Cor Pulmonale
Cor Pulmonale
Cor Pulmonale
PENDAHULUAN
Cor Pumonale (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi
dan atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri)
pulmonal yang disebabkan oleh penyakit instrinsik dari prenkhim paru, dinding
thoraks maupun vaskuler paru. Karena itu untuk mendiagnosa CP maka harus
disingkirkan adanya Stenosis Mitral, kelainan jantung bawaan atau gagal
jantung kiri yang juga dapat menyebabkan dilatasi dan hipertrofi ventrikel
kanan. CP dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang masif, dapat juga
bersifat kronis. Beberapa penyebab dari CP disebutkan seperti dibawah ini :
CP Kronis
Seperti yang telah disebutkan, PPOM adalah penyebab tersering CP
kronis (lebih dari 50% kasus). Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi
penurunan vascular bed paru, hipoksia, dan hiperkapnea / asidodis
respiratorik, hipoksia dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah
arteri paru, demikian juga asidosis repiratorik. Disamping itu hipoksia akan
menimbulkan polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat. Viskositas
darah yang meningkat ini pada akhirnya juga meningkatkan tekanan pembuluh
darah arteri paru akan meningkat. Jadi adanya penurunan vaskular bed,
hipoksia dan hiperkapnea akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah
(arteri) pulmonal, hal ini disebut Hipertensi Pulmonal. Adanya hipertensi
pulmonal menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan, sehingga
ventrikel kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertrofi dan
dilatasi. Keadaan ini disebut Cor Pulmonale (lihat skema). Jika mekanisme
kompensasi ini gagal maka terjadilah Gagal Jantung Kanan.
PATOGENESIS COR PULMONALE
GAMBARAN KLINIS
ANAMNESIS
Informasi yang didapat pada anamnesis dapat berbeda antara lain
penderita lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan penderita lain
tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan CP, CP akut akibat emboli
paru keluhannya adalah sesak tiba – tiba pada saat istirahat, kadang – kadang
didapatkan batuk – batuk dan hemoptisis.
Pada penderita CP dengan PPOM sebagai penyakit dasarnya maka
keluhannya adalah sesak nafas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
Pada penderita CP dengan Hipertensi Pulmonalis Primer, keluhannya berupa
sesak nafas dan sering pingsan jika beraktivitas (exertional syncope). Dalam
hal mengevaluasi keluhan sesak nafas haruslah disingkirkan adanya kelainan
pada jantung kiri sebagai penyebab sesak nafas tersebut. Pada umumnya sesak
nafas akibat kelainan jantung kiri (misalnya : Stenosis Mitral, Gagal Jantung
Kiri) menimbulkan keluhan orthopnea dan paroxysmal nocturnal
dyspnea/PND. Jika terjadi gagal jantung kanan maka keluhan bengkak pada
perut dan kaki serta cepat lelah sering terjadi.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik juga bervariasi, tergantung dari penyakit dasarnya,
tanda yang biasanya didapatkan adalah :
1. Takipnea
2. Sianosis
3. Jari tabuh
4. JVP meningkat
5. Abnormalitas dinding thoraks
6. Pada CP akut didapatkan tanda – tanda low output state misalnya : hipotensi
– syok, keringat dingin, denyut nadi yang cepat dan lemah
7. Suara jantung yang lemah
8. Pulpasi jantung kanan
9. Bising Insufisiensi Trikuspid
10. Hepatomegali
11. Asites dan bengkak kaki
PEMERIKSAAN EKG
Pemeriksaan EKG biasanya menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan dan
abnormalitas atrium kanan. Sering pula didapatkan aritmia ventrikuler dan atau
aritmia supra ventrikuler . Poor progression of R. Pada endapan prekordial
merupakan tanda yang sering didapatkan jika penyebab CPnya adalah PPOM
sehingga seringkali disalah artikan sebagai infark miokard lama.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada penderita CP pemeriksaan fungsi paru menunjukkan kelainan
restriktif atau obstruktif berat (atau gabungan keduanya). Pemeriksaan analisa
gas darah dapat menunjukkan adanya hipoksia dan hiperkapnia / asidosis
respiratorik. Pada beberapa penderita CP analisa gas darahnya normal pada saat
istirahat, tetapi pada saat beraktifitas pemeriksaan gas darahnya menunjukkan
bahwa etiologi sesak nafasnya adalah kelainan paru. Pada penderita CP dengan
hipoksia yang bermakna (saturasi oksigen arteria < 90%) seringkali
polisitemia.
PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAFI
Pemeriksaan ekokardiografi sangat menunjang diagnosis CP. Tetapi pada
penderita CP dengan PPOM sebagai penyakit dasarnya, seringkali sulit untuk
mendapatkan gambar ekokardiogarafi yang baik. Dengan ekokardiografi
tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel kanan, tanpa adanya kelainan
struktur pada jantung kiri. Pada pemeriksaan M mode, katup pulmonal
menunjukkan tanda hipertensi pulmonal. Pemeriksaan ekokardiografi dengan
Doppler dana tau dengan Color Mapping dapat ditunjukkan adanya regurgitasi
triskupid dan katup pulmonal.
DIAGNOSIS COR PULMONALE
Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti,
ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, foto thoraks dan EKG biasanya
diagnosis CP sudah dapat ditegakkan. Bila masih meragukan pemeriksaan
ekokardiogarafi dapat membantu menegakkan diagnosis. Kriteria untuk
menegakkan diagnosis CP adalah adanya penyakit paru atau kelainan dinding
thoraks yang berat, dibuktikan dengan foto thoraks, test faal paru, dan analisis
gas darah, disertai anay hipertrofi ventrikel kanan yang dibuktikan dengan cara
(salah satu atau lebih) pemeriksaan fisik, X-foto thoraks, EKG, ekokardiografi.
DIAGNOSIS BANDING
Perikarditis Konstriktif
Keluhan dan tanda – tanda yang menyerupai gagal jantung kanan dapat
dijumpai pada penderita perikarditis konstriktif. Terapi pada penderita
pemeriksaan faal parunya normal atau sedikit terganggu. Demikian pula
pemeriksaan analisa gas darahnya. Hipertrofi ventrikel kanan hampir selalu
tidak didapatkan baik pada pemeriksaan fisik, fotot thoraks. EKG maupun
ekokardiografi. Pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan penebalan
perikardium disertai gerakan ventrikel pada saat diastol yang terbatas pada
penderita perikarditis konstriktif.
PENGOBATAN
Pengobatan cor pulmonale pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu
pengobatan medik dan pengobatan tindakan bedah.
Pengobatan Medik
Terapi CP difokuskan kepada penyakit paru sebagai penyakit dasarnya.
Yang terbaik adalah menurunkan beban tekanan pada ventrikel kanan disertai
pengobatan yang spesifik untuk penyakit parunya. Jika tidak terdapat tanda
gagal jantung kanan, tujuan utama pengobatan CP adalah mencegah terjadinya
gagal jantung kanan. Jika hal tersebut sudah terjadi, maka pengobatan
ditujukan untuk gagal jantungnya, tetapi respons terhadap pengobatan biasanya
jelek, kecuali jika pengobatan yang diberikan dapat mengendalikan hipertensi
pulmonalnya.