Anda di halaman 1dari 31

Pedoman Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional

( PIN )
Tahun 2005

I. Pendahuluan

A.Program Imunisasi, Pencapaian dan Masalahnya.

Sidang WHA ke 41 tahun 1988 menetapkan eradikasi polio global pada tahun
2000, yang kemudian diperkuat dengan hasil pertemuan World Summit for
Children pada tahun 1990.Indonesia sebagai salah satu negara anggota WHO
telah menandatangani deklarasi tersebut, hal ini sejalan dengan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun pada kenyataannya
hingga saat ini masih banyak negara yang masih mempunyai kasus polio. Bahkan
baru-baru ini terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Indonesia dimana virus
ternyata berasal dari luar. Diperkirakan dengan mengerahkan semua upaya,
eradikasi polio baru bisa tercapai pada tahun 2008.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut pemerintah Indonesia telah melaksanakan


berbagai upaya Eradikasi Polio yaitu :

1. Meningkatkan cakupan imunisasi rutin merata sampai ketingkat desa (UCI


Desa )
2. Melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) tahun 1995, 1996, 1997 yang
dilanjutkan setiap tahun dengan Sub PIN tahun 2000 dan 2001 serta PIN tahun
2002.Selain itu juga melaksanakan BIAS Polio (pemberian Polio pada anak
sekolah) pada tahun 1999.
3. Melaksanakan Mopping –up tahun 1998 dan tahun 2005.
4. Pengamatan kasus lumpuh layuh mendadak ( Surveilans AFP ).

Cakupan imunisasi rutin secara nasional dalam 3 tahun terakhir mencapai > 90%
namun masih belum merata di semua desa. Hal ini ditunjukkan dengan
pencapaian UCI Desa dalam tiga tahun terakhir belum mencapai 80%.

Cakupan imunisasi rutin yang tinggi dan merata bertujuan memberikan


perlindungan kepada anak karena virus polio masih dapat bersikulasi pada tubuh
anak yang sehat. Kegiatan imunisasi tambahan seperti PIN, Sub PIN, Mop-Up,
BIAS Polio bertujuan untuk memutus rantai penularan polio.

1
B. Kejadian Luar Biasa Polio di Sukabumi

Telah ditemukan satu kasus lumpuh karena virus polio liar pada anak umur 20
bulan di desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
pada tanggal 22 April 2005. Anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi
polio meskipun cakupan imunisasi di desa tersebut > 80% dan cakupan di
Kabupaten Sukabumi tahun 2004 sebesar 95,8%. Virus penyebab adalah virus
import dari Sudan. Kemungkinan masuknya virus import masih memerlukan
penyelidikan melalui jema’ah haji atau tenaga kerja yang pulang dari kawasan
Timur Tengah.

C. Gambaran Program Eradikasi Polio di Indonesia dan Dunia

Sejak bulan Oktober 1995 kasus polio virus polio liar sudah tidak pernah
ditemukan lagi di Indonesia.
Dalam rangka Eradikasi Polio sampai dengan tahun 2004, di antara 10 negara
anggota SEARO hanya India yang masih endemis polio. Sedangkan di regional
lain negara endemis polio adalah Nigeria, Niger, Pakistan, Afganistan dan Mesir.

Pada tahun 1999 terjadi KLB di Cina dengan virus polio import dari India, tahun
2003 terjadi KLB di Chad dengan virus polio import dari Nigeria, tahun 2004
Cameroon, Guinea, Mali, Benin, Mali dan Botswana juga terdapat virus polio liar
import, pada akhir tahun 2004 terjadi KLB polio diantara jemaah haji Sudan dan
Nigeria. Bahkan satu minggu sebelum KLB di Sukabumi terjadi pula KLB polio
di Yaman mencapai lebih dari 100 kasus dan virus tersebut berasal dari Sudan.
Seperti halnya dengan Indonesia, Yaman telah bebas virus polio liar selama 10
tahun.

Ditemukannya KLB polio di Sukabumi dapat menjadi sumber penularan yang


luas di wilayah Indonesia bahkan dapat terjadi penyebaran antar negara.

2
D. Upaya Penanggulangan

Kegiatan ditujukan untuk :

a. Mengetahui luas penyebaran virus melalui investigasi kasus AFP di sekitar


kasus indeks
b.Memutus rantai penularan virus dengan kegiatan Outbreak Response
Immunization (ORI)
c. Melakukan kajian epidemiologi untuk Mop-Up yang lebih luas.

Investigasi kasus menghasilkan 16 kasus tambahan di 4 desa di 3 Kecamatan


yang berdekatan.
Dalam waktu 72 jam ORI (Outbreak Response Immunization) Polio telah dilakukan yaitu
desa Giri Jaya, Cidahu dan Tangkil dikecamatan Cidahu, desa Cisaat di Kecamatan
Cicurug dan desa Cipanengah dan desa Cibodas di Kecamatan Bojong Genteng. Namun
penyebaran virus polio liar terus berlanjut, bahkan ke daerah lain. Sampai dengan tanggal
14 Juli 2005 terdapat 125 kasus polio liar yaitu 22 kasus di Sukabumi, Lebak 56 kasus,
Bogor 18 kasus, Serang 19 kasus, Cianjur 5 kasus, Bekasi 1 kasus, Kabupaten Demak (
Jateng ) 1 kasus dan Kabupaten Tanggamus ( Lampung ) 2 kasus.

Melalui kajian epidemiology maka Mop-up ditetapkan untuk dilaksanakan di provinsi


Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dengan memberikan imunisasi Polio sebanyak 2
kali kepada setiap anak umur dibawah 5 tahun pada tanggal 31 Mei 2005 untuk putaran I
dan 28 Juni 2005 untuk putaran II.

Selain itu, telah dilakukan risk assessment di 6 provinsi yaitu di Jawa Tengah, Jawa
Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Hasil
assessment tersebut menunjukkan bahwa sistem surveilans AFP di provinsi yang
dikunjungi kurang sensitif dalam menemukan VPL import secara cepa, imunisasi tidak
menjangkau seluruh bayi dan jumlah anak yang tidak imun bertambah, kunjungan turis
domestik dan internasional cukup tinggi di Sumatera, Sulawesi dan Jawa.
Risiko penyebaran VPL melalui mobilitas populasi di Jawa, Sumatera dan Sulawesi
sangat tinggi.Berdasarkan hal tersebut maka direkomendasikan untuk melaksanakan PIN
segera mungkin dan secara serentak diseluruh Indonesia.

3
E. Pekan Imunisasi Nasional

Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru
lahir yang bertempat tinggal di Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali
masing-masing 2 tetes dengan selang waktu satu bulan.

Pemberian imunisasi polio secara serentak terhadap semua sasaran akan mempercepat
pemutusan siklus kehidupan virus polio liar.

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:


Pemberian imunisasi 2 kali dengan interval 1 bulan akan memberikan kekebalan rongga
usus selama 100 hari. Dengan pemberian serentak kepada seluruh balita di Indonesia
terjadi penekanan serentak terhadap berkembang biaknya virus polio liar apabila masuk
kedalam usus. Di alam bebas, virus akan bertahan hanya selama 48 jam. Oleh karena itu
pemberian serentak pada seluruh balita merupakan kunci keberhasilan memutuskan rantai
penularan.

Pemberian imunisasi polio pada waktu PIN disamping untuk memutus rantai penularan
seperti penjelasan di atas, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan polio.
PIN pernah dilaksanakan pada bulan September dan Oktober tahun 1995, 1996, dan 1997
dan dilanjutkan setiap tahun dengan subPIN (1998, 1999, 2000, dan 2001) pada propinsi
dan kabupaten berisiko tinggi.

Pada tahun 2002 telah dilaksanakan PIN pada bulan September untuk putaran I dan
Oktober untuk putaran II.

Pada tahun 2005 ini akan dilaksanakan kembali Pekan Imunisasi Nasional pada tanggal
30 Agustus 2005 untuk putaran I dan 27 September 2005 untuk putaran II.

II. Tujuan dan Sasaran

A. Tujuan :

Tujuan Pekan Imunisasi Nasional ( PIN ) 2005 adalah :

a. Memutus mata rantai penularan virus polio liar di seluruh wilayah Indonesia.
b. Meningkatkan kekebalan anak balita di seluruh wilayah Indonesia terhadap virus
polio liar.

4
B. Sasaran
Semua Balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di seluruh wilayah
Indonesia mendapat 2 tetes vaksin polio, secara serentak pada akhir bulan
Agustus dan September 2005.

III. Kebijakan dan Strategi


A.Kebijakan
a. PIN merupakan Gerakan Nasional, dilaksanakan untuk memutus mata
rantai penyebaran virus polio liar di seluruh wilayah Indonesia tahun 2005.

b. PIN merupakan tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah

c. Dalam pelaksanaan PIN pemerintah bekerja sama dengan swasta nasional,


badan-badan internasional seperti WHO dan UNICEF dan lain-lain.

B. Strategi
Dalam pelaksanaan PIN diupayakan adanya :

a. Dukungan politis dari pemerintah pusat dan daerah. Peranan kabupaten/kota


sangat menentukan keberhasilan PIN.
b. Peran aktif sektor terkait termasuk swasta, LSM, masyarakat dalam persiapan,
pelaksanaan , pemantauan dan evaluasi PIN.
c. Pemasaran sosial yang efektif dalam rangka penyebarluasan informasi serta
penggerakan masyarakat.
d. Penggerakan sasaran oleh sektor-sektor terkait,PKK, tokoh masyarakat serta
Lembaga Swadaya Masyarakat.
e. Dukungan sumber daya dan teknologi dalam pelayanan imunisasi.

5
IV. Pelaksanaan Kegiatan

A.Waktu
PIN dilakukan serentak diseluruh Indonesia pada tanggal
30 Agustus 2005 untuk putaran I dan tanggal 27 September 2005 untuk putaran II.

Hal yang sangat penting dalam pelaksanaan PIN adalah fleksibilitas waktu dan
hari pelayanan. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan imunisasi pada semua
anak. Ini berarti setelah kegiatan di Pos pelayanan semua rumah harus dikunjungi
untuk mencari anak yang tidak /belum imunisasi. Imunisasi semua anak termasuk
bayi baru lahir selama PIN adalah suatu hal yang mutlak untuk menghentikan
penularan virus polio liar di Indonesia.

B.Tempat Pelayanan
Pemberian vaksin Polio dilakukan di Pos PIN. Lokasi Pos PIN bisa di Posyandu,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Rumah Sakit dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya termasuk pelayanan kesehatan swasta.

Tempat-tempat umum lainnya yang strategis letaknya dimanfaatkan sebagai Pos


PIN seperti pelabuhan Udara dan Laut, Terminal, Stasiun, Pasar, Taman Kanak-
Kanak, Kelompok bermain, SLB, Panti Asuhan, Tempat Penitipan Anak, YPAC
dan lain-lain.

Setiap Pos PIN melayani rata-rata 100 -150 anak Balita dan jumlah tersebut
tergantung pada kepadatan penduduk dan daerah. Didaerah yang padat setiap Pos
PIN mungkin melayani lebih dari 200 anak. Didaerah yang penduduknya sedikit
mungkin hanya melayani 100 anak dan ditempat tersebut hanya diperlukan 2
petugas di Pos PIN.

Pos PIN yang dipilih harus dapat diterima masyarakat, mudah terjangkau
sehingga orang tua tidak harus jalan jauh untuk datang ke Pos PIN. Gunakan
tanda Pos PIN maupun rambu-rambu yang membantu masyarakat menemukan
Pos PIN. Dalam suatu wilayah ,bangunan atau tempat jangan menempatkan lebih
dari satu Pos PIN.

6
Semua aparat pemerintah begitu pula masyarakat dan LSM berpartisipasi dalam
membuat suasana meriah disekitar Pos PIN. Hal yang sangat penting adalah
mobilisasi sosial yang memadai yang berisi informasi lengkap tentang :
- waktu pelaksanaan di Pos PIN
- lokasi Pos PIN
- keuntungan dan alasan anak mereka harus mendapatkan imunisasi Polio.

Orang tua hendaknya diingatkan untuk datang pada tanggal PIN putaran
pertama dan putaran kedua, serta meneruskannya dengan imunisasi rutin yang
diperlukan.

Masyarakat juga dihimbau untuk melaporkan segera ke fasilitas kesehatan terdekat


bila menemukan kasus lumpuh layuh mendadak

C. PELAYANAN

1. Jenis Pelayanan

PUTARAN WAKTU KEGIATAN UMUR DESA


SASARAN SASARAN
I 30 Agst Imunisasi 0-59 bulan Semua
2005 Polio Desa
II 27 Imunisasi 0-59 bulan Semua
Sept2005 Polio Desa

2. Tenaga Pelaksana

Tenaga yang diperlukan adalah tenaga pelaksana di Pos PIN serta supervisor.
Pelaksana dalam pelayanan imunisasi di Pos PIN meliputi tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan meliputi tenaga puskesmas, RS
pemerintah/swasta, siswa sekolah kesehatan dan mahasiswa kedokteran. Tenaga
non kesehatan meliputi anggota PKK, kader, guru, pramuka, Karang taruna,
Palang Merah Remaja dan lain-lain.

7
Dalam merencanakan jumlah tim adalah total sasaran dibagi 100-150 dan setiap
tim bertanggung jawab terhadap satu Pos PIN
Setiap Pos PIN memerlukan 3-4 petugas, yang terdiri dari dua orang sebagai juru
imunisasi, satu orang mencatat dan 1 orang mengatur antrian.

Supervisor adalah orang yang bertanggung jawab terhadap 3-4 Pos PIN sesuai
dengan kondisi setempat.

Tenaga pelaksana pelayanan imunisasi dan supervisor sebelumnya dilatih


terlebih dahulu tentang cara pemberian imunisasi termasuk pengetahuan
tentang Vaccine Vial Monitor (VVM) serta cara pencatatan dan pelaporan.

3. Kemitraan

Pelaksanaan PIN merupakan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait


dimulai dari perencanaan, pembiayaan, persiapan, pelaksanaan hingga monitoring
dan evaluasi. Kemitraan dapat terlaksana dengan dukungan dari pemerintah, lintas
program, lintas sektor, masyarakat, swasta dan badan internasional. Bentuk dan
pelaksanaan kerjasama didaerah disesuaikan dengan kondisi dan situasi masing-
masing.

V. Penanggung Jawab Kegiatan

A. Tingkat Pusat

Ditingkat pusat penanggung jawab utama pelaksanaan PIN adalah Dirjen


PPM & PL Depkes RI dan penanggung jawab operasional adalah Kepala Subdit
Imunisasi..

B. Tingkat Provinsi
Gubernur bertindak selaku penanggung jawab utama pelaksanaan PIN di provinsi
dan penanggung jawab operasional adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

8
C. Tingkat Kabupaten/Kota

Bupati /Walikota bertindak selaku penanggung jawab utama pelaksanaan PIN di


kabupaten/kota dan penanggung jawab operasionalnya adalah Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Walikota.

D. Tingkat Kecamatan

Camat bertanggung jawab sebagai koordinator pelaksanaan PIN di desa-desa di


kecamatan tersebut bekerjasama dengan Puskesmas dan sebagai penanggung
jawab operasionalnya adalah Kepala Puskesmas.

E. Tingkat Desa /Kelurahan


Lurah/Kepala Desa bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan
PIN ditingkat desa/kelurahan dan sebagai penanggung jawab operasionalnya
adalah Bidan di Desa atau petugas Puskesmas pembina desa.

VI. Tahapan Kegiatan

A. Persiapan

Persiapan dilakukan disemua tingkat administrasi mengacu pada Pedoman


Pelaksanaan PIN dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi setempat.

Kegiatan persiapan PIN meliputi :

1. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan PIN serta Buku Pedoman PIN bagi


Petugas Kesehatan Pedoman PIN bagi Kader oleh tingkat pusat.
2. Diseminasi Informasi dan Pelatihan
3. Pendataan
4. Penggerakan Masyarakat
5. Mobilisasi Dana

9
6. Penyediaan Logistik
7. Penyusunan Jadwal dan Tim
8. Penyusunan Rencana Kerja PIN
9. Pemantauan Persiapan

Kegiatan Persiapan di Daerah

1. Penyusunan Petunjuk Tehnis


2. Sosialisasi :
- Pertemuan Koordinasi Lintas Program (Promkes, Kesga, Yankes, dll) dan
Lintas Sektor (Depag, Ulama, Perhubungan, Diknas, PKK dll)
- Pertemuan Tehnis tingkat Provinsi dan Kabupaten
- Pertemuan Tehnis Imunisasi untuk pemantapan kesiapan kabupaten sekaligus
persiapan pemantauan pelaksanaan PIN
3. Pendataan sasaran
4. Pelatihan petugas dan kader
5. Logistik
- Inventarisasi sarana dan prasarana
- Distribusi vaksin (1 vial untuk 20 dosis), pipet & peralatan Cold Chain
(thermos, cold packs) sesuai jumlah sasaran ditambah vaksin polio rutin untuk
antisipasi kekurangan vaksin dilapangan termasuk adanya tambahan sasaran
dari luar daerah
- Distribusi Pedoman Pelaksanaan materi sosmob berupa spanduk, tanda Pos
PIN dan buku pedoman PIN bagi Petugas Kesehatan Kader.
- Distribusi format laporan di Pos PIN, Desa, Puskesmas/Kecamatan dan
Kabupaten/Kota

6. Kesiapan Biaya

- Menghitung kebutuhan dana dan inventarisasi dana yang ada


- Mengupayakan biaya dari APBD provinsi dan Kabupaten, bantuan luar negeri,
swasta maupun partisipasi masyarakat.
- Distribusi biaya untuk semua kegiatan sesuai alokasi

10
7. Persiapan operasional

- Menyusun POA provinsi & kabupaten/kota sesuai dengan kondisi setempat


mengacu pada Juklak PIN.
- Telepon & Fax khusus untuk pengiriman dan penerimaan laporan dari
kabupaten/kota selama 2 bulan perlu dikomunikasikan pada kabupaten/kota
termasuk petugas penerima laporan.
- Pembentukan Tim untuk melakukan pemantauan pelaksanaan.

8. Membuat Pemetaan tentang :


- wilayah kegiatan per blok/RT/dusun
- wilayah untuk supervisi
- Tim dan wilayah kerjanya, Pos PIN serta wilayah kunjungan rumah.

B. Pelaksanaan PIN

Pelaksanaan PIN meliputi kegiatan :

1. Penggerakan Sasaran
2. Pelayanan imunisasi di
a. Pos PIN
b. Kunjungan rumah ke rumah
c. Tim Mobile
3. Pencatatan dan Pelaporan
4. Supervisi Pelaksanaan
5. Dokumentasi
6. Evaluasi

1. Penggerakan Sasaran
Beberapa pengalaman waktu pelaksanaan PIN maupun Sub PIN sebelumnya
dapat digunakan dalam penggerakan sasaran antara lain melalui pengumuman di
Mesjid, Gereja atau dengan menggunakan surat undangan.

11
Selain itu dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Melibatkan kader dalam kunjungan rumah kerumah sebelum hari H


b. Memberitahukan tentang PIN waktu kegiatan Posyandu rutin
c. Surat himbauan dari Bupati, Camat, Kepala Desa dan ketua PKK untuk hadir
di Pos PIN pada tanggal yang telah ditetapkan.
d. Pengumuman disekolah, TK, Kelompok Bermain dan tempat penitipan anak
(TPA), dll.

2. Pelayanan Imunisasi

a. Di Pos PIN

a.1. Pengelolaan Pos PIN dan Logistik

Setiap Pos PIN harus mempunyai :

- Satu vaccine carrier atau thermos dengan ice pack atau es dalam kantong
plastik
- Vaksin Polio dibungkus dalam plastik dan jumlahnya cukup sesuai target
sasaran yang telah ditetapkan
- Format registrasi dan format pelaporan
- Pensil/pulpen
- Pinset/gunting kecil untuk membuka tutup Vial
- Cat kuku/Spidol permanen/gentian violet 5% untuk memberi tanda pada jari
kelingking tangan kiri anak yang telah diimunisasi
- Poster/tanda pos PIN yang berisikan pesan dan tanggal pelaksanaan kegiatan
PIN Putaran I dan II sebagai tanda petunjuk tempat Pos pelayanan imunisasi
polio.

a.2. Kegiatan Pos PIN dan Pemberian Imunisasi Polio

- Kegiatan Pos imunisasi harus dimulai pada pagi hari

12
- Imunisasi pada anak-anak harus teratur dan bergilir (antri), siapa yang datang
duluan terlebih dahulu dilayani.

- Buka hanya satu vial vaksin dan letakkan diluar thermos atau vaccine carrier

- Ice pack atau kantong es tidak boleh dikeluarkan dari vaccine carrier atau
thermos dan jangan membuka vaccine carrier/thermos terlalu sering karena
akan berakibat suhu didalam vaccine carrier/thermos menjadi panas.

- Satu petugas menerima orang tua dan anaknya, mendaftarkannya pada form
register serta satu petugas memberikan imunisasi pada anak-anak Balita.

Vaksin Polio sangat aman. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul
akibat pemberian imunisasi polio pada anak yang sedang sakit. Namun
jika ada keraguan konsulkan ke dokter puskesmas.

- Setelah imunisasi jangan lupa memberi saran pada orang tuanya untuk
meneruskan imunisasi rutin dan mengingatkan mereka untuk kembali pada
pelayanan putaran kedua.

- Satu petugas lain mencatat anak yang sudah diimunisasi dan petugas lainnya
( ke 3) memberikan tanda pada jari kelingking kiri anak.

- Satu anggota bertugas mengatur alur antrian agar tidak berdesakan.

- Lokasi Pos imunisasi hendaknya ditempat yang teduh sehingga vaksin dalam
vial yang berada diluar dan vaksin carrier tidak terkena sinar matahari .

- Pada waktu siang hari ketika jumlah kunjungan mulai menurun, kader
melakukan kunjungan rumah dan menggerakkan sasaran untuk datang ke Pos
PIN sementara itu petugas lainnya tetap di Pos imunisasi untuk memberikan
imunisasi.

Umumnya sering terjadi anak-anak tidak dibawa ke Pos PIN


untuk imunisasi polio karena alasan yang sederhana yaitu
orang tuanya tidak tahu dimana dan kapan pelaksanaan
imunisasi.

13
b. Kegiatan imunisasi rumah ke rumah

Kunjungan rumah kerumah untuk mencari anak-anak yang tidak datang ke pos PIN
merupakan suatu hal yang baru bagi pelaksanaan kegiatan kampanye imunisasi di
Indonesia. Namun ini harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun
anak yang terlewat. Sambil mengadakan kunjungan rumah, petugas perlu
menanyakan apabila mengetahui adanya anak yang saat ini menderita kelumpuhan.

Jika semua anak telah diimunisasi polio, kita yakin bahwa penularan virus polio
liar dapat dihentikan. Kegiatan ini diutamakan didaerah risiko tinggi.

Definisi Kunjungan Rumah kerumah bukan hanya di rumah-rumah tapi


juga di tempat tinggal lainnya seperti tempat persinggahan. Difokuskan
pada daerah yang beresiko seperti di bawah kolong jembatan, daerah
kumuh, anak jalanan dll.

Langkah-langkah implementasi strategi kunjungan rumah


kerumah .

ƒ Identifikasi rumah-rumah atau daerah risiko tinggi


ƒ Petakan kecamatan, desa dan RT didaerah risiko tinggi.
ƒ Petakan tempat-tempat transit dan tempat lain yang berisiko tinggi secara
detail sehingga mudah menemukan tempat balita yang berisiko tinggi
yang akan dikunjungi.
ƒ Buat tabel rencana kerja tim
ƒ Komunikasikan rencana kerja pada tingkat yang lebih bawah

b.2. Langkah-langkah melakukan kunjungan rumah kerumah dan tim


mobile pada populasi risiko tinggi

b.2.a . Identifikasi daerah risiko tinggi di setiap kecamatan dan fasilitas


kesehatan .

Supervisor harus dapat mempertimbangkan kriteria berikut untuk membantu


mereka menentukan desa risiko tinggi polio di wilayah kecamatannya.

14
Daerah Risiko Tinggi

• Daerah yang saat ini ada kasus virus polio liar


• Tinggal di daerah padat penduduk
• Cakupan Imunisasi rutin rendah (OPV3<80% )
• Sanitasi lingkungan buruk
• Daerah sulit , kumuh, rumah persinggahan,bangunan baru, daerah
konstruksi bangunan
• Pembatas jalan
• Rel Kereta Api dan tepi sungai
• Daerah sekitar Pabrik dimana ada keluarga yang tinggal
• Daerah transit ( pasar, stasiun kereta, stasiun bus,Pelabuhan Ferry,
dibawah kolong Jembatan /Fly over atau dekat sungai
ƒ Daerah sulit untuk jangkauan imunisasi karena jarak, waktu, gunung dan
menyeberang sungai/laut

b.2.b. Lengkapi peta kecamatan di daerah risiko tinggi ( contoh peta 1 )

ƒ Tunjukkan semua daerah transit dan daerah risiko tinggi lainnya dimana
anak-anak mungkin terlihat disekitar daerah tersebut ( stasiun kereta api,
jembatan, pabrik, tempat persinggahan, pasar dan lain-lain ).

15
Contoh Peta wilayah kerja supervisor

Gambar :
Batas wilayah
Tempmat-tempat umu
Jalan Utama
SDl Arah mata angin

SMA

Daerah Kumuh
Pustu Mesjid

Bengkel

Pasar

b.2.c. Setiap fasilitas kesehatan harus membuat peta lengkap tentang


wilayah yang akan digarap oleh Tim selama kegiatan kunjungan
rumah kerumah

ƒ Lihat contoh peta 2 yang dibuat di tingkat pelayanan kesehatan


( puskesnmas )

ƒ Peta tersebut dapat menggambarkan dengan cepat wilayah anak yang


belum imunisasi meskipun kader tidak punya peta dan table rencana kerja
.
ƒ Peta akan membantu untuk memberikan tanda X dan kunjungan ulang ke
rumah yang bertanda X.

ƒ Peta di tempat pelayanan hendaknya meliputi :

Jalan dan landmark antara tiap desa atau wilayah :

- lokasi pos

- Rumah-rumah dan desa diluar jalan utama

- Landmark seperti.sungai, jembatan, Puskesmas, sekolah, pasar,


stasiun kereta atau bus, pelabuhan ferry, rumah persinggahan, pos

16
polisi, tempat dimana anak jalanan bekerja

- Jalan dan rel

- daerah batas kerja masing-masing tim harus jelas , dimana batas


jalan yang akan mereka tangani digambarkan dalam bentuk garis
untuk memisahkan wilayah kerja tim

G u n a k a n P e ta D a e ra h
W ila y a h K e r j a n y a

R T 1 , 3 ,4

R T 2 , 5 ,7

c. Beban Kerja

c.1. Beban Kerja Tim

Buat tabel mikro plan dari masing-masing tim untuk menggambarkan beban
kerjanya

Sebagai contoh lihat tabel1. Pada table tersebut dapat menunjukkan dimana
dan kapan melakukan kunjungan rumah .

Gunakan Peta, setiap tim harus jelas dari mana mulai dan selesainya kegiatan

ƒ .Wilayah dan beban kerja serta waktu kunjungan ulang kerumah anak
yang belum diimunisasi disesuaikan dengan kondisi dan geografis
setempat.
ƒ Di daerah perkotaan 1 tim mengunjungi 110-125 rumah.
ƒ Di daerah pedesaan 1 tim mengunjungi 80100 rumah disesuaikan dengan
situasi setempat serta waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan.
ƒ Jumlah rumah yang akan dikunjungi harus tertulis dalam mikro plan.

17
Rencana Kerja TIM Kunjungan Rumah Ke Rumah Mop-Up 2005
Tanggal Kegiatan :

No Nama RT Petugas Jumlah Rumah Keterangan


TIM Desa

c.2. Komposisi Tim

ƒ Paling sedikit tim terdiri dari 2 orang dan kunjungan rumah kerumah
didaerah risiko tinggi dilakukan pada hari ke 2 untuk memberikan
imunisasi pada anak yang belum diimunisasi. Mereka harus
menggunakan peta untuk meyakinkan bahwa tidak ada satu rumahpun
yang tertinggal di wilayah risiko tinggi.
ƒ Mereka harus melakukan kunjungan rumah yang ada di peta dan mencari
anak yang belum imunisasi baik yang terdaftar di pos maupun yang
belum termasuk tamu yang sedang berkunjung kerumah saat itu. Anak-
anak tersebut harus diimunisasi dan beri tanda pada jari kelingking
mereka.

ƒ Paling tidak salah satu anggota tim adalajh wanita

18
ƒ Tim ditambah dengan tenaga sukarela atau kader dari masyarakat
setempat untuk menunjukkan lokasi rumah.Bisa juga tokoh masyarakat
setempat untuk antisipasi penolakan dari masyarakat

ƒ Ketika merencanakan kegiatan di desa pastikan :

- setiap rumah disetiap dusun sudah dikunjungi


- pabrik , sekolah perawat, tempat pendatang termasuk dalam
perencanaan untuk daerah perkotaan.

c.3 Logistik yang diperlukan pada tiap Tim ( kunjungan rumah kerumah
dan tim mobile )

ƒ Logistik diambil setiap harinya di Puskesmas


ƒ Tim membawa foto copy peta2 dan table mikro plan dengan nama
supervisor.
ƒ Termos atau vaccine carrier yang berisi vaccine, ice packs atau
kantong es
ƒ Vaksin polio harus dibungkus dengan plastik klip.
ƒ Gentian violet 5% atau cat kuku
ƒ Kapur tulis warna putih untuk tanda rumah
ƒ Format baru untuk mencatat anak yang telah diberikan imunisasi dan
belum tercatat di register di pos.

c.4 Kegiatan Tim

Bagaimana Tim melakukan kunjungan rumah ke rumah didaerah


risiko tinggi.

Setiap tim harus mencari dan imunisasi anak yang belum mendapatkan imunisasi
selama kunjungan rumah kerumah. Tim harus masuk kerumah untuk mengecek
tidak hanya dari luar atau menanyakan dijalanan.

- Selama kegiatan rumah kerumah gunakan peta untuk mengunjungi semua


rumah secara sistematis. Tidak ada satupun rumah yang tidak dikunjungi.

- Tim vaksinasi harus mengunjungi semua rumah untuk memberikan imunisasi


pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi pada hari pertama dan jangan
tinggal disuatu tempat dan memanggil anak-anak untuk datang diimunisasi.

19
- Kunjungan rumah kerumah atau kunjungan ulang dirumah anak yang belum
dapat imunisasi dilakukan pada waktu anak biasanya berada dirumah.

- Sebelum kegiatan dimulai Tim imunisasi menerima vaksin dan logistik dan
tim harus memeriksa kondisi VVM apakah vaksin dalam kondisi baik

- Waktu kunjungan rumah , ketok pintu sebelum masuk dan perkenalkan diri
serta dengan sopan menjelaskan maksud kunjungan.

- Juru imunisasi menanyakan jumlah anak balita yang tinggal dirumah tersebut
dan berapa anak yang telah menerima vaksin polio pada hari pertama.

- Tim juga memeriksa tanda cat kuku pada jari kelingking anak tersebut.

Upayakan menemukan dan mengimunisasi anak yang tidak


datang ke Pos Imunisasi karena :

• pergi ke sekolah atau keluar

• bermain diluar rumah

• mengunjungi teman, keluarga atau ke pasar

• mengikuti orang tuanya bekerja

• bayi baru lahir dan tidur didalam kamar dan belum menerima imunisasi
polio

• Tanyakan pada semua rumah apakah mereka tahu saat ini ada anak yang
lumpuh.Jika ada maka dicatat nama dan alamat serta laporkan informasi ini
kepada supervisor

• Satu anggota tim harus memberikan imunisasi pada anak dan berikan tanda
pada setiap anak yang telah diimunisasi.

• Juru imunisasi harus memberikan nasehat agar meneruskan imunisasi


rutin dan informasikan tanggal pelaksanaan PIN selanjutnya

• Petugas kedua mencatat anak yang telah diimunisasi tersebut dan


memberikan tanda (dengan kapur atau stiker ) pada rumah dengan huruf V
jika telah imunisasi dan X jika belum.

20
Pertanyaan pokok yang harus ditanyakan pada setiap rumah

ƒ Berapa jumlah anak usia 0-5 tahun yang tinggal dirumah ini ?

ƒ Berapa orang diantara mereka yang telah menerima vaksin polio di


Pos ?

ƒ Adakah bayi baru lahir atau bayi tidur didalam rumah telah menerima
Vaksin OPV?

ƒ Punyakah anak usia balita namun saat ini sedang keluar pergi
kesekolah, lapangan atau pasar ?

ƒ Punyakah anak usia balita saat ini pergi keluar mengunjungi te


mannya, keluarga atau bermain diluar rumah ?

ƒ Adakah keluarga atau teman yang berkunjung kerumah dengan


anaknya usia balita? Tanyakan apakah mereka telah menerima vaksin
Polio ?

ƒ Apakah ada anak yang lumpuh dirumah saat ini ?

2.i. Menandai rumah

Beri tanda V pada rumah jika


ƒ Semua balita yang tinggal di rumah tersebut telah menerima
imunisasi polio
ƒ Termasuk balita yang sedang bertamu pada saat kunjungan rumah
berlangsung.
ƒ Tidak ada balita dirumah tersebut.

Tanda rumah termasuk no tim dan tanggal kunjungan

21
/ Team 5/ 28 Juni’05

Tandai X pada rumah jika


ƒ Ada balita tidak menerima imunisasi Polio.Contoh:
ƒ Anak tidak berada dirumah karena :
# pergi kesekolah atau pasar atau keluar bermain
# kerumah teman atau keluarga
# rumah yang terkunci

/ Team V / 28 Juni’05

2.j. Memberi tanda pada Anak-anak

Anak yang telah diimunisasi harus diberi tanda dengan cat kuku pada jari
kelingking kirinya.

22
Cara Memberi Tanda Pada Jari

•Beri tanda pada


jari kelingking

•Tanda tersebut
Memenuhi kuku jari
Dan kulit disekitar
Kuku

• Biarkan cat kuku


kering terlebih
dahulu

25

k. Anak-anak yang harus diberikan imunisasi oleh tim mobile


atau transit.

Banyak anak yang belum terimunisasi pada saat kegiatan kunjungan rumah
kerumah harus diimunisasi oleh tim mobile ( tim yang berpindah-pindah ) atau
tim transit.

Tim mobile harus disiapkan untuk daerah :

ƒ Terpencil, penduduk yang jarang dan yang sulit dijangkau seperti suku

ƒ terasing orang-oarng perahu, keluarga yang terisolasi tinggal sepanjang


sungai/kali untuk bertani serta sungai di pulau-pulau.

ƒ Penduduk yang selalu berpindah-pindah dan tidak punya tempat tinggal


tetap.

ƒ Anak-anak yang ikut orang tuanya selama bekerja ( di lapangan, pasar,


jualan dijalanan, konstruksi bangunan, pabrik dll ).

ƒ Perjalanan didalam mobil, kereta, bus, kapal dan ferry pada saat
kampanye imunisasi berlangsung.

23
ƒ Anak yang tinggal diantara dua bangunan (the “no man’s land”).

ƒ Anak-anak yang tinggal ditempat illegal seperti tempat-tempat pemulung


atau persinggahan sementara.

l. Bagaimana melakukan strategi untuk tim transit dan daerah sulit


untuk menjangkau anak-anak.

ƒ Tim harus aktif mencari anak yang belum diimunisasi tidak hanya
menunggu di pos.

ƒ Tim harus berkeliling di sekitar kecamatan termasuk pasar, jalan,


jembatan, jalan sepanjang sungai dan rel kereta, tempat tinggal
pemulung, rumah persinggahan, pabrik, antara bangunan untuk mencari
anak yang belum diimunisasi serta memberikan vaksin polio pada hari ke
dua.

ƒ Vaksinator harus mengecek tanda pada jari setiap anak yang oleh orang
tuanya diakui telah diimunisasi. Jangan berdebat dengan orang tua yang
tidak bersedia atau enggan anaknya diimunisasi tapi cobalah dengan
sabar meyakinkan mereka.

ƒ Jika ada anak sendirian cobalah ke tempat pengasuh anak untuk minta
izin sebelum memberikan imunisasi kepada anak tersebut.
Jangan.imunisasi anak yang berada di tempat ramai tanpa ada
pengawasan!

ƒ dan rumah ke rumah.Anak-anak yang telah diimunisasi harus diberi tanda


sama dengan di pos

ƒ Tim harus melengkapi register setelah melakukan imunisasi

Acuan untuk Petugas dan Kader

g. Informasi tentang cold chain

ƒ Ikuti kebijakan tentang cold chain yang ada.

ƒ Ingat vaksin polio sangat mudah rusak karena panas

24
ƒ Vial vaksin polio disimpan dalam plastik clip untuk menghindari label
vaksin menjadi basah dan terlepas.

ƒ Vaksin harus disimpan didalam termos yang berisi ice pack atau kantong
es sepanjang waktu pelayanan.

ƒ Keluarkan hanya satu vial saat pelayanan hingga habis vaksinnya baru
keluarkan yang baru dari termos.

ƒ Hindari termos atau vaccine carrier dari sinar matahari dan jaga agar
selalu tertutup.

ƒ Cek VVM disetiap vial pada saat mulai pelayanan, setiap jam sampai
semua vaksin kosong atau kembali ke puskesmas.

ƒ Gunakan hanya vaksin dengan kondisi A atau B.

Contoh kondisi VVM :

Kondisi VVM

Kondisi A Boleh digunakan

Kondisi B Boleh digunakan

Kondisi C tidak boleh digunakan

Kondisi D tidak boleh digunakan

17

25
C. Kegiatan Tim Di Tempat Persinggahan ( Tim Transit)

1. Apa itu Tim transit

Tim yang dibuat khusus untuk melayani anak-anak yang berkumpul ditempat
umum seperti stasiun kereta api, stasiun bis, pelabuhan laut maupun udara dll.
Kegiatan tim ini bisa di tempat yang tetap dan berpindah-pindah atau hanya
sebagai Tim singgah.

2. Penempatan Tim Transit

a. Tim harus ditempatkan pada semua pintu masuk dan keluar orang banyak

b. Ditambah dengan tim yang dapat berpindah ke tempat yang padat atau
lorong dimana orang banyak melintas

c. Tim transit juga harus ditempatkan di stasiun bis atau stasiun kereta api di
sekitar tempat orang-orang yang berkumpul.

3. Setiap imunisasi yang ditugaskan ditempat-tempat transit harus


dapat bekerja sendiri untuk mengimunisasi anak-anak sekaligus memberi
tanda di jari mereka.

4. Jumlah juru imunisiasi di tempat transit berdasarkan arus orang di tempat


tersebut :

• Paling sedikit 2-4 orang juru imunisasi ditempatkan pada pintu masuk dan
keluar

• Juru imunisasi yang tugasnya pindah-pindah dapat bekerja sebagai tim tetapi
harus bisa mandiri. Tim harus punya kemampuan untuk mengikuti perubahan
situasi.

• Kegiatan tim transit sama dengan tim yang berpindah-pindah dimana Juru
imunisasi bergerak disekitar tempat masuknya bis atau kereta api untuk
memberikan imunisasi pada anak-anak.

• Penempatan tim dibagi dalam 4 shift dan jika mungkin sekitar jam –jam
kedatangan dan keberangkatan tertentu yang telah terpola.

Dianjurkan team ini harus berada di tempat selama masa kegiatan PIN ( satu
minggu ).

26
Pemilihan Anggota Tim Transit

Anak muda, laki-laki usia antara 20-40 tahun dapat dipilih sebagai juru imunisasi
Mereka harus proaktif mencari anak seperti mengambil anak yang masuk dan
keluar dari bis kereta dan memindahkan anak diantara kerumunan .

Logistik untuk Tim Transit

1. Setiap juru imunisasi yang ditempatkan dalam Tim Transit harus mandiri dan
membawa vaksin, cat kuku dan format. Juru Imunisasi juga dapat membawa
spanduk sambil menyerukan dan meyakinkan orang tua yang keberatan
anaknya diimunisasi.

2. Juru Imunisasi juga harus diberikan tanda pengenal sehingga orang tua mudah
mengenal mereka.

3. Spanduk yang menyampaikan pesan tentang pemberian imunisasi polio dapat


di peroleh ditempat transit.

Kegiatan Juru Imunisasi di Tempat Transit

1. Setiap juru imunisasi di tempat orang banyak harus aktif mencari sasaran
balita. Juru imunisasi dianjurkan bergerak ketempat yang ramai dan tim transit
dapat menyetop bis atau alat transport lainnya.

2. Juru imunisasi harus dapat pindah ke tempat ramai dan jangan tinggal di satu
tempat saja.Juru imunisasi tidak boleh diam duduk di satu tempat dan hanya
menunggu sasaran yang datang ketempat mereka.

3. Juru imunisasi harus aktif melakukan pendekatan kepada orang tua atau
pengasuh anak-anak yang belum diimunisasi.

4. Juru imunisasi harus mengecek tanda pada jari setiap anak yang oleh orang
tuanya diakui telah diimunisasi. Jangan berdebat dengan orang tua yang tidak
bersedia atau enggan anaknya diimunisasi tapi cobalah dengan sabar yakinkan
mereka diberikan imunisasi akan memberikan perlindungan terhadap penyakit
polio.

5. Jika ada anak sendirian cobalah ke tempat pengasuh anak untuk minta izin
sebelum memberikan imunisasi kepada anak tersebut. Jangan.imunisasi anak
yang berada di tempat ramai tanpa ada pengawasan!

27
3. Pencatatan dan Pelaporan

Hasil kegiatan imunisasi dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan format


pelaporan ke kabupaten setiap harinya melalui kurir atau fax. Pelaporan hasil
kegiatan sementara berjenjang dari kabupaten ke provinsi dan dari provinsi ke
Pusat setiap hari melalui fax.

Contoh format register, format pelaporan terlampir.

4.Supervisi

Supervisi dengan kualitas yang baik sangat penting dalam mensukseskan mop-
Up. Supervisi yang baik akan diperoleh jika :
supervisor yang dipilih menguasai bidangnya dan jumlahnya cukup, mengikuti
pelatihan dengan baik, peranan jelas dan mampu membuat perencanaan yang jelas
untuk supervisi.

Supervisi pada hari pelaksanaan dilakukan oleh supervisor yang dapat terdiri dari
orang kabupaten atau provinsi. Supervisor bertugas memantau proses kegiatan
dilapangan, persediaan logistik, kondisi vaksin dengan mengecek Vaccine Vial
Monitor (VVM). Supervisor harus berkeliling dan membawa logistik untuk
keperluan Tim jika diperlukan dan memenuhi semua keperluan Tim seperti
kekurangan vaksin dan lain-lain. Selain itu juga dapat memberikan imunisasi pada
anak yang didapatkan dalam pemantauannya belum diimunisasi.Supervisi
dilakukan dengan menggunakan checklist supervisi.

Setiap hari setelah selesai kegiatan dilakukan rapat untuk memberikan umpan
balik hasil kegiatan dan persiapan untuk keesokan harinya.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan kegiatan PIN untuk


memberkan gambaran hasil kegiatan apakah yang telah dilakukan sesuai dengan
Pedoman Pelaksanaan dan lain sebagainya. Dokumentasi dapat berupa gambar
dan atau video, buku laporan hasil kegiatan PIN setelah seluruh kegiatan selesai.
Pemotretan proses kegiatan dilapangan dapat dilakukan oleh supervisor.

28
6. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan pemantauan dilakukan di semua tingkat administrasi. Hal-hal yang perlu


dipantau meliputi seluruh kegiatan persiapan dan pelaksanaan PIN. Di tingkat
pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota, Kecamatan / Pos PIN. Kegiatan ini
dikoordinir oleh bidang monev ( monitoring dan evaluasi ).Hasil pemantauan
diinformasikan kepada bidang lainnya untuk dibahas dan ditindak lanjuti.

Kegiatan pemantauan dalam bentuk supervisi dilakukan dengan alat bantu


checklist.

Evaluasi dilakukan untuk dapat menilai apakah kegiatan berhasil dengan baik,
mengetahui masalah dan tindak lanjut yang diperlukan serta dapat memberikan
masukan atau umpan balik kepada daerah secara berjenjang. Pertemuan evaluasi
sebaiknya dilakukan 2 kali yaitu setelah PIN putaran I dan setelah putaran ke II.
Hasil evaluasi diinformasikan kepada panitia PIN dan pimpinan wilayah disemua
tingkat administrasi untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan PIN berikutnya.

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi PIN

No.Kegiatan Pusat Prop Kab/Kota Kec/Pusk Desa/Kel Ket

1. Pemantauan Persiapan PIN v v v v

2. Pemantauan Pelaksanaan PIN v v v v v

3.Pengumpulan dan analisa v v v v v

29
1. Pemantauan Persiapan PIN

a. Hal –hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

ƒ Mendapatkan informasi tentang upaya khusus di daerah sulit.

ƒ Memastikan apakah kebutuhan transportasi untuk kegiatan supervisor, pergerakan


masyarakat, kebutuhan vaksin terpenuhi dan cara pengiriman hasil cakupan

ƒ Bersama dengan panitia PIN setempat mengidentifikasikan masalah dan pemecahannya

ƒ Mengatur strategi pelayanan

ƒ Melakukan intensifikasi/mengganti metode penggerakan masyarakat bila perlu.

ƒ Koordinasi dengan lintas sektor terkait.

b. Hal-hal yang perlu dibahas dalam pemantauan putaran I adalah :

ƒ Kecukupan vaksin
ƒ Kondisi cold chain
ƒ Penggerakan sasaran
ƒ Kemungkinan terjadinya KIPI
ƒ Kemungkinan cakupan yang belum tercapai
ƒ Pencatatan dan pelaporan

c. Pendanaan

ƒ Penyelesaian pertanggung jawaban keuangan putaran I


ƒ Alokasi dana untuk kegiatan putaran II

d. Pemantauan lapangan pada hari pelaksanaan PIN

Pemantauan pelaksanaan PIN di tingkat pusat dilakukan oleh eselon I /II dan staf teknis ke
seluruh provinsi .

Selain itu juga dilakukan external evaluation dari tim WHO

Di tingkat provinsi pemantauan dilakukan dengan melakukan kunjungan kebeberapa Pos


PIN di seluruh Kabupaten/Kota terutama di daerah risiko tinggi.

30
31

Anda mungkin juga menyukai