Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Judul

Masalah pada studi kasus ini dengan Asuhan Keperawatan dengan Chronic

Kidney Desease (CKD) pada Tn.A di ruang penyakit dalam 2 RSUD

Blambangan Banyuwangi

1.2 Latar Belakang

Gagal ginjal kroni (GGK) atau chronic Kidney Disease merupakan gangguan

fungsi ginjaal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali. Dimana tubuh

tidak mampu memelihara metabolisme,gagal memelihara keseimbangan

caairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pasien gagal

ginjal kronik mempunyai karakteristik bersifat menetap, dan rawat jalan

dalam waktu lama (Black & Hawks, 2014).

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak

pada kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah

dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub atasnya

terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan katub atas ginjal kiri terletak

setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak yang tebal

agar terlindung dari trauma langsung, disebelah posterior dilindungi oleh iga

dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan anterior dilindungi oleh bantalan

usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukurannormal biasanya tidak teraba

pada waktu pemeriksaan fisik karena duapertiga atas permukaan anterior

ginjal tertutup oleh limfa, namun katub bawah ginjal kanan yang berukuran

normal dapat diraba secara bimanual.

1
2

Gagal ginjal kronik memiliki prevelensi secara global yang tinggi dengan

prevalensi GGK yang konsisten antara (11%) sampai (13%) dengan

mayoritas stadium tiga (Hill dkk.,2016). Pada desember 2014 terdapat

678.383 kasus ESRD, berdasarkan prevalensi yang sesuai terdapat 2.067

orang penduduk amerika yang menderita GGK. Pada akhir tahun 2013 ada

sekitar 3,2 juta pasien yang di rawat karena penyakit gagal ginjal stadium

akhir (ESRD) di seluruh dunia. Jumlah meningkat (6%) setiap tahun nya .

Di Indonesia gagal ginjal kronik salah satu penyakit yang masuk dalam 10

penyakit kronik. Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan RISKESDAS

tahun 2016 sebesar (2%) dari penduduk Indonesia saat ini pendududk

Indonesia 252.124.458 jiwa maka terdapat 499.800 jiwa yang menderita

gagal ginjal kronik. Hanya (60%) dari pasien yang menderita gagal ginjal

kronik tersebut menjalani terapi dialisis. Menurut (MANKES 2018)

berdasarkan hasil data hemodialisa di Indonesia tahun 2016 yaitu pasien baru

yang mengikuti hemodialisi sebanyak 25.44 orang sedangkan pasien yang

aktif mengikuti hemodialisis sebanyak 52.835. Dan pada saat pengambilan

kasus pada tanggal 10 september 2018 Prevelensi pasien CKD di ruang

Tawangalun (RPD2 ) pada bulan januari 2018 sampai 10 september 2018

adalah 113 orang

Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa yang lebih tua,

danini pasien sering pada peningkatan risiko hipertensi. Kebanyakan pasien

dengan hipertensi akan memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk

mencapai tujuan tekanan darah untuk pasien dengan CKD. Hipertensi adalah
3

umum pada pasien dengan CKD, dan prevalensi telah terbukti meningkat

sebagai GFR pasien menurun.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari studi kasus ini adalah menjelaskan konsep dasar

teori dan asuhan keperawatan pada klien Tn.A dengan Chronic Kidney

Desease (CKD) di ruang RPD 2 RSUD Blambangan Banyuwangi.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan CKD dan

membandingkan secara teoritis di Ruang Penyakit Dalam 2 RSUD

Blambangan Banyuwangi tahun 2018

2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan

CKD di Ruang Penyakit Dalam 2 RSUD Blambangan Banyuwangi

tahun 2018

3. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien CKD

dan membandingkannya dengan teori di Ruang Penyakit Dalam 2

RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2018

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

CKD dan membandingkan dengan teori di Ruang Penyakit Dalam

2 RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2018

5. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien dengan

CKD di Ruang Penyakit Dalam 2 RSUD Blambangan Banyuwangi

tahun 2018
4

1.4 Pengumpulan Data

Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data guna

penyusunan penulisan, yaitu dengan menggunakan metode interview,

observasi-partisipatif.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Mansjoeri, 2009 gagal ginjal kronik adalah penurunan

fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversibel sedangkan gangguan

fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat

digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat.

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan

dan eloktrolit, menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain

dalam darah) (Brunner dan Suddart, 2010).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan menurunnya

fungsi ginjal yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung.

Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan cairan tubuh dalam keadaan asupan diet

normal (Rindiastuti, 2011)


6

GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:

2.2.2 Etiologi

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang

merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan parenkim ginjal difus dan

bilateral . Price dan Wilson (2011)

1. Infeksi, misalnya pielonofritis kronik

2. Penyakit vaskuler hipertensi, misalnya nefrosklerosis benigna,

nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.

3. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik

(SLE), poli arteritis nodusa, sklerosis sistemik progresif.

4. Penyakit metabolik seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.

5. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgetik, nefropati

timbale.

6. Nefropati obstruktif

a. Saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis,

netroperitoneal.
7

b. Saluran kemih bagian bawah: hipertrofi prostale, striktur uretra

anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

7. Obstruksi batu ginjal

2.2.3 Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk

glomerus dan tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa

nefron utuh). Nefron – nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi

volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan

penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk

berfungsi sampai ¾ dari nefron – nefron rusak beban bahan yang harus di

larut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorbsi berakibat diuresis

osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang

rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produk sisa. Titik

dimana timbulnya gejala – gejala khas kegagalan ginjal bila kira – kira

fungsi ginjal telah hilang 80 – 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang

demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih

rendah. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang

normalnya dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi

uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak tertimbun

produk sampah akan semakin berat. (Suwitra dalam Sudoyo, 2014).


8

2.2.4 Pathway

Korteks adrenanal
mensekresi kortisol
Hiperfiltrasi
DM Bakteri
Vasokonstriksi E.Coli
↑ tekanan intra pembuluh darah
Gula darah ↑ glomerulus Inflamasi pelvis Obstruksi saluran
Aliran darah ke ginjal kemih
Ginjal tidak dapat Nefron mengalami ginjal ↓
menyerap pengurangan Piolenefitris
Pelepasan renin Arteri renalis
Fungsi nefron ↓ Sklerosi nefron tertekan

Nefron mengalami Retensi Na dan Suplai O2 ke ginjal


Kerusakan nefron
nekrosis air ↓

Ginjal kehilangan
Volume intra Iskemi jaringan
fungsi nefropati
vaskuler ↑

Fungsi filtrasi ↓
Hipertensi

CKD

Ureum ↑ Laju filtrasi Penurunan produksi


Sistem pencernaan
glomerulus ↓ eritropoitin

Ureum Penumpukan
tertimbun Ginjal tidak mampu zat toksik Defisiensi eritropoitin
dibawah menyaring urin Retensi urin
kulit secara max Produksi HB↓

Na++K+ dalam Produksi urin ↓ Penumpukan urin


Kulit Suplai O2 Aliran darah
vaskuler ↑ di vesika urinaria
hitam dan menurun tidak sampai
kering Disuria keotak
Tekanan dalam Kompensasi
Volume vaskuler ↑ vesika urinaria↑ Fatigue/ tubuh
Perubahan kelemahan Penurunan
Kerusakan kesadaran
pola eliminasi
integritas kulit Takanan Merangsang SSP Sesak
urin
hidrostatik ↑ Intoleransi
aktivitas Ketidakefektifa
Nyeri Akut Ketidakefektifan n perfusi
Edema
Gangguan pola nafas jaringan otak
metabolisme
Kelebihan protein
volume cairan (sindrom
Anorexia, Asam uremik
Resiko ketidakseimbangan Gangguan
mual lambung
nutrisi kurang dari kebutuhan Produksi asam keseimbangan
muntah naik
tubuh naik asam basa
9

2.2.5 Manifestasi Klinis

Menurut Smeltzer dan Bare (2013) manifestasi klinis gagal ginjal

kronik adalah :

1. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi

perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan

irama jantung dan edema.

2. Gangguan Pulmoner

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,

suara krekels.

3. Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan

metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran

gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.

4. Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan),

burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama

ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot –

otot ekstremitas.

5. Gangguan Integumen

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat

penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan

rapuh.
10

6. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan

menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan

metabolic lemak dan vitamin D.

7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan

natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,

hipokalsemia.

8. System hematologi

Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,

sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,

hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana

uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan

trombositopeni.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi

maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis

ataupun kolaborasi antara lain (Smeltzer dan Bare, 2010)

1. Pemeriksaan laboratorium darah

- Hematologi

Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit

- RFT ( renal fungsi test )

ureum dan kreatinin

- LFT (liver fungsi test )


11

- Elektrolit

Klorida, kalium, kalsium

- Koagulasi studi

PTT, PTTK

- BGA

2. Urine

- urine ruti

- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. Pemeriksaan kardiovaskuler

- ECG

- ECO

4. Radidiagnostik

- USG abdominal

- CT scan abdominal

- BNO/IVP, FPA

- Renogram

- RPG ( retio pielografi )

5. Identifikasi perjalanan penyakit

- Progresifitas penurunan fungsi ginjal

- Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)

- Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk

ginjal, misalnya: infrak miokard


12

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD menurut Suwitra

dalam Sudoyo (2010) dibagi tiga yaitu :

a) Konservatif

- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk

b) Dialisis

- Peritoneal dialisis

Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis

yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD

( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).

- Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan

menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui

daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

a. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

b. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke

jantung )

c) Operasi

- Pengambilan batu

- transplantasi ginjal

d) Terapi konservatif
13

Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic Renal

Disease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai

tahun.

Tujuan terapi konservatif:

a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi

b. Meringankan keluhan – keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.

c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.

d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

e) Terapi non farmakologi

a. Diet tinggi kalori, rendah protein, dan rendah garam

b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam

c. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.

d. Kontrol berat badan

e. Kontrol antara intak dan output cairan

f. Lakukan mobilisasi ringan setiap hari secara rutin.

g. Berikan kompres hangat jika terjadi oedem ekstermita


14

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

1. Pengumpulan data

1) Identitas klien dan penanggung jawab

Umur: biasanya berusia antara 30 tahun, namun ada juga yang

mengalami CKD dibawah umur.

2) Riwayat Kesehatan Masuk RS

Awal keluhan dirasakan sampai dengan masuk rumah sakit

3) Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian

Keluhan Utama:

Lemas, pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK

tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar,

mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada,

nyeri punggung, susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap,

nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum, rembes pada akses darah,

keringat dingin, batuk berdahak/tidak. Kemudian keluhan utama

dikembangkan dengan perangkat PQRST dan dicantumkan keluhan

penyerta.

4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain,

riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu,

riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit

kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat kehamilan, riwayat

dehidrasi, riwayat trauma.


15

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, trauma, riwayat

penyakit batu ginjal. Cantumkan genogram minimal tiga generasi.

2. Pemeriksaan Fisik

1) Penampilan/ keadaan umum:

Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.

Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.

2) Tanda-tanda vital.

Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea,

nadimeningkat dan reguler.

3) Kepala.

Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran

telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung,mulut bau

ureum,bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah

kotor.

4) Leher dan tenggorok.

Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.

5) Dada

Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat

otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara

tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,

terdapat suara tambahan pada jantung.


16

6) Abdomen.

Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor jelek, perut

buncit.

7) Genital.

Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,

terdapat ulkus.

8) Ekstremitas.

Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,

pengeroposan tulang, dan Capillary Refill Time lebih dari 1 detik.

9) Kulit.

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan

mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 keparu

menurun

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anorexia

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolik dan kulit kering

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

penurunan kesadaran

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium

6. Intoleransi akvitas berhubungan dengan kelemahan


17

2.3.3 Intervensi

1. Pola nafas inefektif b.d suplai O2 keparu menurun

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam pasien mengalami

perbaikan status pernafasan.

Kriteria hasil : - Keadaan umum baik

- RR dalam batas normal 12 – 24 x/menit

- tidak ada sesak napas

- TTV dalam batas normal

TD : 90 – 110 / 70 – 90 mmHg

RR : 18 – 24 x/mnt

N : 60 – 100x/ menit

S : 36,5 – 37,5 C

Intervensi:

1. Observasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan.

R/ pernafasan dangkal atau cepat sehubungan dengan hipoksia atau

akumulasi cairan

2. Observasi TTV

R/ untuk mengetahui perkembangan TTV pasien

3. Pertahankan pemakaian oksigen dengan masker

R/ untuk mengobati atau mencegah hipoksia

4. Posisikan pasien semi fowler

R/ memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada

diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi secret


18

5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat

R/ untuk mengurangi akumulasi secret

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anorexia ditandai dengan mual, muntah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24

jam, nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil :

- BB klien meningkat > 4kg sesuai proporsi tubuhnya

- Nafsu makan klien baik

- Nilai laboratorium (misalnya, transferin, albumin, dan

elektrolit) dalam batas normal.

- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan

Intervensi :

1. Observasi adanya alergi makanan.

R/ untuk mengetahui klien memiliki riwayat alergi atau tidak

2. Monitoring intake makanan setiap hari.

R/ Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan

kalori yang cukup merupakan indikasi adanya gangguan pada GIT.

3. Auskultasi bising usus

R/ Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas

lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorbsi.

4. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik

usus (misalnya, teh, kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan

yang menyebabkan diare (misalnya, apel/ jambu).


19

R/ Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare

dan gangguan absorbs nutrisi yang diperlukan.

5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

R/ untuk menentukan jenis diet yang dibutuhkan

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolik dan kulit kering

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

kerusakan integritas kulit pasien teratasi.

kriteria hasil:

Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Intervensi :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

R/ agar tidak panas

2. Hindari kerutan pada tempat tidur

R/ Kerutan dapat menyebabkan lecet

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan lembab

R/ kebersihan menghindari infeksi

4. Monitor kulit akan adanya kemerahan

R/ kemerahan tanda ada infeksi

5. Kolaborasi pemberian obat topikal

R/ untuk membunuh bakteri


20

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

penurunan kesadaran.

Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam

perfusi jaringan otak dapat kembali normal, pasien sadar.

Kriteria Hasil :

- Tingkat kesadaran membaik

- GCS 4-5-6

- k/u membaik

- TTV dalam batas normal

- Tidak terpasang oksigen

Intervensi :

1. Observasi TTV

R/ untuk mengetahui perkembangan TTV pasien

2. Observasi dan catat status neurologis

R/ mengetahui perkembangan tingkat kesadaran

3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

R/ untuk membuat kondisi lebih baik

5. Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x

24 jam intake dan output seimbang

Kriteria Hasil :- BB ideal

- keseimbangan antara input dan output

- Tidak ada edema


21

Intervensi:

1. Observasi status cairan dengan menimbang BB perhari,

keseimbangan masukan dan keluaran, turgor kulit tanda-tanda vital

R/ untuk memantau kondisi pasien

2. Batasi masukan cairan

R/ Pembatasan cairan akan menentukan BB ideal, keluaran urin,

dan respon terhadap terapi

3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan

R/ Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga

dalam pembatasan cairan

4. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan

terutama pemasukan dan keluaran

R/ Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x

24 jam intoleransi aktivitas dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

- K/U membaik

- Dapat beraktivitas kembali

- TTV dalam batas normal


22

Intervensi :

1. Evaluasi tingkat aktivitas pasien

R/ mengetahui tingkat kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

ADL

2. Lakukan mobilisasi miring kanan dan kiri

R/ mobilisasi pasien untuk mencegah terjadinya dekubitus

3. Libatkan keluarga dalam perawatan mobilitas fisik

R/ partisipasi keluarga dapat membantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan mobilitasnya
23

Anda mungkin juga menyukai

  • Leaflet Rokok Print
    Leaflet Rokok Print
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Rokok Print
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Format Supervisi
    Format Supervisi
    Dokumen1 halaman
    Format Supervisi
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen23 halaman
    Bab 1
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Pengolahan PKMD Stikes Latih
    Pengolahan PKMD Stikes Latih
    Dokumen7 halaman
    Pengolahan PKMD Stikes Latih
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa
    Diagnosa
    Dokumen3 halaman
    Diagnosa
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Makalah Mioma Uteri
    Makalah Mioma Uteri
    Dokumen39 halaman
    Makalah Mioma Uteri
    Mei Rerebain
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan DBD Nic Noc
    Asuhan Keperawatan DBD Nic Noc
    Dokumen18 halaman
    Asuhan Keperawatan DBD Nic Noc
    febriana
    Belum ada peringkat
  • SOP Injeksi Bolus
    SOP Injeksi Bolus
    Dokumen3 halaman
    SOP Injeksi Bolus
    Degita Megumi
    50% (8)
  • Naskah Wiwib Fixs
    Naskah Wiwib Fixs
    Dokumen19 halaman
    Naskah Wiwib Fixs
    Asyroful Anam Gucio
    Belum ada peringkat
  • LP Icterus Neo
    LP Icterus Neo
    Dokumen28 halaman
    LP Icterus Neo
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Makalah Mioma Uteri
    Makalah Mioma Uteri
    Dokumen39 halaman
    Makalah Mioma Uteri
    Mei Rerebain
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Febris
    Laporan Pendahuluan Febris
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan Febris
    Rini Setyaningsih
    Belum ada peringkat
  • Wa0020
    Wa0020
    Dokumen1 halaman
    Wa0020
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • LP Icterus Neo
    LP Icterus Neo
    Dokumen26 halaman
    LP Icterus Neo
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Mioma Uteri
    Mioma Uteri
    Dokumen14 halaman
    Mioma Uteri
    Nur Afiat Fachrid
    Belum ada peringkat
  • LP Icterus Neo
    LP Icterus Neo
    Dokumen26 halaman
    LP Icterus Neo
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • LP Sectio Caesaria (SC)
    LP Sectio Caesaria (SC)
    Dokumen23 halaman
    LP Sectio Caesaria (SC)
    Febri Ayu Mentari
    Belum ada peringkat
  • Wa0020
    Wa0020
    Dokumen1 halaman
    Wa0020
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Wa0020
    Wa0020
    Dokumen1 halaman
    Wa0020
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Askep IKTERUS NEONATORUM
    Askep IKTERUS NEONATORUM
    Dokumen13 halaman
    Askep IKTERUS NEONATORUM
    Wahyu Putra Perdana
    100% (3)
  • Laporan Pendahuluan Fraktur
    Laporan Pendahuluan Fraktur
    Dokumen18 halaman
    Laporan Pendahuluan Fraktur
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Wa0020
    Wa0020
    Dokumen1 halaman
    Wa0020
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan DBD Nic Noc
    Asuhan Keperawatan DBD Nic Noc
    Dokumen18 halaman
    Asuhan Keperawatan DBD Nic Noc
    febriana
    Belum ada peringkat
  • LP Sectio Caesaria (SC)
    LP Sectio Caesaria (SC)
    Dokumen23 halaman
    LP Sectio Caesaria (SC)
    Febri Ayu Mentari
    Belum ada peringkat
  • Wa0020
    Wa0020
    Dokumen1 halaman
    Wa0020
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • Wa0020
    Wa0020
    Dokumen1 halaman
    Wa0020
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • TUMORABDOMEN
    TUMORABDOMEN
    Dokumen25 halaman
    TUMORABDOMEN
    Shinta Ardiana
    100% (3)
  • Selimut Alumunium Foil
    Selimut Alumunium Foil
    Dokumen7 halaman
    Selimut Alumunium Foil
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat
  • PICO SEminar Jurnal
    PICO SEminar Jurnal
    Dokumen4 halaman
    PICO SEminar Jurnal
    Vera Muji Trisnawati
    Belum ada peringkat