Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didalam kehidupan pasti ada bermacam-macam makhluk hidup.virus juga

adalah salah satu makhluk hidup. CMV adalah salah satu virus herpes, yang

meliputi virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, virus varicella zoster (penyebab cacar

air), dan virus Epstein-Barr (penyebab mononucleosis yang menular). kira-kirai

10% dari penderita CPV ini memiliki gejala awal seperti demam, kerusakan pada

limpa, danterlihat lelah/malaise.

CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin

bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil

karena virus Cytomegalo dapat melewati plasenta dan merusak hati janin.

Infeksi Cytomegalovirus ( CMV ) biasanya dikelompokkan dalam

infeksi TORCH yang merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus, Herpes simplex virus atau ada juga yang menambahkan others

untuk huruf O-nya. Seperti pada infeksi TORCH, infeksi CMV dipopulerkan

sebagai penyakit yang berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang

dikandung oleh wanita hamil yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal

atau ibu hamil kebanyakan bersifat silent , asimtomatik tanpa disertai keluhan

klinik atau gejala, atau hanya menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun

dapat memberi akibat yang berat bagi fetus yang dikandung, dapat pula

menyebabkan infeksi kongenital, perinatal bagi bayi yang dilahirkan. Keadaan

seperti ini memang perlu diketahui dan dideteksi agar dapat diberikan
pengelolaan yang tepat, 3 sebab infeksi prenatal dapat berakibat fatal, sedangkan

infeksi kongenital atau perinatal yang pada awalnya berjalan tanpa gejala dapat

menjadi manifes di kemudian hari.

Infeksi CMV tidak selalu bergabung dalam infeksi TORCH,

melainkan dapat berdiri sendiri, karena selain pada ibu hamil dan fetus, dapat

menyerang setiap individu. Prevalensi infeksi sangat tinggi, dan walaupun

umumnya bersifat silent, infeksi CMV ternyata dapat memicu banyak macam

penyakit lain, antara lain keganasan, penyakit autoimun, bermacam inflamasi

seperti radang ginjal-saluran kemih, hati, saluran cerna, paru, mata, dan

infertilitas.

Diagnosis infeksi CMV tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan latar

belakang klinik saja, terlebih bila tidak dijumpai keluhan atau hanya

menimbulkan keluhan yang mirip dengan infeksi virus pada umumnya. Deteksi

secara laboratorik diperlukan untuk menunjang diagnosis. Berbagai metoda

pemeriksaan laboratorium telah dikembangkan dengan menggunakan bahan

pemeriksaan serum darah, urin, cairan tubuh lain. Sejauh ini, pemeriksaan

laboratorium untuk mendeteksi infeksi CMV banyak dilakukan oleh pasangan

pranikah, prahamil, atau wanita hamil yang mempunyai riwayat kelainan

kehamilan termasuk keguguran atau ingin punya anak, serta bayi baru lahir cacat.

Namun, dengan memahami seluk beluk infeksi CMV, akan dapat dipahami bahwa

deteksi laboratorik juga diperlukan oleh setiap individu yang dicurigai terinfeksi

CMV, baik hamil maupun tidak hamil, wanita maupun pria, dewasa, anak,

maupun bayi baru lahir.


Pengetahuan tentang CMV, respons imun terhadap CMV, perlu didalami,

agar dapat diketahui bagaimana tubuh berusaha memberikan perlindungan,

bagaimana kegagalan usaha perlindungan terjadi, sehingga mengakibatkan

timbulnya berbagai penyakit atau manifestasi klinik infeksi CMV. Interpretasi

hasil pemeriksaan laboratorium perlu dipelajari, agar dapat diketahui adanya

infeksi asimtomatik, status infeksi, kemungkinan penyebaran infeksi baik di

dalam tubuh sendiri ataupun di luar tubuh. Semua hal tersebut diperlukan dalam

upaya memberikan wawasan untuk membantu penatalaksanaan infeksi CMV,

melakukan pengobatan seawal mungkin, mencegah dampak negatif, baik pada

individu dengan kompetensi imun yang baik maupun immunocompromised atau

yang lemah, serta mencegah penyebaran atau penularan penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan CMV?


2. Apa salah satu penyebab timbulnya CMV?
3. Bagaimana cara penularan CMV?
4. Bagaimana cara penanganan CMV?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum:

Memberikan pengetahuan kepada para mahasiswa untuk mengetahui lebih

jauh tentang CMV


1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui CMV


2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya CMV
3. Untuk mengetahui cara penularan CMV
4. Untuk mengetahui cara penanganan CMV
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Cytomegalovirus (CMV)

2.1.1 Definisi Cytomegalovirus (CMV)

Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota “keluarga”

virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus

paradoks” karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga

hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Pada awal infeksi, CMV

aktif menggandakan diri. Sebagai respon, system kekebalan tubuh akan berusaha

mengatasi kondisi tersebut, sehingga setelah beberapa waktu virus akan menetap

dalam cairan tubuh penderita seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina,

ASI, dan sebagainya. Penularan CMV dapat terjadi karena kontak langsung

dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui makanan, minuman atau

dengan perantaraan binatang. Cytomegalovirus juga jarang ditemukan pada

trasfusi darah

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi Virus

Group : Group I (dsDNA)

Family : Herpesviridae
Gambar Infeksi Peradangan CMV
Genus : Cytomegalovirus

(HHV5)

Dimensi 100-200 nm.


2.1.3 Karakteristik Cytomegalovirus (CMV)

Karakteristik CMV adalah sebagai berikut: termasuk famili Herpesvirus,

diameter virion 100-200 nanomikron, mempunyai selubung lipoprotein(envelope),

bentukikosahedral nukleokapsid, dengan asam nukleat berupa DNAdouble-

stranded. Nama "Cytomegalo" mengacu pada ciri khas pembesaran sel yang

terinfeksi virus, di dalam nukleusnya, dijumpai inclusion bodies, dan membesar

berbentuk menyerupai mata burung hantu (owl’s eye). Cytomegalo virus dapat

dipisahkan dari virus herpes lainnya dengan menggunakan perangkat biologi

seperti jenis semang dan jenis sitopatologi yang ditimbulkan.

Pembelahan virus dihubungkan dengan produksi inklusi intranukleus yang

besar dan inklusi intrasitoplasma yang lebih kecil. Virus ini tampaknya

bereplikasi dalam berbagai jenis selin vivo; pada biakan jaringan virus lebih

banyak bereplikasi di fibroblast. Masih belum jelas apakah sitomegalovirus

bersifat onkogenik dalam tubuh. Walaupun jarang sekali, virus ini dapat

mengubah bentuk fibroblast, dan pecahan gen perubah bentukini telah

ditemukan.CMV cepat menyebar biasanya melalui berbagai macam cairan tubuh

orang yangtelah terinfeksi CMV, seperti contohnya air seni, air liur, darah, air

mata, mani, dan airsusu ibu. Penyebaran virus ini dapat berlangsung tanpa adanya

gejala-gejala klinis terlebihdahulu. Penularan dapat juga terjadi diantara ibu

dengan janin dan pada transfuse organatau cangkok pada bagian badan tertentu

2.1.4 Patofisiologi

CMV merupakan virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vivo dan

invitro.tanda patologi dari infeksi CMV adalah sebuah pembesaran sel dengan

tubuh yang terinfeksi virus.sel yang menunjukan cytomegaly biasanya terlihat


pada infeksi yang disebabkan oleh betaherpesvirinae lain.meskipun berdasarkan

pertimbangan diagnosa, penemuan histological tersebut kemungkinannya minimal

atau tidak ada pada organ yang trinfeksi.

Ketika inang telah terinfeksi, DNA CMV dapat di deteksi oleh polymerase

chain reaction (PCR) di dalam semua keturunan sel atau dan sistem organ didalam

sistem tubuh. Pada permulaannya,CMV menginfeksi sel epitel dari kelenjar

saliva,menghasilkan infeksi yang terus menerus dan pertahanan virus.infeksi dari

sistem genitif memberi kepastian klinik yang tidak konsekuen.meskipun replikasi

virus pada ginjal berlangsung terus-menerus,disfungsi ginjal jarang terjadi pada

penerima transplantasi ginjal

2.1.5 Patogenesis

Infeksi bawaan cytomegalovirus dapat terjadi karena infeksi primer atau

reaktivasi dari ibu. Namun, penyakit yang diderita janin atau bayi yang baru lahir

dikaitkan dengan infeksi primer ibu. Infeksi primer pada usia anak atau dewasa

lebih sering dikaitkan dengan respon limfosit T yang hebat. Respon limfosit T

dapat mengakibatkan timbulnya simdroma mononukleosis yang serupa seperti

dialami setelah infeksi virus Epstein-Barr. Tanda khas infeksi ini adalah adanya

limfosit atipik pada darah tepi.

Sekali terkena, selama masa simtomatis infeksi primer, cytomegalovirus

menetap pada jaringan induk semangnya. Tempat infeksi yang menetap dan laten

melibatkan bermacam sel dan organ tubuh. Penularan transfusi darah atau

transplantasi organ berkaitan dengan infeksi terselubung dalam jaringan ini.

Penelitian bedah mayat menunjukan kelenjar liur dan usus merupakan tempat

terdapat infeksi yang laten.


Stimulasi antigen kronis (seperti yang timbul setelah transplantasi organ)

diserta melemahnya sistem imun merupakan keadaan yang paling sesuai untuk

pengaktifan cytomegalovirus dan penyakit yang disebabkan oleh

cytomegalovirus. Cytomegalovirus dapat menyebabkan respons limfosit T yang

lemah, yang sering kali mengakibatkan superinfeksi oleh kuman oportunistik.

Cytomegalovirus juga dapat mejadi faktor pembantu dalam mengaktifkan infeksi

laten HIV.

2.1.6 Penyakit Yang Berhubungan dengan Cytomegalovirus (CMV)

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh cytomegalovius adalah CMV

Retinitis .ini mempengaruhi mata yang menyebabkan kerusakan retina.

kemungkinan dari perkembangan CMV retinitis meningkat,jumblah dari sel CD4

berkurang.CMV retinitis mungkin mempengaruhi salah satu mata terlebih

dahulu,tetapi biasanya berlanjut ke mata yang satunya dan menjadi bertambah

buruk seiring dengan menurunnya kemampuan pasien melawan infeksi

tersebut.virus tersebut sedang mengancam dan biasanya meminta perhatian dan

perawatan dari ahli bedah mata. pasien dengan CMV retinitis beresiko untuk

kehilangan retina, pendarahan, dan peradangan pada retina yang dapat

menyebabkan kehilangan penglihatan permanen dan menjadi buta.

2.1.7 Gejala dan Tanda Cytomegalovirus (CMV)

CMV retinitis biasanya menimbulkan gejala,tapi jarang.pasien dengan

kondisi sistem imun tertekan harus memperhatikan gejala-gejala pada meta

berikut selama perawatan.


1. Kehilangan penglihatan tiba-tiba

2. Penglihatan menjadi kabur

3. Bintik buta

4. Sorotan cahaya
Gambar retina yang terinfeksi CMV

retinitis

2.1.8 Diagnosis

Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau

jaringan tubuh lain. Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang

mencapai kadar puncak 3 – 6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun

kemudian. IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup

Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :

1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat

infeksi yang tepat

2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%

3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten

2.1.9 Struktur Cytomegalovirus (CMV)

CMV terdiri dari bagian envelope ( mengandung lipid ), tegument, capsid

dan memiliki genom DNA (deoxyribonucleic acid) untai ganda berukuran besar

yang mampu mengkode lebih dari 227 macam protein dengan 35 macam protein

struktural dan lain-lain protein nonstruktural yang tidak jelas fungsinya.2,13

Genom DNA dibagi menjadi 2 bagian unik yang dikenal dengan istilah unique

short (Us) dan unique long (Ul). CMV terdiri dari bermacam strain yang dapat

dibedakan dengan cara melakukan pencernaaan tertentu terhadap genom ini.

Protein CMV disebut dengan singkatan p untuk protein, gp atau g untuk


glikoprotein, pp untuk phosphoprotein. Protein-protein tersebut dapat dijumpai

pada bagian-bagian CMV seperti envelope sekurang-kurangnya ada 5 macam,

tegument juga 5 macam yang paling imunogenik serta paling banyak diproduksi,

capsid ada 5 macam pula yang bersifat imunogenik. Glikoprotein paling

imunogenik pada envelope ialah glikoprotein B. (gB).Semua antibodi yang

terbentuk bersifat neutralisasi terhadap semua protein imunogen ini,kecuali

terhadap glikoprotein 48 dari envelope yang terbentuk awal

2.1.10 Terapi dan Pengobatan Cytomegalovirus (CMV)

Obat-obat spesifik yang memberikan harapan untuk terapi pada penyakit

CMV adalah:

1. Ganciclovir (D H P G – dihydroxy – 2 propoxy methyl – guarine)

Dosis intravena: 5 - 7,5 mg per kg berat badan

Dosis oral untuk dewasa: 3 x 1 gr atau 6 x 500 mg

Aktivitas anti virus dari ganciclovir adalah dengan menghambat sintesa

DNA

2. Foscarnet (Fosfonoformate)

Dosis intravena: 60 – 90 mg/kg BB/hari

3. Imunoglobulin yang mengandung titer antibodi anti CMV yang tinggi

4. valaciclovir dapat dipertimbangkan sebagai terapi profilaksi untuk penyakit

akibat infeksi CMV pada individu dengan imunokompromais.

Vaksin cytomegalovirus hidup telah dikembangkan melalui pasase yang

diperluas dalam sel manusia dan telah mengalami beberapa percobaan klinik

pendahuluan. Berbeda dengan infeksi alamiah, penyebaran virus maupun


reaktivasi infeksi laten telah dapat dideteksi dengan virus vaksin. Namun,

penggunakan vaksin hidup cytomegalovirus masih terus diperdebatkan karena

keamanannya. Pendekatan lain terhadap imunisasi (tidak menggunakan virus

hidup) melibatkan penggunakan polipeptida cytomegalovirus yang dimurnikan

untuk menginduksi antibodi neutralisasi


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


Cytomegalovirus (Cmv)

3.1 Pengkajian

Ds : Ibu mengatakan Demam Lama, Sakit Menelan-Anorexia, Mudah


Lelah/malaise,kerusakan pada limfe,
Do : Tes serologi , kelainan hematologik, gambaran limfositosis reaktif,
anemia hemolitik, trombositopeni

3.2 Masalah
Gangguan pemenuhan pola,gangguan rasa nyaman, Cemas

3.3 Diagnosa Keperatawatan


Prematuritas, BBLR, IUFD, Aborsi dan lahir mati

3.4 Intervensi Keperawatan


1. Memutus tali penularan

2. Mencari penyebab penularan

3. Berikan HE tentang :

4. Pemenuhan keb nutrisi diit TKTP

5. Menjaga Kebersihan perseorangan

6. Hindari faktor pemicu

7. Jika berhubungan seksual harus dicegah masuknya bakteri melalui :

vagina, anus, dan lubang lainnya

8. Pemberian terapi Acyclovir

9. Infus

10. Rujuk
11. kolaborasi dengan dokter Obgyn

3.5 Evaluasi
S : Ibu Mengerti Tentang penjelasan yang diberikan: Makan makanan
bergizi dan matang,Minum Obat,Cegah Penularan, Menjaga kebersihan
perseorangan, Kontrol Ulang/segera jika ada keluhan
O : k/u,TTV,djj,Hasil Lab,BB,Hasil USG
A : hamil dengan CMV
P : Kontrol Ulang/Segera Bila ada keluhan, obsv.TTV, pemenuhan
kebutuhan cairan tubuh,
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin
bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil karena firus cmv dapat melewati plasenta
dan merusak hati janin .
Cmv biasanya ditemukan pada kelenjar saliva pasien dapat mengalami
infeksi kapan saja,selama kehamilan menimbulkan gejala,maka kemungkinan 90
% bayinya akan mengalami komplikasi.
Virus ini menular dari seseorang ke orang lain melalui kontak dengan cairan
tubuh juga bisa menular melalui hubungan seksual.

3.2 Saran
Kita harus waspada dengan cmv karena gejala cmv jarang diketahui oleh
penderita cmv. Begitu pula keluhannya juga jarang disadari. Maka dari itu. Sebaik
mungkin kita harus bisa menjaga diri agar tidak terinfeksi CMV.
DAFTAR PUSTAKA

Handradinita, 2008.https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/i-putu-
handradinita 078114002.pdf

Lisyani, 2007. Kewaspadaan terhadap infeksi Cytomegalovirus Serta kegunaan


deteksi secara laboratorik. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro : Semarang
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


CYTOMEGALOVIRUS ( CMV )

Oleh :

Dwi Yunita Sari


NIM. 1130118038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2019

Anda mungkin juga menyukai