SKOLIOSIS TORAKOLUMBAL
PRO-OP KOREKSI SKOLIOSIS
Oleh :
Atrikha Rahma
030. 06. 038
Pembimbing
Dr.Yudi.Sp BS
KEPANITERAAN KLINIKBEDAH
UNIVERSITAS TRISAKTI
RS. ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 20 SEPTEMBER 2010 – 27 NOVEMBER 2010
1
BAB 1
KASUS
STATUS
I. Identitas pasien
1. Nama : Nn N.B
2. Umur : 18 tahun
3. Alamat : Jogjakarta
4. Status Perkawinan : Belum menikah
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Agama : Islam
8. Dirawat : Ruang Cendrawasih
2
saat membungkuk, bagian kanan lebih tinggi dan pasien tampak lebih miring ke
kanan kalau sedang berjalan.
PEMERIKSAAN FISIK
3
Suhu : 36,6 0 celcius
Pernapasan : 20 x/ menit, reguler, teratur
STATUS GENERALIS
1. Kepala : bentuk kepala normal, deformitas (-)
Rambut : (+) , distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+, pupil isokor
Hidung : simetris, sekret (-), deviasi septum (-)
Telinga : serumen (+), tidak ada kelainan bentuk pada telinga
Mulut : simetris, sianosis (-), tidak kering, schizis (-), lidah tidak
kotor, tonsil T1/T1 tenang, tidak hiperemis.
2. Leher : tidak ada deformitas, kelenjar getah bening tidak teraba
membesar, kaku kuduk (-)
3. Thorax :
Paru : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.
Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen : Supel, Datar, BU (+) menurun
5. Ekstremitas : Akral hangat (+) pada kedua lengan dan tungkai.
Tidak ada oedema
STATUS LOKALIS
Regio Punggung bawah
• Look:
- Tinggi punggung tidak simetris, punggung kanan lebih tinggi saat
membungkuk
- Bagian bahu tampak tidak simetris, bagian kanan lebih tinggi
- Deformitas, gibus, massa, tanda radang (-)
• Feel:
- NT (-)
- Teraba hangat
Move : ROM menurun
4
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Somnolen
GCS : E3 V4 M5 : 12
pupil
o isokor/anisokor : isokor
o posisi : sentral
Nervi Cranial
NI
Daya penghidung : tidak dilakukan
N II
Ketajaman penglihatan (hitung jari) : baik
Pengenalan warna : baik
Lapang pandang (konfrontasi) : baik
Funduskopi : tidak dilakukan
N III, N IV, N VI
Ptosis : negatif
Strabismus : tidak dilakukan
Nistagmus : tidak dilakukan
Exoptalmus : negatif
Enoptalmus : negatif
Gerakan bola mata
o Lateral : dapat dilakukan
o Medial : dapat dilakukan
5
o Atas lateral : dapat dilakukan
o Atas medial : dapat dilakukan
o Bawah medial : dapat dilakukan
o Bawah lateral : dapat dilakukan
o Atas : dapat dilakukan
o Bawah : dapat dilakukan
N. V
Mengigit (M.messeter,M temporalis) : tidak dilakukan
Membuka mulut : tidak dilakukan
Sensibilitas
o Atas : tidak dilakukan
o Tengah : tidak dilakukan
o Bawah : tidak dilakukan
Refleks masseter : tidak dilakukan
N. VII
Pasif
Kerutan kulit dahi : tidak dilakukan
Kedipan mata : dapat dilakukan
Aktif
Mengerutkan dahi : tidak dilakukan
Mengerutkan alis : tidak dilakukan
Menutup mata dengan kuat : tidak dilakukan
Meringis/menyeringai : dapat dilakukan
Menggembungkan pipi : tidak dilakukan
Gerakan bersiul : tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 : tidak dilakukan
lidah depan
N. VIII
Mendengarkan detik arloji : tidak dilakukan
Tes schwabach : tidak dilakukan
Tes rinne : tidak dilakukan
Tes weber : tidak dilakukan
6
N. IX
Arcus pharynx : tidak dilakukan
Posisi uvula : tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
N. X
Arcus pharynx : tidak dilakukan
Bersuara : tidak dapat dilakukan
Menelan : tidak dilakukan
N. XI
Memalingkan kepala : tidak dilakukan
Sikap bahu : tidak dilakukan
Mengangkat bahu : tidak dilakukan
N. XII
Menjulurkan lidah : tidak dilakukan
Atrofi lidah artikulari : tidak dilakukan
Tremor lidah : tidak dilakukan
Fasikulasi : tidak dilakukan
MOTORIK
Kekuatan : tidak dapat dilakukan
tonus : kuat
trofi : eutrofi
REFLEKS FISOLOGIS
Refleks tendon
o Refleks biceps : +/+
o Refleks triseps : +/+
o Refleks patella : +/+
o Refleks achilles : +/+
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman trommer : -/-
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
7
Openheim : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
SENSIBILITAS
Eksteroseptif
o Nyeri : tidak dilakukan
o Suhu : tidak dilakukan
o Taktil : tidak dilakukan
Propioseptif
o Vibrasi : tidak dilakukan
o Posisi : tidak dilakukan
o Tekan dalam : tidak dilakukan
FUNGSI OTONOM
Miksi : tidak dilakukan
Defekasi : tidak dilakukan
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : tidak dilakukan
Fungsi orientasi : tidak dilakukan
Fungsi memori : tidak dilakukan
Fungsi emosi : tidak dilakukan
Fungsi kognisi : tidak dilakukan
Resume
Os sering mengeluh nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri pinggang
yang dirasakan sudah sejak awal 2006 saat os terjatuh dari ranjang tingkat 2 di
asrama dalam posisi terduduk. 1 tahun kemudian baru diperiksakan ke dokter dan
disuruh foto rontgen tulang belakang. Dari hasil rontgen dokter mengatakan
bahwa pasien menderita skoliosis 330 dan disarankan untuk melakukan terapi
traksi lumbal dan pemakaian brace dan control tiap 6 bulan. Dari hasil kontrol tiap
8
6 bulan dari 2007 didapatkan derajat skoliosis bertambah dari 370,400,430 dan
pengukuran terakhir pada bulan Desember 2009 didapatkan hasilnya 450
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Kesadaran : somnolen
Nadi : 68 x/menit, ireguler, equal, cukup
Suhu : 36,6 0 celcius
Pernapasan : 20 x/ menit, reguler, teratur
DIAGNOSIS KERJA
Skoliosis Torako-lumbal Pro-Op Koreksi Skoliosis
Penatalaksanaan:
Konsul dr. Wawan, Sp. BS, dr. Suhana, Sp.OT
Instruksi:
Persiapan Pro-Op Koreksi Skoliosis
- Surat Ijin Operasi
- Sebelum operasi :
Lab Ruutin BT/ CT
Thoraks foto
Konsul anastesi
- Sedia darah PRC 1000 cc
- Puasa
- Ab pre-op : Ceftriaxon 2 gr ( sebelum ke OK )
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 12,3 (13,2 – 17,3 )
Leukosit : 10.400 ( 3800 – 10.600 / mm3 )
Ht : 39 ( 40 -52 % )
Trombosit : 390.000 ( 150.000 - 440.000 / mm3 )
Bleeding time : 3 ( 1-3 menit )
Clotting time : 4 ( 2 - 6 menit )
9
Penemuan pembedahan :
1. Pasien telungkup diatas meja operasi dalam narkose
2. Asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya.
3. Insisi media diatas vertebra torakolumbal T12-L4 lapis demi lapis
4. Muskulus paraspinal disisihkan ke lateral
5. Pasang screw
6. Identifikasi T12-L4 dan memasang pedicle screw fixasi + rod
7. Pasang drain subfasia
8. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
9. Operasi selesai
10
Proses pembedahan:
11
12
13
14
15
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung dan mudah digerakkan, terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di
antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor
17
(coccyx).Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang
cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya
tulang belakang dapat saja terjadi keabnormalan. Bagian yang paling jarang terjadi
keabnormalan adalah bagian leher.
Struktur umum
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior
yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior
yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki"
atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus
yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus.
Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika
tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai
tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang
punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau
procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek,
kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor
sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa
memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia
memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
18
Tulang punggung lumbal
19
C. Definisi skoliosis
D. Deskripsi Kurva
20
Letak dan Bentuk Kurva
E. Derajat Scoliosis
Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin
berat derajat scoliosis makin besar dampaknya pada sistim kardiopulmonal.
Teknik Pengukuran Scoliosis
o Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau
Risser-Ferguson. Lihat gambar.
o Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4
tingkat. Lihat gambar.
21
22
F. Kategori Skoliosis
Berdasarkan Etiologi
1. Scoliosis Struktural
23
o Spasme otot punggung
o Habitual asymmetric posture
o Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis
(i) Bayi : dari lahir – 3 tahun
(ii) Anak-anak : 4 – 9 tahun
(iii) Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
(iv) Dewasa : > 19 tahun
o Osteopatik
(i) Kongenital (didapat sejak lahir)
1. Terlokalisasi :
a. Kegagalan pembentukan tulang punggung(hemivertebrae)
b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony
bar)
2. General :
a. Osteogenesis imperfecta
b. Arachnodactily
(ii) Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma
2. Rickets dan osteomalasia
3. Emfisema, thoracoplasty
o Neuropatik
(i) Kongenital
1. Spina bifida
2. Neurofibromatosis
(ii) Didapat
1. Poliomielitis
2. Paraplegia
3. Cerebral palsy
4. Friedreich’s ataxia
5. Syringomielia
24
Berdasarkan derajat kurva
G. Evaluasi Scoliosis
Prosedur Evaluasi
o Postural assessment, Evaluasi dilakukan dengan inspeksi anterior,
lateral dan posterior penderita. Perhatikan adanya :
Level bahu asimetris
Skapula yang prominence di sisi convex
Protusi hip di satu sisi
Pelvic obliquity
Meningkatnya lordotik lumbal
o Flexibility of the curve, Lakukan evaluasi dengan lateral dan foward
bending untuk melihat adanya kelainan struktural. Lihat gambar.
Lateral bending ke sisi convex untuk melihat apakah kurva
scoliosis bisa terkoreksi. Lateral bending yang asimetris
menunjukkan adanya kelainan struktural.
Foward bending untuk melihat adanya rotasi vertebra di sisi
convex berupa hump.
o Evaluation of muscle strength
a. Otot sisi convex lemah
b. Otot perut dan back extensor lemah
c. Jika ada pelvic obliquity maka otot hip juga lemah pada sisi
convex ( hip yang lebih rendah )
25
H. Diagnosa Scoliosis
I. Penatalaksanaan
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4. Kosmetik
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu
<25o pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah
berhenti pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19
tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
26
kunjungan pertama ke dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20.
2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal
dengan nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-
40o
Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
Milwaukee
Boston
Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara
teratur 23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
3. Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya
operasi pada skoliosis adalah :
Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45
derajat pada anak yang sedang tumbuh
Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa
27
DAFTAR PUSTAKA
28