Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Hemiparese adalah kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan dari
pada hemiplegi. Hemiparese adalah manisfestasi dari penyakit yang
disebabkan oleh gangguan perederan darah otak atau stoke. Stroke adalah adanya
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak lokal (atau
global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara maju dan
ketiga terbanyak di negara berkembang berdasarkan data WHO tahun 2010 lebih
dari 5,44% juta orang meninggal karena stroke di dunia. 200 per 100.000 penduduk
dunia terkena stroke, di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke
sekitar 25% meninggal (Pudiastuti 2011). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 prevalensi stroke tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan 17,9%. Oleh
karena itu pencegahan stroke menjadi sangat penting, upaya pencegahan
antaralain berupa kontrol terhadap faktor risiko stroke dan perilaku hidup yang se
hat bagi pasien yang telah mendapat serangan strokke intervensi rehabilitasi medis
sangat penting untuk untuk mengembalikan pasien pada kemendarian mengurus
diri sendiri dan melakukan kehidupan sehari-hari tanpa menjadi beban bagi
keluarganya perlu diupayakan agar pasien tetap aktif setelah stroke untuk mencegah
timbulnya komplikasi tirah baring dan stroke berulang.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisologi
a. Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif
yang saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron
(Leonard, 1998). Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi,
kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu
bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang
rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke
(Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak
dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf
tepi (SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik
antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
1) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri
dari sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.
Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003).
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual
yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi.

2
Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di
gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur
gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif
(Purves dkk, 2004).

b) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks
serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah
posterior dari fisura parieto-oksipitalis (White, 2008). Lobus ini
berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik
di gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran (White, 2008).
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang
ini dengan informasi saraf lain & memori (White, 2008).
e) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,
memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan
perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan
susunan otonom (White, 2008).

3
Gambar 2.1.1. Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan
samping.(Sumber : White, 2008)
2) Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih
banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional
yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian
lain dari sistem saraf pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis
dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).

Gambar 2.1.2. Cerebellum, dilihat dari belakang atas.


(Sumber : Raine, 2009)
3) Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh
proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon

4
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur
fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan
desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-
bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara
garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon,
pons dan medulla oblongata.
b. Anatomi Peredaran Darah Otak
Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya
yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan
otak sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan
harus terus dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak
merupakan suatu jalinan pembuluhpembuluh darah yang bercabang-
cabang, behubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002).
1) Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu
arteri vertebralis dan arteri karotis interna, yang bercabang dan
beranastosmosis membentuk circulus willisi (Wilson, 2002).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis
komunis yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri
serebri medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari
pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang
bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior.
Arteriserebri anterior saling berhubungan melalui arteri
communicans anterior (Chusid, 1979).Arteri vertebralis kiri dan
kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari
aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.

5
Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris (Wilson,
2002).

2) Peredaran Darah Vena


Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-
sinus duramater, suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di
dalam struktur duramater yang liat. Sinus-sinus dura mater tidak
mempunyai katub dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena
cortex yang utama adalah vena anastomotica magna yang
mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan vena
anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus.
Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal
ganglia (Wilson, 2002).
B. Patologi Stroke Non Hemoragik
1. Definisi dan klasifikasi
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari
seluruh kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat
sumbatan atau penurunan aliran darah otak.11 Berdasarkan perjalanan
klinis, dikelompokkan menjadi :
A. TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari
24 jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli
maupun trombosis.
B. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam
namun kurang dari 21 hari.
C. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.

6
D. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak
berkembang lagi. Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan
aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses
patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat
seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel yang diikuti dengan
kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi
kematian neuron. Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan
lokasi penggumpalan.
2. Etiologi
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung
dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun
yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium,
infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis.
Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
serangan biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik
seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak.
Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem
arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus
dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan
sirkulus posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika
aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit atherosklerosis

7
3. Tanda dan gejala stroke non hemoragik
Tanda dan gejala yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat
ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala
yang umum dijumpai pada penderita stroke non hemoragik yaitu:
1. Gangguan Motorik
- Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
- Penurunan kekuatan otot
- Gangguan gerak volunter
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan koordinasi
- Gangguan ketahanan
2. Gangguan Sensorik
- Gangguan propioseptik
- Gangguan kinestetik
- Gangguan diskriminatif
3. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan inisiatif
- Gangguan daya perencanaan
- Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
4. Gangguan Kemampuan Fungsional
Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke toilet dan
berpakaian.

4. Proses Patofisiologi
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan
jaringan otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak,
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan
otak. Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60
ml/100 gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah

8
1300-1400 gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat
disimpulkan jumlah aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit
atau 20% dari seluruh curah jantung harus beredar ke otak setiap menitnya.
Pada keadaan demikian, kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen +
3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25
ml/100 gram otak/menit akan terjadi kompensasi berupa peningkatan
ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat
dipertahankan.
Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak,
oksidanya akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara
fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara lengkap.
Hanya 10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui
metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob
melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenoain trifosfat (ATP)/mol glukosa
sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa.
Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-neuron otak ini digunakan
untuk keperluan
1. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan,
transport dan pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan
respon elektrik.

2. Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di


dalam/di luar sel serta membuang produk toksik siklus biokimiawi
molekuler.

Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan


patofisiologi permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang
mengalami trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel,
asidosis, peningkatan, kalsium intraseluler, eksitotositas dan toksisitas
radikal bebas), juga menyebabkan kerusakan neumoral yang
mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang ekstraseluler, sehingga kadar

9
kalsium intraseluler akan meningkat melalui transpor glutamat, dan akan
menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang menembus membran.

C. Intervensi Fisioterapi
1. Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong


proses penyembuhan pasien. Dalam pengertian lain, komunikasi
terapeutik adalah proses yang digunakan dengan memakai pendekatan
yang direncanakan secara sadar dengan tujuan penyembuhan pasien.
Adapun karakteristik komunikasi terapeutik yaitu : ikhlas, empati, dan
hangat.
2. Breathing control

Breathing control merupakan suatu tindakan yang diajarkan


kepada pasien untuk dapat mengontrol pola pernafasan. Dengan harapan
pasien mampu memenejemen kebutuhan O2 pada dirinya saat terjadi
perubahan aktivitas sehingga memberikan efek rileksasi pada bahu,
lengan, dan dada bagian atas. Tindakan breathing control ini di anjurkan
pada pasien-pasien yang mengalami gangguan pernafasan. Sehingga
mampu memperbaiki pola pernapasan yang tidak efisien atau abnormal,
mengurangi tingkat kerja dari otot-otot pernapasan dan mengajarkan
pasien bagaimana untuk mengatur pernapasan saat terjadi serangan sesak
nafas (Alfajri, 2014).

3. Positioning
Setiap posisi atau gerak dari pasien harus selalu berada dalam
lingkup pola penyembuhan atau berlawanan dengan pola spastisitas yang
timbul kemudian, posisi dan latihan gerak dalam pola penyembuhan
harus sejak dini dilaksanakan.Pengaturan posisi yang benar dengan
posisi anatomis, ini bermanfaat untuk menghambat pola sinergis dan
spastisitas ketika adanya peningkatan tonus. Posisi tidur terlentang,

10
posisi bahu dan lengan diletakkan diatas bantal sehingga bahu sedikit
terdorong ke depan (protaksi) karena pada paisen stroke cenderung untuk
terjadi retraksi bahu.Posisi bantal diletakkan dibawah tungkai bawah
dengan maksud agar panggul tidak jatuh kebelakang dan tungkai
tidak eksternal rotasi. Posisi miring kesisi sehat berfungsi agar tidak
terjadi dekubitus dan untuk mencegah komplikasi fungsi paru akibat tirah
baring yang lama karena karena sangkar thorak terfiksir dalam posisi
ekspirasi, dengan posisi bahu protaksi dan lengan lurus didepan
bantal.Posisi miring kesisi sakit, dengan posisi bahu terdorong kedepan
dan tidak tertindih akan memberikan rasa berat badan pada sisi
lumpuh.Pengaturan posisi elevasipada ekstremitas bawah dan
ekstremitas atas berguna untuk menurunkan oedem dengan menganut
prinsip gravitasi dengan postural drainage lewat pembuluh darah dan
limfe.Pengaturan posisi furniture pasien disisi lumpuh dengan tujuan (1)
rotasi kepala yang diikuti mata paisen secara otomatis kearah benda yang
terletak dimeja menimbulkan suatu kebiasaan untuk meluruskan lengan
yang sakit dalam pola penyembuhan (2) berat badan bergeser kerah sisi
tubuh terutama sendi panggul, merangsang kesadaran akan sisi yang
paralisis (3) gerakan memutar bahu terhadap panggul merupakan gerakan
penting dalam mencegah spastisitas.
4. Passive Movement
Suatu latihan yang digunakan dengan gerakan yang dihasilkan oleh
tenaga/kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau aktifitas otot.
Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek
pada latihan ini adalah memperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot,
memelihara dan meningkatkan LGS, mencegah pemendekan otot,
mencegah perlengketan jaringan.
5. Mobilasi Sendi
Mobilisasi sendi adalah teknik gerakan pasif yang digunakan untuk
mengobati disfungsi sendi seperti kekakuan, hipomobilitas sendi
reversibel, dan nyeri. Tujuan mobilisasi sendi untuk mengembalikan

11
fungsi sendi yang normal tanpa nyeri pada waktu melakukan aktivitas
gerak sendi. Secara mekanik tujuannya untuk memperbaiki “joint play
movement” melalui mekanisme gerak arthrokinematik yang benar.

12
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Laporan Status Klinik


Tanggal Masuk : 01 April 2019
Nomor Rekam Medik : 878838

B. Data – Data Medis


1. Diagnosa Medis : Hemiperese Sinistra et causa Non Hemoragic
Stroke
2. Ruangan : HCU Bed 3 Brain Center

C. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Rabiah
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang 31 Desember 1946
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : BTN Dewi Dharma Non Blok
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

D. Anamnesis Khusus ( History Taking )


a. Keluhan Utama : Kelemahan separuh badan secara tiba – tiba.
b. Lokasi Nyeri : Upper and lower extermitas bagian sinistra
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Kelemahan separuh badan bagian sinistra yang dialami pada pukul 9 pagi
tanggal 01 april 2019. Pasien tidak memiliki riwayat trauma, riwayat
demam, riwayat hipertensi tidak ada. Pasien memiliki riwayat diabetes
sejak 10 tahun yang lalu dan kelesterol.

13
E. Inspeksi/Observasi
a. Statis
- Shoulder asimetris
- Warna kulit normal, tidak ada pendarahan, turgor kulit baik.
- Pasien mengeluh pegal – pegal dan keram pada bagian tubuh yang
mengalami kelemahan.
b. Dinamis
- Pasiean dalam keadaan berbaring di bad.
- Dapat menggerakan tangan dan kakinya meskipun pelan.
- Sulit untuk menggerakan badan untuk miring ke kiri ataupun ke kanan
- Mengalami kelemahan ketika melakukan aktitifas fungsional seperti
berjalan.
c. Palpasi
- Suhu normal
- Tonus otot normal
- Tidak ada nyeri tekan atau tenderness
- Tidak terdapat oedema
- Tidak terdapat kontraktur otot

F. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


a. Vital Sign
Tekanan Darah : 206/110 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Denyut Nadi : 98x/menit
Suhu :36°c
b. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar.
Dextra
Gerak Aktif : Full ROM, tidak ada keterbatasan
Gerak Pasif : Full ROM, tidak ada keterbatasan.
Sinistra

14
Gerak Aktif : Ada kelemahan, tidak ada koordinasi gerakan, pasien
merasakan kaku, pegal dan keram
Gerak Pasif : Flacid, tidak ada koordinasi gerakan dan pasien merasakan
kaku, pegal dan keram.

c. Tes sensibilitas tajam tumpul : Dextra Normal, Sinistra Menurun.


d. Tes Taktil : Dextra Normal, Sinistra Menurun
e. Tes Glabella : Normal
f. Prorioceptif : Dextra Normal, Sinistra Menurun
g. Reflex Biceps : +3 untuk kiri dan kanan
h. Reflex Triceps : +3 untuk kiri dan kanan
i. Test Equilebrium : Dextra Normal, Sinistra Menurun.
j. MMT : 5 4

5 3

k. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional


Pemeriksaan kemampuan fungsional dapat menggunakan Katz
Index, adalah instrument sederhana yang digunakan untuk menilai
kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari – hari), dapat
juga meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit. Adapun
aktivitas yang dinilai :
a. Bathing
 Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau
dapat melakukan seluruhnya sendiri.
 Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh atau tidak dapat mandi sendiri.
b. Dressing
 Mandiri : menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan
pakaian sendiri serta menalikan sepatu sendiri.
 Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian.
c. Toileting

15
 Mandiri : pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai
pakaian dalam, membersihkan kotoran.
 Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
d. Transfering
 Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke tempat
duduk (memakai / tidak memakai alat bantu).
 Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri dengan / bantuan.

l. Barthel Index
Nilai Skor

Saat Saat
Sebelu Ming Ming Ming Ming
Mas
N m gu I gu II gu III gu IV Pula
Fungsi Skor Keterangan uk
o Sakit di RS di RS di RS di RS ng
RS

Tgl Tgl Tgl… Tgl… Tgl… Tgl


Tgl…. …
… …. . . .

Tak
terkendali/t
0 ak teratur
Mengend
(perlu
alikan
1 bantuan) 2 2
rangsang
Kadang –
defeksasi
1 kadang tak
terkendali
2 Mandiri
Tak
Mengend
0 terkendali/p
alian
2 akai kateter 2 2
rangsang
Kadang –
berkemih 1
kadang tak

16
terkendali
(1X24 jam)
2 Mandiri
Membersi Butuh
hkan diri 0 pertolongan
(seka orang lain
3 muka, 1 1
sisir
1 Mandiri
rambut,
sikat gigi)
Tergantung
0 pertolongan
orang lain
Perlu
pertolongan
Pengguna
pada
an
beberapa
4 jamban, 2 1
kegiatan
masuk 1
tetapi dapat
dan keluar
mengerjaka
n sendiri
kegiatan
lain
2 Mandiri
Tidak
0
mampu
Perlu di
5 Makan tolong 2 1
1
memotong
makanan
2 Mandiri
Berubah Tidak
6 0 3 2
sikap dari mampu

17
baring ke Perlu
duduk banyak
bantuan
1
untuk bisa
duduk
(2orang)
Bantuan
2 minimal 2
orang
3 Mandiri
Tidak
0
mampu
Bisa
(pindah)
1
dengan
Berpindah
7 kursi 3 2
/ berjalan
Berjalan
dengan
2
bantuan 1
orang
3 mandiri
Tergantung
0
orang lain
Sebagian
Memakai dibantu
8 2 1
baju 1 (misalnya
memasang
kancing)
2 Mandiri
Tidak
Naik 0
mampu
9 turun 2 1
Butuh
tangga 1
pertolongan

18
2 Mandiri
1 0 Tergantung
Mandi 1
0 1 Mandiri

Total Skor 20 12

Keterangan : Skor Barthel Index


20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
Skor <11 Lapor DPJP untuk penangan lebih lanjut
5–8 : Ketergantungan berat
0 –4 : Ketergantungan total
Hasil :
Total dari Barthel Index pasien yakni 12 yang berarti pasien masuk kategori
ketergantungan sedang.

m. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium.

19
2. EKG

3. CT Scan Kepala

20
G. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan aktifitas fungsional pada kondisi Hemiperese Sinistra et causa
Non Hemoragic Stroke.

H. Problematika Fisioterapi dan Bagan ICF


Nama Pasien : Ny R Umur : 72 Tahun Jenis Kelamin : P
Bagan ICF

Hemiperese Sinistra

Anatomical/functions Activity Participation


impairment limitation restriction

Kelemahan pada otot  Pasien hanya dapat  Tidak bisa melakukan


berbaring di tmpat aktivitas social
upper and lower
tidur, ketergantungan dengan lingkungan
extermitas. Pegal dan berat dengan orang sekitar
lain
keram pada daerah
yang lemah

I. PROBLEMATIC FISIOTERAPI
a. Anatomical/functions impairment
Kelemahan pada otot upper and lower extermitas.
Pegal dan keram pada daerah yang lemah.
b. Activity limitation
Pasien hanya dapat berbaring di tmpat tidur, ketergantungan berat
dengan orang lain.

21
c. Participation restriction
 Tidak bisa melakukan aktivitas social dengan lingkungan sekitar.

J. TUJUAN INTERVENSI
Tujuan Jangka Pendek
 Menguatkan otot – otot upper and lower extermity.
 Mengurangi pegal dan keram daerah yang lemah.
Tujuan Jangka Panjang
Memperbaiki kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari secara
maksimal seperti dari posisi baring ke duduk, berdiri dan berjalan
secara mandiri.
K. Program Intervensi
6. Komunikasi terapeutik
Tujuan : Memberikan motivasi untuk kesembuhan pasien
a. Teknik : Fisoterapis memberikan pertanyaan terbuka dan
mendengarkan secara aktif.
b. Dosis :
F : Setiap hari
I : Toleransi pasien
T : Berbicara langsung ke pasien
T : Tidak terbatas dan dikondisikan dengan keadaan pasien
7. Breathing exercise
Tujuan : Memelihara, menjaga dan meningkatkan fungsi respirasi
a. Posisi pasien : Duduk di atas bed dan atau Berdiri
b. Posisi Fisioterapi : Berdiri di samping pasien
c. Teknik pelaksanaan : Minta pasien untuk menarik napas melalui
hidung dan menghembuskan melalui mulut sambil melakukan
gerakan flexi shoulder (mengangkat tangan) pada saat melakukan
inspirasi.
d. Dosis :

22
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung
T : 4x repetisi

8. Supine Positioning dan Lying positioning

Tujuan : Perubahan posisi sangat penting untuk meminimalisir


resiko terjadinya decubitus dan mencegah adanya penumpukan mukus.

Teknik : fisioterapi memposisikan dan mengajarkan pasien melakukan


perubahan posisi (terlentang miring kiri dan kanan) dengan mengganjalkan
Dosis :
F : setiap hari
I : 2 jam sekali
T : kontak langsung
T : sesering mungkin

9. Passsive Movement
Tujuan : memelihara dan meningkatkan ROM sendi
Teknik : Fisioterapi menggerakkan secara pasif pada kedua lengan dan
kedua tungkai secara bergantian
Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung
T : 4x repetisi
10. Mobilisasi sendi
Tujuan : untuk menangani disfungsi sendi seperti kekakuan, hipomobilitas
sendir reversible, dan nyeri.
Teknik : Menggerakkan sendi secara pasif
Dosis :

23
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung
T : 4x repetisi

L. Evaluasi Sesaat
Setelah dilakukan beberapa kali terapi latihan hasil yang didapatkan
dapat diukur kembali dengan
a. Skala VAS untuk mengetahui intensitas nyeri.
b. Katz Index untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional

24
BAB IV
Penutup

Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan
tanda yang sesuai daerah fokal otak yang terganggu. Oleh karena itu manifestasi
klinis stroke dapat berupa hemiparesis, hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu
mata, afasia atau gejala lain sesuai daerah otak yang terganggu. Stroke non
hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh kasus stroke. Pada
stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan aliran darah
otak.Berdasarkan perjalanan klinis.
Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara maju dan
ketiga terbanyak di negara berkembang berdasarkan data WHO tahun 2010 lebih
dari 5,44% juta orang meninggal karena stroke di dunia. 200 per 100.000 penduduk
dunia terkena stroke, di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke
sekitar 25% meninggal (Pudiastuti 2011). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 prevalensi stroke tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan 17,9%.
Penanganan fisioterapi pada stroke non hemoragik adalah komunikasi terapeutik,
brething exercise, PNF, Positioning.

25
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto JS. 2003. Efek Merah terhadap Ambang Nyeri pada Subyek Sehat.Tesis.
Manado: Universitas Sam Ratulangi

Satyanegara.1998. Ilmu Bedah Saraf. Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

26
27

Anda mungkin juga menyukai