Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Keperawatan Kolelitiasis “.

Dalam pembuatan makalah, kami berharap setelah mendengarkan presentasi


kami, teman-teman dapat memahami dan menambah pengetahuan yang lebih
baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan dan juga kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Demikian makalah kami, kami mengucapkan terima kasih.

Pamulang 18 mei 2019

Penulis

\
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT KOLELITIASIS ( BATU EMPEDU )

I. DEFINISI
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu,
biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik,
menyebabkan distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya
terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk
cairan empedu. Batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang
sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk
dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan
empedu (Brunner & Suddarth, 2001).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan
fosfolipid (Price & Wilson, 2005).

II. ETIOLOGI
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau
campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu
dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas.
Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan
penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi
pada wanita. (Doenges, Marilynn, E)

III. MANIFESTASI KLINIS


1. Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu
empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada
abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada
abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu
kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah
hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien
rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier
semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat
mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam
keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding
abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini
menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika
pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga
dada.
2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: gatah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini
membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses.
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat
gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak
kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored ”
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K
yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi
vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi
vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.(Smeltzer,
2002)
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur
diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat
dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus.
Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi
inisasi. Prosedur ini akan membrikan hasil yang paling akurat jika pasien
sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada
dalam keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada
gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat
mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang
mengalami dilatasi.
2. Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu
empedu
dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,
memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral
kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat
menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami
obstruksi.(Smeltzer, 2002)
3. Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding
kandung empedu telah menebal.(Williams, 2003)
4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)
Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang
hanya dapat dilihat pada sat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop
serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum
pars
desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta
duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus
tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan
visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)
5. Pemeriksaan Darah
a. Kenaikan serum kolesterol
b. Kenaikan fosfolipid
c. Penurunan ester kolesterol
d. Kenaikan protrombin serum time
e. Kenaikan bilirubin total, transaminase

V. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet 80% dari pasien inflamasi akut
kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, pengisapan
nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi
protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat
(chenodial, chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol
dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin
atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat
jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus
koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut
berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya
dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis

2. Penatalaksanaan bedah

a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung


empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm.

c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui


dinding abdomen pada umbilikus.

d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu


empedu.

VI. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :

Asimtomatik

Obstruksi duktus sistikus

Kolik bilier

Kolesistitis akut

Erikolesistitis

Peradangan pankreas (pankreatitis)

Perforasi

Kolesistitis kronis

Hidrop kandung empedu

Empiema kandung empedu

Fistel kolesistoenterik

Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali


dan batu empedu muncul lagi) Ileus batu empedu (gallstone ileus)

VII. PENCEGAHAN
Hindari makanan – makanan yang mengandung seperti : Makanan bersantan
seperti rendang, kolak dan ketupat sayur Makanan berminyak seperti gorengan
Makanan yang terbuat dari kacang – kacangan seperti sambal kacang atau
bumbu sate Kue dan cemilak keripik.

VIII. PATHWAY

IX
TINJAUAN KASUS

I. CONTOH KASUS
Indentitas klien :
Nama :Tuan IL , 38 tahun, laki-laki.
Alamat : Jalan Makmur, Bekasi.
Status : Kawin.
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang.
Sumber informasi : Klien dan istri.
Tanggal masuk RS : 29 April 2013.
Diagnosa Masuk : Kolangitis, Kolesistitis, Kolelitiasis.

Status Kesehatan saat ini :


Alasan kunjungan/ keluhan utama : 1 bulan sebelum masuk RS. Klien merasa
nyeri perut kanan atas, nyeri tidak menjalar, nyeri bila menarik nafas, nyeri
seperti ditusuk. Panas naik turun hingga menggigil, bila nyeri klien menjadi
sesak. Selama di rumah diberikan obat promag keluhan hilang tetapi hanya
sementara. sehari sebelum masuk RS dirasa nyeri timbul lagi.

Riwayat Kesehatan yang lalu


Pada usia 12 tahun klien pernah bengkak diseluruh tubuh dan tidak pernah
berobat, sembuh sendiri. belum pernah operasi dan dirawat di RS, tak ada
alergi terhadap makanan dan obat-obatan. Klien merokok 1/2 bungkus per hari
dan minum kopi 2x sehari. Klien terbiasa minum obat sendiri bila sakit tak
pernah berobat ke dokter atau ke puskesmas. Frekuensi makan 3x sehari, berat
badan waktu masuk ke RS 50 kg. Makanan yang disukai supermi. Tak ada
makanan yang pantangan. Sedangkan makanan yang tidak disukai adalah
gorengan dan makanan yang mengandung santan. Nafsu makan baik.
Frekuensi bab 1x sehari konsistensi padat, sedangkan kencing rata-rata 6 x
sehari, tak ada keluhan dalam eliminasi. klien tidak terjadwal dalam memenuhi
pola istirahat dan tidur, kadang-kadang sampai pukul 23.00. Kegiatan waktu
luang membuat meja dan kursi. Klien hidup bersama seorang istri dan 4 orang
anaknya, 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.

Riwayat lingkungan
Kebersihan,lingkungan cukup, kondisi rumah luas, dengan enam kamar,
tinggal dirumah dengan lingkungan yang ramai (padat bukan karena polusi
atau kendaraan bermotor).
Aspek PsikoSosial :
Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan
mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap
tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri
baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul sehubungan telah dilakukan
tindakan cholesistektomi. Hubungan klien dan perawat baik, akomodatif,
dengan bahasa Indonesia yang cukup baik. Klien tidak mengeluh tentang biaya
pengobatan/perawatan karena klien sudah menyiapkan sebelum masuk rumah
sakit. Klien beragama Islam, sholat lima waktu, hanya kadang-kadang ia
lakukan. Dirumah sakit klien tidak sholat karena menurutnya ia sakit.

Pengkajian Fisik :
Aktivitas/istirahat:
Klien merasakan lemah, mobilisasi duduk, merasa sakit pada lokasi drain
bila posisi berubah dari berbaring ke duduk. Sore tidur 2 jam, malam tidur
mulai jam 10.00. Kadang-kadang terganggu oleh keramaian pasien lain.
Sirkulasi :
Sinus normokardia, suhu subfebris 37,5 C. Denyut nadi: 90 kali permenit.
Eliminasi
Klien bab 1 kali sehari, konsistensi lembek, warna kuning, jumlah urine
1500 cc/24 jam.
Makan/minum ( cairan )
Sering regurgitasi, keluar cairan kurang lebih 200 cc/24 jam
Diet cair (DH I) dihabiskan , 1200 kalori dalam 900 cc /24 jam
Minum air putih 1500 cc/24 jam
Peristaltik normal (20 30 kali/menit)
Selama tujuh hari intake scara parenteral , yaitu amilase dan RD
Tidak kembung
Klien tampak kurus (BB: 47,7Kg)
Nyeri/Kenyamanan
Tidak timbul rasa nyeri, hanya kadang-adang sakit, pada waktu perubahan
posisi dari baring ke duduk
Respirasi :
Respirasi normal : 20 kali /menit
Klien merasa nyaman bernafas bila duduk.
Keamanan :
Suhu klien 37,5 C (subfebris) Sklera tampak icterik, kulit agak kering
Tampak plebitis (kemerahan) pada bekas infus dilengan kiri dan kanan
Klien telah dilakukan operasi Cholecistektomi tanggal 30 April 1998. Sekarang
ia mengalami perawatan hari ke delapan . Terpasang drainase T. Tube,
produksi cairan hijau pekat 500cc/24 jam

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 April 2013:
 HB : 10,7 (13-16)
 Hematokrit : 31 ( 40 - 48 )
 Leukosit : 154.00 ( 50,00 - 100,00)
 Trombosit : 328,00 ( 200.00 - 500.00)
 Bilirubin Direck : 6,1 (
 Bilirubin Indireck : 1,8 (
 Bilirubin total :7,9 (0,3 - 1,0)
 Protein total : 5,7 ( 6 - 7,8 )
 Albumin : 2,7 ( 4 - 5,2)
 Globulin : 3,0 (1,3 - 2,7 )
 Amilase darah : 108 (17 - 115)
 SGOT : 70 ( < 37), SGPT : 58 (< 41 )
 Natrium darah : 132 (135 – 147)
 Kalium darah : 3,2 (3,5 - 5,5 )
 Klorida darah : 105 (100 - 106)

II. Analisa Data


III. Intervensi

IV. Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
Potensial 1. Memonitor dan mencatat S : Klien masih me rasa mual ,
gangguan intake cairan atau minum sang- gup mengosok gigi dan
keseimbangan ,output dari T-tube,perda rahan berkumur.
cairan luka operasi dan urine. O : Klien muntah 50 cc . Turgor
Penurunan 2. Mengobservasi tanda vital kulit membaik, Intake :2500 cc,
integritas kulit Tekanan darah, denyut nadi, output 1500 cc, IWL 600 cc, T-
atau jaringan suhu, dan respirasi, turgor dan tube 200 cc,Balance cairan -200
Kurang mukosa mem-bran. cc. TD: 120/80 mmhg, Nadi :
pengetahuan 3. Melakukan observasi ada nya 88x/menit, Suhu: 37.5 C, RR :
tentang kondisi
prog nosa dan perdarahan pd daerah luka 20x/menit, ple bitis pada tangan
kebutuhan operasi, ple-bitis / hematom kiri bekas pengam bilan darah dan
pengobatan,
pada bekas pemasangan infus infus
di lengan. A : Klien masih me merlukan
4. Memberikan suntikan dgn penga wasan dalam ke seimbangan
jarum kecil dan menekan cairan
bekas tusukan kurang lebih 5 P : Intervensi tetap diteruskan
menit. sambil observasi intake dan out
5. Menganjurkan klien untuk put dan tanda-tanda vital. Sambil
menggosok gigi dengan sikat menunggu hasil laboratorium yang
gigi yang lembut lain.
6. Melakukan pemganbilan darah S : Klien mengatakan masih
untuk pemeriksaan : albmin, merasa terganggu dgn adanya
globulin, Hb, Ht, Lekosit, drain t-tube, sudah dpt
trombosit, Na,K, Cl. istirahat/tidur dgn posisi
7. Infus amilase dan RD telah semifowler.
dilepas satu hari yang lalu (30 O : Mandi 2x sehari dibantu istri
April 1996) menggunakan sabun & sikat gigi
8. Tidak diberikan karena tidak yg lembut. Menggunakan
ada indikasi bedak/powder utk tubuh, baju
9. Tidak diberikan karena klien bersih & kering, dapat tidur siang
tidak dapat terapi tersebut selama 2 jam dgn posisi
10. Dressing luka insisi tiap pagi semifowler, luka operasi/daerah
dan atur posisi drain agar tetap pemasangan drain tdk ada tanda
lancar infeksi & balutan dlm keadaan
11. Melakukan observasi war-na, bersih & kering. Lingkungan klien
jumlah cairan drainase. (tempat tidur) dalam keadaan
12. Mencek posisi selang dan bersih dan rapih. Injeksi antibiotik
memfiksasi selang drainase 1 gram Cefobit sudah diberikan.
ditempat tidur Hasil lab. Ulang belum ada.
13. Mengatur klien posisi semi A : Masalah penurunan integritas
fowler dan posisi duduk kulit masih ada.
14. Mengobservasi adanya P : Lanjutkan intervensi terutama
sedakan, distensi abdomen, pertahankan/tingkatkan personal
peritonitis dan pankreatitis higiene , tingkatkan
15. Mengganti pakaian tiap pagi mobilisasi/jalan sesuai
dan sore, bersama istri klien kemampuan.
membersihkan kulit dengan S :Klien menga-takan bahwa telah
sabun dan air. mengerti ttg proses penyakit &
16. Melakukan observasi ter hadap prosedur pembe-dahan yg telah
kulit, sclera mata dan warna dilakukan, klien sanggup utk men-
urin jaga luka tetap bersih & kering,
17. Menanyakan seberapa jauh klien sanggup me-ngikuti diit
klien mengetahui ttg proses lemak & tdk merokok.& tdk akan
penyakit, prosedur minum al kohol.
pembedahan serta prog-nosa. O : Kien dapat menyebutkan atau
18. Menganjurkan klien untuk menjawab dengan benar : operasi
menjaga balutan luka agar tujuannya utk mengeluarkan batu
tetap bersih dan kering. empedu, dipasang drain utk
19. Menganjurkan klien untuk mengeluarkan cairan sisa -sisa
mencatat pengeluaran cairan operasi, posisi se-
yang terkumpul di kantong T mifowlwer/duduk agar cairan
tube. keluar lancar, suntikan agar
20. Memberitahu pasien agar 4 - 6 lukanya capat sembuh. Balutan
bulan diberi diit rendah lemak. luka ke-ring, urine kuning , mata
21. Menganjurkan klien utk tidak sedikit ikte-rus feses lembek
minum alkohol. kuning.
22. Melakukan diskusi dengan A : Pengetahuan kli en ttg. Peny,
klien dan keluarga utk pe nyebab, prognosa , faktor resiko
menghindari makanan yg dpt yg terjadi.
menimbulkan deare. P : lanjutkan Inter-vensi nomor
23. Memberitahu utk mengi- 4, 5, 7, 8 ,9. Diteruskan. Dischart
dentifikasi & mencatat tan-da planing :
& gejala : urin keruh, warna 1. Diit rendah le-mak (kola-borasi).
kuning pada mata dan kulit & 2. Mengurangi aktifitas sesuai anjuran 4
warna feses. - 6 bln.
Menganjurkan klien 3. Control teratur
utk membatasi
aktifitas selama 4 - 6
minggu

Anda mungkin juga menyukai