Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan
BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling
yaitu: Terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui
tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan
pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan
bahagia.
Namun untuk mencapai tujuan tersebut Konselor haruslah memenuhi Asas
dan Prinsip-prisip Bimbingan dan Konseling. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu
akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan
layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan
menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Begitu pula dengan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling tidak bisa diabaikan begitu saja, karena prinsip
bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang
dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti
dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan. Dan dapat juga dijadikan
sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bimbingan?
2. Apa pengertian konseling?
3. Apa tujuan bimbingan dan konseling itu?
4. Apa prinsip bimbingan konseling itu?
5. Apasajakah asas-asas bimbingan dan konseling itu?
6. Apasajakah jenis bimbingan konseling?

1
C. Tujuan
1. Apa pengertian bimbingan?
2. Apa pengertian konseling?
3. Apa tujuan bimbingan dan konseling itu?
4. Apa prinsip bimbingan konseling itu?
5. Apasajakah asas-asas bimbingan dan konseling itu?
6. Apasajakah jenis bimbingan konseling?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” berasal dari kata “guide” yang artinya menunjukkan (to direct),
memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer). 1[1]
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.” 2[2]
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta
didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara
positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan
dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal
secara objektif lingkungan, baik lingkungan social dan lingkungan fisik dan
menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dianamis pula.
Pengenalan lingkungan itu yang meliputi lingkungan rumah, sekolah, masyarakat
dan alam sekitar serta lingkungan yang lebih luas, diharapkan menunjang proses
penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud, serta dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan
berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan
dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil
keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang
pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya/keluarga/kemasyarakatan.
Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

3
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada
kehidupan masyarakat pada umumnya.
Sedangkan Moh. Surya mengungkapkan bahwa bimbingan ialah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan
perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri dengan lingkungannya.3[3]
Dari beberapa definisi yang dikutip diatas dapat diambil beberapa dasar
sebagai berikut :
1. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan
itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada
tujuan tertentu. Dengan kata lain, bimbingan adalah suatu kegiatan yang
prosesnya berkesinambungan dengan sistematis, terencana, tahap demi tahap
dan teraarah kepada tujuan yang ingin dicapai oleh pembimbing dan orang
yang dibimbing.
2. Bimbingan merupakan proses membantu (tidak memaksa) individu (klien)
yang memerlukan melalui pelayanan bimbingan sehingga individu dapat
mengembangkan dirinya secara optimal, melatih kemandirian yang
memanfaatkan teknik dan layanan bimbingan dalam suasana asuhan yang
normatif dengan personil atau pembimbing yang mempunyai kemampuan
membimbing.
Jadi, bimbingan berarti suatu proses bantuan yang diberikan oleh seseorang
yang memiliki profesionalitas sebagai guru agar konseli memiliki suatu pemahaman
diri, dapat mengarahkan diri, memiliki kemampuan dalam memecahkan

4
permasalahan yg dihadapi sehingga memiliki kemampuan dlm mengambil
keputusan dalam membuat suatu pilihan sesuai dengan potensi yg dimiliki.

B. Pengertian Konseling
Menurut bahasa konseling adalah terjemahan dari “counseling” yang berasal
dari kata kerja “to counsel” dalam kata lain berarti “to give advice” atau
memberikan saran dan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap
muka (face to face). Dalam bahasa Indonesia, pengertian konseling juga dikenal
dengan istilah penyuluhan.4[4]
Selain itu counseling dalam bahasa Indonesia juga berarti proses interaksi.
Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai
teknik. Dewa Ketut Sukardi mengatakan “(counseling is the heart of guidance)
layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan”. Dan ruth strang
mengatakan bahwa : “counseling is a most important tool of guidance”, jadi
konseling merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan. Hal ini
disebabkan karena bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang
integral.
Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling
merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbale balik antara dua individu,
dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-
masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Lebih lanjut Prayitno, mengemukakan bahwa: koseling adalah pertemuan
empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human
(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-
norma yang berlaku. 5[5]

5
Konseling Komprehensif adalah konseling yg berlaku bagi klien/konseli yg
berbagai macam karakter, dilaksanakan melalui suatu proses interaksi antara
konselor dan konseli, bersifat sangat pribadi dlm memberikan bantuannya agar
konseli memiliki kemampuan untuk tumbuh kembang seoptimal mungkin &
mengarah pada suatu pilihan dalam hidupnya sesuai dengan potensi yg dimiliki.

C. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua macam yaitu tujuan
umum dam tujuan khusus, antara lain:
1. Tujuan umum
Secara garis besar tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah
membantu individu mewujudkan dirinya menjadi jiwa yang lebih baik. Seperti
halnya tujuan umum dari layanan Bimbingan dan Konseling adalah sesuai
dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 1989 atau (UU No. 2/1989), yaitu
terwujudnya manusia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
(Depdikbud, 1994:5) 6[6]
Selanjutnya, Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa: Tujuan
umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
predisposisi yang dimilikinya (seperti: kemampuan dasar dan bakat-bakatnya),
berbagai latar belakang yang ada (seperti: latar belakang keluarga, pendidikan,
status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi

6
insan yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan, pandangan,
interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan
dengan diri sendiri dan lingkungannya.
Dengan demikian, siswa diharapkan akan menjadi individu yang
mandiri dengan ciri-ciri: 7[7]
a. Mengenal diri dan lingkungan secara tepat dan objektif,
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis,
c. Mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana,
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil dan
e. Mampu mengaktualisasikan diri secara optimal.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari layanan bimbingan konseling adalah untuk
membantu siswa agar mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-
aspek antara lain: pribadi, sosial, belajar, dan karir. Bimbingan pribadi-sosial
dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial
dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung jawab.
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan
pribadi pekerja yang produktif.8[8]
a. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi – sosial layanan Bimbingan dan
Konseling membantu siswa agar :
1) Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan
mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.
2) Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-
orang yang mereka senangi.
3) Membuat pilihan secara sehat

7
4) Mampu menghargai orang lain
5) Memiliki rasa tanggung jawab
6) Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi
7) Dapat menyelesaikan konflik
8) Dapat membuat keputusan secara efektif
b. Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan Bimbingan dan
Konseling membantu siswa agar :
1) Dapat melaksanakan ketrampilan atau belajar secara efektif
2) Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
3) Mampu belajar secara efektif
4) Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi
evaluasi/ujian
c. Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
1) Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan di dalam lingkungan kerja
2) Mampu merencanakan masa depan
3) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
4) Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat
5) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah,
tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

D. Prinsip Bimbingan Koseling


Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip merupakan paduan hasil kajian
teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu
yang dimaksudkan. Pemahaman tentang prinsip – prinsip dasar dari bimbingan dan
konseling ini sangat penting dan perlu terutama dalam penerapan di lapangan. Hal
ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan –
penyimpangan dalam praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling.

8
Adapun prinsip – prinsip dari bimbingan dan konseling, antara lain :
1. Prinsip – prinsip umum
Prinsip – prinsip umum, meliputi :
a. Bimbingan berhubungan dengan sikap, tingkah laku dan lainnya dari
individu yang terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan
ruwet.
b. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
c. Masalah yang tidak dapat dipecahkan di sekolah harus diserahkan pada
individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
d. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang
dirasakan oleh individu yang dibimbing.
e. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang
bersangkutan.
f. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
g. Terhadap program bimbingan harus ada penilaian yang teratur.

2. Prinsip – Prinsip Khusus


a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli.
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua klien
atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik
pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Dalam hal
ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif
dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih
diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.

9
Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan
melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan
keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus
sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya
menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif.
Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang
negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara
yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut,
bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan
kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi
juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas
dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan
dan konseling.
Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai
peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu
semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan
konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli
untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan
tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk
membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi
kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah
mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.

10
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya.
Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek
pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

E. Asas Dalam Bimbingan Dan Koseling


1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya
segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor)
berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban
membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor)
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar
peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih
dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini
bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu

11
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-
individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta
didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa
depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang
ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai
pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik
norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui
segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat

12
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam
bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus
terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya
dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
(konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing
(konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih
kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar
sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju. 9[10]

F. Jenis Bimbingan Konseling


Jenis – jenis bimbingan di bedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)

13
Dalam hal ini bantuan yang dapat diberikan kepada anak dalam
bimbingan pendidikan berupa informasi pendidikan, cara belajar yang efektif,
pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar,
mengambangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam
pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalm belajar dan
mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah.

2. Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan merupakan kegiatan bimbingan yang pertama,
yang dimulai oleh Frank Parson pada tahun 1908 di Boston, Amerika Serikat.
Departemen tenaga kerja di negara ini telah memplopori bimbingan pekerjaan
bagi kaum muda agar mereka memiliki bekal untuk terjun ke masyarakat.
Bimbingan pekerjaan telah masuk sekolah dan setiap siswa di sekolah
lanjutan tungkat pertama dan atas menerima bimbingan karir. Konsep Parson
sangat sederhana, yaitu sekedar membandingkandan mengkombinasikan antara
hasil analisis individual dan hasil analisis dunia kerja
3. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi merupakan batuan yang diberikan kepada siswa
untuk embangun hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya
hidup, perkembangan nilai-nilai moral / agama dan sosial dalam diri,
kemampuan mengerti dan menerima diri orang lain, serta membantunya untuk
memecahkan masalah pribadi yang ditemuinya. Ketepatan bimbingan ini lebih
terfokus pada pengembangan pribadi, yaitu membantu para siswa sebagai diri
untuk belajar mengenal dirinya, belajar menerima dirinya, dan belajar
menerapkan dirinya dalam proses penyesuaian yang produktif terhadap
lingkunganya.
Dalam bimbingan pribadi ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
a. pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME

14
b. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun untuk peranya masa depan
c. Pemantapan pemahaman tentang kelamahan diri dan usaha
penanggulanganya.
d. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
e. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang
diambilnya.
f. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan
secara efektif
g. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

Selain jenis – jenis dalam bimbingan, juga terdapat beberapa jenis-jenis layanan
dalam bimbingan dan konseling. Berikut uraianya :
1. Layanan Orientasi; Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan
obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya
diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan
layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman.
2. LayananInformasi; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar,
pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah
membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang
sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan
informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun
berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

15
3. Layanan Pembelajaran; merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai
materi belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan
kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,
dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran; merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan
ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan
segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan
Penyaluranberfungsi untuk pengembangan.
5. Layanan Konseling Perorangan; merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan)
untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan
dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat
mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling
Peroranganberfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok,
dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas
pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan
pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau
tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok
berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan
7. Layanan Konseling Kelompok; merupakan layanan yang memungkinan peserta
didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika

16
kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan
untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika
kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan
advokasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dlm keseluruhan sistem
pendidikan khususnya di sekolah; guru sbg salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai
terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
1. Tujuan bimbingan dan konseling, Agar siswa dapat :
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yg akan datang
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yg dimilikinya seoptimal
mungkin
c. Menyesuaikan diri dg lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya
d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yg dihadapi dalam studi, penyesuaian
dg lingkungan
2. Fungsi-Fungsi bimbingan dan konseling

17
Fungsi Pencegahan, Fungsi Pemahaman, Fungsi Perbaikan, Fungsi
Pemeliharaan dan Pengembangan, Fungsi Penyembuhan, Fungsi Penyesuaian,
Fungsi Penyaluran, Fungsi Fasilitas.
3. Asas-Asas bimbingan dan konseling
Asas Kerahasiaan, Kesukarelaan, Keterbukaan, Kegiatan, Kemandirian,
Kekinian, Kedinamisan, Keterpaduan, Kenormatifan, Keahlian, Alih Tangan
Kasus, Tut Wuri Handayani.

Daftar Pustaka

Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. 2010.

Anonim. 2009. Jenia Bimbingan dan Konseling. https://belajarpsikologi.com/jenis-


bimbingan-konseling/. Dilihat pada tanggal 15 April 2019

Hallen A. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers. cet-1. 2002.

Muhibbi, H. 2016. Konsep Bimbingan Konseling. https://huseinmuhibbi.blogspot.com


/2016/02/makalah-konsep-bimbingan-konseling.html. Dilihat pada tanggal 15 April
2019.

Prayitno dan Erman Amfi. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Reneka Cipta.
1995.

Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di


Sekolah. Tabanan: Rinera Cipta. 2000.

18

Anda mungkin juga menyukai