Anda di halaman 1dari 28

CASE

SKOLIOSIS TORAKOLUMBAL
PRO-OP KOREKSI SKOLIOSIS

Oleh :
Atrikha Rahma
030. 06. 038

Pembimbing
Dr.Yudi.Sp BS

KEPANITERAAN KLINIKBEDAH
UNIVERSITAS TRISAKTI
RS. ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 20 SEPTEMBER 2010 – 27 NOVEMBER 2010

1
BAB 1
KASUS

STATUS
I. Identitas pasien
1. Nama : Nn N.B
2. Umur : 18 tahun
3. Alamat : Jogjakarta
4. Status Perkawinan : Belum menikah
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Agama : Islam
8. Dirawat : Ruang Cendrawasih

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (ibu pasien)

II. Keluhan Utama


Os mengeluh sering nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri pinggang yang dirasakan sudah sejak awal 2006 saat os terjatuh dari
ranjang tingkat 2 di asrama dalam posisi terduduk. 1 tahun kemudian baru
diperiksakan ke dokter dan disuruh foto rontgen tulang belakang. Dari hasil
rontgen dokter mengatakan bahwa pasien menderita skoliosis 33 0 dan
disarankan untuk melakukan terapi traksi lumbal dan pemakaian brace dan
kontrol tiap 6 bulan. Dari hasil kontrol tiap 6 bulan dari 2007 didapatkan derajat
skoliosis bertambah dari 370,400,430 dan pengukuran terakhir pada bulan
Desember 2009 didapatkan hasilnya 450. Pasien mengaku terapi yang
disarankan dokter dahulu tidak dilakukan teratur, yaitu traksi lumbal hanya
dilakukan selama 1 tahun dan brace 2 tahun saja.
Tahun 2008 Os terjatuh di tempat cucian dan keluhan di pinggangnya tersebut
dirasakan semakin berat. Os sering mengeluh nyeri pinggang saat duduk terlalu
lama dan jalan jauh. Os sering gampang lelah. Os sering kesemutan menjalar di
tangan saat mengendarai motor lama. Ibu os juga merasa punggung os tidak rata

2
saat membungkuk, bagian kanan lebih tinggi dan pasien tampak lebih miring ke
kanan kalau sedang berjalan.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat, tidak ada riwayat alergi makanan.
Riwayat asma tidak ada riwayat keracunan tidak ada.

V. Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit Diabetes mellitus.
Tidak ada riwayat hipertensi. Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai
penyakit yang sama seperti pasien.

VI. Anamnesis Tinjauan Menurut Sistem


1. Umum : os tampak sakit sedang
2. Kulit : tidak anemis/ hiperemis ataupun tidak ada eflorosensi
bermakna
3. Kepala : normocephali.
4. Mata : CA -/-, sclera tidak ikterik.
Refleks pupil +
5. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan leher tidak kaku.
6. Thorax : tidak ada batuk dan sesak, jantung tidak berdebar.
7. GI tract : muntah (-)
8. Abdomen : supel, bising usus sedikit menurun
9. Saluran kemih: terpasang kateter
10. Punggung dan ekstremitas: tampak bekas operasi pada punggung dan
tidak ada kekakuan ekstremitas, tidak ada edema, akral hangat.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Tekanan darah : 110/70 mmHg
Kesadaran : Somnolen
Nadi : 20 x/menit, ireguler, equal, cukup

3
Suhu : 36,6 0 celcius
Pernapasan : 20 x/ menit, reguler, teratur

STATUS GENERALIS
1. Kepala : bentuk kepala normal, deformitas (-)
 Rambut : (+) , distribusi merata, tidak mudah dicabut
 Mata : CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+, pupil isokor
 Hidung : simetris, sekret (-), deviasi septum (-)
 Telinga : serumen (+), tidak ada kelainan bentuk pada telinga
 Mulut : simetris, sianosis (-), tidak kering, schizis (-), lidah tidak
kotor, tonsil T1/T1 tenang, tidak hiperemis.
2. Leher : tidak ada deformitas, kelenjar getah bening tidak teraba
membesar, kaku kuduk (-)
3. Thorax :
 Paru : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.
 Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen : Supel, Datar, BU (+) menurun
5. Ekstremitas : Akral hangat (+) pada kedua lengan dan tungkai.
Tidak ada oedema

STATUS LOKALIS
Regio Punggung bawah
• Look:
- Tinggi punggung tidak simetris, punggung kanan lebih tinggi saat
membungkuk
- Bagian bahu tampak tidak simetris, bagian kanan lebih tinggi
- Deformitas, gibus, massa, tanda radang (-)
• Feel:
- NT (-)
- Teraba hangat
 Move : ROM menurun

4
STATUS NEUROLOGIS
 Kesadaran : Somnolen
 GCS : E3 V4 M5 : 12
 pupil
o isokor/anisokor : isokor
o posisi : sentral

TANDA RANGSANGAN MENINGEAL


 Kaku kuduk : negatif
 Brudzinski I : negatif
 Brudzinski II : negatif
 Laseque : negatif
 Kernig : negatif

Nervi Cranial
NI
 Daya penghidung : tidak dilakukan

N II
 Ketajaman penglihatan (hitung jari) : baik
 Pengenalan warna : baik
 Lapang pandang (konfrontasi) : baik
 Funduskopi : tidak dilakukan
N III, N IV, N VI
 Ptosis : negatif
 Strabismus : tidak dilakukan
 Nistagmus : tidak dilakukan
 Exoptalmus : negatif
 Enoptalmus : negatif
 Gerakan bola mata
o Lateral : dapat dilakukan
o Medial : dapat dilakukan

5
o Atas lateral : dapat dilakukan
o Atas medial : dapat dilakukan
o Bawah medial : dapat dilakukan
o Bawah lateral : dapat dilakukan
o Atas : dapat dilakukan
o Bawah : dapat dilakukan

N. V
 Mengigit (M.messeter,M temporalis) : tidak dilakukan
 Membuka mulut : tidak dilakukan
 Sensibilitas
o Atas : tidak dilakukan
o Tengah : tidak dilakukan
o Bawah : tidak dilakukan
 Refleks masseter : tidak dilakukan
N. VII
Pasif
 Kerutan kulit dahi : tidak dilakukan
 Kedipan mata : dapat dilakukan
Aktif
 Mengerutkan dahi : tidak dilakukan
 Mengerutkan alis : tidak dilakukan
 Menutup mata dengan kuat : tidak dilakukan
 Meringis/menyeringai : dapat dilakukan
 Menggembungkan pipi : tidak dilakukan
 Gerakan bersiul : tidak dilakukan
 Daya pengecapan lidah 2/3 : tidak dilakukan
lidah depan
N. VIII
 Mendengarkan detik arloji : tidak dilakukan
 Tes schwabach : tidak dilakukan
 Tes rinne : tidak dilakukan
 Tes weber : tidak dilakukan

6
N. IX
 Arcus pharynx : tidak dilakukan
 Posisi uvula : tidak dilakukan
 Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan
 Refleks muntah : tidak dilakukan

N. X
 Arcus pharynx : tidak dilakukan
 Bersuara : tidak dapat dilakukan
 Menelan : tidak dilakukan
N. XI
 Memalingkan kepala : tidak dilakukan
 Sikap bahu : tidak dilakukan
 Mengangkat bahu : tidak dilakukan

N. XII
 Menjulurkan lidah : tidak dilakukan
 Atrofi lidah artikulari : tidak dilakukan
 Tremor lidah : tidak dilakukan
 Fasikulasi : tidak dilakukan
MOTORIK
 Kekuatan : tidak dapat dilakukan
 tonus : kuat
 trofi : eutrofi
REFLEKS FISOLOGIS
 Refleks tendon
o Refleks biceps : +/+
o Refleks triseps : +/+
o Refleks patella : +/+
o Refleks achilles : +/+

REFLEKS PATOLOGIS
 Hoffman trommer : -/-
 Babinski : -/-
 Chaddock : -/-

7
 Openheim : -/-
 Gordon : -/-
 Schaefer : -/-

SENSIBILITAS
 Eksteroseptif
o Nyeri : tidak dilakukan
o Suhu : tidak dilakukan
o Taktil : tidak dilakukan
 Propioseptif
o Vibrasi : tidak dilakukan
o Posisi : tidak dilakukan
o Tekan dalam : tidak dilakukan

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN


 Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan
 Test telunjuk telunjuk : tidak dilakukan
 Tes tumit lutut : tidak dilakukan
 Tes romberg : tidak dilakukan
 Tes fukuda : tidak dilakukan
 Disdiadokinesis : tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM
 Miksi : tidak dilakukan
 Defekasi : tidak dilakukan
FUNGSI LUHUR
 Fungsi bahasa : tidak dilakukan
 Fungsi orientasi : tidak dilakukan
 Fungsi memori : tidak dilakukan
 Fungsi emosi : tidak dilakukan
 Fungsi kognisi : tidak dilakukan
Resume
Os sering mengeluh nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri pinggang
yang dirasakan sudah sejak awal 2006 saat os terjatuh dari ranjang tingkat 2 di
asrama dalam posisi terduduk. 1 tahun kemudian baru diperiksakan ke dokter dan
disuruh foto rontgen tulang belakang. Dari hasil rontgen dokter mengatakan
bahwa pasien menderita skoliosis 330 dan disarankan untuk melakukan terapi
traksi lumbal dan pemakaian brace dan control tiap 6 bulan. Dari hasil kontrol tiap

8
6 bulan dari 2007 didapatkan derajat skoliosis bertambah dari 370,400,430 dan
pengukuran terakhir pada bulan Desember 2009 didapatkan hasilnya 450
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Kesadaran : somnolen
Nadi : 68 x/menit, ireguler, equal, cukup
Suhu : 36,6 0 celcius
Pernapasan : 20 x/ menit, reguler, teratur

DIAGNOSIS KERJA
Skoliosis Torako-lumbal Pro-Op Koreksi Skoliosis

Penatalaksanaan:
Konsul dr. Wawan, Sp. BS, dr. Suhana, Sp.OT
Instruksi:
Persiapan Pro-Op Koreksi Skoliosis
- Surat Ijin Operasi
- Sebelum operasi :
 Lab Ruutin BT/ CT
 Thoraks foto
 Konsul anastesi
- Sedia darah PRC 1000 cc
- Puasa
- Ab pre-op : Ceftriaxon 2 gr ( sebelum ke OK )

Pemeriksaan Laboratorium :
 Hb : 12,3 (13,2 – 17,3 )
 Leukosit : 10.400 ( 3800 – 10.600 / mm3 )
 Ht : 39 ( 40 -52 % )
 Trombosit : 390.000 ( 150.000 - 440.000 / mm3 )
 Bleeding time : 3 ( 1-3 menit )
 Clotting time : 4 ( 2 - 6 menit )

9
Penemuan pembedahan :
1. Pasien telungkup diatas meja operasi dalam narkose
2. Asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya.
3. Insisi media diatas vertebra torakolumbal T12-L4 lapis demi lapis
4. Muskulus paraspinal disisihkan ke lateral
5. Pasang screw
6. Identifikasi T12-L4 dan memasang pedicle screw fixasi + rod
7. Pasang drain subfasia
8. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
9. Operasi selesai

Instruksi Post Operasi :


1. Awasi keadaan umum, tanda vital (TNSP), kesadaran
2. Puasa sampai dengan BU + normal
3. Infus Finn : Tupofusin ops = 2:2/24 jam
4. Bedrest datar
5. Ukur produksi urin tiap hari
6. Cek ulang DPL,AGD, Elektrolit post op  ada hasil lapor ke dokter
7. Terapi : - Inj cefriaxone 2 x 1 gr iv
- Inj remopain 3 x 30 gr
- Inj ranitidine 2 x 1 ampul
- Inj metilcobal 3 x 1 ampul
- Inj kalnex 3 x 500 gr
- Inj Vit K 3 x 1 ampul
- Cenovit 1 x 1 ampul (dalam drip infuse)
LAMPIRAN FOTO

10
Proses pembedahan:

11
12
13
14
15
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang belakang


yang merupakan suatu deformitas (kelainan).Kejadiannya 0,5% dari seluruh populasi
menderita skoliosis idiopatik. Penyakit ini dapat diturunkan secara familial. Pola
pembengkokan (kurva) dapat berupa thoracic, thoracolumbar, lumbar, gabungan
antara thoracic dan lumbar.

B. Anatomi Tulang Belakang

Untuk mempelajari kelainan Tulang Belakang / Tulang Punggung seperti


scoliosis terlebih dahulu kita harus mengenal anatominya.

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung dan mudah digerakkan, terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di
antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor

17
(coccyx).Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang
cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya
tulang belakang dapat saja terjadi keabnormalan. Bagian yang paling jarang terjadi
keabnormalan adalah bagian leher.

Struktur umum

Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior
yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior
yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki"
atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus
yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus.
Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika
tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai
tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang
punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.

Tulang punggung cervical

Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau
procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek,
kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor
sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa
memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia
memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.

Tulang punggung thorax

Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk.


Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai
'tulang punggung dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1
hingga T12.

18
Tulang punggung lumbal

Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan


menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat
yang kecil.

Tulang punggung sacral

Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan


tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.

Tulang punggung coccygeal

Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan


tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang
banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).

19
C. Definisi skoliosis

Scoliosis adalah sebuah kondisi lengkungan ke samping berbentuk kurva pada


tulang belakang yang dapat merusak ruas-ruas tulang belakang kebanyakan terjadi
pada anak-anak, remaja dan orang dewasa.

D. Deskripsi Kurva

1. Arah scoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.


2. Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya
struktural. Umumnya pada scoliosis idiophatic terletak antara T4 s/d T12
3. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural
maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
4. Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya,
biasanya keduanya kurva struktural.
5. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.

20
Letak dan Bentuk Kurva

1. Letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area


2. Bentuk kurva
o Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi,
kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan
otot, atau sitting balance yang tidak baik.
o Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal
kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori,
umumnya structural

E. Derajat Scoliosis

 Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin
berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistim kardiopulmonal.
 Teknik Pengukuran Scoliosis
o Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau
Risser-Ferguson. Lihat gambar.
o Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4
tingkat. Lihat gambar.

Gambar pengukuran kurva dan rotasi skoliosis

21
22
F. Kategori Skoliosis

Berdasarkan Etiologi

1. Scoliosis Struktural

Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi vertebra


yang menetap. Rotasi vertebra terbesar terjadi pada apex. Jika kurva
bertambah maka rotasi juga bertambah. Scoliosis struktural tidak dapat
dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri.

o Idiophatic : sekitar 75-85 %. Onset umumnya adolescent. Lebih


banyak pada wanita. Secara teori dikaitkan dengan malformasi tulang
selama pertumbuhan, kelemahan otot di satu sisi, postur abnormal ,
dan distribusi abnormal muscle spindle otot paraspinal.
o Neuromuscular : 15 – 20 % , seperti CP, myelomeningocele,
neurofibromatosis, Polio, paraplegi traumatik, DMD, dll
o Osteopathic : congenital ( hemivertebra) atau acquired ( rickets,
frakture, dll )

2. Scoliosis Non Struktural / Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis

Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung


terpengaruh oleh posisi. Di sini tidak ada rotasi vertebra. Umumnya
foward/side bending atau posisi supine/ prone dapat mengoreksi scoliosis ini.

o Leg length discrepancy : True LLD atau Apparent LLD.

23
o Spasme otot punggung
o Habitual asymmetric posture
o Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis
(i) Bayi : dari lahir – 3 tahun
(ii) Anak-anak : 4 – 9 tahun
(iii) Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
(iv) Dewasa : > 19 tahun
o Osteopatik
(i) Kongenital (didapat sejak lahir)
1. Terlokalisasi :
a. Kegagalan pembentukan tulang punggung(hemivertebrae)
b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony
bar)
2. General :
a. Osteogenesis imperfecta
b. Arachnodactily
(ii) Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma
2. Rickets dan osteomalasia
3. Emfisema, thoracoplasty
o Neuropatik
(i) Kongenital
1. Spina bifida
2. Neurofibromatosis
(ii) Didapat
1. Poliomielitis
2. Paraplegia
3. Cerebral palsy
4. Friedreich’s ataxia
5. Syringomielia

24
Berdasarkan derajat kurva

1. Scoliosis ringan : kurva kurang dari 20 º


2. Scoliosis sedang : kurva 20 º – 40 º /50 º. Mulai terjadi perubahan struktural
vertebra dan costa.
3. Scoliosis berat : lebih dari 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang
lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif,
dan pada sudut lebih dari 60 º - 70 º terjadi gangguan fungsi
kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup.

G. Evaluasi Scoliosis

 Prosedur Evaluasi
o Postural assessment, Evaluasi dilakukan dengan inspeksi anterior,
lateral dan posterior penderita. Perhatikan adanya :
 Level bahu asimetris
 Skapula yang prominence di sisi convex
 Protusi hip di satu sisi
 Pelvic obliquity
 Meningkatnya lordotik lumbal
o Flexibility of the curve, Lakukan evaluasi dengan lateral dan foward
bending untuk melihat adanya kelainan struktural. Lihat gambar.
 Lateral bending ke sisi convex untuk melihat apakah kurva
scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris
menunjukkan adanya kelainan struktural.
 Foward bending untuk melihat adanya rotasi vertebra di sisi
convex berupa hump.
o Evaluation of muscle strength
 a. Otot sisi convex lemah
 b. Otot perut dan back extensor lemah
 c. Jika ada pelvic obliquity maka otot hip juga lemah pada sisi
convex ( hip yang lebih rendah )

25
H. Diagnosa Scoliosis

Diagnosa skoliosis dibuat berdasarkan :


1. Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang lengkap
2. Pemeriksaan Tambahan
a. Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung
yang meliputi :
 Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk
menentukan derajat pembengkokan skoliosis
 Foto AP telungkup
 Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan setelah dilakukan bending
 Foto pelvik AP
 Dilakukan pula evaluasi Risser Sign dan kalau perlu Bone Age.
b. Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher,
atau sakit kepala, dapat dilakukan pemeriksaan MRI
c. Pada scoliosis sedang dan berat seringkali perlu dilakukan pemeriksaan fungsi
paru berupa vital capacity dan total lung capacity

I. Penatalaksanaan
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4. Kosmetik
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu
<25o pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah
berhenti pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19
tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah

26
kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20.
2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal
dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
 Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-
40o
 Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
 Milwaukee
 Boston
 Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara
teratur 23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.

3. Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya
operasi pada skoliosis adalah :
 Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45
derajat pada anak yang sedang tumbuh
 Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
 Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa

27
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Wim, R. Sjamsuhidajat.Skoliosis. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.


EGC. 2004.

2. Chairuddin, R., 1998, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Cetakan I, Penerbit


Bintang Lamumpatue, Ujung Pandang.
3. Sabiston. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. Buku Ajar Bedah
Bagian 2. Penerbit EGC; Jakarta.1994.

4. Skoliosis. Tersedia pada :


http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/180/skoliosis . Akses 23
Oktober 2010.
5. What is Scoliosis. Tersedia pada : http://www.scoliosis.co.id/?
goto=tentangscoliosis . Akses 23 Oktober 2010

6. Skoliosis image. Tersedia pada : http://archive.kaskus.us/thread/3712397 .Akses


10 November 2010

28

Anda mungkin juga menyukai