Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep kebutuhan aman nyaman nyeri


1.1 Definisi kebutuhan
a. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006). Nyeri
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
b. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan
utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi
bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan
menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer,
2001).

1.2 Fisiologi sistem pencernaan


Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :

 menerima makanan (Mulut)


 memecah makanan menjadi zat-zat gizi (Mulut, Tenggorokan,
Kerongkongan & Lambung)
 menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah (Usus)
 membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung,


usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-
organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
a. Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan
berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus
dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :

 lendir
 asam klorida (HCl)
 prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri
c. Usus Halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di
cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula dan lemak.
d. Pankreas
Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :

 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan


 Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan


hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah
protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat,
yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung.
e. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai
fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
f. Kandung Empedu & Saluran Empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting :

 membantu pencernaan dan penyerapan lemak


 berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol

g. Usus Besar
Usus besar terdiri dari :

 Kolon asendens (kanan)


 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna


beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
h. Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak
yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar
anus tetap tertutup

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sistem pencernaan


Gangguan sistem pencernaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor
stres, pola makan yang tidak sehat, makan tidak teratur, makan sambil di selingi
minum air, kebiasaan makan yang terlalu cepat , makanan yang kurang bersih,
kurang konsumsi air putih dan sebagainya.

1.4 Gangguan yang terjadi pada sistem pencernaan


a. Sakit gigi
b. Sariawan
c. Gastritis
d. Hepatitis
e. Diare
f. Konstipasi
g. Disentri
h. Apendisitis
i. Maag
j. Radang usus buntu
k. Demam tipoid
l. Hemoroid
m. Ulkus peptikus
n. Tukak lambung
o. Mal nutrisi
p. Ca colon dll
2. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan aman nyaman nyeri
2.1 pengkajian
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Keadaan Umum : Lemah
3) Tanda-Tanda Vital :
BP : 120/80 mmHg.
HR : 80 x/menit.
T : 38 °C.
RR : 24 x/menit.
4) Pertumbuhan fisik :
TB : 156 cm
BB : 45 kg
5) Keadaan kulit :
Warna : putih cerah
Tekstur kulit : Lentur
Kelainan kulit : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Turgor kulit : baik
b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal
Pengkajian head to toe
1) Kepala
a) Kulit kepala : tidak teraba benjolan, tidak ada lesi, dan tidak
ada nyeri tekan
b) Mata : simetris refleks pupil baik, lapang pandang baik, tidak
ada tanda peradangan, konjungtiva tidak anemis.
c) Hidung : simetris, ada sumbatan sekret, tidak tampak lesi, tidak
ada tanda peradangan, tidak ada nyeri tekan.
d) Telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak tampak lesi, tidak ada
tanda peradangan.
e) Mulut dan gigi : klien mampu berbicara dengan jelas, ada tanda
peradangan pada faring, tidak ada karies gigi, tidak ada lesi
2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada
a) Inspeksi :
Kelainan bentuk : tidak ada kelainan bentuk
Retraksi otot dada : tidak terdapat retraksi otot dada
b) Palpasi : tidak ada fraktur, tidak ada nyeri pergerakan dinding
dada seimbang
c) Perkusi : bunyi paru resonan
d) Auskultasi : bunyi pernafasan vesikuler
4) Abdomen
a) Inspeksi : simetris, warna kulit abdomen tidak ikhterus, tidak ada
distensi abdomen
b) Palpasi : tidak ada benjolan pada abdomen
c) Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi : peristaltic usus 15x/menit
5) Genetalia, anus dan rektum
Inspeksi : tidak terpasang alat bantu
6) Ekstremitas
a) Inspeksi : tidak ada edema
b) Palpasi : tidak ada nyeri pada ekstremitas,
c. Data penunjang
Uji widal 1/80 negatif

2.2 Diagosa yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : nyeri akut
a. Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual / potensi atau yang di gambarkan
sebagai kerusakan awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau prediksi.
b. Batasan karakteristik : keluhan tentang intensitas menggunakan skala nyeri,
mengekspresikan perilaku.
c. Faktor yang berhubungan : inflamasi usus halus
Diagnosa 2 : hipertermia
a. Definisi : peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
b. Batasan karakteristik : peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
c. Faktor yang berhubungan : proses infeksi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : nyeri akut
Tujuan & hasil :
1. Nyeri yang dilaporkan ringan
2. Panjang episode nyeri sedang
3. Ekspresi wajah saat nyeri ringan
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (untu mengetahui skala nyeri
pasien)
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan (untuk
mengetahui pasien merasakan nyeri dgn respon non verbal)
3. Monitor tanda-tanda vital (untuk mengetahui adanya perubahan TTV akibat
nyeri)
4. Berikan posisi nyaman (agar pasien nyaman)
5. Berikan obat analgetik sesuai instruksi yang diberikan (untuk meredakan
nyeri)
6. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (teknik napas dalam) (untuk
meredakan nyeri ).
Diagnosa 2 : hipertermia
Tujuan & hasil :
a. melaporkan kenyamanan tidak terganggu
b. peningkatan suhu kulit ringan
c. sakit kepala ringan
intervensi

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.


2. Beri obat dan cairan IV (spt antipiretik dan agen antibakteri)
3. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
4. Dorong konsumsi cairan
5. Fasilitasi pasien untuk istrahat

Anda mungkin juga menyukai