3 Diskusi Komprehensif
Program kolaboratif dari ketiga program (NUSP-2, Sanimas IDB dan Pemerintah
aktor masing-masing program melakukan kolaborasi untuk mencapai target yang ingin
dicapai yaitu penuntasan persoalan permukiman kumuh di kawasan tersebut. Para aktor
dari masing-masing program berkolaborasi yang dimulai dari dialog informal yang
kemudian di formalkan.
tahapan awal dari semua proses pelaksanaan. Peran setiap stakeholder dari masing-
masing program berbeda-beda satu sama lain dan memililki hubungan yang erat satu
sama lain yaitu masing-masing stakeholder yang terlibat dalam program sama-sama
Kelurahan Bajak agar tidak kumuh lagi. Demi mewujud kegiatan-kegiatan yang
pengentasan kumuh yaitu dokumen Slum Improvement Action Plan (SIAP). Dokumen
ini disusun oleh Pemerintah Kota Bengkulu dan menjadi acuan dalam pelaksanaan
Kelurahan Bajak disusun dalam dokumen NUAP ataupun CSIAP serta didukung oleh
partisipasi masyarakat Bajak yang sangat antusias terhadap program-program yang ada
79
80
dengan motor penggerak kegiatan di tingkat kelurahan adalah BKM Sentot Raya dan
KSM-KSM.
pertemuan formal yang di motori oleh pemerintah daerah dalam hal ini
penyusunan dokumen perencanaan yang ada di tingkat kota dan di tingkat kelurahan
Kelurahan dan musrenbang pada program APBD, hal ini bertujuan untuk menentukan
prioritas kegiatan yang akan dilakukan dan pelibatan masyarakat secara penuh,
sehingga proses kolaborasi yang dijalankan oleh stakheolder pelaksana berjalan secara
dan APBD) dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh di Kelurahan Bajak baru
untuk itu dilaksanakan program kolaboratif dari ketiga program tersebut dengan
berupa pembangunan jalan dan drainase yang dengan skala lingkungan untuk
81
mengatasi kumuh dari indikator jalan, drainase dan proteksi kebakaran, sedangkan
program Sanimas IDB menangani daerah deliniasi kumuh dengan kegiatan berupa
pembangunan IPAL komunal dengan tujuan untuk mengatasi kumuh dari indikator
sanitasi, persampahan, air limbah dan drainase, dan Program dari APBD berupa
membangun pelebaran jalan dan drainase dengan konstruksi hotmix untuk mengatasi
kumuh dari indikator aksesibiltas lingkungan dan harmonisasi bangunan. Dari hasil
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu tujuan dan misi dari
oleh struktur dan kekuasaan dari pemerintah pusat dan daerah yang jelas jalur
koordinasi dan garis kolaborasinya dan peran Kepala Daerah (Walikota Bengkulu)
baik finansial maupun sosial serta komunikasi yang baik antara stakeholder di masing-
masing program dan tingkat kepercayaan yang tinggi oleh masing-masing program
82
serta penerimaan dan kontribusi dari masyarakat Bajak yang besar sehingga target yang
pemerintah, untuk itu diperlukan strategi yaitu kolaborasi seluruh pelaku pembangunan
mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat kelurahan/desa, pihak swasta, masyarakat,
dan pihak terkait lainnya. Keterlibatan beberapa pihak secara kolaboratif diharapkan
membangun kolaborasi dapat merubah sikap para aktor yang berkolaborasi menjadi
lebih terbuka dan bersahabat. Dalam kerjasama kolaboratif menurut Dwiyanto (2011)
masing-masing pihak diikat oleh adanya kepentingan bersama untuk mencari solusi
terhadap masalah atau isu tententu. Kepentingan bersama dalam hal ini adalah
Kementerian PUPR melalui Surat Edaran Dirjen Ciptakarya (SE DJCK) No 40 Tahun
2016 sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Deseve (2007) dalam Sudarmo
pelaksanaan program sudah cukup efektif dilihat dari pelaksaaan kegiatan yang
2018, namun pelaksanaannya perlu manajemen kolaborasi yang baik oleh para pihak
teori Sabaruddin (2015) yang telah dijabarkan pada sub-bab 5.3 dan dirangkum dalam
menurut Sabaruddin, ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi yaitu tujuan atau
faktor tersebut ada juga faktor lain yang ditemukan di lapangan yaitu partisipasi
masyarakat Kelurahan Bajak dan BKM Sentot Raya yang memberikan kontribusi
cukup besar terhadap keberhasilan program. Hal ini menunjukan bahwa program-
program dari pemerintah pusat yang diturunkan ke pemerintah daerah dalam bentuk