Anda di halaman 1dari 13

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten tlp/Fax.0254.232729

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK PROFESI NERS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. Definisi

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian bawah yang mengenai
parenkim paru (Mansjoer dkk., 2000). Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan
pada paru yang timbul karena invasi dari beberapa patogen dan salah satu penyebab
yang paling banyak yaitu bakteri sehingga bisa menyebabkan gangguan fungsi organ
pernapasan seperti kesulitan untuk bernapas karena kekurangan oksigen (World Health
Organization, 2014).

Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam


dan diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada semua
umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua dan penderita
penyakit kronis (Elin, 2008).

B. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri,


virus, jamur, dan protozoa. Berikut daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang
menyebabkan pneumonia (Jeremy, 2007).

1. Infeksi Bakteri, Infeksi Atipikal, Infeksi Jamur


a. Streptococcus
b. pneumoniae
c. Mycoplasma pneumoniae Aspergillus
d. Haemophillus influenza Legionella pneumophillia Histoplasmosis
e. Klebsiella pneumoniae Coxiella burnetii Candida
f. Pseudomonas aeruginosa Chlamydia psittaci Nocardia
g. Gram-negatif (E. Coli)
2. Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab Lain
h. Influenza Pneumocytis carinii Aspirasi
i. Coxsackie Toksoplasmosis Pneumonia lipoid
j. Adenovirus Amebiasis Bronkiektasis
k. Sinsitial respiratori Fibrosis kistik
3. Patogenesis
Dalam keadaan sehat, pada pru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya
bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak
dan berakibat timbulnya sakit. Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan
paru dapat memlalui berbagai cara:
a. Inhalasi langsung dari udara
b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
d. Penyebaran secara hematogen

C. Klasifikasi Pneumonia

Pneumonia dibagi menjadi tiga macam berdasarkan penyebab patogen yang menginvasi
sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
1. Community Acquired Pneumonia (CAP)
Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah pneumonia pada orang dewasa yang
penyebabnya seperti S.pneumoniae, H.influenza, Respiratory Syncytial virus (RSV),
biasanya diperoleh dari luar rumah sakit. Sedangkan pada anak-anak patogen
penyebab pneumonia yang sering ditemukan seperti M.pneumoniae,C.pneumoniae.
2. Nosokomial Pneumonia
Nosokomial Pneumonia adalah pneumonia yang diperoleh dari rumah sakit. Patogen
penyebabnya yaitu bakteri nosokomial yang resisten 10 terhadap antibiotik yang ada
di rumah sakit seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang dahulu
mendapatkan terapi sefalosporin generasi ketiga, umumnya dijumpai bakteri enterik
yaitu Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter sp., P.aeruginosa adalah patogen yang
jarang dijumpai, tetapi sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan. S. aureus
khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang
dirawat di ICU.
3. Pneumonia Aspirasi
Pneumonia Aspirasi adalah salah pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret
oropharyngeal dan cairan lambung, biasanya didapat pada pasien dengan status
mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen yang
menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi
dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci anaerob.
Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri yang lazim dijumpai
adalah campuran antara Gram negatif batang dan S. aureus anaerob.

D. Manifestasi Klinis

1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya di dahului dengan infeksi saluran napas atas
akut selama beberapa hari. Selain di dapatkan demam, menggil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 ºC, sesak napas, nyeri dada, batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala
(Misnadiarly,2008).

2. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pnemonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Sekret
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Sianosis
g. Thorax photo menunjukan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah

E. Patofisiologi

Pneumonia merupakan keadaan yang timbul oleh adanya proliferasi mikroorganisme di


alveolus dan respon tubuh untuk melawan mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme
yang bersifat patogen dapat masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui beberapa
jalan, paling sering akibat aspirasi melalui orofaring terutama saat tidur, yang sering
terjadi pada usia lanjut, saat terjadi penurunan kesadaran, dan melalui penyebaran
infeksi secara hematogen (Isselbacher dkk. 2012.)

Faktor mekanik seperti rambut-rambut halus, turbinasi udara di rongga hidung, struktur
anatomis percabangan trakhea-bronkus, mekanisme pembersihan muko-siliaris dan
adanya faktor antibakteri lokal merupakan faktor yang sangat penting dalam pertahanan
tubuh, baik untuk menangkap partikel maupun membunuh mikroorganisme patogen
yang masuk ke saluran nafas.
Saat sistem pertahanan tubuh baik atau jumlah mikroorganisme yang dapat mencapai ke
alveolus masih sedikit, makrofag dan protein lokal yang terdapat di alveolus akan
melawan patogen yang masuk melalui aktivitas antibakteri atau antiviral. Manifestasi
pneumonia dapat terjadi ketika aktivitas makrofag di alveolus berlebihan dalam
melawan mikroorganisme patogen. Pada kondisi ini, makrofag menginisiasi respon
inflamasi dari tubuh yang merupakan proses yang lebih dominan daripada proliferasi
mikroorganisme itu sendiri sehingga memicu timbulnya gejala klinis pada pneumonia.
Pelepasan mediator inflamasi interleukin (IL) 1 dan tumor necrosis factor (TNF)
menimbulkan demam, kemokin IL-8 dan granulocyte-colony stimulating factor (GCSF)
menstimulasi pelepasan neutrofil ke alveolus dan menimbulkan leukositosis perifer serta
sekret yang purulen. Adanya mediator inflamasi dan masuknya neutrofil menimbulkan
kerusakan pembuluh kapiler alveolus sehingga menghasilkan gambaran infiltrat pada
pemeriksaan radiologi, suara ronkhi pada auskultasi, dan hipoksemia akibat
terganggunya proses pertukaran gas di alveolus.
Pneumonia dapat mengakibatkan kehilangan cairan seiring dengan progresivitas
penyakit. Kondisi dehidrasi dapat menyebabkan hipoperfusi ginjal, sehingga terjadi
peningkatan reabsorbsi urea oleh ginjal yang ditandai dengan meningkatnya kadar urea
dalam darah. Pada usia lanjut, terjadi perubahan fisiologis pada sistem pernafasan
seperti penurunan kemampuan pengembangan/recoil paru, kekuatan otot-otot respirasi,
perubahan struktural dinding dada yang menyebabkan penurunan compliance paru, serta
terjadi peningkatan resistensi jalan nafas oleh karena terganggunya mekanisme
pertahanan muko-siliaris. (Janssens, Krause., 2004)

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut pendapat (Betz dan Showden, 2002)


1. Kajian foto thorax
Untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmones
2. Nilai analisa gas adarah
Untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan oksigenisasi
3. Hitung darah lengkap
Untuk mengetahui infeksi, anemia dan proses inflamasi
4. Bronskopi
Untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari pohon trakeabronchial,
jaringan diambil untuk uji diagnostic

G. Penatalaksanaan

a. Terapi antibiotika awal


menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan
kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis tidak tersedia selama 12-72 jam.
Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan sensitivitas antibiotika (Jeremy, 2007).

b. Tindakan suportif
meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO (SaO 2 < 90%) dan resusitasi cairan
intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non
invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway
pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi
dan bronkoskopi membantu bersihan sputum (Jeremy, 2007).

H. Pengkajian Keperawatan Fokus

1. Wawancara
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data klien secara lengkap dan
sistematis yang terdiri dari identitas klien dan identitas penanggung jawab.
Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting
atau keluhan yang sangat dirasakan pasien sampai perlu pertolongan.
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pernapasan secara umum
antara lain: Pasien mengeluh sakit di daerah dada

 Riwayat Kesehatan Sekarang


Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya yang
meliputi Palliative, Quality atau Quantity, Region, Skala, dan Timing dan
semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk
menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.
Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi memberikan
dampak terhadap pernapasan, berapa lama dan apakah terdapat perubahan
pola napas ? Bagaimana aktifitasnya? Pekerjaannya, lingkungan, gaya
hidup ?. Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk
merencanakan intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi pasien.

 Riwayat Kesehatan Dahulu


Pengkajian riwayat kesehatan dahulu bertujuan untuk menggali berbagai
kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini, tanyakan penyakit
yang berkaitan dengan sistem pernapasan yang pernah dialami
sebelumnya.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan pada keluarga mengenai adakah yang mengalami penyakit yang
berkaitan dengan sistem pernapasan yang sama di anggota keluarganya.
 Pola Aktivitas Sehari – hari
Mengkaji pola aktivitas sehari – hari klien mulai dari pola nutrisi
kebiasaan klien mengkonsumsi apa saja, mengkaji personal hygiene klien,
eliminasi klien adakah keluhan saat BAK dan BAB, dan pola istirahat
klien adakah keluhan atau tidak dalam aktivitas sehari – harinya.

2. Pemeriksaan fisik fokus Sistem Pernafasan.


a. Inspeksi
 Konjungtiva an anemis, sclera an ikterik
 Tidak terdapat pernafasan cuping hidung
 Respirasi : 20 x/menit, iramanya normal dan tidak cepat
 Bentuk dada simetris
 Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
 Pernafasan perut (+)
 Tidak terdapat clubbing finger
b. Palpasi
 Saat mengkaji fremitus vocal, terdapat perbedaan getaran, paru-paru di
sebelah kiri teraba lebih lemah.
c. Perkusi
 Pada saat dilakukan perkusi tidak terdapat perubahan bunyi resonan ke
pekak yang signifikan.
d. Auskultasi
 Auskultasi 10 titk baik di posterior dan identifikasi suara nafas tambahan
seperti wheezing dan ronchi

F. Pathway

Jamur, virus, protozon

Terhirup dan masuk ke alveoli

Proses peradangan

Eskudat dan serous masuk ke alveoli


Infeksi
Konsolidasi di alveoli
Kerja sel goblet
Meningkat Konsolidasi di paru
Suplai O2
Produksi sputum Pola Nafas Tidak menurun
meningkat Efektif

Akumulasi sputum
dijaringan nafas
Intoleransi Aktivitas

Peningkatan konsentrasi protein cairan alveoli


Bersihan Jalan Nafas
Tekanan hidrostatik meningkat,
Tidak Efektif tekanan osmosis meningkat

Difusi menurun

Akumulasi cairan di alveoli

G. ANALISA DATA Gangguan


Pertukaran Gas

DATA ETIOLOGI MASALAH

- Tidak ada batuk Jamur,Virus, Bakteri, Protozoa Bersihan jala nafas


- Suara nafas tambahan
tidak efektif
- Perubahan frekuensi nafas Terhirup dan masuk ke alveoli
- Perubahan irama nafas
- Sianosis Proses peradangan
- Kesulitan berbicara atau
Infeksi
mengeluarkan suara
- Penururnn bunyi nafas
Kerja sel goblet meningkat
- Sputum dalam jumlah yang
berlebiih Produk sputum meningkat
- Batuk yang tidak efektif
- Gelisah Akumulasi sputum di jalan nafas

Ketidakefektifan Bersihan Jalan


Nafas

- Perubahan kedalaman Jamur,Virus, Bakteri, Protozoa Ketidakefektifan


pernafasan Pola Nafas
Terhirup dan masuk ke alveoli
- Perubahan ekskursi dada
- Bradipneu
Proses peradangan
- Penurunan tekanan
ekspirasi Eksudat dan serous masuk dalam alveoli
- Penurunan ventilasi
- Penurunanan kapasitas vital Konsolidasi di alveoli
- Dipneu
- Peningkatan diameter Konsolditasi diparu
anterior – posterior
Ketidakefektifan Pola Nafas
- Pernafasan cuping hidung
- Fase ekspirasi memanjang
- Pernafasan bibir
- Takipneu
- Penggunaan otot aksesorius
untuk bernafas

- pH darah arteri abnormal Jamur,Virus, Bakteri, Protozoa Gangguan


pH arteri abnormal
Pertukaran Gas
- Pernafasan abnormal (mis : Terhirup dan masuk ke alveoli
kecepatan, irama,
Proses peradangan
kedalaman)
- Warna kulit abnormal Eksudat dan serous masuk dalam alveoli
(mis:pucat, kehitaman)
Peningkatan konsentrasi protein cairan
- Penurunan karbon
alveoli
monoksida
- Dispneu
Tekanan hidrostatik meningkat,
- Sakit kepala sangan bangun
tekanan osmosis meningkat
- Hiperkapnia
- Hipoksemia
Difusi menurun
- Hipoksia
- Nafas cuping hidung
Akumulasi cairan di alveoli
- Takikardi
- Gangguan penglihatan
Gangguan Pertukaran Gas
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Aktifitas


(NIC)
Keperawatan (NOC) (NIC)

Ketidak efektifan - Respiratory status : Airway - Posisikan pasien untuk


bersihan jalan Ventilation manajement emmaksimalkan
- Respiratory status :
napas b.dinflamasi ventilasi
Airway patency - Lakukan fifioterapi dada
trakeobronkial,
Setelah dilakukan asuhan
jika perlu
pembentukan
keperawatan selama 3x24 - Keluarkan secret dengna
edema,
jam diharapkan bersihan batuk atau suction
peningkatan - Auskultasi suara nafas,
jalan nafas dapat teratasi
produksi sputum catat adanya suara nafas
dengan kriteria hasil :
ditandai dengan : - Mendemonstrasikan tambahan
- Berikan bronkodilator
batuk efektif dan suara
bila perlu
nafas yang bersih,
- Monitor respirasi dan
tidak ada sianosis dan
status O2
dyspneu.
- Menunjukan jalan
nafas yang paten (klien
tidak tampak tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
- Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah faktor
yang dapat
menghambat jalan
napas

Ganguan - Respiratory status : - Airway - Posisikan pasien untuk


pertukaran gas b.d gas exchange Manajemnt emmaksimalkan ventilasi
- respiratory status : - Lakukan fifioterapi dada
Perubahan
ventilation jika perlu
membran alveolus
- vital sign status - Keluarkan secret dengna
kapiler, gangguan Setelah dilakukan asuhan
batuk atau suction
kapasitas pembawa keperawatans selama 2x24 - Auskultasi suara nafas,
oksigen darah, jam gangguan pertukaran catat adanya suara nafas
angguan gas dapat teratasind tambahan
- Respiratory - Berikan bronkodilator bila
pengiriman oksigen dengan kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan Monitoring perlu
ditandai dengan :
- Monitor respirasi dan
peningkatan ventilasi
status O2
dan oksigenasi yang
- Monitor rata-rata
adekuat.
kedalaman, irama dan
- Memelihara kebersihan
usaha respirasi
paru-paru dan bebas
- Catatat pergerakan dada,
dari tanda-tanda
amati kesemetrisan,
distrees pernafasan.
penggunaan otot
- Mendemonstarsikan
tambahan, retraksi otot
batuk efektif
supraclavicular dan
intercostal
- Monitor suara nafas
tambahan, seperti dengkur
- Monitor pola nafas :
bradipneu, takipneu,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Monitor kelelahan otot
diafragma (gerakan
paradorsal)
- Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan

Ketidakefektifan - Respiratory status : - Airway - Posisikan pasien untuk


pola nafas Ventilation manajement emmaksimalkan ventilasi
- Respiratory status : - Lakukan fifioterapi dada
behubungan Airway patency
- Vital sign jika perlu
dengan
Setelah dilakukan asuhan - Keluarkan secret dengna
hiperventilasi
keperawatans selama 2x24 batuk atau suction
ditandai oleh :: - Auskultasi suara nafas,
jam gangguan pertukaran
catat adanya suara nafas
gas dapat teratasind
tambahan
dengan kriteria hasil : - Oxygen - Berikan bronkodilator bila
- Mendemonstrasikan
Therapy perlu
peningkatan ventilasi - Monitor respirasi dan
dan oksigenasi yang status O2
adekuat. - Pertahankan jalan nafas
- Memelihara kebersihan yang paten
paru-paru dan bebas - Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
dari tanda-tanda - Vital Sin - Pertahankan posisi pasien
distrees pernafasan. - Observasi adanya tanda-
Monitoring
- Mendemonstarsikan tanda hipoventilasi
batuk efektif - Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
- Montor TD, nadi, suhu
RR
- Monitor TD, nadi, suhu,
RR sebelum, selama dan
setelah beraktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola nafas
abnormal
- Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit

Daftar Pustaka

Betz, L.C. & Sowden, A.L. (2002). Keperawatan Pediatric: alih bahasa, Yan Tambayong;
editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnia Ningsih. Monica Este, Jakarta: EGC
Depkes, R.I. (2005) Buku Pedoman P2 ISPA Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie
Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC
Janssens, J.-P., & Krause, K.-H. 2004. Pneumonia in the very old : THE LANCET Infectious
Diseases Vol. 4. p:24-112.
Jeremy P.T., 2007, At Glance Sistem Respirasi, Edisi Kedua, Erlangga Medical Series,
Jakarta, pp. 76-77.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Penanggulangan Pneumonia Balita Tahun 2005-2009. Jakarta: Dirjen PPM-PLP.
WHO. 2014. Wordl Health Statistics. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.
Geneva. Switzerland

Anda mungkin juga menyukai