KEBUTUHAN NYERI
Keterangan :
0: Tidak nyeri
1-3: Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasidengan baik.
4-6: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10: Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai
yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat
dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak
yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diurut dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta
klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan
seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling
tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri.
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai
nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (Potter & Perry, 2005).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi.VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.Skala ini memberi klien kebebasan penuh
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan
nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian
dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (PotterPotter & Perry, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca
dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskriptif
bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga
mengevaluasiperubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau
saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan
atau peningkatan (Potter & Perry, 2005).
B. Rencana Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Nyeri
1. Pengkajian Keperawatan
a. Status kesehatan
b. Status kesehatan saat ini
- Alasan masuk rumah sakit
- Faktor pencetus
- Faktor memperberat nyeri ; ketakutan, kelelahan.
- Keluhan utama
- Timbulnya keluhan
- Pemahamanaan penatalaksanaan masalah kesehatan
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
- Diagnosa medik
c. Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Operasi
- Riwayat alergi
- Status imunisasi
- Kebiasaan obat – obatan
2. Pengakajian riwayat nyeri
Sifat nyeri ; ( P, Q, R, S, T )
P : provocating ( pemacu ) dan paliative yaitu faktor yang meningkatkan atau
mengurangi nyeri
- Lokasi
- Intensitas
- Kualitas dan karakteristik
- Waktu terjadinya dan interval
- Respon nyeri
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang USG, hasil tes darah urine : HGB 9.1 02/dl, Albumin 2,85,
SGOT 12, SGPT 6, Ureum 190, Ceratinin 4,39.
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan : Nyeri akut b/d agens cedera fisik (prosedur bedah)
a. Definsi : pengalaman sensorik dan emosional dan tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan actual atau potensial, ataun digambarkan sebagai suatu
kerusakan (Internastional Association for the study of pain) ; awitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan ke berat, terjad konstan atau
berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung
lebih dari (>3) bulan.
b. Batasan karakteristik
Ekspresi wajah nyeri (tampak kacau)
Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
Laporan tentang perilaku nyeri (Herdman & Kamitsuru, 2015)
5. Perencanaan
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) :
Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam maka nyeri akut dapat
Kontrol dengan kriteria:
a. Mengenali kapan nyeri terjadi dari jarang menunjukkan (2) menjadi sering
menunjukkan (4)
b. Menggunakan tindakan pencengahan
c. Menggunakan analgesic yang rekomendasikan
d. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri (Moorhead, Jhonson, Maas, &
Swanson, 2016)
6. Intervensi
Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
b. Gunakan strategi komanikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
c. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
d. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
e. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
f. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
(Bulechek, Butcher, Docthterman, & Wagner, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Docthterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi keenam. Singapore: ELSEVIER.
Dewanto. G. (2003). Patofisiologi Nyeri. Majalah Kedokteran Atmajaya.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Diagnosis Keperawatan
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kozier dkk.( 2009 ). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis edisi 5. Jakarta : EGC.
Le Mone dan Burke. (2008). Education Consultant for the Oregon State Board of Nursing.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. l., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. Singapore: ELSEVIER.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. Jakarta: EGC.
Tamsuri. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC: Jakarta.