Anda di halaman 1dari 28

STRATEGI EPIDEMIOLOGI

Definisi
Epidemiology is the study of the distributions and determinant of health related- states and event in defined populations and the applications of this study to the control of health problems) (Last, 1988)

Studi Epidemiologi

Ep.Obsevasional

Ep.Eksperimental

Ep. Deskriptif

Ep. Analitik

Community Trial Clinical Trial

Case report Case Series Correlation studies

Case Control Cohort

Crossectional

Tujuan Utama Epidemiologi


Tujuan utama epidemiologi adalah untuk mencari hubungan kausal antara penyakit dengan (exposure) kepaparan terhadap lingkungan.

Contoh:
Merokok merupakan faktor risiko PJK Ada perbedaan antara jumlah anak

dengan risiko terjadi kanker serviks Semakin tinggi kadar kolesterol semakin tinggi risiko terjadi CHD Kebiasaan mencuci tangan berpengaruh terhadap kecacingan

Langkah Langkah Ilmiah

1. Menelaah dan hipotesis yang ada 2. Memformulasikan hipotesis yang baru atau lebih spesifik 3. Mengumpulkan fakta fakta baru untuk menguji hipotesis yang dikemukakan

Hipotesis Epidemiologi
Sebaiknya menjelaskan : 1. Populasi dan ciri-cirinya (orang yang disebutkan dalam hipotesis) 2. Penyebab atau exposure (lingkungan) 3. Akibat yaitu penyakit yang dimaksud 4. Hubungan dosis respons-jumlah penyebab yang dibutuhkan agar mencapai suatu tingkat tertentu akibatnya 5. Hubungan waktu respons-waktu atau pemaparan sampai diketemukannya akibat

Contoh:
Merokok merupakan faktor risiko PJK Ada perbedaan antara jumlah anak

dengan risiko terjadi kanker serviks Semakin tinggi kadar kolesterol semakin tinggi risiko terjadi CHD Kebiasaan mencuci tangan berpengaruh terhadap kecacingan

Merakit Fakta
Dikategorikan sebagai variabel-variabel yang menerangkan WAKTU Menjelaskan waktu orang terkena penyakit tersebut, adakah hal-hal yang luar biasa pada distribusi kasuskasus menurut waktu, seperti tahun, bulan atau hari? TEMPAT Adakah tempat menyebar rata antara macam-macam negara, propinsi disuatu negara atau daerah perkotaan dan pedesaan, tanah dataran vs pegunungan ORANG Menggambarkan ciri-ciri orang yang terkena, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, status sosial ekonomi atau status perkawinan.

Cara menyusun hipotesis


Suatu hipotesis yang menyakinkan dapat
menjadi suatu alat yang penting untuk mengarahkan penelitian yang akan datang. Keberhasilan suatu penelitian sangat tergantung pada mutu hipotesis yang diajukan.

Cara menyusun Hipotesis:

Metode Kecocokan Metode Perbedaan Metode Concomitant variations Metode Analogi

Metode Kecocokan
Bila suatu faktor yang sama ditemukan pada keadaan yang berbeda dan ternyata berasosiasi dengan penyakit, maka faktor ini mungkin penyebab penyakit tersebut. Contoh : Kanker serviks berhubungan dengan hubungan kelamin pada umur muda, banyak pasangan seksual banyak, sosial ekonomi rendah dan virus yg sama

Metode Perbedaan
Bila frekuensi suatu penyakit berbeda pada dua keadaan yang berbeda dan beberapa faktor ada pada suatu keadaan tetapi tidak diketemukan pada keadaan yang lain. Contoh : Kanker serviks agak sering ditemukan pada wanita, tetapi sangat jarang pada biarawati, perbedaannya?

Metode Concomitant variations


Pada metode ini kita mencari sejumlah faktor yang frekuensinya atau kekuatannya berubah mengikuti perubahan frekuensi penyakit. Contoh: - Frekuensi zat gizi tertentu dengan insiden penyakit jantung koroner pada daerah-daerah yang berbeda. - Hubungan antara konsentrasi zat fluorida di air minum dengan frekuensi caries dentis

Metode Analogi
Penyebaran suatu penyakit sangat mirip dengan penyebaran penyakit lain yang sudah diketahui penyebabnya. Mungkin penyebab ini sama.

Contoh:
Penyakit hereditery cenderung untuk terdapat dalam keluarga yang belum tentu saja benar. Cara berpikir seperti ini juga dapat menyesatkan.

Pertimbangan Hipotesis
Hipotesis yang baru biasanya disusun dengan
mengaitkan hasil observasi dari berbagai bidang, seperti klinik, patologik, dan dari laboratorium

Semakin kuat hubungan statistik yang

didapatkan semakin besar pula peluangnya untuk mendapat hipotesis sebab akibat,

Pertimbangan Hipotesis........

Pengamatan terhadap adanya perubahan

frekuensi penyakit menurut suatu kurun waktu biasanya amat berguna bagi penyusunan suatu hipotesis
seharusnya mendapat perhatian dalam penyusunan suatu hipotesis

Suatu kasus yang aneh atau jarang terjadi


Hasil pengamatan yang tampaknya saling

bertentang perlu mendapat perhatian pada waktu penyusunan hipotesis

Memilih dan Menilai Hipotesis


I. Nilai suatu hipotesis berbanding terbalik
dengan jumlah alternatif yang dapat diterima jumlah alternatif ini tergantung pada:

a. Semakin banyak asosiasi antara faktor

yang berpisah yang dapat diterangkan oleh antara faktor yang dicurigai dan penyakit, semakin sedikit jumlah alternatif yang dapat diterima.

Contoh : Beberapa hipotesis tentang insiden leukimia tinggi pd ahli Radiology, tinggi pada ankylosing spondylitis krn penyinaran, juga pada korban bom atom Nagasaki maka makin kecil alternatifnya.

b. Bila dua variabel ditemukan saling berasosiasi, dan keduanya berasosiasi dengan suatu penyakit, maka nilainya masing-masing untuk penyusunan hipotesis menjadi berkurang.

Contoh: Pekerjaan dan daerah tempat tinggal berhubungan erat, suatu penyakit berasosiasi juga dengan variabel yang lain.

c. Asosiasi suatu variabel dengan variabel tertentu, mungkin lebih bernilai dari pada asosiasi dengan variabel lain Contoh: Asosiasi antara pekerjaan dengan agama mungkin kurang nilainya dibandingkan asosiasi dengan umur dan jenis kelamin.

Memilih dan Menilai Hipotesis....... II.Adalah sangat berguna untuk berusaha mencari keterangan demografi yang relevan Contoh: Dihipotesiskan bahwa tingginya insiden kanker lambung diJepang karena adanya proses genetika. Bila hal ini benar maka diharapkan insiden kanker lambung orang jepang dimanapun akan sama. Ternyata hal ini tidak demikian

III.Suatu hipotesis tidak perlu konsisten

dengan hasil pengamatan yang ada. Hal ini mungkin terjadi karena: Adanya penyebab dari suatu penyakit

Kasarnya klasifikasi penyakit

Hubungan dlm Penelitian


Hubungan atau asosiasi persyaratan yang harus dipenuhi
sebelum suatu hubungan dapat dinyatakan sebagai kausal

A. Tidak berhubungan secara statistik B. Berhubungan secara statistik 1. Non kausal 2. Kausal - Tidak langsung - Langsung

Hubungan kausal
Suatu hubungan (asosiasi) dapat dikatakan kausal bila hal-hal dibawah ini dipenuhi. a) Urutan waktu Penyebab harus lebih dahulu dari akibat. Paling sedikit harus dapat diasumsikan. Ini adalah syarat dasar bagi hubungan sebab akibat. b) Konsistensi Bila asosiasi ini ditemukan pada keadaankeadaan yang berbeda, maka adanya hubungan kausal makin diperkuat.

c) Kekuatan hubungan Semakin besar risiko relatif yang kita dapatkan semakin kecil kemungkinan bahwa hubungan tersebut karena kebetulan d) Biological gradient Adanya biological gradient atau hubungan dose response memperkuat dugaan adanya hubungan kausal.

e) Specifity of effect Bila keterpaparan terhadap sesuatu faktor selalu menimbulkan akibat yang sama, dan bila keterpaparan tersebut dihilangkan maka akibatpun tidak timbul. Hal ini jarang terjadi karena adanya multiple causations dan multiple effect.

f) Collateral evidence and biological plausibility collateral evidence atau bukti tambahan biasanya berupa statistic vital nasional biological plausibility dapat diperoleh dari penelitian di laboratorium yang sesuai dengan hipotesis yang sedang dikaji.

g) Pembuktian kausal hal ini biasanya tidak relevan untuk penelitian penelitian observasional. Ini memerlukan penelitian Experimen

Anda mungkin juga menyukai