Anda di halaman 1dari 8

WOC KELUARAG DENGAN DIABETES MELITUS

A. Pengertian
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai
akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).

B. Klasifikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari
pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
 Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
 Pada perabaan terasa dingin.
 Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
 Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai
kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki
teraba baik.
C. Jenis Diabetes
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)
Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit
lagi. Gambaran kliniknya biasanyatimbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil
balig. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
2. Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah
umur 40 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih
tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab
imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari, banyak
makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah,
kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun,
luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang
sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka mengetahui adanya diabetes karena pada saat periksa
kesehatan diemukan kadar glukosa darahnya tinggi. (Soegondo S, dkk. 2007)
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,
sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap
saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak
makan akan tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak. (Arjatmo, Tjokronegoro. 2002)

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berupa:
1. Obat Hipoglikemik Oral
 Pemicu sekresi insulin
 Penambah sensitivitas terhadap insulin:
2. Insulin
3. Pencegahan komplikasi
 Berhenti merokok
 Mengoptimalkan kadar kolesterol
 Menjaga berat tubuh yang stabil
 Mengontrol tekanan darah tinggi
 Olahraga teratur dapat bermanfaat :
 Mengendalikan kadar glukosa darah
 Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
 Membantu mengurangi stres
 Memperkuat otot dan jantung
 Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
 Membantu menurunkan tekanan darah
(Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003)
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan Pemantauan
3. Terapi (jika diperlukan)
4. Pendidikan
(Brunner and Suddarth, 2002)

F. Pertimbangan Gerontologi
Aktifitas fisik yang konsisten dan realistic sangat menguntungkan bagi penderita diabetes yang
berusia lanjut. Keuntungannya mencakup penurunan hiperglikemia, perasaan segar dan penggunaan kalori
yang dikonsumsi sehingga terjadi penurunan berat badan. Karena adanya peningkatan insidens masalah
kardiovaskuler pada lansia, maka pola latihan secara bertahap dan konsisten harus direncanakan agar tidak
melebihi kapasitas fisik pasien. Gangguan fisik akibat penyakit kronis lainnya juga harus dipertimbangkan.
(Brunner and Suddart, 2002)
Obesistas Pola makanan salah Kurang berat badan Hereditas

Jumlah reseptor insulin menurun

Insulin yang ada

Defisiensi insulin
(absolute dan relatif)

Gangguan kadar insulin dalam darah / DM

Ambilan glukosa Kerusakan reseptor insulin perubahan status kesehatan

Hiperglikemi resisten insulin kurang perhataian terhadap penyakit

Hiperglikemi/Hipoglikemi
Kegagalan mengurangi faktor risiko pengabaian pengobatan

Glukosa sel ↓ penangana keluarga terhadappengobatan


Risko ketidakstabilan tidak konsisiten
kadar gula darah. Ketidakefektifan manajemen
Nutrisel ↓ kesehatan keluarga.
Ketidakmampuan koping
Sel lapar
keluarga.

Gangguan nutrisi
Ketidakefektifan manajemen kesehatan Ketidakmampuan koping keluarga. Risko ketidakstabilan kadar gula darah.
keluarga.

NOC : NOC : NOC :


Koping keluarga (2600) Keparahan hiperglikemi (2111)
Normalisasi keluarga (2640)  Keluarga mampu menhgadapi masalah  Tidak ada peningkatan urin output
 Keluarga peduli terhadap kebutuhan semua  Tidak ada peningkatan haus
 Keluarga mengakui potensi kelemahan anggota keluarga  Tidak ada lapar berlebihan
untuk merubah rutinitas keluarga.  Keluarga mampu mengelola masalah  Tidak ada kelelahan
 Keluarga mampu mempertahankan rutinitas keluarga  Tidak ada sakit kepala
seperti biasanya  Tidak ada pandangan kabur
 Keluarga mampu beradap tasi dengan Dukungan keluarga selama perawatan (2609)  Tidak ada kehilangan BB yang tidak bisa
rutinitas keluarga yang mengakomondasi dijelaskan
kebutuhan keluarga yang terkena dampak  Anggota keluarga mengungkapkan keinginan
 Keluarga mampu mempertahankan aktivitas untuk menudukung anggota keluarga yang Keparahan hipoglikemia (2113)
dan rutinitas yang tepat sakit
 Anggota keluarga bertanya bagaimana  Tidak ada gemetar
Partisipasi keluarga dalam perawatan mereka dapat membantu  Tidak berkeringat berlebih
profesional (2605)  Keluarga meminta informasi mengenai  Tidak merasa kelaparan
prosedur  Tidak merasa kelemahan
 Keluarga mampu berpartisipasi dalam  Keluarga meminta onformasi mengenai
 Tidak mengantuk berlebih
perencanaan keperawatan kondisi pasien
 Keluarga mampu dalam menyediakan
perawatan
 Keluarga memperoleh informasi yang
diperlukan keluarga mampu
mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perawatan

NIC : NIC : NIC :


Peningkatan keterlibatan keluarga (7110) Terapi keluarga (7150) Manajemen hiperglikemi (2120)
 Bangun hubungan pribadi dengan pasien  Identifikasi bagaimana keluarga  Monitor kadar glukosa darah sesuai indikasi
dan anggota keluarga yang akan terlibat menyelesaikan masalah  Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
dalam keperawatan  Tentukan bagai mana keluarga membuat  Monitor nadi dan tekanan darah
 Identifikasi deficit perawatan diri pasien keputusan  Dorong pemantuan sendiri kadar glukosa
 Identifikasi preferensi anggota keluarga  Fasilitasi diskusi keluarga darah
untuk ketelibatan pasien
 Monitor peran keluarga dalam perawatan Dukungan keluarga (7140) Manajemen hipoglikemia (2130)
pasien.
 Berikan iformasi penting kepada keluarga  Yakinkan keluarga pasien sedang diberikan  Identifikasi pasien yang berisiko mengalami
mengenai kondisi pasien. perawatan terbaik hipoglikemia
Konseling (5240)  Dengarkan kekhawatiran, perasaan dan  Kenali tanda dan gejala hipoglikemia
pertanyaan dari keluarga  Monitor kadar glukosa darah sesuai indikasi
 Bangun hubungan terapeutik didasarkan  Tingkatkan hubungan saling percaya dengan
pada rasa saling percaya dan saling pasien Manajemen obat (2380)
menghormati  Berikan informasi bagi keluarga terkait
 Tetapkan lama hubungan konseling perkembangan pasien dengan sering, sesuai  Tentukan obat yang diperlukan sesuai resep
 Tetpkan tujuan konselingsediakan informasi kehendak pasien.  Monitor pasien mengenai efek teurpeutik
factual yang tepat  Beritahu keluarga mengenai rencana medis obat
dan keperawatan.  Monitor efek samping obat
Identifikasi risiko (6610)  Monitor serum obat
Konseling (5240)
 Kaji ulang riawayat kesehatan masa lalu Pengajaran : proses penyakit (5602)
 Identifikasi adanya sumber- sumber agensi  Bangun hubungan terapeutik didasarkan
untuk membantu menurunkan faktor risiko pada rasa saling percaya dan saling  Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
 Perthankan pencatatn dan statistic yang menghormati dengan proses penyakit yang spesifik
akurat  Tetapkan lama hubungan konseling  Jelaskan patofisiologi penyakit
Pengajaran : proses penyakit (5602)  Tetpkan tujuan konselingsediakan informasi danhubunganya dengan anatomi dan
 Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait factual yang tepat fisiologi
dengan proses penyakit yang spesifik  Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari
 Jelaskan patofisiologi penyakit penyakit
danhubunganya dengan anatomi dan
fisiologi
 Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari
penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2 Jakarta : EGC.
Noer, Sjaifoellah H.M., dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta
Soegondo S, dkk. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, cetakan keenam. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai