PENDAHULUAN
Hemiparese adalah kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan dari
pada hemiplegi. Hemiparese adalah manisfestasi dari penyakit yang
disebabkan oleh gangguan perederan darah otak atau stoke. Stroke adalah adanya
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak lokal (atau
global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara maju dan
ketiga terbanyak di negara berkembang berdasarkan data WHO tahun 2010 lebih
dari 5,44% juta orang meninggal karena stroke di dunia. 200 per 100.000 penduduk
dunia terkena stroke, di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke
sekitar 25% meninggal (Pudiastuti 2011). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 prevalensi stroke tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan 17,9%. Oleh
karena itu pencegahan stroke menjadi sangat penting, upaya pencegahan
antaralain berupa kontrol terhadap faktor risiko stroke dan perilaku hidup yang se
hat bagi pasien yang telah mendapat serangan strokke intervensi rehabilitasi medis
sangat penting untuk untuk mengembalikan pasien pada kemendarian mengurus
diri sendiri dan melakukan kehidupan sehari-hari tanpa menjadi beban bagi
keluarganya perlu diupayakan agar pasien tetap aktif setelah stroke untuk mencegah
timbulnya komplikasi tirah baring dan stroke berulang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisologi
a. Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif
yang saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron
(Leonard, 1998). Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi,
kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu
bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang
rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke
(Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak
dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf
tepi (SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik
antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005).
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen
bagiannya adalah:
1) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri
dari sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks.
Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003).
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual
yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar,
bicara (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi.
2
Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di
gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur
gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif
(Purves dkk, 2004).
b) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks
serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah
posterior dari fisura parieto-oksipitalis (White, 2008). Lobus ini
berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik
di gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran (White, 2008).
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang
ini dengan informasi saraf lain & memori (White, 2008).
e) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia,
memori emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan
perubahan melalui pengendalian atas susunan endokrin dan
susunan otonom (White, 2008).
3
Gambar 2.1.1. Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan
samping.(Sumber : White, 2008)
2) Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih
banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional
yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian
lain dari sistem saraf pusat.
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis
dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).
4
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Struktur-struktur
fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan
desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-
bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara
garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon,
pons dan medulla oblongata.
b. Anatomi Peredaran Darah Otak
Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya
yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan
otak sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan
harus terus dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak
merupakan suatu jalinan pembuluhpembuluh darah yang bercabang-
cabang, behubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002).
1) Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu
arteri vertebralis dan arteri karotis interna, yang bercabang dan
beranastosmosis membentuk circulus willisi (Wilson, 2002).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis
komunis yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri
serebri medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari
pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang
bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior.
Arteriserebri anterior saling berhubungan melalui arteri
communicans anterior (Chusid, 1979).Arteri vertebralis kiri dan
kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari
aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
5
Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris (Wilson,
2002).
6
D. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak
berkembang lagi. Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan
aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses
patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat
seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel yang diikuti dengan
kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi
kematian neuron. Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan
lokasi penggumpalan.
2. Etiologi
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung
dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun
yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium,
infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis.
Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
serangan biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik
seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak.
Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem
arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus
dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan
sirkulus posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika
aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit atherosklerosis
7
3. Tanda dan gejala stroke non hemoragik
Tanda dan gejala yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat
ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala
yang umum dijumpai pada penderita stroke non hemoragik yaitu:
1. Gangguan Motorik
- Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
- Penurunan kekuatan otot
- Gangguan gerak volunter
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan koordinasi
- Gangguan ketahanan
2. Gangguan Sensorik
- Gangguan propioseptik
- Gangguan kinestetik
- Gangguan diskriminatif
3. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan inisiatif
- Gangguan daya perencanaan
- Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
4. Gangguan Kemampuan Fungsional
Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke toilet dan
berpakaian.
4. Proses Patofisiologi
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan
jaringan otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak,
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan
otak. Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60
ml/100 gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah
8
1300-1400 gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat
disimpulkan jumlah aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit
atau 20% dari seluruh curah jantung harus beredar ke otak setiap menitnya.
Pada keadaan demikian, kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen +
3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25
ml/100 gram otak/menit akan terjadi kompensasi berupa peningkatan
ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat
dipertahankan.
Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak,
oksidanya akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara
fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara lengkap.
Hanya 10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui
metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob
melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenoain trifosfat (ATP)/mol glukosa
sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa.
Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-neuron otak ini digunakan
untuk keperluan
1. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan,
transport dan pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan
respon elektrik.
9
kalsium intraseluler akan meningkat melalui transpor glutamat, dan akan
menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang menembus membran.
C. Intervensi Fisioterapi
1. Komunikasi Terapeutik
3. Positioning
Setiap posisi atau gerak dari pasien harus selalu berada dalam
lingkup pola penyembuhan atau berlawanan dengan pola spastisitas yang
timbul kemudian, posisi dan latihan gerak dalam pola penyembuhan
harus sejak dini dilaksanakan.Pengaturan posisi yang benar dengan
posisi anatomis, ini bermanfaat untuk menghambat pola sinergis dan
spastisitas ketika adanya peningkatan tonus. Posisi tidur terlentang,
10
posisi bahu dan lengan diletakkan diatas bantal sehingga bahu sedikit
terdorong ke depan (protaksi) karena pada paisen stroke cenderung untuk
terjadi retraksi bahu.Posisi bantal diletakkan dibawah tungkai bawah
dengan maksud agar panggul tidak jatuh kebelakang dan tungkai
tidak eksternal rotasi. Posisi miring kesisi sehat berfungsi agar tidak
terjadi dekubitus dan untuk mencegah komplikasi fungsi paru akibat tirah
baring yang lama karena karena sangkar thorak terfiksir dalam posisi
ekspirasi, dengan posisi bahu protaksi dan lengan lurus didepan
bantal.Posisi miring kesisi sakit, dengan posisi bahu terdorong kedepan
dan tidak tertindih akan memberikan rasa berat badan pada sisi
lumpuh.Pengaturan posisi elevasipada ekstremitas bawah dan
ekstremitas atas berguna untuk menurunkan oedem dengan menganut
prinsip gravitasi dengan postural drainage lewat pembuluh darah dan
limfe.Pengaturan posisi furniture pasien disisi lumpuh dengan tujuan (1)
rotasi kepala yang diikuti mata paisen secara otomatis kearah benda yang
terletak dimeja menimbulkan suatu kebiasaan untuk meluruskan lengan
yang sakit dalam pola penyembuhan (2) berat badan bergeser kerah sisi
tubuh terutama sendi panggul, merangsang kesadaran akan sisi yang
paralisis (3) gerakan memutar bahu terhadap panggul merupakan gerakan
penting dalam mencegah spastisitas.
4. Passive Movement
Suatu latihan yang digunakan dengan gerakan yang dihasilkan oleh
tenaga/kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau aktifitas otot.
Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek
pada latihan ini adalah memperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot,
memelihara dan meningkatkan LGS, mencegah pemendekan otot,
mencegah perlengketan jaringan.
5. Mobilasi Sendi
Mobilisasi sendi adalah teknik gerakan pasif yang digunakan untuk
mengobati disfungsi sendi seperti kekakuan, hipomobilitas sendi
reversibel, dan nyeri. Tujuan mobilisasi sendi untuk mengembalikan
11
fungsi sendi yang normal tanpa nyeri pada waktu melakukan aktivitas
gerak sendi. Secara mekanik tujuannya untuk memperbaiki “joint play
movement” melalui mekanisme gerak arthrokinematik yang benar.
12
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
C. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Rabiah
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang 31 Desember 1946
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : BTN Dewi Dharma Non Blok
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
13
E. Inspeksi/Observasi
a. Statis
- Shoulder asimetris
- Warna kulit normal, tidak ada pendarahan, turgor kulit baik.
- Pasien mengeluh pegal – pegal dan keram pada bagian tubuh yang
mengalami kelemahan.
b. Dinamis
- Pasiean dalam keadaan berbaring di bad.
- Dapat menggerakan tangan dan kakinya meskipun pelan.
- Sulit untuk menggerakan badan untuk miring ke kiri ataupun ke kanan
- Mengalami kelemahan ketika melakukan aktitifas fungsional seperti
berjalan.
c. Palpasi
- Suhu normal
- Tonus otot normal
- Tidak ada nyeri tekan atau tenderness
- Tidak terdapat oedema
- Tidak terdapat kontraktur otot
14
Gerak Aktif : Ada kelemahan, tidak ada koordinasi gerakan, pasien
merasakan kaku, pegal dan keram
Gerak Pasif : Flacid, tidak ada koordinasi gerakan dan pasien merasakan
kaku, pegal dan keram.
5 3
15
Mandiri : pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai
pakaian dalam, membersihkan kotoran.
Tergantung : mendapat bantuan orang lain.
d. Transfering
Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke tempat
duduk (memakai / tidak memakai alat bantu).
Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri dengan / bantuan.
l. Barthel Index
Nilai Skor
Saat Saat
Sebelu Ming Ming Ming Ming
Mas
N m gu I gu II gu III gu IV Pula
Fungsi Skor Keterangan uk
o Sakit di RS di RS di RS di RS ng
RS
Tak
terkendali/t
0 ak teratur
Mengend
(perlu
alikan
1 bantuan) 2 2
rangsang
Kadang –
defeksasi
1 kadang tak
terkendali
2 Mandiri
Tak
Mengend
0 terkendali/p
alian
2 akai kateter 2 2
rangsang
Kadang –
berkemih 1
kadang tak
16
terkendali
(1X24 jam)
2 Mandiri
Membersi Butuh
hkan diri 0 pertolongan
(seka orang lain
3 muka, 1 1
sisir
1 Mandiri
rambut,
sikat gigi)
Tergantung
0 pertolongan
orang lain
Perlu
pertolongan
Pengguna
pada
an
beberapa
4 jamban, 2 1
kegiatan
masuk 1
tetapi dapat
dan keluar
mengerjaka
n sendiri
kegiatan
lain
2 Mandiri
Tidak
0
mampu
Perlu di
5 Makan tolong 2 1
1
memotong
makanan
2 Mandiri
Berubah Tidak
6 0 3 2
sikap dari mampu
17
baring ke Perlu
duduk banyak
bantuan
1
untuk bisa
duduk
(2orang)
Bantuan
2 minimal 2
orang
3 Mandiri
Tidak
0
mampu
Bisa
(pindah)
1
dengan
Berpindah
7 kursi 3 2
/ berjalan
Berjalan
dengan
2
bantuan 1
orang
3 mandiri
Tergantung
0
orang lain
Sebagian
Memakai dibantu
8 2 1
baju 1 (misalnya
memasang
kancing)
2 Mandiri
Tidak
Naik 0
mampu
9 turun 2 1
Butuh
tangga 1
pertolongan
18
2 Mandiri
1 0 Tergantung
Mandi 1
0 1 Mandiri
Total Skor 20 12
m. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium.
19
2. EKG
3. CT Scan Kepala
20
G. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan aktifitas fungsional pada kondisi Hemiperese Sinistra et causa
Non Hemoragic Stroke.
Hemiperese Sinistra
I. PROBLEMATIC FISIOTERAPI
a. Anatomical/functions impairment
Kelemahan pada otot upper and lower extermitas.
Pegal dan keram pada daerah yang lemah.
b. Activity limitation
Pasien hanya dapat berbaring di tmpat tidur, ketergantungan berat
dengan orang lain.
21
c. Participation restriction
Tidak bisa melakukan aktivitas social dengan lingkungan sekitar.
J. TUJUAN INTERVENSI
Tujuan Jangka Pendek
Menguatkan otot – otot upper and lower extermity.
Mengurangi pegal dan keram daerah yang lemah.
Tujuan Jangka Panjang
Memperbaiki kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari secara
maksimal seperti dari posisi baring ke duduk, berdiri dan berjalan
secara mandiri.
K. Program Intervensi
6. Komunikasi terapeutik
Tujuan : Memberikan motivasi untuk kesembuhan pasien
a. Teknik : Fisoterapis memberikan pertanyaan terbuka dan
mendengarkan secara aktif.
b. Dosis :
F : Setiap hari
I : Toleransi pasien
T : Berbicara langsung ke pasien
T : Tidak terbatas dan dikondisikan dengan keadaan pasien
7. Breathing exercise
Tujuan : Memelihara, menjaga dan meningkatkan fungsi respirasi
a. Posisi pasien : Duduk di atas bed dan atau Berdiri
b. Posisi Fisioterapi : Berdiri di samping pasien
c. Teknik pelaksanaan : Minta pasien untuk menarik napas melalui
hidung dan menghembuskan melalui mulut sambil melakukan
gerakan flexi shoulder (mengangkat tangan) pada saat melakukan
inspirasi.
d. Dosis :
22
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung
T : 4x repetisi
9. Passsive Movement
Tujuan : memelihara dan meningkatkan ROM sendi
Teknik : Fisioterapi menggerakkan secara pasif pada kedua lengan dan
kedua tungkai secara bergantian
Dosis :
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung
T : 4x repetisi
10. Mobilisasi sendi
Tujuan : untuk menangani disfungsi sendi seperti kekakuan, hipomobilitas
sendir reversible, dan nyeri.
Teknik : Menggerakkan sendi secara pasif
Dosis :
23
F : setiap hari
I : toleransi pasien
T : kontak langsung
T : 4x repetisi
L. Evaluasi Sesaat
Setelah dilakukan beberapa kali terapi latihan hasil yang didapatkan
dapat diukur kembali dengan
a. Skala VAS untuk mengetahui intensitas nyeri.
b. Katz Index untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional
24
BAB IV
Penutup
Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan
tanda yang sesuai daerah fokal otak yang terganggu. Oleh karena itu manifestasi
klinis stroke dapat berupa hemiparesis, hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu
mata, afasia atau gejala lain sesuai daerah otak yang terganggu. Stroke non
hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh kasus stroke. Pada
stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan aliran darah
otak.Berdasarkan perjalanan klinis.
Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara maju dan
ketiga terbanyak di negara berkembang berdasarkan data WHO tahun 2010 lebih
dari 5,44% juta orang meninggal karena stroke di dunia. 200 per 100.000 penduduk
dunia terkena stroke, di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke
sekitar 25% meninggal (Pudiastuti 2011). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 prevalensi stroke tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan 17,9%.
Penanganan fisioterapi pada stroke non hemoragik adalah komunikasi terapeutik,
brething exercise, PNF, Positioning.
25
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto JS. 2003. Efek Merah terhadap Ambang Nyeri pada Subyek Sehat.Tesis.
Manado: Universitas Sam Ratulangi
Satyanegara.1998. Ilmu Bedah Saraf. Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
26
27