200508100944-Pedoman Pin PDF
200508100944-Pedoman Pin PDF
( PIN )
Tahun 2005
I. Pendahuluan
Sidang WHA ke 41 tahun 1988 menetapkan eradikasi polio global pada tahun
2000, yang kemudian diperkuat dengan hasil pertemuan World Summit for
Children pada tahun 1990.Indonesia sebagai salah satu negara anggota WHO
telah menandatangani deklarasi tersebut, hal ini sejalan dengan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun pada kenyataannya
hingga saat ini masih banyak negara yang masih mempunyai kasus polio. Bahkan
baru-baru ini terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Indonesia dimana virus
ternyata berasal dari luar. Diperkirakan dengan mengerahkan semua upaya,
eradikasi polio baru bisa tercapai pada tahun 2008.
Cakupan imunisasi rutin secara nasional dalam 3 tahun terakhir mencapai > 90%
namun masih belum merata di semua desa. Hal ini ditunjukkan dengan
pencapaian UCI Desa dalam tiga tahun terakhir belum mencapai 80%.
1
B. Kejadian Luar Biasa Polio di Sukabumi
Telah ditemukan satu kasus lumpuh karena virus polio liar pada anak umur 20
bulan di desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
pada tanggal 22 April 2005. Anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi
polio meskipun cakupan imunisasi di desa tersebut > 80% dan cakupan di
Kabupaten Sukabumi tahun 2004 sebesar 95,8%. Virus penyebab adalah virus
import dari Sudan. Kemungkinan masuknya virus import masih memerlukan
penyelidikan melalui jema’ah haji atau tenaga kerja yang pulang dari kawasan
Timur Tengah.
Sejak bulan Oktober 1995 kasus polio virus polio liar sudah tidak pernah
ditemukan lagi di Indonesia.
Dalam rangka Eradikasi Polio sampai dengan tahun 2004, di antara 10 negara
anggota SEARO hanya India yang masih endemis polio. Sedangkan di regional
lain negara endemis polio adalah Nigeria, Niger, Pakistan, Afganistan dan Mesir.
Pada tahun 1999 terjadi KLB di Cina dengan virus polio import dari India, tahun
2003 terjadi KLB di Chad dengan virus polio import dari Nigeria, tahun 2004
Cameroon, Guinea, Mali, Benin, Mali dan Botswana juga terdapat virus polio liar
import, pada akhir tahun 2004 terjadi KLB polio diantara jemaah haji Sudan dan
Nigeria. Bahkan satu minggu sebelum KLB di Sukabumi terjadi pula KLB polio
di Yaman mencapai lebih dari 100 kasus dan virus tersebut berasal dari Sudan.
Seperti halnya dengan Indonesia, Yaman telah bebas virus polio liar selama 10
tahun.
2
D. Upaya Penanggulangan
Selain itu, telah dilakukan risk assessment di 6 provinsi yaitu di Jawa Tengah, Jawa
Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Hasil
assessment tersebut menunjukkan bahwa sistem surveilans AFP di provinsi yang
dikunjungi kurang sensitif dalam menemukan VPL import secara cepa, imunisasi tidak
menjangkau seluruh bayi dan jumlah anak yang tidak imun bertambah, kunjungan turis
domestik dan internasional cukup tinggi di Sumatera, Sulawesi dan Jawa.
Risiko penyebaran VPL melalui mobilitas populasi di Jawa, Sumatera dan Sulawesi
sangat tinggi.Berdasarkan hal tersebut maka direkomendasikan untuk melaksanakan PIN
segera mungkin dan secara serentak diseluruh Indonesia.
3
E. Pekan Imunisasi Nasional
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan dimana setiap balita termasuk bayi baru
lahir yang bertempat tinggal di Indonesia diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali
masing-masing 2 tetes dengan selang waktu satu bulan.
Pemberian imunisasi polio secara serentak terhadap semua sasaran akan mempercepat
pemutusan siklus kehidupan virus polio liar.
Pemberian imunisasi polio pada waktu PIN disamping untuk memutus rantai penularan
seperti penjelasan di atas, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan polio.
PIN pernah dilaksanakan pada bulan September dan Oktober tahun 1995, 1996, dan 1997
dan dilanjutkan setiap tahun dengan subPIN (1998, 1999, 2000, dan 2001) pada propinsi
dan kabupaten berisiko tinggi.
Pada tahun 2002 telah dilaksanakan PIN pada bulan September untuk putaran I dan
Oktober untuk putaran II.
Pada tahun 2005 ini akan dilaksanakan kembali Pekan Imunisasi Nasional pada tanggal
30 Agustus 2005 untuk putaran I dan 27 September 2005 untuk putaran II.
A. Tujuan :
a. Memutus mata rantai penularan virus polio liar di seluruh wilayah Indonesia.
b. Meningkatkan kekebalan anak balita di seluruh wilayah Indonesia terhadap virus
polio liar.
4
B. Sasaran
Semua Balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di seluruh wilayah
Indonesia mendapat 2 tetes vaksin polio, secara serentak pada akhir bulan
Agustus dan September 2005.
B. Strategi
Dalam pelaksanaan PIN diupayakan adanya :
5
IV. Pelaksanaan Kegiatan
A.Waktu
PIN dilakukan serentak diseluruh Indonesia pada tanggal
30 Agustus 2005 untuk putaran I dan tanggal 27 September 2005 untuk putaran II.
Hal yang sangat penting dalam pelaksanaan PIN adalah fleksibilitas waktu dan
hari pelayanan. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan imunisasi pada semua
anak. Ini berarti setelah kegiatan di Pos pelayanan semua rumah harus dikunjungi
untuk mencari anak yang tidak /belum imunisasi. Imunisasi semua anak termasuk
bayi baru lahir selama PIN adalah suatu hal yang mutlak untuk menghentikan
penularan virus polio liar di Indonesia.
B.Tempat Pelayanan
Pemberian vaksin Polio dilakukan di Pos PIN. Lokasi Pos PIN bisa di Posyandu,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Rumah Sakit dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya termasuk pelayanan kesehatan swasta.
Setiap Pos PIN melayani rata-rata 100 -150 anak Balita dan jumlah tersebut
tergantung pada kepadatan penduduk dan daerah. Didaerah yang padat setiap Pos
PIN mungkin melayani lebih dari 200 anak. Didaerah yang penduduknya sedikit
mungkin hanya melayani 100 anak dan ditempat tersebut hanya diperlukan 2
petugas di Pos PIN.
Pos PIN yang dipilih harus dapat diterima masyarakat, mudah terjangkau
sehingga orang tua tidak harus jalan jauh untuk datang ke Pos PIN. Gunakan
tanda Pos PIN maupun rambu-rambu yang membantu masyarakat menemukan
Pos PIN. Dalam suatu wilayah ,bangunan atau tempat jangan menempatkan lebih
dari satu Pos PIN.
6
Semua aparat pemerintah begitu pula masyarakat dan LSM berpartisipasi dalam
membuat suasana meriah disekitar Pos PIN. Hal yang sangat penting adalah
mobilisasi sosial yang memadai yang berisi informasi lengkap tentang :
- waktu pelaksanaan di Pos PIN
- lokasi Pos PIN
- keuntungan dan alasan anak mereka harus mendapatkan imunisasi Polio.
Orang tua hendaknya diingatkan untuk datang pada tanggal PIN putaran
pertama dan putaran kedua, serta meneruskannya dengan imunisasi rutin yang
diperlukan.
C. PELAYANAN
1. Jenis Pelayanan
2. Tenaga Pelaksana
Tenaga yang diperlukan adalah tenaga pelaksana di Pos PIN serta supervisor.
Pelaksana dalam pelayanan imunisasi di Pos PIN meliputi tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan meliputi tenaga puskesmas, RS
pemerintah/swasta, siswa sekolah kesehatan dan mahasiswa kedokteran. Tenaga
non kesehatan meliputi anggota PKK, kader, guru, pramuka, Karang taruna,
Palang Merah Remaja dan lain-lain.
7
Dalam merencanakan jumlah tim adalah total sasaran dibagi 100-150 dan setiap
tim bertanggung jawab terhadap satu Pos PIN
Setiap Pos PIN memerlukan 3-4 petugas, yang terdiri dari dua orang sebagai juru
imunisasi, satu orang mencatat dan 1 orang mengatur antrian.
Supervisor adalah orang yang bertanggung jawab terhadap 3-4 Pos PIN sesuai
dengan kondisi setempat.
3. Kemitraan
A. Tingkat Pusat
B. Tingkat Provinsi
Gubernur bertindak selaku penanggung jawab utama pelaksanaan PIN di provinsi
dan penanggung jawab operasional adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
8
C. Tingkat Kabupaten/Kota
D. Tingkat Kecamatan
A. Persiapan
9
6. Penyediaan Logistik
7. Penyusunan Jadwal dan Tim
8. Penyusunan Rencana Kerja PIN
9. Pemantauan Persiapan
6. Kesiapan Biaya
10
7. Persiapan operasional
B. Pelaksanaan PIN
1. Penggerakan Sasaran
2. Pelayanan imunisasi di
a. Pos PIN
b. Kunjungan rumah ke rumah
c. Tim Mobile
3. Pencatatan dan Pelaporan
4. Supervisi Pelaksanaan
5. Dokumentasi
6. Evaluasi
1. Penggerakan Sasaran
Beberapa pengalaman waktu pelaksanaan PIN maupun Sub PIN sebelumnya
dapat digunakan dalam penggerakan sasaran antara lain melalui pengumuman di
Mesjid, Gereja atau dengan menggunakan surat undangan.
11
Selain itu dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
2. Pelayanan Imunisasi
a. Di Pos PIN
- Satu vaccine carrier atau thermos dengan ice pack atau es dalam kantong
plastik
- Vaksin Polio dibungkus dalam plastik dan jumlahnya cukup sesuai target
sasaran yang telah ditetapkan
- Format registrasi dan format pelaporan
- Pensil/pulpen
- Pinset/gunting kecil untuk membuka tutup Vial
- Cat kuku/Spidol permanen/gentian violet 5% untuk memberi tanda pada jari
kelingking tangan kiri anak yang telah diimunisasi
- Poster/tanda pos PIN yang berisikan pesan dan tanggal pelaksanaan kegiatan
PIN Putaran I dan II sebagai tanda petunjuk tempat Pos pelayanan imunisasi
polio.
12
- Imunisasi pada anak-anak harus teratur dan bergilir (antri), siapa yang datang
duluan terlebih dahulu dilayani.
- Buka hanya satu vial vaksin dan letakkan diluar thermos atau vaccine carrier
- Ice pack atau kantong es tidak boleh dikeluarkan dari vaccine carrier atau
thermos dan jangan membuka vaccine carrier/thermos terlalu sering karena
akan berakibat suhu didalam vaccine carrier/thermos menjadi panas.
- Satu petugas menerima orang tua dan anaknya, mendaftarkannya pada form
register serta satu petugas memberikan imunisasi pada anak-anak Balita.
Vaksin Polio sangat aman. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul
akibat pemberian imunisasi polio pada anak yang sedang sakit. Namun
jika ada keraguan konsulkan ke dokter puskesmas.
- Setelah imunisasi jangan lupa memberi saran pada orang tuanya untuk
meneruskan imunisasi rutin dan mengingatkan mereka untuk kembali pada
pelayanan putaran kedua.
- Satu petugas lain mencatat anak yang sudah diimunisasi dan petugas lainnya
( ke 3) memberikan tanda pada jari kelingking kiri anak.
- Lokasi Pos imunisasi hendaknya ditempat yang teduh sehingga vaksin dalam
vial yang berada diluar dan vaksin carrier tidak terkena sinar matahari .
- Pada waktu siang hari ketika jumlah kunjungan mulai menurun, kader
melakukan kunjungan rumah dan menggerakkan sasaran untuk datang ke Pos
PIN sementara itu petugas lainnya tetap di Pos imunisasi untuk memberikan
imunisasi.
13
b. Kegiatan imunisasi rumah ke rumah
Kunjungan rumah kerumah untuk mencari anak-anak yang tidak datang ke pos PIN
merupakan suatu hal yang baru bagi pelaksanaan kegiatan kampanye imunisasi di
Indonesia. Namun ini harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun
anak yang terlewat. Sambil mengadakan kunjungan rumah, petugas perlu
menanyakan apabila mengetahui adanya anak yang saat ini menderita kelumpuhan.
Jika semua anak telah diimunisasi polio, kita yakin bahwa penularan virus polio
liar dapat dihentikan. Kegiatan ini diutamakan didaerah risiko tinggi.
14
Daerah Risiko Tinggi
Tunjukkan semua daerah transit dan daerah risiko tinggi lainnya dimana
anak-anak mungkin terlihat disekitar daerah tersebut ( stasiun kereta api,
jembatan, pabrik, tempat persinggahan, pasar dan lain-lain ).
15
Contoh Peta wilayah kerja supervisor
Gambar :
Batas wilayah
Tempmat-tempat umu
Jalan Utama
SDl Arah mata angin
SMA
Daerah Kumuh
Pustu Mesjid
Bengkel
Pasar
- lokasi pos
16
polisi, tempat dimana anak jalanan bekerja
G u n a k a n P e ta D a e ra h
W ila y a h K e r j a n y a
R T 1 , 3 ,4
R T 2 , 5 ,7
c. Beban Kerja
Buat tabel mikro plan dari masing-masing tim untuk menggambarkan beban
kerjanya
Sebagai contoh lihat tabel1. Pada table tersebut dapat menunjukkan dimana
dan kapan melakukan kunjungan rumah .
Gunakan Peta, setiap tim harus jelas dari mana mulai dan selesainya kegiatan
.Wilayah dan beban kerja serta waktu kunjungan ulang kerumah anak
yang belum diimunisasi disesuaikan dengan kondisi dan geografis
setempat.
Di daerah perkotaan 1 tim mengunjungi 110-125 rumah.
Di daerah pedesaan 1 tim mengunjungi 80100 rumah disesuaikan dengan
situasi setempat serta waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan.
Jumlah rumah yang akan dikunjungi harus tertulis dalam mikro plan.
17
Rencana Kerja TIM Kunjungan Rumah Ke Rumah Mop-Up 2005
Tanggal Kegiatan :
Paling sedikit tim terdiri dari 2 orang dan kunjungan rumah kerumah
didaerah risiko tinggi dilakukan pada hari ke 2 untuk memberikan
imunisasi pada anak yang belum diimunisasi. Mereka harus
menggunakan peta untuk meyakinkan bahwa tidak ada satu rumahpun
yang tertinggal di wilayah risiko tinggi.
Mereka harus melakukan kunjungan rumah yang ada di peta dan mencari
anak yang belum imunisasi baik yang terdaftar di pos maupun yang
belum termasuk tamu yang sedang berkunjung kerumah saat itu. Anak-
anak tersebut harus diimunisasi dan beri tanda pada jari kelingking
mereka.
18
Tim ditambah dengan tenaga sukarela atau kader dari masyarakat
setempat untuk menunjukkan lokasi rumah.Bisa juga tokoh masyarakat
setempat untuk antisipasi penolakan dari masyarakat
c.3 Logistik yang diperlukan pada tiap Tim ( kunjungan rumah kerumah
dan tim mobile )
Setiap tim harus mencari dan imunisasi anak yang belum mendapatkan imunisasi
selama kunjungan rumah kerumah. Tim harus masuk kerumah untuk mengecek
tidak hanya dari luar atau menanyakan dijalanan.
19
- Kunjungan rumah kerumah atau kunjungan ulang dirumah anak yang belum
dapat imunisasi dilakukan pada waktu anak biasanya berada dirumah.
- Sebelum kegiatan dimulai Tim imunisasi menerima vaksin dan logistik dan
tim harus memeriksa kondisi VVM apakah vaksin dalam kondisi baik
- Waktu kunjungan rumah , ketok pintu sebelum masuk dan perkenalkan diri
serta dengan sopan menjelaskan maksud kunjungan.
- Juru imunisasi menanyakan jumlah anak balita yang tinggal dirumah tersebut
dan berapa anak yang telah menerima vaksin polio pada hari pertama.
- Tim juga memeriksa tanda cat kuku pada jari kelingking anak tersebut.
• bayi baru lahir dan tidur didalam kamar dan belum menerima imunisasi
polio
• Tanyakan pada semua rumah apakah mereka tahu saat ini ada anak yang
lumpuh.Jika ada maka dicatat nama dan alamat serta laporkan informasi ini
kepada supervisor
• Satu anggota tim harus memberikan imunisasi pada anak dan berikan tanda
pada setiap anak yang telah diimunisasi.
20
Pertanyaan pokok yang harus ditanyakan pada setiap rumah
Berapa jumlah anak usia 0-5 tahun yang tinggal dirumah ini ?
Adakah bayi baru lahir atau bayi tidur didalam rumah telah menerima
Vaksin OPV?
Punyakah anak usia balita namun saat ini sedang keluar pergi
kesekolah, lapangan atau pasar ?
21
/ Team 5/ 28 Juni’05
/ Team V / 28 Juni’05
Anak yang telah diimunisasi harus diberi tanda dengan cat kuku pada jari
kelingking kirinya.
22
Cara Memberi Tanda Pada Jari
•Tanda tersebut
Memenuhi kuku jari
Dan kulit disekitar
Kuku
25
Banyak anak yang belum terimunisasi pada saat kegiatan kunjungan rumah
kerumah harus diimunisasi oleh tim mobile ( tim yang berpindah-pindah ) atau
tim transit.
Terpencil, penduduk yang jarang dan yang sulit dijangkau seperti suku
Perjalanan didalam mobil, kereta, bus, kapal dan ferry pada saat
kampanye imunisasi berlangsung.
23
Anak yang tinggal diantara dua bangunan (the “no man’s land”).
Tim harus aktif mencari anak yang belum diimunisasi tidak hanya
menunggu di pos.
Vaksinator harus mengecek tanda pada jari setiap anak yang oleh orang
tuanya diakui telah diimunisasi. Jangan berdebat dengan orang tua yang
tidak bersedia atau enggan anaknya diimunisasi tapi cobalah dengan
sabar meyakinkan mereka.
Jika ada anak sendirian cobalah ke tempat pengasuh anak untuk minta
izin sebelum memberikan imunisasi kepada anak tersebut.
Jangan.imunisasi anak yang berada di tempat ramai tanpa ada
pengawasan!
24
Vial vaksin polio disimpan dalam plastik clip untuk menghindari label
vaksin menjadi basah dan terlepas.
Vaksin harus disimpan didalam termos yang berisi ice pack atau kantong
es sepanjang waktu pelayanan.
Keluarkan hanya satu vial saat pelayanan hingga habis vaksinnya baru
keluarkan yang baru dari termos.
Hindari termos atau vaccine carrier dari sinar matahari dan jaga agar
selalu tertutup.
Cek VVM disetiap vial pada saat mulai pelayanan, setiap jam sampai
semua vaksin kosong atau kembali ke puskesmas.
Kondisi VVM
17
25
C. Kegiatan Tim Di Tempat Persinggahan ( Tim Transit)
Tim yang dibuat khusus untuk melayani anak-anak yang berkumpul ditempat
umum seperti stasiun kereta api, stasiun bis, pelabuhan laut maupun udara dll.
Kegiatan tim ini bisa di tempat yang tetap dan berpindah-pindah atau hanya
sebagai Tim singgah.
a. Tim harus ditempatkan pada semua pintu masuk dan keluar orang banyak
b. Ditambah dengan tim yang dapat berpindah ke tempat yang padat atau
lorong dimana orang banyak melintas
c. Tim transit juga harus ditempatkan di stasiun bis atau stasiun kereta api di
sekitar tempat orang-orang yang berkumpul.
• Paling sedikit 2-4 orang juru imunisasi ditempatkan pada pintu masuk dan
keluar
• Juru imunisasi yang tugasnya pindah-pindah dapat bekerja sebagai tim tetapi
harus bisa mandiri. Tim harus punya kemampuan untuk mengikuti perubahan
situasi.
• Kegiatan tim transit sama dengan tim yang berpindah-pindah dimana Juru
imunisasi bergerak disekitar tempat masuknya bis atau kereta api untuk
memberikan imunisasi pada anak-anak.
• Penempatan tim dibagi dalam 4 shift dan jika mungkin sekitar jam –jam
kedatangan dan keberangkatan tertentu yang telah terpola.
Dianjurkan team ini harus berada di tempat selama masa kegiatan PIN ( satu
minggu ).
26
Pemilihan Anggota Tim Transit
Anak muda, laki-laki usia antara 20-40 tahun dapat dipilih sebagai juru imunisasi
Mereka harus proaktif mencari anak seperti mengambil anak yang masuk dan
keluar dari bis kereta dan memindahkan anak diantara kerumunan .
1. Setiap juru imunisasi yang ditempatkan dalam Tim Transit harus mandiri dan
membawa vaksin, cat kuku dan format. Juru Imunisasi juga dapat membawa
spanduk sambil menyerukan dan meyakinkan orang tua yang keberatan
anaknya diimunisasi.
2. Juru Imunisasi juga harus diberikan tanda pengenal sehingga orang tua mudah
mengenal mereka.
1. Setiap juru imunisasi di tempat orang banyak harus aktif mencari sasaran
balita. Juru imunisasi dianjurkan bergerak ketempat yang ramai dan tim transit
dapat menyetop bis atau alat transport lainnya.
2. Juru imunisasi harus dapat pindah ke tempat ramai dan jangan tinggal di satu
tempat saja.Juru imunisasi tidak boleh diam duduk di satu tempat dan hanya
menunggu sasaran yang datang ketempat mereka.
3. Juru imunisasi harus aktif melakukan pendekatan kepada orang tua atau
pengasuh anak-anak yang belum diimunisasi.
4. Juru imunisasi harus mengecek tanda pada jari setiap anak yang oleh orang
tuanya diakui telah diimunisasi. Jangan berdebat dengan orang tua yang tidak
bersedia atau enggan anaknya diimunisasi tapi cobalah dengan sabar yakinkan
mereka diberikan imunisasi akan memberikan perlindungan terhadap penyakit
polio.
5. Jika ada anak sendirian cobalah ke tempat pengasuh anak untuk minta izin
sebelum memberikan imunisasi kepada anak tersebut. Jangan.imunisasi anak
yang berada di tempat ramai tanpa ada pengawasan!
27
3. Pencatatan dan Pelaporan
4.Supervisi
Supervisi dengan kualitas yang baik sangat penting dalam mensukseskan mop-
Up. Supervisi yang baik akan diperoleh jika :
supervisor yang dipilih menguasai bidangnya dan jumlahnya cukup, mengikuti
pelatihan dengan baik, peranan jelas dan mampu membuat perencanaan yang jelas
untuk supervisi.
Supervisi pada hari pelaksanaan dilakukan oleh supervisor yang dapat terdiri dari
orang kabupaten atau provinsi. Supervisor bertugas memantau proses kegiatan
dilapangan, persediaan logistik, kondisi vaksin dengan mengecek Vaccine Vial
Monitor (VVM). Supervisor harus berkeliling dan membawa logistik untuk
keperluan Tim jika diperlukan dan memenuhi semua keperluan Tim seperti
kekurangan vaksin dan lain-lain. Selain itu juga dapat memberikan imunisasi pada
anak yang didapatkan dalam pemantauannya belum diimunisasi.Supervisi
dilakukan dengan menggunakan checklist supervisi.
Setiap hari setelah selesai kegiatan dilakukan rapat untuk memberikan umpan
balik hasil kegiatan dan persiapan untuk keesokan harinya.
5. Dokumentasi
28
6. Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk dapat menilai apakah kegiatan berhasil dengan baik,
mengetahui masalah dan tindak lanjut yang diperlukan serta dapat memberikan
masukan atau umpan balik kepada daerah secara berjenjang. Pertemuan evaluasi
sebaiknya dilakukan 2 kali yaitu setelah PIN putaran I dan setelah putaran ke II.
Hasil evaluasi diinformasikan kepada panitia PIN dan pimpinan wilayah disemua
tingkat administrasi untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan PIN berikutnya.
29
1. Pemantauan Persiapan PIN
Kecukupan vaksin
Kondisi cold chain
Penggerakan sasaran
Kemungkinan terjadinya KIPI
Kemungkinan cakupan yang belum tercapai
Pencatatan dan pelaporan
c. Pendanaan
Pemantauan pelaksanaan PIN di tingkat pusat dilakukan oleh eselon I /II dan staf teknis ke
seluruh provinsi .
30
31