Anda di halaman 1dari 2

Tugas Kelompok ke-4

(Minggu 10 /Sesi 15)

Abaikan Kemanan Siber, Bank & Fintech Sasaran Empuk Peretas

Keamanan siber industri jasa keuangan dan penyedia bisnis fintech (financial technology)
dianggap sebagai target pembobolan utama penjahat dunia maya.

Country Director Fortinet Indonesia Edwin Lim mengatakan setiap lembaga keuangan dan
mitra fintech harus bisa berkolaborasi untuk menangani keamanan siber. Pasalnya, Edwin
mengatakan pada April 2018 kejahatan siber meningkat menjadi 80,8 persen dari sisi
serangan siber, sisanya berupa perang siber, dan peretasan.

Edwin mengungkap ada beberapa bidang keamanan utama yang harus diperhatikan oleh
lembaga keuangan dan perusahaan fintech di era digital ini. Pertama adalah keamanan
aplikasi. Edwin mengatakan fintech sangat bergantung pada aplikasi. Pasalnya transaksi real
time diakses via aplikasi.

Masalahnya keamanan siber dalam aplikasi ini bisa dikatakan kurang diperhatikan. Oleh
karena itu, Edwin menekankan lembaga keuangan dan fintech harus mampu membangun
infrastruktur keamanan yang kuat. Dengan infrastruktur yang kuat, data pengguna bisa
ditambal kerentanannya.

"Aplikasi adalah tempat serangan yang semakin umum dan kode rentan dimanfaatkan masuk
ke jaringan keuangan. Keamanan harus kuat agar melindungi data pengguna. Dimulai dari
firewall aplikasi web untuk mengidentifikasi dan mengurangi ancaman," kata Edwin di
bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (30/5).

Kedua, keamanan penyimpanan awan (cloud). Fintech kerap menggunakan cloud untuk
menyimpan data keuangan yang bersifat rahasia. Menurut Edwin layanan cloud harus disertai
sistem keamanan yang sama dengan jaringan fintech atau bank itu sendiri.

"Selain itu untuk mengamankan data transaksi perusahaan perlu melakukan segmentasi
internal bersama dengan broker keamanan akses cloud untuk meningkatkan visibilitas data
sambil mengintegrasikan standar keamanan," ucapnya.

Ketiga, ia menegaskan keamanan terpadu yang bisa membaca semua ancaman. Edwin
menjelaskan dengan adanya keamanan terpadu ini akan mengurangi biaya dan waktu. Jadi
tidak perlu secara manual membaca ancaman malware dan bisa diterapkan otomatis secara
keseluruhan dalam keamanan jaringan, tidak sendiri sendiri.

ISYS6296- e-Business System-R1


Pasalnya tidak mungkin tim keamanan teknologi informasi mampu mengumpulkan dan
memperbarui identifikasi ancaman dengan waktu yang tepat. Ia menyebut peretas juga telah
menggunakan sistem otomatis sehingga serangan malware lebih efektif.

"Setiap saat keamanan harus memperbarui sistem keamanan untuk menangkal ancaman yang
setiap saat baru agar bisa diidentifikasi. Keamanan terpadu agar bisa diterapkan secara
keseluruhan, tidak manual lagi secara satu per satu tapi secara real-time," ungkapnya.

Keamanan Teknologi Informasi Krusial

Dalam kesempatan yang sama Executive Vice President Center of Digital BCA Wani Sabu
mengatakan di era digital, sangat sedikit orang yang melakukan transaksi perbankan secara
tradisional di kantor cabang bank.

Oleh karena itu, Wani menekankan pentingnya sistem keamanan teknologi informasi di era
digital ini.

"Bill Gate pada tahun 1994 mengatakan kita tidak butuh bank tapi butuh transaksi bank.
Hanya tiga persen orang ke cabang untuk melakukan, 97 persen transaksi digital. Menjelang
lebaran bahkan 2,5 persen saja yang melakukan transaksi ke cabang," kata Wani.

Generasi milenial lebih memilih untuk melakukan transaksi secara daring. Pihak bank juga
diuntungkan oleh transaksi digital daripada transaksi yang harus dilakukan di kantor cabang.

"Satu transaksi kalau di cabang, bank butuh Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu dalam proses
administrasi. Kalau lewat transaksi daring hanya sekitar Rp200," kata Wani. (evn)

Sumber:https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180530192225-185-302344/abaikan-kemanan-
siber-bank-fintech-sasaran-empuk-peretas
Penulis: JNP, CNN Indonesia
Publikasi pada: Rabu, 30/05/2018 19:33 WIB

Pertanyaan:

1. Apa yang terjadi pada keamanan jaringan data pada industri jasa keuangan dan penyedia
bisnis fintech? Apa dampaknya bagi pelaku e-commerce?

2. Belajar dari kasus pada artikel di atas, apa yang dapat dilakukan oleh pelaku e-commerce
untuk meningkatkan keamanan dalam kegiatan bisnis di internet? Berikan saran kepada
pelaku e-commerce, apa alternatif pembayaran di internet yang menurut Anda aman, dan
berikan alasan Anda?

ISYS6296- e-Business System-R1

Anda mungkin juga menyukai