A. Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian bawah yang mengenai
parenkim paru (Mansjoer dkk., 2000). Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan
pada paru yang timbul karena invasi dari beberapa patogen dan salah satu penyebab
yang paling banyak yaitu bakteri sehingga bisa menyebabkan gangguan fungsi organ
pernapasan seperti kesulitan untuk bernapas karena kekurangan oksigen (World Health
Organization, 2014).
B. Etiologi
C. Klasifikasi Pneumonia
Pneumonia dibagi menjadi tiga macam berdasarkan penyebab patogen yang menginvasi
sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
1. Community Acquired Pneumonia (CAP)
Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah pneumonia pada orang dewasa yang
penyebabnya seperti S.pneumoniae, H.influenza, Respiratory Syncytial virus (RSV),
biasanya diperoleh dari luar rumah sakit. Sedangkan pada anak-anak patogen
penyebab pneumonia yang sering ditemukan seperti M.pneumoniae,C.pneumoniae.
2. Nosokomial Pneumonia
Nosokomial Pneumonia adalah pneumonia yang diperoleh dari rumah sakit. Patogen
penyebabnya yaitu bakteri nosokomial yang resisten 10 terhadap antibiotik yang ada
di rumah sakit seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang dahulu
mendapatkan terapi sefalosporin generasi ketiga, umumnya dijumpai bakteri enterik
yaitu Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter sp., P.aeruginosa adalah patogen yang
jarang dijumpai, tetapi sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan. S. aureus
khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang
dirawat di ICU.
3. Pneumonia Aspirasi
Pneumonia Aspirasi adalah salah pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret
oropharyngeal dan cairan lambung, biasanya didapat pada pasien dengan status
mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen yang
menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi
dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci anaerob.
Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri yang lazim dijumpai
adalah campuran antara Gram negatif batang dan S. aureus anaerob.
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya di dahului dengan infeksi saluran napas atas
akut selama beberapa hari. Selain di dapatkan demam, menggil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 ºC, sesak napas, nyeri dada, batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala
(Misnadiarly,2008).
2. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pnemonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Sekret
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Sianosis
g. Thorax photo menunjukan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
E. Patofisiologi
Faktor mekanik seperti rambut-rambut halus, turbinasi udara di rongga hidung, struktur
anatomis percabangan trakhea-bronkus, mekanisme pembersihan muko-siliaris dan
adanya faktor antibakteri lokal merupakan faktor yang sangat penting dalam pertahanan
tubuh, baik untuk menangkap partikel maupun membunuh mikroorganisme patogen
yang masuk ke saluran nafas.
Saat sistem pertahanan tubuh baik atau jumlah mikroorganisme yang dapat mencapai ke
alveolus masih sedikit, makrofag dan protein lokal yang terdapat di alveolus akan
melawan patogen yang masuk melalui aktivitas antibakteri atau antiviral. Manifestasi
pneumonia dapat terjadi ketika aktivitas makrofag di alveolus berlebihan dalam
melawan mikroorganisme patogen. Pada kondisi ini, makrofag menginisiasi respon
inflamasi dari tubuh yang merupakan proses yang lebih dominan daripada proliferasi
mikroorganisme itu sendiri sehingga memicu timbulnya gejala klinis pada pneumonia.
Pelepasan mediator inflamasi interleukin (IL) 1 dan tumor necrosis factor (TNF)
menimbulkan demam, kemokin IL-8 dan granulocyte-colony stimulating factor (GCSF)
menstimulasi pelepasan neutrofil ke alveolus dan menimbulkan leukositosis perifer serta
sekret yang purulen. Adanya mediator inflamasi dan masuknya neutrofil menimbulkan
kerusakan pembuluh kapiler alveolus sehingga menghasilkan gambaran infiltrat pada
pemeriksaan radiologi, suara ronkhi pada auskultasi, dan hipoksemia akibat
terganggunya proses pertukaran gas di alveolus.
Pneumonia dapat mengakibatkan kehilangan cairan seiring dengan progresivitas
penyakit. Kondisi dehidrasi dapat menyebabkan hipoperfusi ginjal, sehingga terjadi
peningkatan reabsorbsi urea oleh ginjal yang ditandai dengan meningkatnya kadar urea
dalam darah. Pada usia lanjut, terjadi perubahan fisiologis pada sistem pernafasan
seperti penurunan kemampuan pengembangan/recoil paru, kekuatan otot-otot respirasi,
perubahan struktural dinding dada yang menyebabkan penurunan compliance paru, serta
terjadi peningkatan resistensi jalan nafas oleh karena terganggunya mekanisme
pertahanan muko-siliaris. (Janssens, Krause., 2004)
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
b. Tindakan suportif
meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO (SaO 2 < 90%) dan resusitasi cairan
intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non
invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway
pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi
dan bronkoskopi membantu bersihan sputum (Jeremy, 2007).
1. Wawancara
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data klien secara lengkap dan
sistematis yang terdiri dari identitas klien dan identitas penanggung jawab.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting
atau keluhan yang sangat dirasakan pasien sampai perlu pertolongan.
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pernapasan secara umum
antara lain: Pasien mengeluh sakit di daerah dada
F. Pathway
Proses peradangan
Akumulasi sputum
dijaringan nafas
Intoleransi Aktivitas
Difusi menurun
Daftar Pustaka
Betz, L.C. & Sowden, A.L. (2002). Keperawatan Pediatric: alih bahasa, Yan Tambayong;
editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnia Ningsih. Monica Este, Jakarta: EGC
Depkes, R.I. (2005) Buku Pedoman P2 ISPA Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie
Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC
Janssens, J.-P., & Krause, K.-H. 2004. Pneumonia in the very old : THE LANCET Infectious
Diseases Vol. 4. p:24-112.
Jeremy P.T., 2007, At Glance Sistem Respirasi, Edisi Kedua, Erlangga Medical Series,
Jakarta, pp. 76-77.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009. Jakarta: Dirjen PPM-PLP.
WHO. 2014. Wordl Health Statistics. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.
Geneva. Switzerland