Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN Ca.

LARING

A. KONSEP MEDIS
1. PENDAHULUAN
ANATOMIFISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Gambar 1 : Anatomi Laring

Laring atau kotak suara ( voice box) merupakan bagian yang terbawah dari
saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung,
dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring
adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawan
yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik
serta dilapisi oleh mukosa. Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
a. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada leher
bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus di bagian
belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas tulang ini
melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan tengkorak.
b. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua
lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.
Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan tulang
rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid melekat
ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang
melekat otot krikoaritenoid posterior. Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan
besar, yaitu :
a. Otot-otot ekstrinsik :
1) Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M.
Stilohioid
2) Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
b. Otot-otot Intrinsik :
1) Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid, oblique
dan M. transversum
2) Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : M. Tiroaritenoid,
M.Vokalis, M. Krikotiroid
3) Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M.
Tiroepiglotik.

Gambar 2: Anatomi laring: (a) anterior ; (b) anterolateral.


Gambar 3: (a) The internal structure of the larynx - the lamina of the thyroid cartilage
has been cut away. (b) The larynx dissected from behind, with cricoid cartilage
divided, to show the true and false vocal cords with the sinus of the larynx between.

Gambar 4. Anatomi laring, tampak otot-otot dan kartilago laring :


(A) laring dari posterior, (B) laring dari atas.

Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi
dan fonasi. Laring membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Saat
bernapas pita suara membuka (gambar 5), sedangkan saat berbicara atau
bernyanyi akan menutup (gambar 6) sehingga udara meninggalkan paru-paru,
bergetar dan menghasilkan suara.

Gambar 5. Posisi pita suara Gambar 6. Posisi pita suara


saat bernapas saat Berbicara
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks.
Pemantauan suara dilakukan melalui umpan balik yang terdiri dari telinga
manusia dan suatu sistem dalam laring sendiri. Fungsi fonasi dengan
membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya
nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Syarat suara nyaring yaitu anatomi
korda vokalis normal dan rata, fisiologis harus normal dan harus ada aliran udara
yang cukup kuat.

Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal


(lariynx), dan supraglotis/oral. Fase pulmonal menghasilkan aliran energi
dengan inflasi dan ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara pada
laring untuk fase laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi pada
frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada
fase supraglotik/oral. Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas faring
(tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada setiap stadium dapat
menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja di interpretasikan
sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita.

Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan


ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita
suara. Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam
memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan
merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan
vibrasi dari pita suara yang elastik.

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen


yang bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring
ke arah tengah dari glotis. Pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh
beberapa otot spesifik pada laring itu sendiri.

2. PENGERTIAN Ca. LARING


Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak
pernah mati, tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya
merugikan tubuh dimana ia tumbuh. Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan
pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang tidak normal/abnormal yang
terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang
jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu dan sinus-sinus
piriformis yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan
cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. (Sherwood.
2014)
Karsinoma laring adalah karsinoma (keganasan sel) skuamosa pita suara dan
jaringan sekitarnya Ca laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah
tumor ganas dibidang THT dan lebih banyak terjadi pada pria berusia 50-70
tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa. (Sherwood. 2014)
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel
skuamosa laring yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang
bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan
seperti epiglotis, pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang banyak
mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera
bermetastase kekelenjar limfe leher bagian dalam. (Sherwood. 2014)
Karsinoma laring adalah karsinoma ( keganasan sel skuamosa pita suara dan
jaringan sekitarnya. Ca laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah
tumor ganas dibidang THT dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70
tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa (Balck, 2014)
3. KLASIFIKASI
Tumor Ganas Laring.
a. Glotis. Tis Karsinoma insitu
1) T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau
posterior.
2) T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
3) T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
4) T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah
keluar dari laring.
b. Subglotis. Tis karsinoma insitu
1) T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis
2) T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
3) T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
4) T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar
laring atau dua-duanya.
c. Metastasis Jauh (M)
1) Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
2) M0 Tidak ada metastasis jauh
3) M1 Terdapat metastasis jauh.
d. Stadium
1) ST1 T1 N0 M0
Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau
posterior. Tumor terbatas pada daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh
2) ST II T2 N0 M0
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke
pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada
metastasis jauh
3) STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis
jauh
4) STIV T4 N0/N1 M0
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan
ke luar laring atau dua-duanya.
5) T1/T2/T3/T4 N2/N3
6) T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1 (Sherwood, 2014)

4. ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para
ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang – orang
dengan reSiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring
yang kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa
faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :
a. Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut,
laring (pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
b. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker,
terutama kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat
menyebabkan kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam
bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang
mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker
kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang
sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan.
Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
c. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus
Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China
virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena
faktor lingkungan dan genetik. Faktor-faktor predisposisi yang memicu
munculnya Ca laring meliputi :
1) Tembakau ( berasap / tidak ).
2) Alkohol serta efek kombinasinya
3) Penajaman terhadap obseton
4) Kayu, kulit dan logam
5) Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan
6) Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
7) Riwayat keluarga ca laring
8) Asap debu pada daerah industry
9) Laringitis krooni
10) Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
11) Epiglotis
12) Hemophilus influenza (Black, 2014)

5. PATOFISIOLOGI
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai

limfatik yang jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara
palsu, dan sinus-sinus piriformis ). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan

kanker pada jaringan ini biasanya meluas dengan cepat dan segera bermefastase

ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orang-orang yang mengalami serak yang

bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu harus segera memeriksakan

dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara, jika pengobatan

dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum mengenai

seluruh pita suara ) pengobatan biasanya masih memungkinkan.

Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa

pembengkakan pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread,

disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat

berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap laring dengan laringoskopi

langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan mikroskopi terhadap laring

(Sherwood. 2014)

6. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri tenggorok

b. Sulit menelan

c. Suara Serak

d. Hemoptisis dan batuk

e. Sesak nafas

f. Berat Badan turun (Sherwood, 2014)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosa kanker laring dibuat dengan pemeriksaan visual pada laring dengan
menggunakan laringoskopi direk/ langsung atau direk/tidak langsung. Nasofaring dan
palatum molle posterior diinspeksi secara tidak langsung dengan kaca kecil atau
instrumen menyerupai teleskop. Saat kaca kecil dimasukan, tekanan ringan diberikan
pada lidah dan klien diminta mengucapkan "ei" lalu "i" yang akan mengangkat
palatum molle. Instrumen sebaiknya tidak menekan lidah karena klien akan muntah.
Nasofaring diinspeksi untuk melihat adanya cairan perdarahan, ulserasi, atau
massa. Visualisasi langsung laring dapat dilakukan dengan penggunaan instrumen
berbeda, kebanyakan perangkat ini adalah endoskopi dengan cahaya. Klien
diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan pemeriksa dengan perlahan menahan
lidah dengan spon kassa lidah dan menariknya ke depan. Kaca laringeal atau
endoskop telescopic diinsersikan ke orofaring; sekali lagi, hindari menekan kuat lidah.
Klien diminta bernapas keluar masuk melalui mulut atau "terengah-engah seperti anak
anjing". Terengah-engah menurunkan sensasi muntah akibat pemeriksaan. Selama
pernapasan tenang, dasar lidah, epiglotis, dan pita suara diperiksa untuk melihat
adanya infeksi atau tumor. Klien diinstruksikan untuk mengucapkan “I” bernada
tinggi untuk menutup pita suara. Pemeriksa mengamati gerakan pita suara warna
membran mukosa dan adanya lesi.
Sebelum terapi definitif untuk tumor perlu dilakukan panendoskopi dan biopsi
untuk menentukan lokasi pasti, ukuran, dan penyebaran tumor primer. CT atau MRI
digunakan untuk membantu proses ini. Analisis laboratorium meliputi pemeriksaan
darah lengkap, penentuan kadar elektrolit serum meliputi kalsium, dan uji fungsi
ginjal dan hati. Data ini membantu menentukan kesiapan klien secara fisik untuk
menjalani pembedahan. Oleh karena jalan nafas akan terganggu setelah operasi, klien
membutuhkan pengkajian menyeluruh pada paruh dengan analisis gas darah arterial
untuk identifikasi gangguan paru yang akan mengganggu pernapasan. Klien yang
menjalani laringektomi parsial harus memiliki cadangan paruh yang adekuat untuk
menghasilkan batuk yang efektif pascaoperasi. Operasi juga berhubungan dengan
peningkatan resiko aspirasi, dan klien harus dapat batuk untuk menghindari aspirasi
pada saluran pernapasan. Untuk memastikan penyebaran tumor atau tumor primer
lain, perlu dilakukan radiografi dada dan dengan kontras barium peroral atau
esofagografi.
Setelah tumor dapat diidentifikasi, dan dilakukan biopsi, tumor dapat
ditentukan stadiumnya. Penentuan stadium ini penting untuk pilihan terapi dan
prognosis. Penting untuk menentukan luas tumor untuk memilih intervensi yang
paling tepat. Penentuan stadium dapat dilakukan dengan cara mengukur ukuran tumor
primer, menentukan adanya kelenjar getah bening yang membesar dan menetukan
adanya metastasis jauh.(Sherwood, 2014)
8. PENATALAKSAAN MEDIS
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi
dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan
dengan gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
a. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien
yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan
( yaitu bergerak saat fonasi ). Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang
hampir normal. Beberapa mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau
stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya
membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan secara pra operatif
untuk mengurangi ukuran tumor
b. Pembedahan Parsial
Laringektomi parsial ( laringotomi –tirotomi ): Laringektomi parsial
direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita suara
yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi .
Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya teteap utuh.
Suara pasien kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien
seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
c. Laringektomi supraglotis ( Horizontal )

Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor

supraglotis. Tulang hyoid, glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara

kartilogi krikoid dan trakea tetap utuh. Selama operasi dilakukan di seksi leher

radikal pada tempat yang sakit. Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai

jalan nafas glottis pulih. Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa

hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik

sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif,

klien kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu


pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali

pulih seperti biasa.

d. Laringektomi Hemivertikal

Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut

kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago

tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara ( satu pita

suara sejati dan satu pita suara palsu ) dengan pertumbuhan tumor diangkat.

Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan

mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien

beresiko mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi

pada kualitas suara ( sakit tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi

nafas dan jalan menelan tetap utuh.

e. Langektomi Total

Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang

hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah,

dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan

stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke

dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan

spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi

menelan akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara

digunakan untuk bernafas dan berbicara. (Black, 2014)

f. Kemoterapi Carsinoma Laring.

Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik

daripada lesi setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi.

Kemoterapi mungkin di kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau


kedua-duanya untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak

sel-sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi (

penyembuhan , pengontrolan, paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan

menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.

Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik

membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka

melakukan ini dengan meniru struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu :

Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine

(ARA-C), Floxuridine (FUDR), 5-Fluorourasial (5-FU), Hydroxyurea (Hydrea),

6-Merkaptopurine (6-MP ), Methotrexate (mexate) dan 6-Thieguanin. Efek

samping yang paling umum adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang

dan diare.

g. Terapi Sistomatik

Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :

1) Pemberian sadatif

2) Pemberian antiemetic

3) Pemberian antipiretik .(Black, 2014)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak
yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan
perubahan pada daerah leher. pengkajian akan didapatkan data sebagai berikut :
a. Usia
b. Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1
Pekerjaan:Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti
penyanyi, penceramah, dosen.
c. Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang tinggi,
seperti tinggal di wilayah industri.
d. Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit

menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat

badan, nyeri tenggorok, lemah.

e. Pemeriksaan Fisik (kepala, pembengkakan kelenjar limfe post dan pre

aurikel, leher serta pengukuran BB)

f. Keadaan umum (Nurarif, 2015)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian
atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi

(pengangkatan batang suara).

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf

oleh sel-sel tumor.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

saluran pencernaan.(disfagia)

e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi

wajah dan leher.

f. Resiko infeksi (Nurarif, 2015)

3. Perencanaan Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan 1

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian

atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,

serta sekresi banyak dan kental.

Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.


Kriteria hasil : Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi

napas normal.

Intervensi

1) Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan. Auskultasi bunyi napas.

Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis.

2) Tinggikan kepala 30-45 derajat

3) Dorong menelan bila pasien mampu.

4) Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan

peningkatan masukan cairan.

5) Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada.

b. Diagnosa keperatan 2
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).

Tujuan : Komunikasi klien akan efektif .

Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara


yang tepat setelah sembuh

Intervensi

1) Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas


terganggu,gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu
penjelasan.
2) Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti
pendengaran dan penglihatan
3) Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien
misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa
isyarat.
4) Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen
rehabilitasi (contoh patologis wicara, pelayanan sosial, kelompok
laringektomi) selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber
komunikasi (bila ada).
c. Diagnosa keperawatan 3

Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya


selang nasogastrik atau orogastrik.

Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.

Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan
ekpresi wajah ceria

Intervensi

1) Sokong kepala dan leher dengan bantal.Tunjukkan pada


pasienbagaimana menyokong leher selama aktivitas
2) Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut
dengan hati-hati bila tidak mampu menelan
3) Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri.
Evaluasi efek analgesik.
4) Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan
Darvon sesuai indikasi
d. Diagnosa keperawatn 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan
mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan
pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan
penyembuhan jaringan atau insisi sesuai waktunya
Intervensi
1) Auskultasi bunyi usus
2) Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan
mendorongkan air hangat sesuai indikasi
3) Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung
spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila
pasien akan pulang dengan selang makanan. Yakinkan pasien dan
orang terdekat mampu melakukan prosedur ini sebelum pulang dan
bahwa makanan tepat dan alat tersedia di rumah
4) Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan
halus) atau makanan selang (contoh makanan dihancurkan atau sediaan
yang dijual) sesuai indikasi
e. Diagnosa keperawatn 5
Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif
pada diri sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai
bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi
positip dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang
terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai
mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan
rehabilitasi
Intervensi
1) Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi
persepsi situasi atau harapan yang akan datang
2) Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri
3) Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah
4) Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber
pendukung, contoh ahli terapi
f. Diagnosa keperawatn 6
Resiko infeksi
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam,
diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil :
1) kebersihan tangan dari sedang menjadi meningkat
2) kemerahan dari sedang menjadi menurun
3) nyeri dari cukup menjadi menurun
4) kadar sel darah putih dari memburuk menjadi cukup membaik
Intervensi :
1) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) anjurkan meningkatkan asupan nutrsi (Nurarif, 2015)
.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

https://www.academia.edu/23537894/ASKEP_CA_LARING_DAN_PERAWATAN_TRAK
EOSTOMI

Nurarif, Amin Huda, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC.
Jakarta. Medi Action Publishing

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sistem Ke Sel Edisi 8. Jakarta: EGC.
Departemen Keperawatan Profesi (KMB)

LAPORAN PENDAHULUAN CARSINOMA LARING


DI RUANGAN LONTARA 3 ATAS DEPAN
RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

NAMA : ASTUTI

NIM : 19.04.034

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI NERS

TAHUN AJARAN

2019/2020
Departemen Keperawatan Profesi (KMB)

RESUME KEPERAWATAN CARSINOMA LARING


DI RUANGAN LONTARA 3 ATAS DEPAN
RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

NAMA : ASTUTI

NIM : 19.04.034

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI NERS

TAHUN AJARAN

2019/2020
PATHWAY CA LARING

Faktor Predisposisi
(alkohol, rokok, radiasi)

Proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Ca laring

Metastase supraglotik Terjadit benjolan


Plica vokalis Menekan/mengiritasi Obstruksi jalan nafas
serabut saraf

Obstruksi lumen Metastae ke


Suara parau Mengiritasi sel laring
oesophagus jaringan lain
Nyeri di persepsikan

Afonia Infeksi
Disfagia progresif Gangguan citra
Gangguan rasa
nyaman (Nyeri) tubuh
Keruskan Akumulasi secret
Intake kurang
komunikasi verbal

Bakteri mengadakan
Bersihan jalan nafas
BB menurun multipikasi dan
merusak jaringan yang
tidak efektif
di tempati

Perubahan nutrisi
kurang dari
Tubuh bereaksi untuk
kebutuhan tubuh perlindungan terhadap
penyebaran infeksi

Terjadi proses
peradangan

Resiko infeksi

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai