Anda di halaman 1dari 10

MARKETING PLAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Riset Pemasaran yang di ampu oleh :
Abdul Yusuf, S.E., MM.

Disusun oleh :

1. Nur Kholifah Hasan (1810631020003)


2. Agus Supriatna (1810631020007)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
DANA (DOMPET DIGITAL INDONESIA)

Dana merupakan aplikasi fintech yang diluncurkan pada tahun 2018 oleh PT Elang
Sejahtera Mandiri. Dana masih relatif baru dibandingkan dengan dua contoh yang disebutkan di
atas. Namun potensi Dana juga sangat luas dan tidak kalah bersaing dengan aplikasi fintech
populer. Keuntungan pertama aplikasi ini adalah bahwa layanannya merupakan karya dari anak
bangsa, bukan dibuat oleh campur tangan asing. Jadi dibuat di Indonesia, oleh orang Indonesia,
dan untuk orang Indonesia. Layanan Dana juga didukung oleh 2 pusat data untuk memastikan
bahwa transaksi dapat berlanjut tanpa gangguan. Itu dananya juga telah terintegrasi dengan
sistem Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Dukcapil). Dana juga telah mendapat empat
izin dari Bank Indonesia (BI), yaitu soal izin penggunaan e-money, e-wallet, Digital Lembaga
Keuangan (LKD), dan transfer uang online. Dana hanya bekerja sama dengan bank nasional,
termasuk Bank Mandiri, BCA, BRI, CIMB NIAGA, BNI, Bank Panin, Bank Permata, BTN dan Bank
Sinar Mas. Dana memilih konsep open platform untuk terhubung dengan layanan transaksi digital
lainnya dari kolaborasi vendor seperti KFC, TIX.ID, Ramayana, dan BBM. Beberapa dari vendor ini
juga telah terintegrasi dengan IMF sistem. Ini berarti bahwa pengguna dapat mendaftarkan akun
Dana di aplikasi lain yang terhubung ke Dana. Dana juga menyediakan fasilitas pembayaran
melalui kode QR dengan mesin transaksi di outlet yang bekerja sama. Dengan menggunakan
dana, Anda bisa bayar Listrik, Air, Internet, Telepon, Asuransi, BPJS, Cicilan, TV Kabel, Tagihan
Telepon Pascabayar. Oleh membayar tagihan dengan dana, bisa juga mendapatkan voucher 50%
pada pembayaran kedua, maksimal Rp 25 ribu.
1. Analisis Situasi
Revolusi FinTech, didorong oleh gelombang start-up dengan model bisnis dan
pendapatan baru yang inovatif, produk dan layanan baru, mengubah keuangan menjadi
lebih baik secara global (Christi dan Barberis 2016). Perusahaan (Start-Up) dan lapangan
pasar (Market Places) juga santa terkait dengan FinTech. Seiring dengan maraknya
perkembangan economy digital di Indonesia sejak sebelum maupun saat pandemic global
COVID-19 melanda Indonesia dan dunia. Sampai dengan pertengahan tahun 2020 sudah
ada 6 (enam) perusahaan rintisan (StartUps) yang memiliki nilai lebih dari US$1 Miliar
atau disebut dengan Unicorn (Abdillah et al., 2020).
Dalam merumuskan analisis situasi, kami menggunakan Analisis SWOT untuk
mengetahui Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman yang akan Dana hadapi.
1) Strengths (Kekuatan) Dana
 Kemudahan dalam memanfaatkan akses data layanan keuangan dalam ukuran
cukup besar dan kemudahan untuk melakukan transaksi kapan saja dan di mana
saja asalkan terhubung dengan jaringan.
 Kemampuan untuk menjangkau kelompok masyarakat yang tidak terlayani oleh
kantor lembaga keuangan khususnya di daerah 3 (tiga) T (terdepan, terluar dan
terpencil).
 Dapat meningkatkan literasi keuangan bagi pemerintah, masyarakat dapat
menikmati layanan keuangan dengan mudah, murah dan cepat. Sedangkan bagi
investor atau pendiri FinTech dapat menikmati keuntungan dari bisnis yang
dihasilkan. Hal yang paling utama adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat
karena ada kemudahan untuk mengakses sumber keuangan atau permodalan.
 Aplikasi karya Indonesia, tanpa campur tangan asing. “Dibuat di Indonesia, oleh
orang Indonesia, dan untuk orang Indonesia”
 Turut didukung oleh 2 data center yang menjamin transaksi dapat terus berjalan
tanpa gangguan.
 Terintegrasi dengan sistem Kependudukan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian
Dalam Negeri.
 Proses pendaftaran akun memakan waktu singkat hanya beberapa detik.
“Platform kami satu-satunya yang bisa approve dan registrasi real-time, tak usah
tunggu lama”
 Mendapatkan 4 lisensi dari Bank Indonesia. “Kami sudah dapat empat lisensi dari
BI untuk meyakinkan platform kita secure,”
 Konsep open platform agar terhubung dengan transaksi digital lain dari vendor
yang melakukan kerja sama seperti KFC, TIX.ID, Ramayana dan BBM.
 Pembayaran dapat melalui QR code dengan mesin transaksi di outlet yang telah
bekerja sama. Bertransaksi yang dilakukan cepat dan hemat waktu. Dengan
hanya memilih tombol “Pay” dengan logo QR code pada aplikasi dan
menempelkannya pada layar mesin POS. Transaksi terjadi setelah melakukan
verifikasi PIN melalui ponsel pengguna;
 Kerja sama dengan lebih banyak vendor yang menjanjikan.

2) Weakness (Kelemahan) Dana


 Membutuhkan koneksi internet yang mendukung baik dari segi kecepatan
akses maupun server yang stabil dalam mengirimkan file data, karena transaksi
finansial akan berlangsung dengan lancar ketika akses internet tidak mengalami
gangguan;
 Pengetahuan masyarakat akan teknologi finansial yang relatif rendah
memungkinkan mereka tidak dapat maksimal dalam mengakses layanan
keuangan. sehingga jasa teknologi finansial perlu melakukan sosialisasi
penggunaan teknologi finansial tersebut;
 Ketimpangan akses layanan keuangan karena infrastruktur teknologi informasi
yang tidak merata antara daerah perkotaan dengan daerah 3 (tiga) T (terdepan,
terluar dan terpencil), menyebabkan mayarakat kesulitan melakukan transaksi
finansial secara online, sehingga layanan keuangan tidak dapat dirasakan
secara maksimal;
 Timbulnya aksi kejahatan online seperti penyadapan, pembobolan, dan
cybercrime dalam transaksi finansial, membuat masyarakat menjadi ragu untuk
melakukan transaksi online;
 Kurangnya perhatian terhadap manajemen resiko, setiap badan usaha memiliki
resiko bisnis. Hal ini kurang diperhatikan oleh beberapa pendiri finTech.
Padahal dengan mengetahui resiko yang mungkin akan ditimbulkan, maka
perusahaan tahu bagaimana menangani atau meminimalkan resiko yang
muncul tersebut;
 Belum terlalu dipercaya oleh masyarakat. Kita semua tahu kelemahan teknologi
digital khususnya di Indonesia. Banyak sekali hacker yang tidak bertanggung
jawab dan mengambil data untuk kepentingan pribadinya yang membuat
banyak dari masyarakat kurang percaya dengan teknologi digital khususnya
bagi orang yang pernah mengalami hal tersebut.

3) Opportunities (Kesempatan)
Peluang bisnis Financial Technology (FinTech) Khususnya Dana semakin
berkembang karena banyaknya kemudahan yang ditawarkan kepada pelanggan
oleh pelaku bisnis tersebut. FinTech justru akan semakin membantu terciptanya
industri keuangan yang inklusif. Kehadiran FinTech akan membantu masyarakat
yang masih unbankable, yang jumlahnya masih banyak. Sehingga industri ini
memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia. Kehadiran fintech akan
menyebabkan perbankan melakukan digitalisasi dan otomatisasi agar dapat
mempermudah pelayanan yang lebih praktis. Masyarakat juga membutuhkan
layanan perbankan yang lebih modern. Hal ini mendorong perbankan untuk lebih
mengutamakan layanan berbasis teknologi. Oleh karena itu perbankan dapat
berkolaborasi dengan fintech agar mempermudah layanan jasa keuangan.
4) Threats (Ancaman)
 Dengan menjamurnya beberapa FinTech di Indonesia beberapa tahun ini
menjadi ancaman bagi Dana untuk terus berkembang dan berinovasi,
karena pada dasarnya Dana adalah FinTech yang masih terbilang baru di
Indonesia yang harus banyak mengembangkan inovasinya;
 Ancaman kejahatan cyber di Indonesia. Indonesia berada pada
pertumbuhan tercepat koneksi di dunia. Namun sayangnya, Indonesia
menempati peringkat pertama dnegan jumlah cybercrime terbanyak di
dunia dan di peringkat kedua dunia terkait kejahatan hacking. Semakin erat
relasi antara teknologi dan layanan keuangan, di mana kegiatan keuangan
dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, maka potensi ancaman
kejahatan yang lebih sophisticated pun semakin besar. Tidak ada sektor
yang lebih rawan terekpos ancaman ini selain sektor layanan keuangan dan
terutama fintech. Meski cybercrime yang paling banyak terjadi adalah
terkait malware (virus) anamun yang paling mengkhawatirkan adalah
kejahatan yang terkait dengan transaksi keuangan seperti transaksi fiktif,
carding (penggunaan kartu kredit orang lain), penipuan di marketplace,
yang tentunya juga menjuruh ke area-area fintech. Resiko besardari hal ini
adalah hilangnya kepercayan nasabah yang justru merupakan dasar utama
dari pertumbuhan fintech kedepannya (www.kompas.com).
2. Marketing Objectives
1) Dana memberikan value proposition jangka panjang daripada promosi jangka pendek,
itulah sebabnya Dana tidak banyak membakar uang dibandingkan FinTech lainnya.
2) Menggelar promosi untuk menarik pengguna agar terus melakukan transaksi. Seperti
memberikan cashback untuk pengguna yang bertransaksi di KFC, Bakmi GM, HokBen,
dll.
3) Dana terus memperluas pengguna platform dengan membidik transaksi dengan
pengguna BukaLapak, juga mengejar transaksi digital digelaran Jakarta Fair
Kemayoran (JFK) pada tahun 2019.
4) Meningkatkan kualitas hidup manusia untuk lebih mengetahui dan mengenal
teknologi yang canggih namun tidak rumit dan tau akan kehdiran ekosistem finansial
yang lengkap dan handal.
5) Menjadikan pelayanan berbasis aplikasi yang bisa menguntungkan penggunanya.

3. Core Strategy (stratrgi inti)


1) Mengembangkan fitur dan layanan yang lebih berdampak jangka panjang
2) Meluncurkan fitur Card Binding, dimana pengguna dapat menyimpan kartu debit atau
kartu kredit miliknya sehingga tidak perlu repot untuk melakukan pengisian saldo
3) Menyediakan pembayaran digital dengan menginovasi fitur dan layanan untuk
merchant mitra, khususnya dalam rangka memeperluas akseptansi;
4) Berinovasi dengan fitur yang terus memudahkan pengguna dan mengedepankan
sekuritas.
4. Action Plan (langkah aksi)
1) Perusahaannya sudah menyiapkan tiga strategi jangka panjang. Pertama,
memberikan nilai tambah dari sisi keamanan. Kedua, kemudahaan transaksi. Ketiga,
adopsi yang cepat.
2) fokus menggaet platform lain untuk memperluas layanan. Selain itu, DANA
mengusung skema self on boarding bagi UMKM yang ingin bergabung. Mitra hanya
perlu mendaftar secara online dan mencetak sendiri kode QR DANA.
3) Pada strategi ini, DANA bisa menggaet mitra penjual di perdesaan. DANA pun
berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di beberapa daerah di Pulau
Jawa. “Pasar mana pun yang kami target, potensinya masih besar,”

5. Marketing Budget
1) Berawal di akhir tahun 2019, Vincent Iswara mendapat suntikan dana awal sebesar
US$1 juta atau sekitar Rp 12,4 miliar dari IDG Capital untuk bisnis tersebut. Dana
yang cukup besar tersebut dapat membayar biaya operasional dan melakukan
perekrutan karyawan

6. Control
1) Dalam hal peningkatan parameter manajemen risiko, Dana terus meningkatkan
kualitas pembiayaan dengan meningkatkan akurasi data melalui verifikasi data seperti
pada saat mendaftar akun premium;
2) Peningkatan kompetensi karyawan dilakukan melalui pelatihan tentang berbagai
peraturan terkait industri pembiayaan serta peraturan perlindungan konsumen. Dua
peraturan ini sangat penting untuk dijadikan patokan supaya Dana bisa lebih
meningkatkan pelayanan untuk menjaga loyalitas konsumen.
3) Adapun prinsip perlindungan konsumen yang dimaksud adalah transparansi informasi
yang disampaikan ke konsumen secara jelas, perlakuan adil kepada konsumen untuk
mendapatkan akses yang setara pada produk keuangan sesuai klasifikasi yang
ditentukan, pelayanan yang andal dan akurat dimana sistem prosedur dan
infrastruktur serta sumber daya manusia harus mumpuni dan profesional, menjamin
kerahasiaan data pribadi konsumen, dan juga penanganan pengaduan serta
penyelesaian sengketa konsumen secara cepat.
4) Memastikan bahwa strategi yang sudah direncanakan tercapai sesuai target
Reference :

Koesworo, Y., Muljani, N., Ellitan, L (2019). Fintech in the Indusrial Revolution Era 4.0.
International Journal of Research Culture Sociecty, 3, 4.

Hendro, F., Husein, H. (2018). Analisis SWOT Financial Technology pada Dunia Perbankan di Kota
Ambon. Jurnal Manis, 2, 1.Da

Abdillah, L. A. (2019a) „An Overview of Indonesian Fintech Application‟, The 1st International
Conference on Communication, Information Technology and Youth Study (I-CITYS2019),
pp. 8–16.

Abdillah, L. A. (2019b) „Analisis Aplikasi Mobile Transportasi Online Menggunakan User


Experience Questionnaire pada Era Milenial dan Z‟, JSINBIS (Jurnal Sistem Informasi Bisnis),
9(2), pp. 204–211. doi: 10.21456/vol9iss2pp204-211.

Anda mungkin juga menyukai