemampuan Konvergensi, Anak yang tidak melalui tahap merangkak, gerakan konvergensi
(pemusatan pandangan)-nya akan terganggu, sehingga penglihatannya jadi buram, letih, atau
nyeri kepala, sehingga tidak suka membaca. Sebab, hanya membaca beberapa waktu saja
tulisan yang dibacanya akan tampak goyang, buram, dan akhirnya membuatnya pusing. (3)
Koordinasi Mata-Tangan, Anak-anak yang tidak merangkak akan kesulitan melakukan
gerakan yang memerlukan koordinasi antara mata dengan tangan. Misalnya, mengancingkan
baju, (4) Dengan merangkak, bayi akan melatih kemampuan melihat segala sesuatunya secara
tiga dimensi. Misalnya, saat berjalan dan ada lubang di depannya, tanpa perlu melihat dengan
jelas dari dekat, anak akan langsung tahu dan berupaya menghindarinya, (5) Melatih Lengan,
Merangkak akan melatih lengan bayi, sehingga menjadi lebih kuat. Itu akan membantunya
belajar menulis, (6) Melatih Otak, Merangkak akan meningkatkan kemampuan berpikir otak
kiri dan kanan, untuk menyiapkan diri masuk ke tahap perkembangan selanjutnya. Sehingga
hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jika anak tidak mengalami tahap merangkak
anak akan berdampak pada kemampuan kognitifnya.
Oleh karena itu keseimbangan otak ini sangat di butuhkan. Kedua-duanya sangat
penting, karena itu keduanya harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-
masing belahan berjalan seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah
satu belahan maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan
fungsinya. Anak menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang untuk
menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya jika fungsi belahan otak kanannya yang lebih
kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, linier dan teratur yang
juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat dari beberapa teori yang tersedia, dalam kasus yang dialami oleh Aldi dapat
diketahui bahwa peran yang sangat menonjol dari proses merangkak yang tidak dilaluinya
adalah pada peran “melatih otak” karena dapat dilihat dari kesehariannya saat belajar, dia
sulit fokus saat dijelaskan, dan meskipun dia sudah berusaha keras untuk fokus, namun ketika
dia diminta untuk mengulangi pelajaran tersebut, dia merasa sangat kesulitan. sehingga
pembimbing atau guru harus memiliki kesabaran tinggi untuk mengulang berkali-kali dalam
menjelaskan setiap materi.
Dalam menangani hal tersebut perlu di adakannya suatu penanganan agar anak dapat
melalui tahap merangkak. Sebagai orang tua, harus mengetahui usia-usia perkembangan
anak. Di usia berapa anak harus bisa merangkak, dan lain-lain. Dari hal tersebut, apabila
dalam tempo usia tersebut anak belum melewati fase dimana seharusnya anak berkembang,
maka tugas orang tua harus membawa anak untuk konsultasi ke dokter tumbuh kembang
anak. Namun, apabila anak tersebut terlanjur sudah besar tanpa melewati tahap merangkak,
hal tersebut dapat disiasati dengan cara mengajak anak untuk merangkak misalnya dengan
cara melalui permainan, melalui olah raga, dan lain sebagainya. Sehingga anak bisa tetap
melalui tahap merangkak, karena merangkak memegang peran penting untuk perkembangan
anak selanjutnya.

KESIMPULAN
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Salah satu alat yang digunakan
untuk proses pendidikan adalah sekolah. Di sekolah, selain mengembangkan hal-hal yang
bersifat sosial, emosional, namun sekolah juga mengembangkan aspek kognitif pada peserta
didik. Dalam hal-hal yang berkaitan dengan kognitif, sosial, emosional pastinya tidak dapat
dihindarkan dari berbagai bentuk problematika yang ada.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa permasalahan penting yang
dialami oleh peserta didik sekolah dasar, permasalahan tersebut antara lain disebabkan karena
game online hal tersebut mempengaruhi aspek kognitif, emosi, dan perilaku sosial pada anak.
Permasalahan yang kedua yakni disebabkan karena anak tidak mengalami tahapan
perkembangan dalam hal merangkak, sehingga mempengaruhi aspek kognitif pada anak.
Dari beberapa permasalahan yang ditemukan oleh peneliti, peneliti memberikan
beberapa penyelesaian antara lain: dari anak pertama (tito) hal tersebut dapat diatasi dengan
cara mengurangi porsi dalam bermain game online, karena apabila langsung dilarang, anak
tersebut pasti akan melawan. Dari anak kedua (aldi) hal tersebut diatasi dengan cara
mengajak anak untuk merangkak dengan melalui permainan ataupun dengan olah raga.
SARAN
Melihat beragamnya bentuk-bentuk problematika yang dialami oleh peserta didik
khususnya usia sekolah dasar, tugas kita baik berperan sebagai pendidik atau guru, orang tua,
maupun masyarakat harus bisa lebih cermat menghadapi berbagai permasalahan yang ada,
karena peserta didik usia sekolah dasar belum dapat dihindarkan dari pengawasan orang
dewasa secara penuh. Mengingat anak usia sekolah dasar masih mengikuti perilaku orang-
orang disekitarnya. Selain itu, problematika yang terjadi juga disebabkan oleh faktor
perkembangan dari peserta didik, oleh karena itu, sebagai orang tua harus lebih
memperhatikan setiap perkembangan yang dialami oleh anaknya.

DAFTAR RUJUKAN
Fadilah, Nur, dkk. 2019. Perkembangan Peserta Didik Masa Sekolah Menengah Pertama
(13-15 Tahun). Blitar: Makalah Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.

Yani H, Crismonika,dkk. 2019. Perkembangan Peserta Didik Masa Usia Dini (2-6) Tahun.
Blitar: Makalah Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.

Izzaty, Rita Eka. Perkembangan Anak Usia 7-12 Tahun.


(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-rita-eka-izzaty-spsi-
msi/perkembangan-anak.pdf). Diakses pada tanggal 22 Juni 2019.

Suryanto, Nico Rahmad.2015. Jurnal Dampak Positif dan Negatif Permainan Game Online
Dikalangan Pelajar. (Jurusan Sosiologi Fisip UR). Volume. 2 No.2

Fernando, Gerry.2018. Skripsi Hubungan Antara Bermain Game Online Dengan Perilaku
Sosial Dan Prestasi Belajar.(Bandar Lampung: Universitas lampung)

Anda mungkin juga menyukai