Oleh :
YOGI ANDREO PANGESTU
NIM. 1109055054
SAMARINDA
2015
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
SAMARINDA
2015
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS TEKNIK
PS S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
PROPOSAL
TUGAS SKRIPSI
1. Judul Penelitian
2. Latar Belakang
Salah satu tahapan dalam proses penambangan batubara adalah pengupasan batuan
lapisan penutup (overburden), pengupasan lapisan penutup dimaksudkan untuk
membuang (memindahkan sementara) lapisan overburden agar endapan batubara
terkupas dan mudah untuk ditambang. Lapisan penutup sendiri terdiri atas top soil, sub
soil, dan lapisan batuan inti (claystone, sandstone, mudstone, dll). Secara umum
material penutup dapat dibedakan menjadi material lunak dan material keras.
Umumnya digunakan metode direct digging maupun ripping untuk melaksanakan
kegiatan pengupasan material penutup yang lunak. Sementara untuk material yang keras
akan dilakukan dengan metode peledakan.
Salah satu hal yang mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan adalah geometri
peledakan. Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang
diinginkan, maka perlu suatu perencanaan ledakan dengan memperhatikan besaran-
besaran geometri peledakan. Umumnya setiap perusahaan memiliki standar geometri
peledakan yang telah ditentukan, namun dari standar tersebut tak jarang ditemukan
fragmentasi batuan yang kurang baik setelah dilakukannya peledakan. Oleh karena itu
dilakukan penelitian ini untuk merencanakan kembali geometri peledakan yang
digunakan, agar diperoleh fragmentasi batuan hasil peledakan yang lebih baik.
3. Tujuan
Salah satu faktor yang mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan adalah
geometri peledakan. Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang
diinginkan, maka perlu suatu perencanaan ledakan dengan memperhatikan besaran-
besaran geometri peledakan.
5. Batasan Masalah
6. Tinjauan Pustaka
6.1 Fragmentasi
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap bongkah batuan
hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya. Untuk tujuan
tertentu ukuran fragmentasi yang besar (Boulder) diperlukan, misalnya disusun sebagai
penghalang (Barrier) di tepi jalan tambang. Namun kebanyakan diinginkan ukuran
fragmentasi yang kecil karena penanganan selanjutnya akan lebih mudah. Ukuran
fragmentasi terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi bucket alat gali (Excavator atau
Shovel) yang akan memuatnya ke dalam truck dan oleh ukuran gap bukaan crusher.
Penyimpangan dari ketentuan umum tentang ukuran fragmentasi di atas dapat terjadi
karena perbedaan yang spesifik dari kualitas batuan dan bahan peledak. Untuk itu,
percobaan pengeboran dan peledakan harus dilakukan untuk mendapat hasil yang
optimum (Pusdiklat Minerba, 2013).
Ada beberapa manfaat yang diperoleh pada operasi penambangan apabila tingkat
fragmentasi batuan tersebut baik, utamanya pada kegiatan Loading, Hauling, Crushing,
dan Blasting.
a. Loading
Peningkatan derajat fragmentasi akan memberikan produktivitas yang lebih tinggi
terhadap alat muat. Dalam standar biaya operasi per jam hal ini akan menghasilkan
biaya pemuatan yang lebih rendah per tonnya maupun per meter kubiknya. Efeknya
adalah memberikan biaya operasi per jam yang lebih rendah.
b. Hauling
Sama halnya pada hauling, meningkatnya derajat fragmentasi akan membuat pemuatan
yang dilakukan alat angkut akan semakin cepat, hal tersebut akan mempengaruhi cycle
time dari alat angkut dan alat muat. Dalam standar biaya operasi per jam, hal ini akan
meningkatkan produktivitas alat angkut yang hasilnya akan menurunkan ongkos
produksi.
c. Crushing
Peningkatan derajat fragmentasi menghasilkan biaya crushing yang lebih rendah karena
material undersize akan lebih banyak jumlahnya. Biaya-biaya, waktu perawatan dan
perbaikan crusher akan menurun sehingga akan meningkatkan crushing rate per jam.
Dengan kinerja crusher yang optimal, maka tidak ada waktu tunggu bagi alat angkut di
area crusher dengan demikian produktivitas alat angkut semakin meningkat pula.
Artinya dengan meningkatnya fragmentasi batuan waktu kerja crusher bisa lebih
ditekan.
d. Blasting
Untuk jenis batuan yang diberikan, struktur geologi, dan sekuen peledakan, peningkatan
derajat fragmentasi dapat dicapai dengan:
- Meningkatkan kuantitas konsumsi dari bahan peledak yang digunakan.
- Mengganti bahan peledak dengan bahan peledak yang mempunyai energi
peledakan yang lebih besar.
- Mengkombinasikan kedua hal di atas (Hustrulid, 1999).
Konsep yang dimaksud disini adalah konsep pemecahan dan reaksi-reaksi mekanik
dalam batuan homogen, berdasarkan salah satu teori peledakan. Sifat mekanis dalam
batuan yang homogen akan berbeda dari batuan yang mempunyai rekahan-rekahan dan
heterogen seperti yang dijumpai dalam pekerjaan peledakan.
Proses pecahnya batuan akibat energi ledakan dapat dibagi dalam tiga tingkat yaitu
dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading.
a. Proses pemecahan tingkat I (dynamic loading)
Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi menghancurkan batuan di daerah di
sekitar lubang ledak. Gelombang kejut yang meninggalkan lubang ledak merambat
dengan kecepatan 3000 – 5000 m/detik, akan mengakibatkan tegangan tangensial yang
menimbulkan rekahan menjari yang menjalar dari daerah lubang ledak. Rekah menjari
pertama terjadi dalam waktu 1 – 2 ms.
Cukup banyak masukan yang harus diperhitungkan dalam merancang peledakan, dan
masukan-masukan tersebut digolongkan ke dalam:
Faktor rancangan yang tidak dapat dikontrol
Faktor rancangan yang dapat dikontrol
Geologi
Batuan yang menyusun kerak bumi dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar
yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Proses terbentuknya
suatu jenis batuan berbeda dengan jenis batuan lain. Tiap-tiap tipe batuan tersusun
dari mineral-mineral dalam berbagai komposisi, ukuran, tekstur, dan struktur yang
berlainan. Batuan yang tersingkap di permukaan bumi akan mengalami proses
pelapukan dan proses kecepatan pelapukan untuk tiap-tiap jenis batuan juga
berbeda. Hal ini sangat berpengaruh pada sifat fisik dan mekanik dari batuan.
Batuan yang masih segar umumnya memiliki kekuatan yang lebih besar, dan akan
berkurang sejalan dengan proses pelapukan yang dialami.
Struktur diskontinuitas
Sejauh menyangkut penggalian, massa batuan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu yang segar dan yang lapuk. Untuk batuan segar, sifat
diskontinuitas berperan penting, karena melalui zona diskontinuitas ini proses
pelapukan akan berlangsung secara intensif. Diskontinuitas ini dapat berbentuk
kekar, retakan, sesar, bidang perlapisan, dan sebagainya. Struktur perlapisan
merupakan ciri utama dari batuan sedimen. Ketebalan lapisan ini berkisar dari
beberapa sentimeter hingga puluhan meter, tergantung pada kondisi
pengendapannya.
Pada batuan berlapis seperti pada batuan sedimen sering dijumpai struktur kekar,
yang kemudian diperhitungkan dalam operasi peledakan. Kekar adalah struktur
geologi yang terjadi akibat adanya tekanan atau tarikan yang disebabkan oleh
gaya-gaya dari luar. Apabila patahan dari suatu massa batuan dapat menyebabkan
batuan disekitar daerah patahan akan terjadi kekar, struktur kekar sering terdapat
di lokasi peledakan. Struktur kekar ini sangat penting diketahui dan merupakan
pertimbangan utama dalam operasi peledakan. Adanya struktur kekas pada massa
batuan akan mempengaruhi penyebaran energi ledakan, penentuan arah peledakan
dan fragmentasi batuan yang dihasilkan berkaitan dengan struktur kekar.
Penentuan arah peledakan menurut R.L. Ash adalah:
- Pada batuan sedimen bidang kekar berpotongan satu dengan yang lain, sudut
horizontal yang dibentuk oleh bidang kekar vertikal biasanya membentuk sudut
tumpul (mendekati 105o) dan pada bagian lain akan membentuk sudut lancip
(mendekati 75 o).
- Fragmentasi yang dihasilkan umumnya mengikuti bentuk perpotongan bidang
kekar. Apabila peledakan diarahkan pada sudut runcing akan menghasilkan
pecahan melebihi batas (overbreak) dan retakan-retakan pada jenjang.
Peledakan selanjutnya menghasilkan bongkah, getaran tanah, suara peledakan
(air blast) dan batu terbang (fly rock). Untuk menghindari hal tersebut
peledakan diarahkan ke luar dari sudut tumpul.
- Jika dijumpai kemiringan kekar horizontal atau miring maka lubang ledak
miring akan memberikan keuntungan karena energy peledakan dapat berfungsi
secara efisien. Jika kemiringan vertikal fragmentasi lebih seragam dapat
dicapai bila peledakan dilakukan sejajar dengan kemiringan kekar.
Pada umumnya bobot isi batuan digunkan sebagai petunjuk kemudahan batuan
untuk dipecahkan dan dipindahkan. Batuan yang berat berarti untuk volume batuan
yang sama akan lebih berat dan memerlukan energi yang lebih banyak untuk
membongkarnya.
Kuat tekan dan kuat tarik juga dapat digunakan sebagai petunjuk kemudahan
batuan untuk dipecahkan. Batuan pada dasarnya lebih kuat atau tahan terhadap
tekanan daripada tarikan, hal ini dicirikan oleh kuat tekan batuan lebih besar
dibandingkan dengan kuat tariknya.
Pengaruh air
Kandungan air dalam jumlah yang cukup banyak dapat mempengaruhi stabilitas
kimia bahan peledak yang sudah diisikan ke dalam lubang ledak. Kerusakan
sebagian isian bahan peledak dapat mengurangi kecepatan reaksi bahan peledak
sehingga akan mengurangi energi peledakan, atau bahkan isian akan gagal
meledak (misfire). Misalnya ANFO yang dapat larut dalam air, tidak baik
digunakan untuk zona pledakan yang banyak airnya. Untuk mengatasi pengaruh
air, jika lubang ledak berisi air maka air dikeluarkan dengan udara bertekanan
tinggi dari kompresor.
Kondisi cuaca
Kondisi cuaca berhubungan erat dengan jadwal kerja dan waktu kerja efektif rata-
rata. Dalam suatu operasi peledakan, proses pengisian dan penyambungan ragkaian
lubang-lubang ledak dilakukan pada cuaca normal, dan harus dihentikan manakala
cuaca mendung (akan hujan).
Pada daerah tropis, semakin banyak hari hujan berarti jumlah jam kerja efektif
untuk operasi peledakan akan menjadi semakin pendek.
Geometri pemboran
Yang dimaksud geometri pemboran ialah:
- Diameter lubang bor
- Kedalaman lubang ledak
- Inklinasi lubang ledak
- Tinggi jenjang
- Pola pemboran
Geometri peledakan
Geometri peledakan yang ditentukan terlebih dahulu ialah Burden (B). Jika B
sudah ditentukan maka besaran yang lain seperti Spacing, Stemming, Subdrilling,
dsb dapat ditentukan.
𝐾𝑏 ×𝐷𝑒
B = ………………………………………………..………... (6.1)
12
Dimana:
B = Burden (ft)
Kb = Burden ratio
Maka:
Kb terkoreksi = 30 × Af1 × Af2……………………… (6.2)
Dimana:
Af1 = Adjustment factor batuan yang diledakkan
Af2 = Adjustment factor handak yang dipakai
Dengan:
𝐷𝑠𝑡𝑑 1/3
Af1 = ( ) ……..……………………………………...….. (6.3)
𝐷
𝑆𝐺 ×𝑉𝑒 2
Af2 = ( )1/3 …….……………………………….. (6.4)
𝑆𝐺 𝑠𝑡𝑑 × 𝑉𝑒 𝑠𝑡𝑑 2
Dimana:
D = Bobot isi batuan yang diledakkan
Dstd = Bobot isi batuan standar (160 lb/cuft)
SG = Bj handak yang dipakai
SGstd = Bj handak standar (1,20)
Ve = VOD handak yang dipakai
Vestd = 12000 fps
Jadi:
𝐾𝑏 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 ×𝐷𝑒
B = ………………………………………… (6.5)
12
Dimana:
S = Spacing (meter)
Ks = S/B
Ks = Spacing ratio (1,00 – 2,00)
Dimana:
T = Stemming (meter)
Kt = T/B
Kt = Stemming ratio (0,75 – 1,00)
Fungsi Stemming:
- Meningkatkan confining pressure dari akumulasi gas hasil
ledakan
- Menyeimbangkan tekanan di daerah Stemming
IV. Kedalaman lubang tembak (H)
H = Kh . B……………………………………………………. (6.8)
Dimana:
H = Kedalaman lubang tembak (meter)
Kh = H/B
Kh = Hole depth ratio (1,5 – 4,0)
V. Subdrilling (J)
J = Kj . B…………………………………………………….. (6.9)
Dimana:
J = Subdrilling (meter)
Kj = J/B
Kj = Subdrilling ratio (0,2 – 0,3)
Dimana:
PC = Panjang kolom isian (meter)
H = Kedalaman lubang ledak (meter)
T = Stemming (meter)
VII. Stick Count (SC)
Jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x 20,32 cm yang terdapat
dalam satu doos seberat 22,68 kg.
Dimana:
de = Loading density (kg/m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = BJ bahan peledak
Target produksi merupakan jumlah batuan yang akan diledakkan yang dihitung dari luas
area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang digunakan untuk
menentukan target produksi peledakan adalah:
W = A x L x dr………………………...………………… (6.13)
Dimana:
W = Jumlah batuan yang diledakkan
A = Luas daerah yang diledakkan
L = Tinggi jenjang
dr = Bobot isi batuan ton/m3
Fragmentasi batuan hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh faktor batuan dan bahan
peledak yang digunakan, rumusan yang digunakan untuk memperkirakan fragmentasi
batuan hasil peledakan adalah rumusan yang dibuat oleh Kuznetsov (Koesnaryo, 2001).
𝑉
x = 𝐴 ( 0 )0,8 𝑄0,167 ………………………………….. (6.14)
𝑄
Dimana:
x = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)
A = Faktor batuan (7 untuk batuan medium 10 untuk batuan
keras, 13 untuk batuan keras yang banyak retakan)
V = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak TNT tiap lubang ledak (kg)
Lang (1987) mengatakan bahwa biasanya bahan peledak pada bagian sub-drill harus
dikeluarkan, karena hal tersebut jarang memeberikan kontribusi yang signifikan
terhadap fragmentasi di dalam kolom peledakan.
Dengan menggunakan persamaan Kuznetsov yang asli dan persamaan modifikasi yang
dibuat oleh Cunningham, kita dapat menentukan ukuran rata-rata fragmentasi dengan
setiap bahan peledak dan indeks keseragaman. Dengan informasi ini, proyeksi distribusi
ukuran pada kurva Rosin Rammler dapat dibuat.
Cunningham menyadari bahwa kurva Rosin Rammler telah diakui secara luas sebagai
gambaran yang tepat terhadap fragmentasi untuk batuan yang diledakkan dan yang telah
dihancurkan. Salah satu poin pada kurva tersebut, ukuran rata-rata, dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan Kuznetsov. Untuk menetapkan benarnya kurva Rosin
Rammler, yang dibutuhkan adalah eksponen “n” dalam persamaan berikut:
𝑥 𝑛
R = 𝑒 −(𝑋𝑐 ) …………..………………………………… (6.15)
Dimana:
R = Perbandingan dari material yang tertinggal pada ayakan
X = Ukuran ayakan
Xc = x / (0,693)1/n
n = Indeks keseragaman
Untuk mendapatkan nilai ini, Cunningham menggunakan data lapangan dan analisis
regresi terhadap parameter lapangan yang sebelumnya dipelajari dan diperoleh “n”
dalam hal:
Akurasi pemboran
Rasio burden terhadap diameter lubang bor
Pola pemboran Staggered dan Square
Rasio spacing / burden
Rasio panjang kolom isian terhadap tinggi jenjang
Dimana:
n = Indeks keseragaman
d = Diameter isian (mm)
B = Burden (m)
W = Standar deviasi pemboran (m)
S = Spacing (m)
L = Panjang isian (m)
H = Tinggi jenjang (m)
Dalam pengembangan lebih lanjut dimungkinkan penggunaan bahan peledak lain selain
TNT, yang dimasukkan ke dalam persamaan Kuznetsov oleh Cunningham. Sehingga
persamaan akhir untuk menentukan fragmentasi rata-rata ditunjukkan di bawah ini:
𝑉 𝐸
x = 𝐴 ( 0 )0,8 𝑄0,167 ( )−0,63 ……………………… (6.17)
𝑄 115
Dimana:
x = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)
A = Faktor batuan (7 untuk batuan medium 10 untuk batuan
keras, 13 untuk batuan keras yang banyak retakan)
V = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak tiap lubang ledak (kg)
E = Relative strength (ANFO = 100)
7. Metodologi
c. Pengolahan data
Data yang diperoleh dari observasi dan pengamatan di lapangan, data-data tersebut lalu
dikelompokkan berdasarkan data yang dibutuhkan. Data kemudian diolah untuk
mengetahui distribusi ukuran dari material hasil peledakan.
d. Analisis data
Dari data yang diolah kemudian dianalisis geometri peledakan yang digunakan pihak
perusahaan terhadap fragmentasi batuan hasil peledakan, lalu diusulkan geometri
peledakan baru. Dari usulan geometri baru tersebut kemudian diolah kembali data-data
lapangannya untuk dianalsis lebih lanjut.
e. Kesimpulan
Hasil analisis data kemudian ditarik kesimpulannya dan diajukan kepada pihak
perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk langkah perbaikan dalam permasalahan
distribusi fragmentasi hasil peledakan yang dialami.
- Penelitian terdahulu
Studi Literatur
- Jurnal
- Buku
- Observasi lapangan
- Pengambilan data
Pengolahan data
Analisis data
Kesimpulan
Dari rencana penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dari apa yang dihasilkan
pada penelitian ini dapat diterapkan oleh pihak perusahaan untuk memperbaiki geometri
peledakan yang digunakan sebelumnya, agar fragmentasi batuan yang diledakkan
hasilnya akan semakin baik.
Penelitian ini juga dapat menjadi motivasi untuk peneliti lain dalam menganalisa
variabel-variabel lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat fragmentasi batuan hasil
peledakan sehingga dapat dilengkapi pada penelitian selanjutnya.
9. Jadwal Kegiatan
Kegiatan penelitian ini akan dimulai pelaksanaannya pada tanggal 13 April 2015 atau
dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang diberikan pihak perusahaan. Jadwal
kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Penyusunan skripsi
10. Daftar Pustaka
1. Hustrulid, William, 1999, Blasting Principle For Open Pit Mining, A.A. Balkema,
Rotterdam.
3. Lang, L.C., 1987, Gas Expansion, Stress Wave / Flaw, and Refelction in Atlas
Powder Company. Explosive and Rock Blasting, Maple Press.
DATA PRIBADI
RIWAYAT PENDIDIKAN
(2005) Lulus dari SDN 006 Tanjung Redeb
(2008) Lulus dari SMPN 1 Tanjung Redeb
(2011) Lulus dari SMKN 1 Tanjung Redeb
(2011) Mulai menempuh pendidikan tinggi di Universitas Mulawarman, Samarinda
KEMAMPUAN
1. Menguasai program komputer (MS Word, Excel, Power Point).
2. Menguasai software tambang (Surpac 6.4).
PENGALAMAN
1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Saptaindra Sejati, Sambarata Mine Operation