Anda di halaman 1dari 26

Robby Martin Simangunsong

120100313
Pembimbing:
dr. Yuki Yunanda, M.Kes

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT /


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN - FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Latar Belakang
Penyebab : etiologi (kedokteran)
Penyebab/ kausa : penting untuk melatih
dokter dalam membimbing pendekatan klinis.
(3 tugas klinis, pencegahan, diagnosis,
pengobatan.)
Proses diagnostik sering bergantung pada
informasi kausa riset etiologi
Riset etiologi : riset epidemiologi u/
mengetahui penyebab penyakit, hubungan
satu penyebab dengan penyebab lainnya,
serta besar pengaruh terhadap penyakit.
Untuk membuat kesimpulan tentang
penyebab penyakit, harus mempelajari
kausalitas dalam epidemiologi
Definisi Etiologi
Yunani : aitia(penyebab) ; logos (ilmu)
berarti ilmu tentang penyebab.
Dalam kedokteran, etiologi sebagai ilmu yang
mempelajari penyebab atau asal penyakit dan
faktor-faktor yang menghasilkan atau
mempengaruhi suatu penyakit atau gangguan
tertentu
Konsep Kausalitas
Postulat Henle-Kochs (1843-1910)
Harus ditunjukkan adanya agen/kuman dalam setiap
kasus penyakit dan dapat dibuktikan melalui kultur.
Agen/kuman tersebut harus tidak ditemukan dalam
kasus penyakit lainnya.
Setelah terisolasi, agen/kuman harus mampu
menghasilkan kembali penyakit pada hewan
percobaan.
Agen harus ditemukan kembali dari penyakit
eksperimental yang dihasilkan.
1 2

4
Kelemahan Postulat koch
Selain kausa primer, selalu ada kausa lain;
Penyakit tidak hanya ditimbulkan satu sebab,
tetapi banyak sebab (multikausa) mis:
penyakit arteri koroner (merokok, HT,
Hiperkolesterol, turunan)
Postulat Hill (1987-1991)
1. Kekuatan asosiasi
Makin kuat hubungan paparan dan
penyakit, makin kuat kausalitasnya sehingga
menimbulkan penyakit.
Namun kadang hubungan yang lemah juga
bisa menyebabkan penyakit;
2. Konsistensi
Riset yang konsisten hasilnya pada
populasi yang berbeda-beda mengakibatkan
hubungan kausal yang kuat.
Riset yang inkonsisten tidak dapat
langsung dikatakan non kausal
membutuhkan waktu aksi penyebab , bias riset
3. Spesifisitas
Makin spesifik efek paparan, makin kuat
kesimpulan hubungan kausal.
Namun kriteria ini tidak dapat diterapkan
pada seluruh hubungan exposure-disease, karena
suatu penyakit bisa disebabkan oleh banyak
pajanan/paparan, dan satu exposure bisa
menyebabkan beberapa penyakit.
Cth: rokok tidak spesifik menyebabkan kanker paru.
4. Kronologi waktu
Hubungan kausal harus menunjukkan
sekuen waktu yang jelas, yaitu paparan faktor
penelitian (anteseden) mendahului kajadian
penyakit (konsekuen).
5. Efek dosis respons
Risiko penyakit meningkat akibat paparan
yang instensif. Namun harus tetap
memperhatikan batasan takaran/dosis;

Misalnya : hubungan antara konsumsi alkohol


dengan angka kematian
6. Kredibilitas biologik suatu hipotesis
Keyakinan hubungan kausal antara
paparan dan penyakit makin kuat jika ada
dukungan pengetahuan biologik.

Misalnya : perokok dengan kanker paru (terjadi


histopatologi pada sel epitel saluran pernafasan
pada perokok)
7. Koherensi
Hubungan sebab akibat penyakit didukung
dengan hasil/studi dari disiplin ilmu berbeda,
misalnya studi tentang hewan, atau dengan data
set lain.
8. Bukti Eksperimen
(Hill : dukungan terkuat dari interpretasi kausal )
Eksperimen laboratorium dan uji klinis pada
manusia memungkinkan manipulasi eksposur
dalam lingkungan yang terkendali.
RCT bertujuan untuk mengontrol bias dan
kebingungan dalam studi manusia untuk
memungkinkan estimasi hubungan yang benar
antara paparan dan hasil.
9. Analogi
Para ilmuan tentu akan banyak
mencetuskan gagasan-gagasan analogik, dengan
akibat analogi menjadi tidak spesifik untuk di
pakai sebagai dasar dukungan hubungan kausal.
Kurang kuat
9 kriteria : sangat membantu menentukan suatu
paparan karakteristik yang merupakan penyebab
penyakit
Tidak satupun kriteria diatas bersifat necessary (mutlak
di perlukan) maupun sufficient (mencukupi)
Terlalu mengandalkan salah satu kriteria tanpa
mempertimbangkan aspek-aspek lain akan
menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Kriteria keempat, yakni kronologi waktu, kiranya tak
bisa di bantah merupakan kriteria yang mutlak di
perlukan
Model Kausalitas
Pendekatan : determinisme & probabilitas
1. Determinisme : Hubungan variabel dependen
(penyakit) dengan independen (penyebab)
berjalan sempurna, tidak terdapat satu jenis
kesalahan yang mempengaruhi ke2 variabel.
Contoh : postulat koch
Model kausalitas pendekatan determinisme :
necessary cause = penyebab selalu
mendahului efek, efek tidak satu-satunya hasil
dari satu penyebab
sufficient cause = penyebab pasti/ satu-
satunya mendahului atau menghasilkan efek,
2. Probabilitas
digunakan teori statistic untuk meyakinkan
apakah terdapat hubungan yang valid antara
penyebab dan penyakit.
Contoh : dalam mempelajari hubungan antara
tekanan darah dan umur, orang yang seumur
belum tentu memiliki tekanan darah yang sama.
Dengan metode statistik yang layak, kita dapat
menyimpulkan bahwa, secara rata-rata tekanan
darah meningkat dengan bertambahnya umur.

Dengan model statistik bahkan kita dapat


meramalkan tekanan darah untuk suatu umur
tertentu. 3
KESIMPULAN
Hubungan sebab-akibat mendasari kegiatan
diagnostik, preventif, dan terapi dalam
kedokteran klinis.
Penyakit biasanya memiliki banyak penyebab,
meskipun kadang-kadang satu mungkin
mendominasi (beberapa kasus ada kehadiran
variabel ketiga yang memodifikasi kekuatan
hubungan kausalitas dua variabel
Kasus untuk penyebab biasanya dibangun dari
waktu ke waktu dengan beberapa studi yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai