Topik EBP
MANAJEMEN NYERI NON INVASIVE PADA
IBU POST PARTUM SC DI RUANG ICU
KOREKSI I KOREKSI II
(…………………………………………………………) (………………………..……...………………………….)
BAB I PENDAHULUAN
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensial
untuk menimbulkan kerusakan jaringan (Dharmady, 2008).
Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu histerektomia
untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan
baik pada ibu maupun pada bayi (Mochtar R 1998). Ditemukannya bedah sesar
memang dapat mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang
lebih senang memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bias melahirkan
secara normal.namun faktanya menurut bensons dan pernolls,angka kematian
pada operasi sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup.Angka ini
menunjukan resiko 25x lebih besar dibangdingkan dengan persalinan melalui
pervaginaan.Bahkan untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80x lebih
tinggi dibandingkan dengan persalinan pervagina.
Seksio sesaria menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi
yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan menurut
statistic tentang 3.509 kasus seksio sesaria yang disusun oleh pell dan
chamberlain,indikasi untuk resiko sesaria adalah diproporsi janin panggul
21%,gawat janin 14%,plasenta previa 11% pernah seksio sesaria 11%,kelainan
letak janin 10%,pre-eklamasi dan hipertensi 7% dengan angka kematian pada ibu
sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin
14,5% (Winkjosastro,2005).
BAB II ANALISIS JURNAL DAN PEMBAHASAN
Nyeri post partum adalah nyeri yang dirasakan seperti kram menstruasi saat
uterus berkontraksi setelah melahirkan (Bobak, 2005). Selain itu nyeri post
partum juga diartikan perasaan yang tidak menyenangkan yang merupakan
mekanisme pertahanan diri dari berbagai penyebab dan dapat dimanifestasikan
dalam respon sikap dan perilaku yang dirasakan ibu setelah melahirkan (Rohmah
dan Walid,2008). Penyebab nyeri post partum antara lain afterbirth, episiotomi,
laserasi perineum, pembesaran (engorgement).
Kebutuhan perubahan ini sesuai dengan konsep perawatan ibu post partum yang
menekan akan pada pemulihan fisik psikologis, meningkatkan kemampuan ibu
merawat diri, dan meningkatkan kemampuan ibu merawat bayi,
Selain itu perawat diharapkan dapat menyiapkan alih tanggung jawab dari
perawat pada keluarga, sehingga peran perawat
disini bukan hanya pemberi pelayanan tetapi lebih kepada pengajar, pemberi
semangat dan dukungan.
Pada pasien Ny. R yang mengeluh nyeri luka pasca post partum sc ini dapat
dilakukan dengan tehnik untuk menurunkan nyeri secara non invasive, menurut
penelitian Rohmah (2011) ada beberapa tehnik manajemen nyeri non invasive
yang dapat digunakan antara lain tehnik pernafasan berirama, tehnik distraksi, dan
tehnik stimulasi kutan. Untuk tehnik pernapasan berirama diharapkan dapat
menstabilkan tanda-tanda vital, tehnik distraksi dilakukan untuk memberikan
posisi rileks atau memberikan rasa nyaman pada pasien, serta tehnik kutan
dilakukan dengan masage ringan di area sekitar nyeri untuk mengurangi nyeri dan
memberikan rasa nyaman.
Evidence based pada kasus yang sesuai dengan teori antara lain posisi tubuh yang
dipertahankan, gerakan hati-hati, dan ekpresi wajah tegang. Sedangkan tekanan
darah, nadi, pernafasan tidak mengalami perubahan, diaforesis tidak terjadi.
Lokasi dan luas penyebaran nyeri pada umumnya terjadi pada saat kontraksi
uterus dan dirasakan di punggung, tetapi pada evidence based dirasakan pada
bahu, kebutuhan perubahan yang prioritas pada evidence based adalah nyeri,
intervensi nyeri non invasive yang ditetapkan berdasarkan evidence based adalah
masase pada wajah dan bahu dengan pertimbangan pemetaan area nyeri serta
interaksi dengan bayi, prinsip pelaksanaan manajemen nyeri pada evidence based
sesuai dengan konsep teori yaitu prinsip stimulasi kutaneus dan distraksi. Namun
pada evidence based terdapat perbedaan pada area masase dan media distraksi.
Area masase dipilih pada wajah dan media distraksi yang digunakan adalah
interaksi dengan bayi, Evaluasi pada evidence based didapatkan bahwa nyeri
dapat berkurang menjadi skala 2, wajah dan mobilisasi menjadi lebih rileks.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Evidence based pada kasus yang sesuai dengan teori antara lain posisi tubuh yang
dipertahankan, gerakan hati-hati, dan ekpresi wajah tegang. Sedangkan tekanan
darah, nadi, pernafasan tidak mengalami perubahan, diaforesis tidak terjadi.
Lokasi dan luas penyebaran nyeri pada umumnya terjadi pada saat kontraksi
uterus dan dirasakan di punggung, tetapi pada evidence based dirasakan pada
bahu, kebutuhan perubahan yang prioritas pada evidence based adalah nyeri,
intervensi nyeri non invasive yang ditetapkan berdasarkan evidence based adalah
masase pada wajah dan bahu dengan pertimbangan pemetaan area nyeri serta
interaksi dengan bayi, prinsip pelaksanaan manajemen nyeri pada evidence based
sesuai dengan konsep teori yaitu prinsip stimulasi kutaneus dan distraksi. Namun
pada evidence based terdapat perbedaan pada area masase dan media distraksi.
Area masase dipilih pada wajah dan media distraksi yang digunakan adalah
interaksi dengan bayi, Evaluasi pada evidence based didapatkan bahwa nyeri
dapat berkurang menjadi skala 2, wajah dan mobilisasi menjadi lebih rileks.
DAFTAR PUSTAKA
Rohmah, N. (2011). Manajemen Nyeri Non Invasive Pada ibu Post Partum
Dengan Pendekatan Evidance Based Practice. Jurnal Ners, 201-209.