Anda di halaman 1dari 14

JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1.

Juni 2017

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA PETUGAS KESEHATAN INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM

Oktaviana Zahratul Putri1, Tengku Mohamed Ariff Bin Raja Hussin2, Heru
Subaris Kasjono3

1,2
Institute for Comunity Development and Quality Of Life, University Sultan Zainal
Abidin, Kampus Gong Badak 21300 Terengganu, Malaysia.
Email: oktavianazahraa@gmail.com, 2tg_mariff@unisza.edu.my 3Politeknik
1

Kesehatan Negeri Yogyakarta, Jl. Tata Bumi No. 3, Banyuraden, Gamping.


Email: 3kherusubaris@gmail.com

ABSTRAK
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat
1, bahwa salah satu persyaratan Rumah Sakit adalah harus memenuhi
unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Laporan National Safety
Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan terjadinya kecelakaan di RS
41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
di antaranya tertusuk jarum atau needle stick injury (NSI), terkilir, sakit
pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit dan infeksi. Salah
satu upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan
melakukan analisis risiko. Tujuan dari studi adalah untuk melakukan
analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja petugas kesehatan dan
administrasi di Rumah Sakit Akademik UGM. Metode yang digunakan
yaitu observasi dan wawancara kepada petugas instalasi gawat darurat,
membuat job hazard analisis, kemudian dilakukan analisis risiko
dengan pendekatan AS/NZS 4360: 2004 dan menilai dengan tabel
W.T.Fine. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor bahaya di instalasi
gawat darurat terdiri dari bahaya fisik, biologi, ergonomi, perilaku, dan
psikologis. Faktor bahaya fisik merupakan yang dominan yaitu jarum
suntik (benda tajam) yang berdampak luka tusuk dan tertular penyakit
menular dari pasien. Nilai risiko tertinggi bahaya fisik dan biologi pada
proses pekerjaan pemasangan infus pada pasien sebesar 150 (tinggi)
mengharuskan adanya perbaikan secara teknis. Nilai risiko ini
didapatkan apabila telah melakukan rekomendasi pengendalian dari
peneliti.

Kata kunci : Analisis risiko, AS/NZS 4360, rumah sakit

ABSTRACT
Law No.44 of 2009 on Hospital Article 7 paragraph 1, that one of the
requirements of the Hospital is occupational safety and health. The
National Safety Council (NSC) report of 1988 showed an accident in
hospitals 41% larger than workers in other industries. Common cases

1
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

include needle stick injury or needle stick injury (NSI), sprains, back
pain, scratches/cuts, burns, disease, and infection. One of the
preventions of work accident is by doing risk analysis. The purpose of
the study was to analyze the occupational health and safety risk of
health and administration personnel at UGM Academic Hospital. The
method used was observation and interview to emergency department
officer, make job hazard analysis, then do risk analysis with the
approach of AS / NZS 4360: 2004 and assess with table W.T.Fine. The
results indicated that hazard factors in the emergency department were
physical, biological, ergonomic, behavioral, and psychological hazards.
The physical hazard factors were the dominant of the hypodermic
needle (sharps) that impact puncture wounds and contracting infectious
diseases from patients. The highest risk value of physical and biological
hazards was in the infusion process in patients, ie 150 (high category),
which requires technical improvement. This risk value was obtained if
it has done the recommendation of control from the researcher.

Keywords: Risk analysis, AS/NZS 4360, hospital


dalamnya. Rumah Sakit yang tidak
PENDAHULUAN memenuhi persyaratan-persyaratan
tersebut tidak diberikan izin mendirikan,
Rumah sakit merupakan institusi dicabut atau tidak diperpanjang izin
pelayanan kesehatan yang kompleks, padat operasional Rumah Sakit (pasal 17)
profesi dan padat modal. Pelayanan rumah (MENKES RI, 2009).
sakit menyangkut berbagai fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja
pelayanan, pendidikan, penelitian dan juga bertujuan melindungi pekerja atas
mencakup berbagai tindakan maupun keselamatannya agar dapat meningkatkan
disiplin medis. Rumah Sakit adalah tempat produktifitas nasional. Menjamin semua
kerja yang memiliki potensi terhadap pekerja yang berada di tempat kerja
terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah menggunakan serta merawat sumber
terbakar, gas medik, radiasi pengion, dan produksi secara aman dan efisien
bahan kimia merupakan potensi bahaya (MENKES, 2009).
yang memiliki risiko kecelakaan kerja. Hasil laporan National Safety
Oleh karena itu, Rumah Sakit Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan
membutuhkan perhatian khusus terhadap bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41%
keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan lebih besar dari pekerja di industri lain.
umum (Sadaghiani, 2001 dalam Omrani Kasus yang sering terjadi di antaranya
dkk., 2015). tertusuk jarum atau needle stick injury
Undang-undang No.44 Tahun 2009 (NSI), terkilir, sakit pinggang,
tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat 1, bahwa tergores/terpotong, luka bakar, penyakit
"Rumah Sakit harus memenuhi infeksi dan lain-lain (Kemenkes, 2007).
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, Risk Management Standard AS/NZS
sumber daya manusia, kefarmasian, dan 4360:2004 menyatakan bahwa analisis
peralatan", persyaratan-persyaratan risiko bersifat pencegahan terhadap
tersebut salah satunya harus memenuhi terjadinya kerugian maupun accident.
unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Mengelola risiko harus dilakukan secara

2
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

berurutan langkah-langkahnya yang Penelitian ini menggunakan metode


nantinya bertujuan untuk membantu dalam pendekatan AS/NZS 4360:2004 Tentang
pengambilan keputusan yang lebih baik Risk Management dengan tabel penilaian
dengan melihat risiko dan dampak yang risiko W.T.Fine. Lokasi penelitian
kemungkinan ditimbulkan. dilakukan di Rumah Sakit Akademik
Instalasi gawat darurat merupakan UGM Yogyakarta. Waktu pelaksanaan
pelayanan yang memerlukan pelayanan penelitian pengambilan sampel dan data
segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk pada bulan Maret sampai Juli 2017.
mencegah kematian dan kecacatan Informan dari penelitian ini adalah petugas
(Kemenkes, 2016). Instalasi gawat darurat kesehatan di Instalasi Gawat Darurat
rumah sakit akademik UGM memiliki Rumah Sakit Akademik UGM. Data
kejadian kecelakaan terbanyak bila primer diambil dengan cara observasi dan
wawancara kepada petugas kesehatan
Tabel 1. Penentuan Tingkat Risiko
Tingkat
risiko Kategori Tindakan

> 350 Sangat tinggi Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai
batasan yang dibolehkan atau diterima

180 – 350 Prioritas 1 Perlu pengendalian sesegera mungkin

70 – 180 Tinggi Mengharuskan adanya perbaikan secara teknis

20 – 70 Prioritas 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan


< 20 diterima Intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin

dibandingkan dengan unit kerja lain. Kasus instalasi gawat darurat Rumah Sakit.
kecelakaan di Instalasi Gawat Darurat Validasi data dilakukan kepada petugas
Rumah Sakit Akademik UGM sebanyak 9 instalasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
orang dengan 4 jenis proses pekerjaan atau RSA UGM. Data sekunder diambil dari
tindakan. Sebagai Rumah rekap data kecelakaan yang pernah terjadi
Sakit yang menerapkan peduli keselamatan di RSA UGM. Pengumpulan data
dan kesehatan kerja petugas kesehatan dilakukan dengan cara observasi dan
maupun administrasi, peneliti tertarik wawancara kemudian dihitung
untuk mengambil tema Analisis Risiko menggunakan analisis semi-kuanitatif
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada sesuai dengan metode AS/NZS 4360:2004
Petugas Kesehatan Instalasi Gawat Darurat dan penilaian risiko W.T.Fine. dan
Rumah Sakit Akademik UGM dengan menentukan tingkat risiko menggunakan
pendekatan AS/NZS dan tabel penilaian Tabel 1.
W.T.Fine.

METODE PENELITIAN

Penilaian risiko dengan metode risiko yang ada. Pada tahap awal
AS/NZS 4360 dilakukan dengan menilai menggunakan job hazard analisis dari

3
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

observasi dan wawancara. Penilaian risiko Gambaran Umum


pekerjaan menggunakan Tabel W.T.Fine Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
setelah dilakukan analisis risiko pekerjaan. Sakit Akademik UGM khususnya di
Nilai risiko Basic Risk yaitu nilai Instalasi Gawat Darurat. Rumah Sakit
risiko tanpa mempertimbangkan UGM memiliki 36 kasus kecelakaan kerja
pengendalian yang sudah dilakukan rumah pada periode Januari 2015 - Juli 2017.
sakit. Existing risk yaitu nilai risiko yang Kasus kecelakaan kerja terbanyak

Tabel 2. Kasus Kecelakaan Yang Berkaitan dengan Proses Pekerjaan Di Instalasi Gawat
Darurat
Jumlah kasus (orang) Persentase (%)
Jenis Proses Pekerjaan
Proses pengambilan sampel darah 2 22,2
Pemasangan infus pasien 3 33,4
Perjalanan pergi atau pulang kerja 1 11,1
Injeksi obat pada pasien 2 22,2
Proses menjahit luka 1 11,1
Jumlah 9 100

mempertimbangkan pengendalian yang terdapat di Instalasi Gawat Darurat.


sudah dilakukan rumah sakit. Residual Jumlah kasus kecelakaan di Instalasi
Risk yaitu nilai risiko yang Gawat Darurat sebanyak 9 kasus
mempertimbangkan rekomendasi kecelakaan.
pengendalian dari peneliti. Nilai tingkat
risiko didapatkan dari perkalian Kasus kecelakaan yang berkaitan
consequences, Exposure dan Likelihood dengan proses pekerjaan di Instalasi
yang terdapat dalam tabel W.T.Fine. Gawat Darurat
Kasus kecelakaan yang terdapat
HASIL DAN PEMBAHASAN pada instalasi gawat darurat rumah sakit
disajikan di dalam Tabel 2.

Jenis pekerjaan yang pernah mengalami kecelakaan terbanyak yaitu


mengalami kecelakaan di instalasi gawat proses pemasangan infus yaitu sebanyak 3
darurat meliputi proses pengambilan kasus (33,4%) dari 9 kasus.
sampel darah, pemasangan infus pasien,
perjalanan pergi dan pulang kerja Penilaian Risiko dengan metode AS/NZS
(kecelakaan lalulintas), proses injeksi obat 4360:2004 Proses Pekerjaan
kepada pasien dan proses penjahitan luka Pengambilan Sampel Darah pada pasien
pada pasien. Proses pekerjaan yang

Tabel 3. Pengendalian Risiko Pekerjaan Pengambilan Sampel Darah


Jenis Bahaya dan Pengendalian yang ada Rekomendasi pengendalian pekerjaan Dampak di
Rumah Sakit dari Peneliti

4
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

Mengambil Fisik menggunakan Alat Pelindung Diri dan 1. Tidak melakukan


darah pasien jarum suntik dan luka Standar Prosedur pengambilan sampel sendiri,
tusuk jarum suntik Operasional (SPO). harus menambah personil
2. Melakukan tindakan sesuai
SPO.
Biologi Alat Pelindung Diri dan 1. Selalu menyertakan safety box
kontak dengan Standar Prosedur saat melakukan tindakan
darah pasien dan Operasional 2. Menghilangkan tahap
tertular penyakit recapping pada SPO di ganti
menular (Hepatitis, dengan langsung membuang
HIV dan AIDS) jarum ke dalam Safety box

Perilaku, tidak Alat Pelindung Diri 1. Memberikan sosialisai dampak (APD)


menggunakan APD dan Standar dari tidak menggunakan APD
dan luka tusuk dan Prosedur Operasional 2. Mewajibkan semua
mudah tertular petugas medis memahami
dan mentaati
Jenis Bahaya dan Pengendalian yang ada Rekomendasi pengendalian
pekerjaan Dampak di Rumah Sakit dari Peneliti
penyakit tahap-tahap pekerjaan yang ada
menular di SPO
Hepatitis, AIDS, dan
HIV
Ergonomi Standar Prosedur 1. Memberikan penyuluhan
membungkuk saat Operasional tentang bahaya low back pain.
pengambilan darah 2. Menyediakan Kasur atau bed
pasien (postur yang fleksibel bisa di naik dan
janggal) dan nyeri turunkan
otot atau low back
pain

Tabel 3 menjelaskan tentang bahaya pengendalian dari peneliti. Data tersebut


dan dampak dari proses pekerjaan digunakan untuk mendapatkan nilai risiko
pengambilan sampel darah. Menjelaskan sesuai dengan metode AS/NZS 4360:2004.
pengendalian yang sudah ada di Rumah Nilai risiko pekerjaan pengambilan sampel
Sakit Akademik UGM dan rekomendasi darah dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Risiko Pekerjaan Pengambilan Sampel Darah

Nilai Risiko
Jenis
Bahaya
pekerjaan Existing
Basic Risk Residual Risk
Risk
Mengambil Fisik 500 300 60
darah pasien Biologi 500 300 45
Perilaku 450 135 30

Ergonomi 100 60 18

Pada pekerjaan pengambilan sampel


darah pasien memiliki satu tahap pekerjaan

5
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

yaitu mengambil darah pasien. Bahaya ergonomi yaitu


Pengambilan darah pasien memiliki membungkuk saat pengambilan darah
bahaya fisik menggunakan jarum suntik pasien (postur janggal) yang berdampak
yang berdampak tertusuk jarum suntik. nyeri otot atau low back pain. Pada bahaya
Bahaya biologi yaitu kontak dengan darah ergonomi apabila menerapkan
pasien yang berdampak tertular penyakit rekomendasi pengendalian dari peneliti
Hepatitis, AIDS, dan HIV. Bahaya dapat menurunkan tingkat risiko menjadi
perilaku yaitu tidak menggunakan alat 18 (diterima) yaitu intensitas yang
pelindung diri yang berdampak mudah menimbulkan risiko dikurangi seminimal
tertular penyakit Hepatitis, AIDS, dan mungkin.
HIV. Pada bahaya fisik, biologi dan bahaya
perilaku apabila menerapkan rekomendasi Proses Pekerjaan Pemasangan Infus
pengendalian dari peneliti dapat Pada Pasien
menurunkan tingkat risiko menjadi 60, 45, Pengendalian risiko pekerjaan
dan 30 (prioritas 3) yaitu perlu diawasi pemasangan infus dapat dilihat pada Tabel
dan diperhatikan secara
berkesinambungan.

5.

Tabel 5. Pengendalian Risiko Pekerjaan Pemasangan infus

Jenis pekerjaan Bahaya dan Dampak Pengendalian yang Rekomendasi pengendalian dari
ada di Peneliti
Rumah
Sakit
Penusukan Fisik menggunakan Alat Pelindung Diri 1. Menenangkan pasien agar tidak
jarum ke vena jarum suntik dan luka dan Standar bergerak saat akan
tusuk jarum suntik Prosedur dilakukan pemasangan jarum
Operasional (SPO). infus.
2. Memberi pengarahan agar
melakukan pekerjaan sesuai dengan
SPO yang telah tersedia.
3. Memberikan orientasi dan proses
kredensial kepada tenaga medis
tamu
Biologi Alat Pelindung Diri 1. Mengganti sarung tangan apabila
kontak dengan dan Standar terjadi sobek.
darah pasien dan Prosedur 2. Memberi pengarahan agar
tertular penyakit Operasional melakukan pekerjaan sesuai dengan
menular (Hepatitis, SPO yang telah tersedia.
HIV dan AIDS) 3. Mewajibkan membawa safety box
saat akan melakukan tindakan

6
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

Perilaku, tidak Alat Pelindung Diri 1. Memberikan sosialisai dampak dari


menggunakan APD dan (APD) dan Standar tidak menggunakan alat
luka tusuk dan mudah Prosedur pelindung diri
tertular Operasional 2. Mewajibkan semua petugas medis
penyakit memahami dan mentaati
menular tahaptahap pekerjaan yang ada di
Hepatitis, AIDS, dan SPO
HIV 3. Mewajibkan penggunaan APD
bagi petugas medis yang akan
melakukan tindakan ataupun
asisten yang membantu.
Merapikan alat Ergonomi Standar Operasional 1. Memberikan penyuluhan tentang
membungkuk saat Prosedur bahaya low back pain.
pengambilan darah 2. Menyediakan Kasur atau bed yang
pasien (postur fleksibel bisa di naik dan turunkan
janggal) dan nyeri
otot atau low back
pain
Fisik terdapat alat Alat Pelindung Diri 1. Memberikan sosialisasi
suntik yang terbuka (APD), safety box dan penanganan jarum suntik bekas
dan luka tusuk jarum Standar kepada semua tenaga medis.
Prosedur 2. Menghilangkan poin (reccapping)
Operasional pada SPO yang telah tersedia.
3. Menambahkan poin menyediakan
atau membawa safety box pada
SPO.
4. Membiasakan membuang jarum
bekas pakai langsung ke dalam
safety box
Biologi terpapar darah Alat Pelindung Diri 1. Melakukan sosialisasi tentang
dan tertular penyakit (APD), safety box dan bahaya darah yang tercecer.
hepatitis, AIDS, HIV Standar 2. Menyediakan perlak sebagai alas
Prosedur tangan atau bagian tubuh yang mau
Operasional di pasang infus.
3. Membiasakan membuang jarum
yang telah digunakan langsung ke
dalam safety box, tidak di letakkan
di kom kecil atau kotak peralatan.

Tabel 5 menjelaskan tentang bahaya


dan dampak dari proses pekerjaan
pemasangan infus. Menjelaskan
pengendalian yang sudah ada di Rumah
Sakit Akademik UGM dan rekomendasi
pengendalian dari peneliti. Data tersebut
digunakan untuk mendapatkan nilai risiko
sesuai dengan metode AS/NZS 4360:2004.
Nilai risiko pekerjaan pemasangan infus
dijelaskan pada Tabel

7
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

6.

Tabel 6. Nilai Risiko Pekerjaan Pemasangan Infus


Jenis Nilai Risiko
pekerjaan Bahaya
Basic Risk Existing Risk Residual Risk
Penusukan Fisik 500 300 150
jarum ke vena Biologi 500 300 150
Perilaku 450 135 30

Ergonomi 100 60 18

Merapikan alat Fisik 1500 300 30


Biologi 500 300 30

menimbulkan risiko dikurangi seminimal


Pada pekerjaan pemasangan infus mungkin.
pada pasien memiliki dua tahap pekerjaan Tahap selanjutnya dari pekerjaan
yaitu penusukan jarum ke vena dan pemasangan infus yaitu merapikan alat.
merapikan alat. Penusukan jarum ke vena Merapikan alat memiliki bahaya fisik
pasien memiliki bahaya fisik jarum suntik yang telah digunakan dalam
menggunakan jarum suntik yang pemasangan infus yang tidak langsung di
berdampak tertusuk jarum suntik. Bahaya buang ke dalam safety box. Dampak dari
biologi yaitu kontak dengan darah pasien bahaya tersebut bukan hanya luka tusuk
yang berdampak tertular penyakit jarum suntik tetapi ada juga bahaya tertular
Hepatitis, AIDS, dan HIV. Pada bahaya penyakit menular yang di derita oleh
fisik dan biologi apabila menerapkan pasien. Bahaya biologi dalam tahapan
rekomendasi pengendalian dari peneliti merapikan alat pun sama dengan bahaya
dapat menurunkan tingkat risiko menjadi fisik yaitu kontak dengan darah pasien dan
150 (Tinggi) yaitu mengharuskan adanya dampaknya tertular penyakit hepatitis,
perbaikan secara teknis. HIV dan AIDS. Pada bahaya fisik dan
Bahaya perilaku yaitu tidak biologi apabila menerapkan rekomendasi
menggunakan alat pelindung diri yang pengendalian dari peneliti dapat
berdampak mudah tertular penyakit menurunkan tingkat risiko menjadi 30
Hepatitis, AIDS, dan HIV. Pada bahaya (prioritas 3) yaitu perlu diawasi dan
perilaku apabila menerapkan rekomendasi diperhatikan secara berkesinambungan.
pengendalian dari peneliti dapat
menurunkan tingkat risiko menjadi 30 Proses pekerjaan Injeksi Obat Pada
(prioritas 3) yaitu perlu diawasi dan Pasien
diperhatikan secara berkesinambungan. Proses pengendalian risiko
Bahaya ergonomi yaitu pekerjaan injeksi obat pada pasien dapat
membungkuk saat penusukan jarum ke dilihat pada Tabel 7.
vena (postur janggal) yang berdampak
nyeri otot atau low back pain. Pada bahaya
ergonomi apabila menerapkan
rekomendasi pengendalian dari peneliti
dapat menurunkan tingkat risiko menjadi
18 (diterima) yaitu intensitas yang

8
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

Tabel 7. Pengendalian Risiko Pekerjaan Injeksi Obat Pada Pasien


Jenis Bahaya dan Dampak Pengendalian yang ada Rekomendasi pengendalian di
pekerjaan Rumah Sakit dari Peneliti
Fisik menggunakan Alat Pelindung Diri dan 1. Melakukan tindakan sesuai Standar
jarum suntik dan luka Prosedur dengan SPO yang tersedia
tusuk jarum suntik Operasional (SPO). 2. Memberi pengarahan kepada pasien
agar tetap tenang dan tidak
Tabel 8. Nilai Risiko Pekerjaan Injeksi Obat menggerakkan badan saat akan
Jenis Nilai Risiko
dilakukan tindakan.
pekerjaan
Biologi Bahaya Alat Pelindung Diri dan 1. Mengganti sarung tangan
Basic Risk Prosedur
kontak dengan Standar Existing apabila
Risk terjadi
Residual
sobek.Risk
Penusukan darah pasien
Fisik dan 500
Operasional 100
2. Memberi 60
pengarahan agar
jarum ke vena
tertularBiologi
penyakit 300 150 melakukan pekerjaan
100 sesuai
menularPerilaku
(Hepatitis, 450 135 dengan SPO yang 30telah
HIV dan AIDS) tersedia.
Ergonomi tidak Alat 100
Perilaku, Pelindung Diri 60 18
1. Memberikan sosialisai dampak
menggunakan APD dan (APD) dan Standar dari tidak menggunakan alat
luka tusuk dan mudah Prosedur Operasional pelindung diri
tertular 2. Mewajibkan semua petugas
penyakit medis memahami dan mentaati
menular tahap-tahap pekerjaan yang ada
Hepatitis, AIDS, dan di SPO
HIV 3. Mewajibkan penggunaan APD
bagi petugas medis yang akan
melakukan tindakan ataupun
asisten yang membantu.
Ergonomi Standar Prosedur 1. Memberikan penyuluhan
membungkuk saat Operasional tentang bahaya low back pain.
pengambilan darah 2. Menyediakan Kasur atau bed
pasien (postur yang fleksibel bisa di naik dan
janggal) dan nyeri turunkan
otot atau low back
pain

Tabel 7 menjelaskan tentang bahaya peneliti. Data tersebut digunakan untuk


dan dampak dari proses pekerjaan injeksi mendapatkan nilai risiko sesuai dengan
obat. Menjelaskan pengendalian yang metode AS/NZS 4360:2004. Nilai risiko
sudah ada di Rumah Sakit Akademik UGM pekerjaan injeksi obat pada pasien
dan rekomendasi pengendalian dari dijelaskan pada Tabel 8.
Bahaya perilaku yaitu tidak menggunakan
Pada pekerjaan injeksi obat pada alat pelindung diri yang berdampak mudah
pasien memiliki satu tahap pekerjaan yaitu tertular penyakit Hepatitis, AIDS, dan
penusukan jarum ke vena. Penusukan HIV. Pada bahaya fisik dan perilaku
jarum ke vena pasien memiliki bahaya fisik apabila menerapkan rekomendasi
menggunakan jarum suntik yang pengendalian dari peneliti dapat
berdampak tertusuk jarum suntik. menurunkan tingkat risiko menjadi 60 dan
Kebiasaan merecap jarum suntik 30 (prioritas 3) yaitu perlu diawasi dan
merupakan pemicu dampak luka tusuk, diperhatikan secara berkesinambungan.
yang seharusnya setelah selesai jarum Bahaya biologi yaitu kontak dengan
bekas pakai dibuang ke dalam safety box. darah pasien yang berdampak tertular

9
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

penyakit Hepatitis, AIDS, dan HIV. Pada ergonomi apabila menerapkan


bahaya biologi dan bahaya perilaku apabila rekomendasi pengendalian dari peneliti
menerapkan rekomendasi pengendalian dapat menurunkan tingkat risiko menjadi
dari peneliti dapat menurunkan tingkat 18 (diterima) yaitu intensitas yang

Tabel 9. Pengendalian Risiko Pekerjaan Menjahit Luka Pasien

Jenis pekerjaan Bahaya dan Pengendalian yang ada Rekomendasi pengendalian dari
Dampak di Rumah Sakit Peneliti
Menyiapkan Fisik menggunakan Alat Pelindung 1. Memotong ampulan
obat anastesi jarum suntik, Diri Sarung menggunakan alay pemotong
memecahkan Tangan dan khusus ampulan.
ampulan dan luka masker SPO Tindakan 2. Sosialisasi standar prosedur
tusuk jarum suntik operasional kepada pekerja
dan luka medis
gores
pecahan ampulan
Penjahitan luka Fisik menggunakan Alat Diri 1. Melakukan tindakan sesuai dan
jarum jahit luka dan Pelindu dengan SPO.
luka tusuk jarum ng Sarung 2. Memberikan pengawasan
dan instrumen tajam Tangan kepada pekerja medis
masker SPO 3. Sosialisasi SPO yang sudah
Tindakan tersedia
Biologi Alat Diri 1. Mengganti sarung tangan apabila
kontak dengan Pelindu dan terjadi sobek.
darah pasien dan ng Sarung 2. Memberi pengarahan agar
tertular penyakit Tangan melakukan pekerjaan sesuai
menular (Hepatitis, masker SPO dengan SPO yang telah tersedia.
HIV dan AIDS) Tindakan 3. Menyediakan Alat pelindung diri
kaca mata karena ada
kemungkinan darah memancar
terkena muka dan mata.
Perilaku, tidak Alat Diri 1 Memberikan sosialisai dampak dan
menggunakan APD Pelindu dari tidak menggunakan alat
dan luka tusuk dan ng Sarung pelindung diri
mudah tertular Tangan 2 Mewajibkan semua petugas
penyakit masker SPO medis memahami dan mentaati
menular Tindakan tahap-tahap pekerjaan yang ada di
SPO
Hepatitis,
3 Mewajibkan penggunaan APD
AIDS, dan
bagi petugas medis yang akan
HIV
melakukan tindakan ataupun
asisten yang membantu.

risiko menjadi 100 (Tinggi) yaitu menimbulkan risiko dikurangi seminimal


mengharuskan adanya mungkin.
perbaikan secara teknis
Bahaya ergonomi yaitu Proses pekerjaan menjahit luka pasien
membungkuk saat penusukan jarum ke Proses pengendalian risiko
vena (postur janggal) yang berdampak pekerjaan menjahit luka pasien dapat
nyeri otot atau low back pain. Pada bahaya dilihat pada Tabel 9.

10
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

Jenis pekerjaan Bahaya dan Pengendalian yang ada Rekomendasi pengendalian dari
Dampak di Rumah Sakit Peneliti
4 Melakukan tindakan sesuai dengan
SPO yang tersedia
Ergonomi SPO Tindakan 1. Memberikan penyuluhan tentang
membungkuk saat bahaya low back pain.
pengambilan darah 2. Melakukan tindakan sesuai SPO
pasien (postur yang tersedia
janggal ) dan nyeri
otot atau low back
pain
Merapikan Alat fisik jarum suntik, SPO jahit luka 1. Melakukan tindakan
jarum jahit, gunting, Alat Pelindung Diri sesuai dengan SPO
benda tajam dan Safety Box 2. yang tersedia Memisahkan
luka tusuk dan luka peralatan benda tajam yang
sayat 3. telah digunakan.
Membiasakan membawa safety
box setiap akan melakukan
tindakan
4. Membuang jarum bekas pakai
langsung ke dalam safety box.
5. Memberikan sosialisasi tentang
penanganan benda tajam bekas
pakai kepada semua tenaga
medis.
Biologi Alat Diri 1 Mengganti sarung
kontak Pelindu dan tangan apabila terjadi
dengan darah pasien ng Sarung 2 sobek.
dan tertular penyakit Tangan Memberi pengarahan agar
menular (Hepatitis, masker SPO melakukan pekerjaan sesuai
HIV dan AIDS) Tindakan dengan SPO yang telah tersedia.
3 Memisahkan instrumen atau
alat yang telah digunakan dan
terkena darah.

Tabel 9 menjelaskan tentang bahaya


dan dampak dari proses pekerjaan menjahit
luka pasien. Menjelaskan pengendalian
yang sudah ada di Rumah Sakit Akademik
UGM dan rekomendasi pengendalian dari
peneliti. Data tersebut digunakan untuk
mendapatkan nilai risiko sesuai dengan
metode AS/NZS 4360:2004. Nilai risiko
pekerjaan menjahit luka pasien dijelaskan
pada Tabel 10.

11
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

Hepatitis, AIDS, dan HIV. Pada bahaya


Tabel 10. Nilai Risiko Pekerjaan Menjahit Luka

Nilai risiko
Jenis Pekerjaan Bahaya
Basic Risk Existing Risk Residual Risk
Menyiapkan obat Fisik
540 180 90
anastesi
Penjahitan luka Fisik 540 180 90
Biologi 540 270 60
Perilaku 540 270 90
Ergonomi 500 300 60
Merapikan Alat Fisik 540 135 45
Biologi 540 150 100

Pada penjahitan luka pada pasien biologi dan perilaku apabila menerapkan
memiliki tiga tahap pekerjaan yaitu rekomendasi pengendalian dari peneliti
menyiapkan obat anastesi, penjahitan luka dapat menurunkan tingkat risiko menjadi
dan merapikan alat. Menyiapkan obat 60 dan 45 (prioritas 3) yaitu perlu diawasi
anastesi memiliki bahaya fisik dan diperhatikan secara
menggunakan jarum suntik dan berkesinambungan.
memecahkan ampulan. Dampaknya luka Bahaya ergonomi yaitu
tusuk jarum dan luka gores pecahan membungkuk pada saat menjahit luka
ampulan. Pada bahaya fisik apabila (postur janggal) yang berdampak nyeri otot
menerapkan rekomendasi pengendalian atau low back pain. Low back pain bisa
dari peneliti dapat menurunkan tingkat terjadi karena terlalu lama membungkuk
risiko menjadi 90 (Tinggi) yaitu pada saat melakukan penjahitan luka. Pada
mengharuskan adanya perbaikan secara bahaya ergonomi apabila menerapkan
teknis. rekomendasi pengendalian dari peneliti
Tahap pekerjaan ke dua yaitu dapat menurunkan tingkat risiko menjadi
penjahitan luka memiliki bahaya fisik yaitu 18 (prioritas 3) yaitu perlu diawasi dan
jarum jahit luka atau jarum hecting. diperhatikan secara berkesinambungan.
Dampaknya luka tusuk jarum hecting. pada Tahap selanjutnya dari pekerjaan
bahaya fisik apabila menerapkan penjahitan luka yaitu merapikan alat.
rekomendasi pengendalian dari peneliti Merapikan alat memiliki bahaya fisik
dapat menurunkan tingkat risiko menjadi jarum jahit luka (hecting) dan instrumen
90 (Tinggi) yaitu mengharuskan adanya tajam yang telah digunakan dalam proses
perbaikan secara teknis. penjahitan luka. Jarum hecting tidak
Bahaya biologi dan bahaya perilaku langsung di buang ke dalam safety box dan
yaitu kontak dengan darah pasien yang meletakkan jarum bekas pakai ke dalam
terjadi apabila tiba-tiba darah memancar ke tempat instrumen tajam. Dampak dari
arah wajah dan terkena mata, sedangkan bahaya tersebut bukan hanya luka tusuk
petugas medis tidak menggunakan alat jarum suntik tetapi ada juga bahaya tertular
pelindung diri. Dampaknya sangat penyakit menular yang di derita oleh
berbahaya apabila pasien memiliki riwayat pasien. Bahaya biologi dalam tahapan
penyakit menular. Petugas kesehatan merapikan alat pun sama dengan bahaya
memiliki kemungkinan tertular penyakit fisik yaitu kontak dengan darah pasien dan

12
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

dampaknya tertular penyakit hepatitis, AS/NZS 4360:2004 didapatkan hasil


HIV dan AIDS. Pada bahaya fisik apabila bahwa bahaya fisik pada tiap pekerjaan
menerapkan rekomendasi pengendalian berasal dari jarum suntik, jarum jahit, dan
dari peneliti dapat menurunkan tingkat instrumen tajam. Bahaya biologi berasal
risiko menjadi 45 (prioritas 3) yaitu perlu dari darah pasien yang memiliki riwayat
diawasi dan diperhatikan secara penyakit menular (Hepatitis, HIV dan
berkesinambungan. Pada bahaya biologi AIDS). Bahaya perilaku berasal dari
tingkat risikonya turun menjadi 100 kebiasaan tidak menggunakan alat
(Tinggi) yaitu mengharuskan adanya pelindung diri. Bahaya ergonomi berasal
perbaikan secara teknis. dari postur janggal. Bahaya psikologis juga
Hasil wawancara yang dilakukan ada di instalasi gawat darurat berasal dari
peneliti terhadap petugas medis di instalasi keluarga pasien
gawat darurat bahwa bukan hanya bahaya
fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan DAFTAR PUSTAKA
perilaku saja. Bahaya psikologis juga
terdapat di instalasi gawat darurat sepertiyang melakukan intimidasi atau tekanan
tekanan atau intimidasi dari keluarga kepada petugas medis. Apabila telah
pasien yang tidak sabar menunggu diterapkan rekomendasi pengendalian dari
penanganan dan pemeriksaan dokter atau peneliti pada proses pengambilan sampel
perawat. Keluarga pasien mengancam darah pasien, bahaya fisik memiliki nilai
petugas medis sampai mengakibatkan risiko tertinggi yaitu 60 (Prioritas 3) perlu
beberapa petugas medis mengalami diawasi dan diperhatikan secara
trauma, ada pula yang sampai tidak masuk berkesinambungan.
kerja di hari berikutnya. Bahaya psikologis Pada proses pemasangan infus
ini belum ada penanganan dan belum ada bahaya fisik dan biologi yang memiliki
laporan ke pihak instalasi keselamatan dan nilai risiko tertinggi yaitu 150 (Tinggi)
kesehatan kerja dikarenakan kejadiannya mengharuskan adanya perbaikan secara
baru beberapa hari sebelum peneliti teknis pada tahap penusukkan jarum ke
melakukan wawancara. vena. Injeksi obat pada pasien memiliki
nilai risiko tertinggi pada bahaya biologi
KESIMPULAN yaitu 100 (Tinggi) mengharuskan adanya
perbaikan secara teknis. Pada proses
Proses pekerjaan yang mengalami pekerjaan terakhir yaitu menjahit luka
kecelakaan terbanyak yaitu proses pasien, nilai risiko tertinggi bahaya biologi
pemasangan infus sebanyak 3 kasus pada tahap pekerjaan merapikan alat yaitu
(33,4%) dari 9 kasus. Berdasarkan analisis 100 (Tinggi) mengharuskan adanya
yang dilakukan dengan pendekatan metode perbaikan secara teknis.
Australian and New Zealand Standard on Risk Management 4360:2004.

Departemen Kesehatan RI., 2009, Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit (K3 RS), Jakarta Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI., 2007, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

13
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Omrani, A., Raeissi, P., Khosravizadeh, O., Mousavi, M., Kakemam, E., Sokhanvar, M.,
Najafi, B., 2015, Occupational Accidents among Hospital Staff, Client Centered
Nursing Care, Vol. I, No. 2, pp. 97-101.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No 856/MENKES/XI/2009. Tentang Standar


IGD Rumah Sakit

14

Anda mungkin juga menyukai