Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Untuk mengatur kehidupan antar sesama manusia agar tetap berjalan lancar, dibutuhkan
aturan-aturan tertentu yang mampu menjadi pedoman dan garis batas dalam setiap tindakan, baik
itu tindakan yang dilakukan oleh individu maupun yang dilakukan kelompok. Ada banyak jenis
aturan yang disepakati dan digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu. Salah satu bentuk
aturan tersebut adalah hukum.
Hukum yang digunakan untuk mengatur kehidupan antar negara inilah yang disebut hukum
internasionaHukum internasional mutlak diperlukan dlam rangka menjamin kelancaran tata
pergaulan internasional. Hukum internasional menjadi pedoman dla menciptakan kerukunan dan
kerjasma yang saling menguntungkan.
Selaku masyarakat suatu negara yang tak bisa lepas dari hukum dan peradillan internasional,
penulis merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut dan jelas mengenai sistem hukum dan
peradilan internasional. Oleh karena itu, penulis melakukan pengamatan mengenai sistem hukum
dan peradilan internasional tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sistem hukum dan peradilan internasional.
2. Mengetahui Pembagian hukum internasional
3. Mengetahui Asas-asas hukum internasional
4. Mengetahui Subjek dan Sumber Hukum Internasional
5. Mengetahui Pengertian dan Lembaga Peradilan Internasional

1.3 Manfaat Penulisan


1. Sebagai sumber informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang sistem hukum
dan peradilan internasional.
2. Sebagai motivasi bagi pembaca untuk meneliti lebih lanjut mengenai sistem hukum dan
peradilan internasional.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna, Azas, Subjek dan Sumber Hukum Internasional

a. Makna Hukum Internasional


Hukum internasional sudah dikenal oleh bangsa romawi tahun 89 sebelum
masehi.Mereka mengenal dengan nama ius civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar
bangsa).Ius civile merupakan hukum internasional yang berlaku bagi warga romawi dimanapun
berada. Ius gentium yang kemudiaan berkembang menjadi ius inter gentium ialah hukum yang
merupakan bagiaan dari hukum romawi yang diterapkan bagi orang asing yang bukan orang
romawi.kemudiaan hukum berkembang menjadi volkernrecht (bahasa jerman), droit des
gens(bahasa prancis) dan law of nations (bahasa inggris).
Seiring dengan perkembangan yang ada ,pemahaman mengenai hukum internasional
dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu:

1.Hukum perdata internasional


Yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum –hukum antar hukum-hukum antar
warga negara dengan negara lain.
2.Hukum public internasional
Yaitu hukum yang mengatur negara yang satu dengan negara lain dalam
hubungan internasional(hukum antar negara).

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan
hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin
kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur
dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan
individu.
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum
antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan
hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau
hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan
antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara.

b. Azas Hukum Internasional

Asas berlakunya Hukum Internasional


 Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atau wilayahnya. Menurut asas ini,
negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di
wilayahnya. Jadi, terhadap semua orang atau barang yang berada diluar wilayah tersebut,
berlaku hukum asing ( internasional ) sepenuhnya.
 Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas
ini, setiap warga negara, di mana pun dia berada, tetap mendapatkan perlakuan hukum
dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial. Artinya, hukum negara
tersebut tetap berlaku bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing.
 Asas Kepentingan Umum
Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur
kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut asas ini, negara dapat
menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan
kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.
 Asas Persamaan Derajat
Hubungan antara bangsa hendaknya didasarkan pada asas bahwa negara yang
berhubungan adalah negara yang berdaulat. Secara formal memang negara-negara di
dunia sudah lama derajatnya, tetapi secara faktual dan substansi masih terjadi
ketidaksamaan derajat, khususnya dalam bidang ekonomi.
 Asas Keterbukaan
Dalam hubungan antar bangsa yang berdasarkan hukum internasional diperlukan
adanya ketersediaan masing-masing untuk memberikan informasi secara jujur dan
dilandasi rasa keadilan. Sehingga masing-masing pihak mengetahui secara jelas manfaat,
hak, serta kewajiban dalam menjalin hubungan internasional.

c. Subjek Hukum Internasional

1. Negara
Negara merupakan subjek Hukum Intemasional yang terdahulu. Negara sebagai subjek
hukum intemasional harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
 penduduk tetap
 wilayah tertentu
 pemerintahan
 merdeka dan berdaulat penuh (kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan
negara lain).
Negara sebagai subjek hukum internasional mempunyai kewajiban sebagai berikut:
 Tidak menjaiankan kedauiatan dalam wilayah negara lain.
 Tidak mengijinkan warga negaranya melakukan perbuatan yang melanggar kebebasan
atau supremasi teritotial negara lain.
 Setiap negara wajib menghalangi aktivitas teroris yang dilakukan di dalam wilayahnya
terhadap negara lain.
 Tidak campur tangan urusan dalam negeri negara lain.

2. Tahta Suci (Vatikan)


Vatikan merupakan peninggalan Paus sebagai Kepala Gereja Roma yang memiliki
kekuasaan duniawi. Vatikan sebagai subjek Hukum Internasional sejak Perjanjian antara Italia
dengan Tahta Suci tanggal 11 Juli 1929.

3. Palang Merah Internasional


Palang Merah Internasional merupakan organisasi internasional yang berkedudukan di
Jeneva Swiss berdasarkan Konvensi Jeneva Tahun 1949 tentang Perlindungan Perang.

4. Organisasi Internasional
PBB, ILO, WHO, dan FAO ditetapkan sebagai subjek Hukum Internasional berdasarkan
Konvensi Internasional.

5. Individu
Perjanjian Perdamaian Versailles Tahun 1919 yang mengakhiri Perang Dunia I antara
Jerman dengan Inggris dan Perancis telah menetapkan individu dapat mengajukan perkara atau
dituntut ke Mahkamah Internasional.
Perbuatan individu yang dapat dituntut ke Mahkamah Internasional, antara lain :
1. Kejahatan terhadap perdamaian (mengobarkan perang).
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan (pelanggaran HAM beraf).
3. Kejahatan terhadap perang (melanggar Hukum Perang).
4. Kesepakatan jahat bertaraf internasional.

6. Pemberontak dan pihak dalam sengketa


Menurut Hukum Perang, pemberontak dan pihak dalam sengketa dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa, antara lain :
1. Memiliki hak yang sama untuk menentukan nasibnya sendiri.
2. Hak secara bebas memilih sistem ekonomi, politik, dan sosial sendiri.
3. Hak menguasai sumber kekayaan alam di wilayah yang didudukinya.

d. Sumber Hukum Internasional


Menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam Hukum Internasional Humaniter ( 1980 ),
sumber hukum internasional dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum
dalam arti material. Sumber hukum internasional formal diatur dalam Piagam PBB. Sumber
hukum internasional material membahas tentang dasar berlakunya hukum suatu negara.
 Sumber hukum material
Yaitu segala sesuatu yang menjiwai terbentuknya hukum atau factor yang
menentukan isi ketentuan hukum,sehingga menjadi dasar kekuatan mengikat dan
berlakunya hukum internasional.
Terdiri dari dua aliran berikut :
1. Aliran Naturalis. Aliran ini bersandar pada Hak Asasi atau hak-hak alamiah yang
bersumber pada hukum Tuhan, sehingga menempati posisi lebih tinggi dari hukum
nasional. Di pelopori oleh Grotius.
2. Aliran Positivisme. Aliran ini mendasarkan berlakunya hukum internasional pada
persetujuan bersama negara-negara ditambah dengan asas pacta sunt servada
dipelopori Hans Kelsen.
 Sumber hukum formal
Sumber hukum formal,yaitu tempat dari mana hukum itu diambil atau factor yang
menjadikan sesuatu menjadi ketentuan hukum yang berlaku umum.sumber hukum
formal dibedakan menjadi dua macam yaitu:
- Hukum Tertulis,meliputi: peraturan perundang-undangan,persetujuan
tertulis,traktat,keputusan atau resolusi dari oraganisasi internasional,putusan badan
penyelesain sengketa
- Hukum Tidak Tertulis,Misalnya: Hukum Kebiasaan,Doktrin

Macam-macam sumber hukum Internasional tersebut dapat dibedakan menjadi :


1. Kebiasaan
2. Traktat
3. Keputusan Pengadilan atau Badan-badan Arbitrase
4. Karya-karya Hukum
5. Keputusan atau Ketetapan Organ-organ/lembaga Internasional.

Sedangkan menurut Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional adalah ;

1. Perjanjian Internasional (International Conventions)


2. Kebiasaan International (International Custom)
3. Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-negara
beradab.
4. Keputusan Pengadilan (judicial decisions) dan pendapat para ahli yang telah diakui
kepakarannya (Theachings of the most highly qualified publicists).
2. Sistem Peradilan Internasional, Mahkamah Internasional dan Mahkamah Pidana
Internasional

Sistem Peradilan Internasional


Sistem kaitanya dengan peradilan internasionl yaitu unsur-unsur atau komponen-
komponen lembaga pengadilan internasional yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk atau kesatuan dalam mencapai keadilan internasional. Komponen-komponen
tersebut yaitu :
a. Mahkamah internasional ( the internasional court justice)
b. Mahkamah pidana internasional ( the internasional criminal court)
c. Panel khusus dan special pidana internasional ( the internasional criminal tribunals and
special courts )

a. Mahkamah Internasional
Berkedudukan di Den Haag, Belanda dan sebagai organ utama PBB untuk mengadili dan
mengahakimi setiap Negara yang bersengketa, oleh karena itu setiap Negara yang bersengketa
harus tunduk pada yuridiksi pengadilan sebelum kasus mereka didengar. Mahkamah
internasional ini telah didirikan tahun 1945 dan mulai berfungsi pada tahun 1946 . Fungsi dari
Pengadilan Pengadilan memiliki peran ganda: untuk menetap sesuai dengan hukum internasional
sengketa hukum itu diserahkan kepada oleh Negara, dan memberikan pendapat konsultasi
mengenai pertanyaan hukum dimaksud dengan internasional organ dan lembaga yang berwenang
sebagaimana mestinya.

 Komposisi Mahkamah Internasional (MI)


Komposisi MI terdiri dari 15 hakim. 2 diantaranya merangkap sebagai ketua dan wakil
ketua, masa jabatanya adalah 9 tahun. Pemilihan diadakan setiap tiga tahun untuk satu-sepertiga
dari kursi, dan hakim pensiun dapat dipilih kembali. Calon hakim tersebut direkrtut dari warga
Negara anggota yang dinilai cakap dibidang hukum internasional.
Susunan Mahkamah adalah sebagai berikut: Presiden Shi Jiuyong (Cina); Wakil Presiden
Raymond Ranjeva (Madagaskar); Hakim GilbertGuillaume (Prancis); Abdul G. Koroma (Sirra
Leone); Vladlen S.Vereshchetin (Federasi Rusia) ; Rosalyn Higgins (Inggris), Gonzalo Parra-
Aranguren (Venezuela), Pieter H. Kooijmans (Belanda), Francisco Rezek (Brazil); Shawkat Al-
Khasawneh AWN (Jordan); Thomas Burgenthal (Amerika Serikat); Elaraby Nabil (Mesir);
Hisashi Owada (Jepang); Bruno Simma (Jerman) dan Peter Tomka (Slovakia).

 Fungsi Utama Mahkamah Internasional


Fungsi utama MI adalah menyeleasaikan kasus-kasus persengketaan internasional yang
subjeknya adalah Negara.pasal 34 statuta MI menyatakan bahwa yang boleh beracara di MI
hanyalah subyek hokum Negara(only states may be parties in cases before the court).3 kategori
Negara :
1. Negara anggota PBB.
2. Negara bukan anggota PBB yang menjadi anggota statuta asal memenuhi persyaratan.
3. Negara bukan anggota statuta MI harus membuat deklarasi bahwa tunduk pada semua
ketentuan Mahkamah Internasional dan piagam PBB.

 Yurisdiksi Mahkamah Internasional


Yurisdiksi adalah kewenangan yang dimiliki oleh MI yang bersumber pada hukum
Internasional untuk menentukan dan menegakan sebuah aturan hukum, yuridiksi ini menjadi
dasar MI dalam menyelesaikan sengketa Internasional.Pengadilan berwenang untuk menghibur
sengketa hanya jika Negara yang bersangkutan telah menerima yurisdiksi dalam satu atau lebih
cara berikut:
1. Oleh kesimpulan antara mereka dari kesepakatan khusus untuk menyerahkan sengketa
kepada Mahkamah;
2. Berdasarkan klausa yurisdiksi, yaitu, biasanya, ketika mereka pihak untuk suatu
perjanjian yang berisi penyisihan dimana, dalam hal terjadi perselisihan atas penafsiran
atau aplikasi, salah satu dari mereka dapat mengajukan sengketa ke Pengadilan.;
Beberapa ratus perjanjian atau konvensi berisi klausa untuk efek tersebut; melalui efek
kebalikan dari pernyataan yang dibuat oleh mereka di bawah Statuta dimana masing-
masing telah menerima yurisdiksi, Mahkamah sebagai wajib dalam hal terjadi sengketa
dengan Negara lain telah membuat deklarasi yang serupa. The deklarasi
3. Negara yang saat ini berlaku, sebuah jumlah mereka yang telah dibuat tunduk pada
pengecualian kategori tertentu sengketa.

Kewenangan mahkamah internasional meliputi: memutuskan perkara-perkara


pertikaian(contetiouse case), memberikan nopini-opini berupa nasehat ( advisory opinion) Sejak
tahun 1946 Mahkamah telah memberikan 24 Opini Advisory, tentang inter alia masuk untuk
keanggotaan PBB, reparasi untuk menderita luka-luka dalam pelayanan Perserikatan Bangsa-
Bangsa, status wilayah Afrika Barat (Namibia) dan Sahara Barat, penilaian yang diberikan oleh
administrasi internasional pengadilan, biaya operasi tertentu PBB, penerapan Markas Besar PBB
Perjanjian, status pelapor hak asasi manusia, dan legalitas dari ancaman atau penggunaan senjata
nuklir.maka hal tersebut harus diselesaikan dengan keputusan MI.
Selain itu para phak yang beracara di MI harus menerima yurisdiksi MI. ada beberapa
cara penerimaan tersebut :
a. Perjanjian khusus, dalam hal ini Negara yang beracara di MI harus membuat perjanjian
khusus yang berisi subyek persengketaan. Contoh kasus yaitu pulau lugtan dan sipadan
antara Indonesia dan Malaysia.
b. Penundukan diri dalam perjanjian Internasional, para pihak yang menundukan diri pad
yurisdiksi MI sebagaimana terdapat dalam isi perjanjian internasional diantara mereka.dan
tentu saja tunduk kepada yurisdiksi masih tetap harus dilakukan.
c. Pernyataan penundukan diri Negara peserta statute MI, tetap anggota stauta mempunyai
kewajibn untuk tunduk kepada MI. tapi bedanya mereka tidak perlu membuat perjanian
khusus terlebih dahulu.
d. Keputusan MI mengenai yurisdiksinya,manakala ada sengketa pada yurisdiksi tersebut
maka di selesaikan oleh MI.para pihak dapt mengajukan keberatan awal terhadap yuridiksi
MI..
e. Penafsiran putusan, MI harus menafsirkan putusan jika diminta oleh salah satu pihak
bahkan kedua belah pihak, menurut statute pasal 26.
f. Perbaikan putusan, pengajuan permintaaan dilakukan untuk menundukan diri pada
yurisdiksi.syarat pengajuan tersebutyaitu adanya fakta baru(novum) yang belum diketahui
oleh MI ketika putusan itu dibuat. Pada menerima permintaan, Pengadilan memutuskan
Negara dan organisasi yang mungkin memberikan informasi yang bermanfaat dan
memberikan mereka kesempatan untuk menyajikan laporan tertulis atau lisan. Pada
prinsipnya’s penasehat Mahkamah pendapat adalah bersifat konsultatif dan karenanya
tidak mengikat seperti itu di tubuh meminta. tertentu atau peraturan bisa, bagaimanapun,
menyediakan di muka bahwa pendapat bersifat mengikat.

b. Mahkamah Pidana Internasional


MPI merupakan mahkamah pidana internasional yang berdiri permanent berdasarkan
traktat multilateral MPI brtujuan untuk mewujudkan supremasi hukum internasional dan
memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional dipidana.MPI daisahkan pada tanggal 1
juli 2002, dan dibentuk berdasarkan statute roma lahir terlebih dahulu pada tanggal 17 juli 1998,
tiga tahun kemudian, yaitu tanggal 1 juli 2005 statuta mahkamah internasional telah diterima
oleh 99 negara.
a. Komposisi
Pada awalnya MPI terdiri dari 18 oarang hakim yang bertugas selam sembilan tahun
tanpa dapat dipilih kembali. Para hakim dipilih berdasarkan dua pertiga suara majelis Negara
pihak,y yang terdiri atas Negara-negara yang telah meratifikasi ststuta ini(pasal 35 ayat 6 dan 9).
Dalam memilih para hakim, Negara pihak harus memperhitungkan perlunya perwakilan.
Berdasarkan prinsip-prinsip system hukum di dunia, keseimbangan geografis, dan keseimbangan
jender. Prinsip yang mendasr dari statute Roma ini adalah ICC merupakan pelengkap bagi
yurisdiksi pidana nasional, berarti mahkamah internasional harus mendahulukan system
nasional.

b. Yurisdiksi MPI
Kewenangan yang dimiliki MPI untuk menegakan aturan hokum internasional adalh
memutus perkara terbatas terhadap pelaku kejahatan berat oleh warga Negara dari Negara yang
telah meratifikasi statute MI.
1. Kejahatan genosida ( the crime of genoside), yaitu tindakan kejahatan yang berupaya
untuk memusnahkan keaseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik, ras ataupun
kelompok keagamaan tertentu.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan( the crimes against humanity), yaitu tindakan
penyerangan yang luas atau sistematis terhadap populasi pensusuk sipil tertentu.
3. Kejahatn perang ( warcrimes), yaitu tindakan yang berkenaan dengan kejahatan perang,
semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan dengan konvensi
jenewa (misalnya pembunuhan berencana, penyikasaan, dll) dan kejahatan yang
melanggar hokum konflik bersenjata internasional ( menyerang objek-objek sipil bukan
militer)
4. Kejahatan agresi ( the crime of aggression), yaitu tindakan kejahatan yang mengancam
terhadap perdamaian.

c. Panel khusus dan spesialisasi perdana internasional ( The Internasional


Criminal Tribunals and Special Courts. ICT/SC)

Adalah lembaga peradilan internasional yang berwenang mengadili para tersangka


kejahatan berat internasional yang bersifat tidak permanen atau sementara (ad hoc) dalam arti
setelah selesai mengadili maka peradilan ini dibubarkan. Yuridiksi atau kewenangan darai Panel
khusus dan special pidana internasional ini, adalah menyangkut tindak kejahatan perang dan
genosida (pembersihan etnis) tanpa melihat apakah Negara dari si pelaku itu telah meratifikasi
atau belum terhadap statute panel khusus dan special pidana internasional ini. Contoh Special
Court for East Timor dan Indonesia membentuk Peradilan HAM dengan UU No. 26 tahun.

3. Penyebab Timbulnnya Sengketa dan Cara Penyelesaiaannnya

a. Penyebab Timbulnnya Sengketa

 Penyebab timbulnya sengketa ditinjau dari kawasannya.


Penyebab timbulnya sengketa internasional dapat digolongkan menjadi masalah regional
dan masalah internasional. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masalah internasional dapat
berasal dari masalah regional, bahkan dari masalah intern suatu Negara. Berikut ini beberapa
penyebab timbulnya sengketa ditinjau dari kawasan regional internasional.

1. Masalah Regional.
Contoh masalah-masalah regional adalah berikut ini :
a. Aksi militer Belanda 1 dan II di Indonesia tahun 1947
b. Penyanderaan sebelas orang penyidik (Indonesia, Belanda, Inggris) di pedalaman Irian
Jaya (sekarang Papua) yang dilakukan oleh GPK (Gerombolan Pengacau Keamanan)
pada awal 1996 karena keinginan untuk memisahkan diri dari pemerintah yang berdaulat
c. Persoalan dan penyelesaian pembentukan negara federasi Malaysia. Indonesia dan
Filipina menentang maksud pembentukan negara tersebut
d. Perebutan kekuasaan di Pakistan oleh jenderal Zia haq terhadap presiden Ali Bhutto
e. Perebutan penguasaan atas pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia

2. Masalah Internasional
Contoh masalah-masalah internasional adalah sebagai berikut :
a. Sengketa antara Amerika Serikat dengan Irak dan Iran tahun 1987 , di kawasan Teluk
Persia sampai Harmus terjadi insiden dan kekerasan senjata. Amerika Serikat terlibat
langsung di kawasan Teluk Persia.
b. Sengketa Amerika Serikat dan Irak mengenai Kuwait tahun 1991. Hal tsb diawali
tembakan meriam Irak ke Kuwait City pada tanggal 2 Agustus 1990.
c. Politik perbedaan warna kulit di Afrika selatan. Diawali kedudukan bangsa barat yang
berkulit putih di kawasan Afrika selatan selama 340tahun. Usaha untuk menghapuskan
politik apartheid adalah Nelson Mandela
d. Runtuhnya komunis di Uni Soviet pada tahun 1991. Diawali pembuangan jutaan rakyat
Soviet ke Serbia oleh Joseph Stalin yang menimbulkan perlawanan oleh Mikhail
Gorbacev.
e. Berakhirnya negara federasi Yugoslavia. Wafatnya Tito 1991 mengakibatkan pecahnya
negara federasi dan timbul perang saudara antara Serbia dan Kroasia.

 Penyebab masalah internasional ditinjau dari bidangnya


a. Politis, missal adanya perlombaan senjata nuklir, masalah pengungsi Vietnam di
Indonesia, konflik Arab dengan Israel ttg kemerdekan Palestina
b. Ekonomi, missal pembatasan quota, proteksi, persaingan bebas, krisis moneter
c. SosBud, missal pengiriman TKI Ilegal, pelanggaran HAM, Pperbedaan keyakinan,
pornografi, narkoba
d. Hak Teritorial
e. Hukum laut
f. Penafsiran perjanjian
g. Daerah mandate

b. Upaya penyelesaiaan sengketa

1. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai.


Penyelesaian sengketa secara damai dibedakan menjadi: penyelesaian melalui
pengadilan dan di luar pengadilan. Yang akan dibahas pada kesemapatan kali ini hanyalah
penyelesaian perkara melalui pengadilan. Penyelesaian melalui pengadilan dapat ditempuh
melalui:
 Arbitrase Internasional
Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah
pengajuan sengketa internasional kepada arbitrator yang dipilih secara bebas oleh para
pihak, yang memberi keputusan dengan tidak harus terlalu terpaku pada pertimbangan-
pertimbangan hukum. Arbitrase adalah merupakan suatu cara penerapan prinsip hukum
terhadap suatu sengketa dalam batas-batas yang telah disetujui sebelumnya oleh para
pihak yang bersengketa.

 Peyelesaian Yudisial
Penyelsaian Yudisial adalah suatu penyelesaian sengketa internasional melalui
suatu pengadilan internasional.

 Negosiasi, Jasa-jasa Baik, Mediasi, konsiliasi, dan Penyelidikan


Negosiasi, Jasa-jasa Baik, Mediasi, konsiliasi, dan Penyelidikan merupakan
penyelesain sengketa yang kurang formal dibandingkan dengan arbitrasi dan
penyelesaian yudisial, yang dalam pelaksanaanya tergantung pihak yang bersengketa atau
dengan pihak ketiga.

 Penyelesaian dibawah Naungan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa


Anggota PBB harus berusaha menyelesaikan sengketa-sengketa melalui cara-cara
damai dan menghindarkan ancaman perang atau penggunaan kekerasan.tanggung jawab
penting beralih ketangan Dewan keamanan dan majlis umum. MU memiliki wewenang
merekomendasikan tindakan-tindakan untuk penyelesaian damai.

2. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Paksa atau Kekerasan


 Perang
Perang adalah penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan
kekerasan senjata dengan tujuan untuk mengalahkan pihak lawan sehingga pihak lawan
tidak ada alternatif lain kecuali memenuhi syarat-syarat penyelesaian yang diajukan oleh
pihak pemenang.

 Tindakan bersenjata bukan perang


Jenis penyelesaian sengketa ini juga menggunakan kekerasan senjata, akan tetapi,
masih di bawah kategori perang. Biasanya disebut perang pendek atau tindakan
kekerasan terbatas. Tindakan ini dimaksudkan agar para pihak yang bersengketa mau
menyelesaikan sengketa mereka secara damai (self help).

 Retorsi
Retorsi adalah tindakan tidak bersahabat yang dilakukan oleh suatu negara
terhadap negara lain yang terlebih dahulu melakukan tindakan tidak bersahabat.
 Reprisal
Reprisal adalah upaya paksa untuk memperoleh jaminan ganti rugi, akan tetapi
terbatas pada penahanan orang dan benda. Reprisal merupakan upaya paksa yang
dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain dengan maksud untuk menyelesaikan
sengketa yang timbul oleh karena negara yang dikenai reprisal telah melakukan tindakan
yang tidak dibenarkan.

 Blokade Damai
Blokade dilakukan pada waktu damai dengan maksud agar negara yang dikenai
blokade mau memenuhi permintaan negara yang memblokade.

 Embargo
Embargo merupakan suatu prosedur lain untuk memperoleh ganti rugi. Biasanya
embargo dilakukan dengan melarang ekspor ke negara yang dikenai embargo. Embargo
biasanya dipergunakan sebagai salah satu bentuk sanksi terhadap negara yang senantiasa
melanggar hukum internasional.

 Intervensi
Intervensi adalah suatu cara penyelesaian sengketa di mana terdapat campur
tangan pihak ketiga yang berupaya agar para pihak yang bersengketa mau menyelesaikan
sengketa mereka secara damai.

4. Peranan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Masalah Internasional

1. Runtuhnya Federasi Yugoslavia (1992) melahirkan perang saudara di antara bekas negara
anggotanya (Kroasia, Slovenia, Serbia, dan Bosnia Herzegovina). Namun pemerintahan
Yugoslavia yang dulu dikuasai oleh Serbia, tidak membiarkan begitu saja sehingga terjadi
pembersihan etnik (ethnic cleansing) terutama kepada etnik Kroasia dan Bosnia. Campur
tangan PBB menghasilkan keputusan Mahkamah Internasional yang didukung oleh
pasukan NATO, memaksa Serbia menghentikan langkah-langkah pembersihan etnik yang
kemudian mengadili para penjahat perang. Mahkamah Internasional sangat aktif mengadili
perkara kejahatan perang. Hingga sekarang proses tersebut masih terus berlangsung.
2. Masalah perbatasan territorial di Pulau Sipadan dan Ligitan (Kalimantan) antara Indonesia
dan Malaysia yang tidak kunjung ada titik temu, disepakati untuk dibawa ke Mahkamah
Internasional. Setelah melalui perdebatan dan perjuangan panjang, pada awal tahun 2003
Mahkamah internasional memutuskan untuk memenangkan Malaysia sebagai pemilik sah
pulau tersebut.

5. Contoh Masalah Hukum Internasional yang di Hadapi Indonesia


1. Batas Perairan Indonesia-Malaysia di Selat Malaka
Pada tahun 1969 Malaysia mengumumkan bahwa lebar wilayah perairannya menjadi 12
mil laut diukur dari garis dasar seseuai ketetapan dalam Konvensi Jenewa 1958. Namun
sebelumnya Indonesia telah lebih dulu menetapkan batas-batas wilayahnya sejauh 12 mil laut
dari garis dasar termasuk Selat Malaka. Hal ini menyebabkan perseteruan antara dua negara
mengenai batas laut wilayah mereka di Selat Malaka yang kurang dari 24 mil laut.
Penyelesaiannya Pada tahun 1970 tepatnya bulan Februari-Maret dilaksanakan perundingan
mengenai hal tersebut, sehingga menghasilkan perjanjian tentang batas-batas Wilayah Perairan
kedua negara di Selat Malaka. Penentuan titik kordinat ditetapkan berdasarkan garis pangkal
masing-masing negara.

2. Batas Perairan Indonesia-Filipina mengenai Pulau Miangas


Pulau Miangas yang terletak dekat Filipina, diklaim miliknya. Hal itu didasarkan atas
ketentuan konstitusi Filipina yang masih mengacu pada treaty of paris 1898. Sementara
Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the archipelagic principles) sesuai dengan
ketentuan Konvensi PBB tentang hukum laut (UNCLOS 1982). Penyelesaiannya Dinyatakan
lebih lanjut dalam protocol perjanjian ekstradisi Indonesia – Filiphina mengenai defisi wilayah
Indonesia yang menegaskan Pulau Miangas adalah Milik Indonesia atas dasar putusan
Mahkamah Arbitrase Internasional 4 April 1928.

3. Malaysia Mengklaim Blok Ambalat Milik Indonesia


Pada tahun 2009, Malaysia mengklaim blok Ambalat dengan memberi izin untuk
eksplorasi pertambangan kepada PT. Petronas dan PT. Shell. Hal ini menjadi permasalahan
serius ketika patroli militer Indonesia bersengketa dengan patrol militer Malaysia. Hal ini sempat
menimbulkan hubungan diplomatik yang memanas antara Indonesia dan Malaysia.

Penyelesaian
Permasalahan Ambalat ini tidak hanya menyangkut persoalan kedaulatan, namun juga
persoalan bisnis dan ekonomi, apabila dari pihak yang bersengketa, Malaysia dan Indonesia tidak
berinisiatif untuk mengajak MNC seperti Shell, Unocal, dan ENI dalam perundingan, maka
perundingan politik ditingkat elit tidak akan menyelesaikan masalah. Tidak ada salahnya
Indonesia memulai inisiatif untuk mengundang Shell ke meja perundingan, karena sepanjang
pemberitaan sengketa Ambalat ini, upaya diplomasi dan perundingan hanya melibatkan
pemerintah. Sudah saatnya Shell dilibatkan dalam perundingan tersebut, bersama MNC lain yang
berkepentingan disitu yakni Unocal dan ENI. Indonesia memiliki bukti-bukti kuat kehadiran
Shell di blok Ambalat di tahun 1999 yang bisa dijadikan bukti klaim bahwa Indonesia telah lama
mengelola perairan ini jauh sebelum Petronas Malaysia mengadakan kontrak kerjasama dengan
Shel.
4. Nelayan Malaysia Melanggar Perbatasan Negara Indonesia
Pada tahun 2011, Polisi Indonesia menangkap beberapa nelayan Malaysia yang
melanggar perbatasan negara. Pada tanggal 18 Mei 2011, Indonesia dan Malaysia melakukan
rapat yang membahas tentang penyelesaian pelanggaran perbatasan ini dan untuk mencari solusi
terhadap masalah konflik perbatasan yang terjadi antara kedua negara ini

5. Perebutan Hak Kepemilikan Pulau Sipadan Dan Ligitan (Indonesia-Malaysia)


Pada tahun 2002 Pihak Malaysia secara sepihak mengklaim Pulau Sipadan dan Ligitan
masuk ke wilayahnya, hal inipun segera mendapat protes dari Indonesia. Sengketa kedua negara
ini harus diselesaikan melalui Mahkamah Internasional pada 2002. Hasilnya 16 hakim
menyatakan Sipadan dan Ligitan milik Malaysia sedangkan hanya satu hakim saja yang
mengatakan pulau tersebut milik Indonesia

6. Konflik Komunal di Perbatasan Indonesia-Timor Leste


Pada Oktober 2013, Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste membangun jalan di
dekat perbatasan Indonesia-Timor Leste, di mana menurut warga Timor Tengah Utara, jalan
tersebut telah melintasi wilayah NKRI sepanjang 500 m dan juga menggunakan zona bebas
sejauh 50 m. Padahal berdasarkan nota kesepahaman kedua negara pada tahun 2005, zona bebas
ini tidak boleh dikuasai secara sepihak, baik oleh Indonesia maupun Timor Leste. Selain itu,
pembangunan jalan oleh Timor Leste tersebut merusak tiang-tiang pilar perbatasan, merusak
pintu gudang genset pos penjagaan perbatasan milik Indonesia, serta merusak sembilan kuburan
orang-orang tua warga Nelu, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Pembangunan jalan baru tersebut kemudian memicu terjadinya konflik antara warga Nelu,
Indonesia dengan warga Leolbatan, Timor Leste pada Senin, 14 Oktober 2013. Mereka saling
lempar batu dan kayu. Aksi ini semakin besar karena melibatkan anggota polisi perbatasan
Timor Leste (Cipol) yang turut serta dalam aksi saling lempar batu dan kayu tersebut.

Penyelesaian
Indonesia melakukan diplomasi dalam rangka menyelesaikan delimitasi terhadap
segmen-segmen yang masih belum disepakati. Berdasarkan perjanjian perbatasan darat 2012,
kedua negara telah menyepakati 907 koordinat titik-titik batas darat atau sekitar 96% dari
panjang total garis batas. Serta juga juga pengenalan pengaturan di kawasan perbatasan yang
memungkinkan warga Timor Leste dan warga Indonesia yang berada di sisi perbatasan masing-
masing untuk bisa melanjutkan hubungan sosial dan kekeluargaannya yang selama ini telah
terjalin di antara mereka

7. Helikopter Milik Malaysia Mendarat Di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara


Minggu 28 Juni 2015, helikopter milik Malaysia mendarat di Pulau Sebatik, Kalimantan
Utara. Peristiwa yang terjadi sekira pukul 08.45 Wita itu membuat Komandan Pos Aji Kuning,
Sebatik, Kapten Infanteri Surisfiyanto, memberi peringatan keras terhadap heli tersebut. Meski
demikian, heli itu masih belum sempat mematikan mesin dan belum menurunkan penumpang.
Sekira lima menit kemudian, heli milik warga sipil tersebut langsung kembali terbang.

Penyelesaian
Kementerian Luar Negeri RI telah memanggil Wakil Duta Besar Malaysia untuk
Indonesia, Roseli Abdul, guna meminta keterangan terkait pelanggaran batas wilayah yang
dilakukan helikopter sipil Malaysia. Perusahaan penerbangan Sabah Aerospace yang merupakan
pemilik heli tersebut telah meminta maaf ke Pemerintah Indonesia melalui TNI AU di KJRI Kota
Kinabalu.“Mereka juga menjelaskan bahwa kejadian tersebut sebenarnya merupakan sebuah
kesalahan dari pilot dalam melihat helipad untuk mendarat”.

a. Menjelaskan manfaat adannya hukum dan peradilan internasional

Manfaat yang di dapatkan oleh suatu negara dari adanya hukum internasional adalah dapat
memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan eksistensi keberadaan suatu negara tersebut
dalam tata pergaulan internasional, selain itu karena adanya hukum internasional maka dapat
menciptakan perdamaian dan kesejahteraan hidup dalam rangka mengembangkan pembangunan
disegala bidang bagi negara yang melakukan perjanjian internasional melalui hubungan dan
kerjasama internasional itu karena mereka dapat menutupi kekurangan-kekurangan dari
negaranya serta melakukan timbal balik dengan negara lainnya, karena setiap negara memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Dapat memperkuat lagi keyakinan hak-hak dasar manusia
kemuliaan dan derajat manusia, hak-hak yang sama dari pria dan wanita segala bangsa baik yang
besar maupun yang kecil dan menciptakan kesabaran dan hidup bersama sebagai tetangga yang
baik dalam keadaan damai dan terjamin.
Manfaat hukum internasional bagi Indonesia adalah memperkenalkan konsep baru demi
kepentingan nasional (juwana, 2011). Contohnya konsep negara kepulauan harus mengikuti
ketentuan hukum internasional. Selain itu manfaat hukum internasionak bagi Indonesia adalah
dapat digunakan dalam menyelesaikan kasus Sipadan-Ligitan walaupun kalah. Menyelesaikan
kasus GAM dengan bantuan negara Swedia, Timor Leste dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan

Jadi, hubungan internasional merupakan aturan-aturan yang telah di ciptakan bersama


negara-negara anggota yang melintasi batas-batas negara. Peradilan Internasional dilaksanakan
oleh Mahkamah Internasional yang merupakan salah satu organ perlengkapan PBB. Sumber
Hukum Internasional adalah sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional
dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional. Sumber hukum internasional
dibedakan menjadi sumber hukum dalam arti materil dan formal. Dalam arti materil, adalah
sumber hukum internasional yang membahas dasar berlakunya hukum suatu negara. Sedangkan
sumber hukum formal, adalah sumber dari mana untuk mendapatkan atau menemukan
ketentuan-ketentuan hukum internasional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
hukum dan peradilan internasional itu sangat diperlukan oleh suatu negara untuk tetap
mempertahankan eksistensi dan kemakmuran suatu negara.

3.2Saran
Seharusnya kita sebagai warga negara yang baik dapat menghargai dan ikut mengerti tentang masalah
sengketa internasional dengan cara memenuhi dan mematuhi kewajiban perjanjian internasional.
MAKALAH PKN
“SISTEM HUKUM DAN
PERADILAN INTERNASIONAL”
OLEH :
KELOMPOK3

KELAS:XI.IPS 5
1.ANISA HERISKIA
2.DONA SUSANTI
3.SRI LARA SONIA

SMAN 1 PARIANGAN

Anda mungkin juga menyukai

  • Ipa 5
    Ipa 5
    Dokumen22 halaman
    Ipa 5
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Ipa 2
    Ipa 2
    Dokumen27 halaman
    Ipa 2
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Ipa 7
    Ipa 7
    Dokumen45 halaman
    Ipa 7
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Kompetensi Dasar Materi Pokok
    Kompetensi Dasar Materi Pokok
    Dokumen1 halaman
    Kompetensi Dasar Materi Pokok
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Ipa 8
    Ipa 8
    Dokumen20 halaman
    Ipa 8
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Ipa 6
    Ipa 6
    Dokumen26 halaman
    Ipa 6
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Ipa 3
    Ipa 3
    Dokumen36 halaman
    Ipa 3
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Ipa 1
    Ipa 1
    Dokumen16 halaman
    Ipa 1
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • 1.1.1.3 Undangan Linsek
    1.1.1.3 Undangan Linsek
    Dokumen1 halaman
    1.1.1.3 Undangan Linsek
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Ipa 4
    Ipa 4
    Dokumen43 halaman
    Ipa 4
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Genre Sastra Anak
    Genre Sastra Anak
    Dokumen5 halaman
    Genre Sastra Anak
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Makalah Perekonomian Indonesia KLMPK 5
    Makalah Perekonomian Indonesia KLMPK 5
    Dokumen15 halaman
    Makalah Perekonomian Indonesia KLMPK 5
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Sastra Anak
    Sastra Anak
    Dokumen3 halaman
    Sastra Anak
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Sastra Anak
    Sastra Anak
    Dokumen3 halaman
    Sastra Anak
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Faktor
    Faktor
    Dokumen4 halaman
    Faktor
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Genre Sastra Anak
    Genre Sastra Anak
    Dokumen5 halaman
    Genre Sastra Anak
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • UNSUR Puisi Drama Cerita
    UNSUR Puisi Drama Cerita
    Dokumen6 halaman
    UNSUR Puisi Drama Cerita
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kajian Semantik
    Makalah Kajian Semantik
    Dokumen10 halaman
    Makalah Kajian Semantik
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Bab 8 Gelombang Dan Bunyi
    Bab 8 Gelombang Dan Bunyi
    Dokumen36 halaman
    Bab 8 Gelombang Dan Bunyi
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok 1
    Makalah Kelompok 1
    Dokumen11 halaman
    Makalah Kelompok 1
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Makalah - Sejarah - Hindu - Budha
    Makalah - Sejarah - Hindu - Budha
    Dokumen23 halaman
    Makalah - Sejarah - Hindu - Budha
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Tokoh
    Tokoh
    Dokumen7 halaman
    Tokoh
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Hakikat Manusia
    Hakikat Manusia
    Dokumen3 halaman
    Hakikat Manusia
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok 1 Bahasa Indonesia
    Tugas Kelompok 1 Bahasa Indonesia
    Dokumen19 halaman
    Tugas Kelompok 1 Bahasa Indonesia
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • BAB Imakalah PKN
    BAB Imakalah PKN
    Dokumen17 halaman
    BAB Imakalah PKN
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen7 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • BAB Ipaq
    BAB Ipaq
    Dokumen7 halaman
    BAB Ipaq
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Fungsi Ms Word
     Fungsi Ms Word
    Dokumen6 halaman
    Fungsi Ms Word
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • Fungsi Ms Word
     Fungsi Ms Word
    Dokumen6 halaman
    Fungsi Ms Word
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat
  • BAB Ipaq
    BAB Ipaq
    Dokumen7 halaman
    BAB Ipaq
    Anisa Heriskia
    Belum ada peringkat