Anda di halaman 1dari 6

5.

3 Diskusi Komprehensif

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa

Program kolaboratif dari ketiga program (NUSP-2, Sanimas IDB dan Pemerintah

Daerah) terhadap peningkatan kualitas permukiman kumuh di Kelurahan Bajak dengan

aktor masing-masing program melakukan kolaborasi untuk mencapai target yang ingin

dicapai yaitu penuntasan persoalan permukiman kumuh di kawasan tersebut. Para aktor

dari masing-masing program berkolaborasi yang dimulai dari dialog informal yang

kemudian di formalkan.

Proses kolaborasi menjadi hal yang sangat penting dikarenakan merupakan

tahapan awal dari semua proses pelaksanaan. Peran setiap stakeholder dari masing-

masing program berbeda-beda satu sama lain dan memililki hubungan yang erat satu

sama lain yaitu masing-masing stakeholder yang terlibat dalam program sama-sama

berkontribusi untuk menyusun konsep untuk mewujudkan kawasan kumuh di

Kelurahan Bajak agar tidak kumuh lagi. Demi mewujud kegiatan-kegiatan yang

diusulkan oleh masing-masing program dalam bentuk tersusunnya dokumen strategi

pengentasan kumuh yaitu dokumen Slum Improvement Action Plan (SIAP). Dokumen

ini disusun oleh Pemerintah Kota Bengkulu dan menjadi acuan dalam pelaksanaan

program penanganan kumuh yang bersifat multisektor (keterpaduan) di tingkat Kota

Bengkulu. Sedangkan rencana aksi peningkatan kualitas permukiman kumuh di

Kelurahan Bajak disusun dalam dokumen NUAP ataupun CSIAP serta didukung oleh

partisipasi masyarakat Bajak yang sangat antusias terhadap program-program yang ada

79
80

dengan motor penggerak kegiatan di tingkat kelurahan adalah BKM Sentot Raya dan

KSM-KSM.

Proses kolaborasi berjalan secara informal dan kemudian dilanjutkan dengan

pertemuan formal yang di motori oleh pemerintah daerah dalam hal ini

Bapelitbang/Bappeda Kota Bengkulu. Kolaborasi perencanaan dalam bentuk

penyusunan dokumen perencanaan yang ada di tingkat kota dan di tingkat kelurahan

sampai ke Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM). Penyusunan dokumen perencanaan

di tingkat Kelurahan Bajak di awali dengan rembuk warga (musyawarah) di Tingkat

Kelurahan dan musrenbang pada program APBD, hal ini bertujuan untuk menentukan

prioritas kegiatan yang akan dilakukan dan pelibatan masyarakat secara penuh,

sehingga proses kolaborasi yang dijalankan oleh stakheolder pelaksana berjalan secara

sinergis dan harmonis.

Pelaksanaan program kolaboratif dari ketiga program (NUSP-2, Sanimas IDB

dan APBD) dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh di Kelurahan Bajak baru

berlangsung dalam bentuk perencanaan dan pembangunan infrastruktur. Kolaborasi

dalam pembangunan infrastruktur dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi

pemasalahan permukiman kumuh berdasarkan 7 + 1 indikator yang telah ditetapkan,

untuk itu dilaksanakan program kolaboratif dari ketiga program tersebut dengan

melaksanakan tugas dan wewenangnya masing-masing seperti Program NUSP-2

menangani pembangunan infrastruktur di daerah deliani kumuh dengan kegiatan

berupa pembangunan jalan dan drainase yang dengan skala lingkungan untuk
81

mengatasi kumuh dari indikator jalan, drainase dan proteksi kebakaran, sedangkan

program Sanimas IDB menangani daerah deliniasi kumuh dengan kegiatan berupa

pembangunan IPAL komunal dengan tujuan untuk mengatasi kumuh dari indikator

sanitasi, persampahan, air limbah dan drainase, dan Program dari APBD berupa

program pembangunan infrastruktur dengan Dinas PUPR sebagai pelaksananya

membangun pelebaran jalan dan drainase dengan konstruksi hotmix untuk mengatasi

kumuh dari indikator aksesibiltas lingkungan dan harmonisasi bangunan. Dari hasil

penelitian dan pembahasan menunjukan hasil yang efektif.

Keterkaitan antara proses kolaborasi yang berjalan secara sinergi sehingga

menghasilkan pelaksanaan program kolaboratif di Kelurahan Bajak menjadi efektif,

hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu tujuan dan misi dari

pelaksana masing-masing program yang sama yaitu bersama-sama berkomitmen untuk

mengentaskan permasalahan prmukiman kumuh di Kelurahan Bajak, motivasi yang

ditunjukkan oleh masing-masing stakeholder adalah program ini bukanlah proyek

tetapi mengedepankan terlaksananya tujuan dan target sasaran, kemudian di dukung

oleh struktur dan kekuasaan dari pemerintah pusat dan daerah yang jelas jalur

koordinasi dan garis kolaborasinya dan peran Kepala Daerah (Walikota Bengkulu)

yang konsen memberikan dukungan terhadap program dibuktikan dengan dukungan

baik finansial maupun sosial serta komunikasi yang baik antara stakeholder di masing-

masing program dan tingkat kepercayaan yang tinggi oleh masing-masing program
82

serta penerimaan dan kontribusi dari masyarakat Bajak yang besar sehingga target yang

dicanangkan oleh pemerintah pusat dapat tercapai.

5.4 Dialog Teoritik

Permasalahan permukiman kumuh masih menjadi persoalan besar bagi

pemerintah, untuk itu diperlukan strategi yaitu kolaborasi seluruh pelaku pembangunan

dalam penanganan permukiman kumuh. Kolaborasi beberapa pihak antara pemerintah

mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat kelurahan/desa, pihak swasta, masyarakat,

dan pihak terkait lainnya. Keterlibatan beberapa pihak secara kolaboratif diharapkan

memberikan dampak positif bagi pembangunan. Dwiyanto (2011) menjelaskan dengan

membangun kolaborasi dapat merubah sikap para aktor yang berkolaborasi menjadi

lebih terbuka dan bersahabat. Dalam kerjasama kolaboratif menurut Dwiyanto (2011)

masing-masing pihak diikat oleh adanya kepentingan bersama untuk mencari solusi

terhadap masalah atau isu tententu. Kepentingan bersama dalam hal ini adalah

pengentasan kawasan kumuh di Kota Bengkulu khususnya di Kelurahan Bajak.

Beberapa program yang digulirkan oleh pemerintah pusat seharusnya bersinergi

dengan program-program yang ada di pemerintah daerah. Begitupun pemerintah

daerah juga memberikan dukungan penuh terhadap program-program yang digulirkan

pemerintah pusat. Beberapa program berskala nasional dalam upaya pengentasan

permukiman kumuh diantaranya Program PLP2K-BK, NUSP-2 dan NSUP.


83

Pelaksanaan program kolaboratif dalam peningkatan kualitas permukiman

kumuh di Kelurahan Bajak dengan prinsip-prinsip yang telah di tetapkan oleh

Kementerian PUPR melalui Surat Edaran Dirjen Ciptakarya (SE DJCK) No 40 Tahun

2016 sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Deseve (2007) dalam Sudarmo

(2011) tentang Collaborative Governance. Perspektif kolaborasi sebagai strategi dalam

pelaksanaan program sudah cukup efektif dilihat dari pelaksaaan kegiatan yang

menghasilkan pengurangan kumuh di Kelurahan Bajak menjadi 0,57 Ha pada tahun

2018, namun pelaksanaannya perlu manajemen kolaborasi yang baik oleh para pihak

yang berkolaborasi agar keberlanjutan program tetap terlaksana .

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kolaborasi antar program dalam

peningkatan kualitas permukiman kumuh di kelurahan Bajak dirumuskan berdasarkan

teori Sabaruddin (2015) yang telah dijabarkan pada sub-bab 5.3 dan dirangkum dalam

tabel 5.16. Dari kesebelas faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kolaborasi

menurut Sabaruddin, ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi yaitu tujuan atau

misi kolaborasi, motivasi dan komitmen kolaborasi, struktur dan pemerintahan

kolaborasi, kekuasaan dalam kolaborasi, komunikasi serta kepercayaan. Dari kelima

faktor tersebut ada juga faktor lain yang ditemukan di lapangan yaitu partisipasi

masyarakat Kelurahan Bajak dan BKM Sentot Raya yang memberikan kontribusi

cukup besar terhadap keberhasilan program. Hal ini menunjukan bahwa program-

program dari pemerintah pusat yang diturunkan ke pemerintah daerah dalam bentuk

program pemberdayaan sejalan dengan Suharyanto (2005) yang mengatakan bahwa


84

salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kolaborasi adalah pemberdayaan

(empowering), pemberdayaan mengarahkan pada tindakan partisipatif dalam sebuah

proses pembangunan yang menekankan pada desentralisasi proses pengambilan

keputusan sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.

Anda mungkin juga menyukai