Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING


UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS
SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN MEDAN
T. P. 2019/2020

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Mengikuti Seminar

Oleh

RIVA RIVELYANTI SIMANULLANG


NIM : 7143342032

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

Proposal ini diajukan oleh : Riva Rivelyanti Simanullang, NIM 7143342032,


Jurusan Akuntansi, Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan

Disetujui Untuk Memperoleh Izin Penelitian

Disetujui oleh : Medan, Juli 2019

Dosen Pembimbing Skripsi Peneliti

Dr. Dede Ruslan, M.Si. Riva Rivelyanti Simanullang


NIP: 19650704 199003 1 002 NIM. 7143342032

Diketahui Oleh :

a.n. Ketua Jurusan Akuntansi Ketua Program Studi


Sekretaris Jurusan Akuntansi Pendidikan Akuntansi

Ramdhansyah, S.E, M.Acc Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd, M.Si.


NIP. 19760827 200801 1 012 NIP: 19650704 199003 1 002

i
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN ................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 7

1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

1.4 Pemecahan Masalah .................................................................................... 8

1.5 Tujuan Penelitian....................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis ........................................................................................ 13

2.1.1 Model Pembelajaran Guided Teaching................................................ 13

2.1.2 Aktivitas Belajar ................................................................................... 19

2.1.3 Hasil Belajar Akuntansi ........................................................................ 22

2.2 Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 25

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 28

2.4 Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31

ii
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 31

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ....................................................................... 31

3.2.1 Subjek Penelitian .................................................................................. 31

3.2.2 Objek Penelitian .................................................................................... 31

3.3 Defenisi Operasional ................................................................................... 31

3.4 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 37

3.5.1 Tes ......................................................................................................... 37

3.5.2 Observasi .............................................................................................. 38

3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................... 40

3.7 Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................................ 42

3.7.1 Indikator Proses .................................................................................... 42

3.7.2 Indikator Output .................................................................................... 42

3.7.3 Indikator Dampak ................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Hasil Pencapaian Kriteria Kentuntasan Minimum (KKM) Kelas XII IPS SMA
Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan TP. 2019/2020…………………………….4
3.1 Pelaksanaan Tindakan ..................................................................................... 36

3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa…………………………………………..38

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Siklus Model Penelitian Tindakan Kelas ........................................................ 37

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sarana utama dalam pembentukan sumber daya manusia

yang berkualitas. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan

selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya

masyarakat. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta

mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuaan pendidikan nasional. Salah

satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah meningkatkan mutu

pendidikan yang sebagian besar merupakan tanggung jawab profesional setiap

guru. Seorang guru dituntut untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan

pengetahuan, keterampilan dan keahlian agar tidak tergilas oleh perkembangan

pendidikan yang semakin maju.

Tercapainya tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh proses pembelajaran

yang sedang berlangsung. Pembelajaran adalah suatu proses yang sangat rumit

dari guru, karena melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan

untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan

kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pembangunan dalam bidang pendidikan

banyak mendapat perhatian khusus demi meningkatnya kualitas pendidikan.

Dalam peningkatan kualitas pendidikan, telah banyak usaha yang dilakukan

pemerintah, diantaranya ialah melakukan perbaikan dan pembaharuan kurikulum,

peningkatan manajamen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana

1
2

pendidikan. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih aktif dalam melakukan proses

belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas sehingga hasil belajar diharapkan

optimal.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa, siswa dan siswa, serta antara siswa dengan

sumber-sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik apabila proses belajar mengajar

tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa secara

aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian,

kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya dan masyarakat.

Dengan demikian, seharusnya pembelajaran di sekolah merupakan suatu kegiatan

yang disenangi, menantang dan bermakna bagi siswa.

Keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah banyak dipengaruhi oleh

faktor guru dan siswa. Guru merupakan tokoh sentral dalam menentukan

keberhasilan siswa menerima pelajaran yang disampaikan. Guru bukan hanya

sekedar mengajar, melainkan mempunyai makna sadar dan kritis terhadap

mengajar dan menggunakan kesadaran dirinya untuk siap mengadakan

perubahan-perubahan dan perbaikan pada proses pembelajarannya. Seorang guru

yang ideal akan mampu bertindak dan berfikir kritis dalam melaksanakan

tugasnya secara professional dan dapat menemukan alternatif yang harus diambil

dalam proses belajar mengajar.


3

Namun masih banyak guru belum memiliki keterampilan untuk

mengembangkan potensi siswa karena guru masih menjadi pusat dalam

pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran dirasakan membosankan karena

siswa cenderung pasif. Guru hanya menerapkan metode konvensional sehingga

guru menjadi sumber belajar di kelas. Sedangkan siswa hanya menjadi pendengar

yang hanya menerima pengetahuan yang diketahui guru tersebut.

Ruang gerak siswa pun menjadi terbatas, siswa menjadi terbiasa untuk

mendengar, mencatat, dan kemudian menghafal pelajaran tersebut hingga siswa

kurang termotivasi untuk memahaminya. Kondisi ini terkadang menjadikan siswa

enggan untuk belajar, merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar

mengajar cepat selesai. Bahkan sebelum proses belajar selesai, siswa cenderung

mencari-cari alasan agar bisa keluar untuk menghilangkan kejenuhan. Akibatnya,

tidak sedikit siswa yang mendapatkan nilai tidak sesuai dengan Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM).

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis dikelas XI SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan

pembelajaran akuntansi masih rendah, siswa kurang dapat mengoptimalkan

potensi yang dimiliki untuk melakukan pembelajaran dengan baik. Hasil belajar

siswa dalam menyelesaikan pembelajaran akuntansi secara keseluruhan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :


4

Tabel 1.1
Hasil Pencapaian Kriteria Kentuntasan Minimum (KKM)
Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan TP. 2019/2020

Siswa yang memperoleh Siswa yang memperoleh


nilai diatas KKM nilai dibawah KKM
No Test KKM
Nilai Nilai
Jumlah % Rata- Jumlah % Rata –
Rata Rata
1 UH 1 75 18 47% 82,5 20 53% 72,5
2 UH 2 75 16 42% 78,5 22 58% 68,5
3 UH 3 75 17 45% 80,5 21 55% 70
Rata-rata 17 45% 21 55%
Sumber : Data nilai guru kelas XI IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Dari tabel 1.1 diatas terlihat bahwa dari ulangan 1 hanya 18 siswa (47%)

yang mendapat ketuntasan belajar. Pada ulangan harian 2 hanya 16 siswa (42%)

dan pada ulangan 3 hanya 17 siswa (45%) yang mendapat ketuntasan belajar. Jika

dirata-ratakan dari ulangan 1 sampai ke 3 hanya 17 siswa (45%) siswa yang

mendapat ketuntasan dalam belajar, sedangkan 21 siswa atau (55%) siswa belum

tuntas dalam pembelajaran akuntansi sesuai dengan nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75.

Kemudian peneliti menemukan masalah yang berkaitan dengan

pembelajaran yakni rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran

akuntansi. Pada saat pembelajaran di kelas, siswa terlihat bermalas-malas mudah

bosan dan tidak senang atau terpaksa mengikuti pembelajaran akuntansi yang

terlihat dari kurang maksimalnya siswa saat mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru.

Respon dan perhatian para siswa pun terhadap kegiatan pembelajaran yang

dilakukan terlihat rendah, seperti ada rasa ketidaktertarikan siswa terhadap


5

pembelajaran akuntansi ini. Keseriusan dan konsentrasi belajar siswa pun masih

rendah, terlihat dari kegiatan di luar belajar yang masih dilakukan siswa pada saat

pembelajaran. Contohnya, bermain handphone pada saat pembelajaram.

Keterlibatan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan pun masih

rendah. Siswa sulit untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Berhasil atau tidaknya kegitan belajar mengajar dapat dilihat dari hasil

belajar yang diperoleh siswa dari sekolah. Kesulitan belajar sisa akan

mempengaruhi hasil belajar siswa, yang penyebabnya antara lain ; faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal ialah keadan-keadaan yang datang dari dalam

diri siswa diantaranya aspek fisik, motivasi, bakat, cita-cita, kebiasaan, rasa

percaya diri, minat, dan konsentrasi, sedangkan faktor eksternal ialah keadaan-

keadaan yang datang dari luar diri siswa diantaranya lingkungan masyarakat,

keluarga, guru dan kelengkapan sumber belajar.

Guru harus mampu menciptakan suasana yang baru agar dapat

membangkitkan semangat belajar siswa, memicu siswa agar dapat menambah

pengetahuan dan menunjukkan kemampuannya. Pola belajar ini bisa terwujud

apabika guru melakukan inovasi dalam mengajar, dalah satunya dengan

menerapkan model pembelajaran.

Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus bisa untuk menyesuaikan

model pembelajaran yang akan dicapai dari pokok bahasan materi yang akan

disampaikan. Sebab penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai akan

menjadi kendala di dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.


6

Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka guru perlu menguasai

berbagai model dan strategi dalam pembelajaran yang dapat melatih kemampuan

siswa dalam memecahkan maslah, melinatkan aktivitas siswa secara optimal.

Untuk itu peneliti menawarkan suatu model pembelajaran yang mungkin lebih

baikdari pengajaran yang biasa dilakukan yaitu Model Pembelajaran Guided

Teaching sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Model Pembelajaran Guided Teaching memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara terbimbing untuk

meningkatkan aktifitas dan kreatifitas dalam proses belajar mengajar. Model

Pembelajaran Guided Teaching dirancang dengan beberapa tahapan pembelajaran

secara sistematik dengan tujuan dapat meningkatkan pemahaman siswa dan

kemandirian serta rasa percaya diri terhadap mata pelajaran akuntansi, agar bahan

pelajaran selesai dengan waktu yang ditentukan maka model pembelajaran ini

dapat diaplikasikan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Penerapan Model Pembelajaran Guided Teaching dimaksudkan

untuk membantu guru merangsang kemampuan berpikir siswa, menyampaikan

pendapat, dan menyelesaikan tugas. Melalui proses yang seperti ini siswa akan

terlibat langsung dalam pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ijah (2018)

mengenai Implementing Team Based Learning (TBL) In Accounting Courses.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pengimplementasian TBL terhadap

kursus akuntansi meningkatkan beberapa sikap khususnya di kalangan mahasiswa

kuantitatif miring. Setelah mengamalkan TBL, siswa percaya kemampuan kerja


7

sama tim mereka meningkat, khususnya yang berkaitan dengan keragaman

budaya. Siswa umumnya percaya bahwa kemampuan mereka dalam

melaksanakan dua peran kepemimpinan yaitu sebagai pemimpin dalam tugas dan

juga pemimpin dalam sosial-emosional serta penyedia informasi meningkat secara

signifikan.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Guided Teaching

Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Guided Teaching Untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 ”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Mengapa hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei

Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 masih rendah?

2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA

Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 yang masih

cenderung rendah ?

3. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas XII IPS SMA

Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 yang masih

cenderung rendah ?
8

4. Apakah hasil belajar akuntansi akan meningkat jika diterapkan model

pembelajaran Guided Teaching terhadap siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 ?

5. Apakah hasil belajar akuntansi akan meningkat jika diterapkan model

pembelajaran Guided Teaching terhadap siswa XII IPS SMA Negeri 1 Percut

Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020?

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah aktivitas belajar akuntansi siswa dapat meningkat jika diterapkan

pembelajaran Guided Teaching di XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 ?

2. Apakah hasil belajar akuntansi siswa dapat meningkat jika diterapkan

pembelajaran Guided Teaching di XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan

Tahun Pembelajaran 2019/2020?

1.4 Pemecahan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang, bahwa

kenyataannya aktivitas dan hasil belajar akuntansi belum mencapai target yang

diinginkan maka kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang digunakan untuk
9

memperbaiki proses pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan model

pembelajaran Guided Teaching.

Dalam model pembelajaran Guided Teaching, guru berperan sebagai

fasilitator yang menolong siswa untuk melalukan refleksi diri dan diskusi

kelompok. Guru juga harus mampu menciptakan dan mengembangkan rasa

percaya diri pada siswa sehingga dapat mengurangi rasa takut dan malu dalam diri

mereka. Agar siswa merasa nyaman dalam belajar, guru seharusnya member

pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter sehingga siswa dapat belajar

secara aktif dan kreatif dalam proses belajar mengjar dan tidak merasa jenuh dan

bosan.

Model pembelajaran Guided Teaching juga dapat membantu siswa dalam

proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda tingkat kemampuannya

serta berbeda bakatnya. Siswa dapat belajar dengan sendiri (individual) dan juga

dapat dibentuk kelompok, namun lebih disukai soal yang memiliki banyak

kemungkinan jawaban atau bisa juga dengan proses berfikir divergen (proses

berfikir bermacam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian)

dan proses berfikir konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal).

Tahap-tahapannya meliputi orientasi, pemahaman diri dan kelompok,

pengembangan, kelancaran dan kelunturan berfikir dan bersikap kreatif, pemacu

gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan kemampuan memecahkan masalah

yang nyata dan kompleks. Maka dari itu dengan menerapkan model pembelajaran

Guided Teaching diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.


10

Dalam penerapan model pembelajaran Guided Teaching, siswa juga diajak

untuk bisa menerima dan menyampaikan informasi yang dibahas secara tepat.

Masing-masing siswa diharuskan aktif dan dapat bekerja sama dengan teman

kelompoknya karena dengan begitu dapat membantu siswa untuk menyesuaikan

diri dan meningkatkan rasa percaya diri. Siswa akan lebih terbuka wawasannya

ketika siswa menerima pengetahuan-pengetahuan baru yang diterima dari teman

satu kelompoknya.

Dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariatif di dalam kelas,

sangat diharapkan dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajarnya yang

kemudianakan mengalami peningkatan, dan tidak menimbulkan kebosanan di

dalam kelas. Selain itu, penerapan model pembelajaran yang bervariatif juga dapat

mengajak siswa untuk lebih aktifdan kreatif lagi dalam berfikir sehinggamereka

dapat memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka pemecahan masalah dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah melalui penerapan model pembelajaran Guided

Teaching diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi

siswa di XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran

2019/2020

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian ini

adalah :
11

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar akuntansi siswa melalui

penerapan model pembelajaran Guided Teaching di XII IPS SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 .

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar akuntansi siswa melalui

penerapan model pembelajaran Guided Teaching di kelas XII IPS SMA

Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran 2018/2019

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat sebagai referensi untuk

penelitian yang akan datang dan juga mampu memberikan sumbangan untunk

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang strategi maupun

model pembelajaran dalam pelajaran akuntansi.

2. Secara Praktis

a Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai latihan dalam melakukan penelitian, dan

menambah wawasan, kemampuan, dan pengalaman penulis mengenai

model pembelajaran Guided Teaching, Aktivitas belajar, dan Akuntansi

b Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa dan

memberikan pengalaman langsung pada siswa sebagai objek penelitian,

sehingga siswa memperoleh pengalaman tentang pembelajaran akuntansi

yang aktif, kreatif dan menyenangkan.


12

c Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan solusi terhadap permasalahan

pemelajaran yang berkaitan dengan Aktivitas Belajar dan Akuntansi

d Bagi SMA N 1 Percut Sei Tuan Medan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai masukan

dan konstruktif dalam pelaksanaan pembelajaran akuntansi di SMA N 1

Percut Sei Tuan Medan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Model Pembelajaran Guided Teaching

Guru merupakan tokoh sentral dalam menentukan keberhasilan seorang

siswa. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang

aktif dan inovatif dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, seorang

guru dituntut dapat menggunakan model pembelajaran untuk meningkatkan

aktivitas di dalam proses belajar mengajar.

Menurut Joice (dalam Trianto,2014:52):

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang


digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran yang didalamnya buku-buku, film-film, computer,
kurikulum dan lain-lain.

“Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial” (Suprijono, 2012:45).

Selain itu, Ngalimun (2016) menyatakan bahwa “model pembelajaran adalah

suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas”

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan pembelajaraan di kelas yang dijadikan pedoman pembelajaran

yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran merupakan suatu cara

yang digunakan oleh guru untuk menciptakan suasana yang berbeda dengan

13
14

langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya, sehingga dapat menjadikan

suasana pmbelajaran lebih berbeda dan bervariasi.

Belajar yang efektif dan efisien dapat tercapai apabila seorang guru dapat

meggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran diperlukan

untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Banyak model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran, salah

satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran

Guided Teaching.

Dalam model pembelajaran Guided Teaching, pengajar bertanya kepada

peserta didik satu atau dua pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman

peserta didik atau untuk memperoleh hipotesa atau kesimpulan kemudian

membaginya ke beberapa kategori. Dengan demikian model pembelajaran Guided

Teaching merupakan rangkaian penyampaian materi ajar yang diawali dari satu

pertanyaan yang dijadikan dasar untuk menyampaikan materi berikutnya.

Silberman (1996:116) menyatakan bahwa:

Model pembelajaran Guided Teaching adalah suatu strategi pembelajaran


yang merupakan bagian dari Active Learning (pembelajaran aktif). Secara
singkat model pembelajaran Guided Teaching adalah suatu perubahan
cantik dari ceramah secara langsung dan memungkinkan anda mempelajari
apa yang telah diketahui dan dipahami peserta didik sebelum membuat
point-point pembelajaran.

Menurut Muhmad (2011:1)

Model pembelajaran Guided Teaching adalah model pembelajaran yang


digunakan dimana guru memberikan sebuah pertanyaan kepada peserta
didik untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan dan pemahaman
tentang materi yang akan disampaikan oleh guru dengan tujuan
meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa dalam rangka
peningkatan hasil belajar siswa.
15

Diana dan Rachamatulloh (2017) menyimpulkan bahwa “ Guided

teaching is guided learning technique which is an outgrowth of lectures and

allowing teachers to learn what is already known by students before making the

points of learning, and it is ideal to use in the teaching of the concepts that are

abstract”. Pengajaran terbimbing adalah teknik pembelajaran terbimbing yang

merupakan hasil dari perkuliahan dan memungkinkan para guru untuk

mempelajari apa yang sudah diketahui oleh siswa sebelum membuat poin

pembelajaran, dan itu sangat ideal untuk pengajaran konsep-konsep yang abstak

(terjemahan).

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Guided

Teaching adalah suatu model pembelajaran aktif yang dimana guru memberikan

sebuah atau beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

pengetahuan dan pemahaman siswa sebelum membuat point-point materi

pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Dengan model pembelajaran ini

siswa diarahkan untuk memecahkan masalah yang menjadi inti dari materi yang

ingin ditekankan oleh guru. Hal ini dikarenakan, dalam model pembelajaran

Guided Teaching siswa disuguhkan satu atau lebih pertanyaan. Dan pertanyaan itu

lah yang akan menjadi topik pembahasan yang harus diselesaikan dan dibahas.

Model Guided Teaching didesain untuk meningkatkan rasa tanggung

jawab siswa secara mandiri dan menuntut saling ketergantungan yang positif

terhadap teman sekelompoknya karena setiap kelompok dituntut untuk bisa

menyampaikan respon-respon mereka tentang materi yang diajarkan, sehingga


16

guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang akan

disampaikan dan guru dapat membuat point-point pembelajaran.

Menurut Silberman (2014:116) adapun langkah-langkah pelaksanaan

model pembelajaran Guided Teaching adalah sebagai berikut:

1. Tentukan sebuah pertanyaan atau sejumlah pertanyaan yang membuka


pemikiran dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Pergunakan
pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai beberapa jawaban.
2. Berilah peserta didik beberapa saat dengan berpasangan atau bersub
kelompok untuk mempertimbangkan respon-respon mereka.
3. Gabungkan kembali seluruh isi kelas dan catatlah gagasan-gagasan peserta
didik. Jika memungkinkan, pilihlah respon-respon mereka ke dalam daftar
terpisah yang berkaitan dengan kategori-kategori atau konsep yang
berbeda yang anda coba ajarkan.
4. Sampaikan poin-poin pembelajaran utama yang diajarkan. Suruhlah
peserta didik menggambarkan bagaimana respon mereka cocok dengan
poin-poin ini. Catatlah ide-ide yang menambah poin-poin pembelajaran
dari materi yang anda sampaikan.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Guided Teaching

menurut Hisyam(dalam Jatiman (2010)) adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui


pikiran dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Gunakan pertanyaan-
pertanyaan yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban.
2. Memberikan waktu beberapa menit kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan. Anjurkan kepada mereka untuk bekerja berdua atau dalam
kelompok kecil.
3. Meminta siswa utnuk menyampaikan hasil jawaban mereka dan catat
jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis di
papan tulis dengan mengelompokkan jawaban mereka dalam kategori-
kategori yang nantinya akan anda sampaikan dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Menyampaikan poin-poin utama dari materi anda dengan ceramah yang
interaktif.
5. Meminta siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-
poin yang telah anda sampaikan. Catat poin-poin yang dapat
memperluas bahasan materi anda.

Dari langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

pelaksanaan model pembelajaran Guided Teaching adalah sebagai berikut:


17

1. Guru memberikan satu atau beberapa pertanyaan kepada siswa yang

memiliki beberapa kemungkinan jawaban.

2. Guru meminta siswa untuk berpasangan ke teman sebelahnya dan

mendiskusikan jawaban pertanyaan

3. Setelah waktu habis, mintalah siswa untuk menyampaikan hasil jawaban

mereka dan catat jawaban-jawaban yang siswa sampaikan ke dalam daftar

terpisah yang berkaitan dengan kategori-kategori yang akan guru

sampaikan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Guru menyampaikan poin-poin utama dari materi pembelajaran dengan

ceramah yang interaktif.

5. Siswa membandingkan poin-poin yang disampaikan oleh guru dengan

jawaban-jawaban yang telah mereka sampaikan.

6. Penutup.

Dalam model pembelajaran Guided Teaching, siswa diajak untuk lebih

aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan mendegarkan, melihat, mengajukan

pertanyaan dan membahasnya dengan orang lain. Selain itu, siswa juga dapat

menyampaikan ide-ide mereka tentang materi yang akan disampaikan sehingga

guru dapat membuat poin-poin pengajaan sesuai dengan tingkat pengetahuan

siswa.

Namun demikian, dalam penerapan model pembelajaran Guided Teaching

juga terdapat kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan guru sebagai

sumber pengetahuan sehingga mampu mensiasati kelemahan model pembelajaran

ini dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.


18

Istarani (2017:27) menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahan model

pembelajaran Guided Teaching adalah sebagai berikut:

Kelebihan :
1. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebab pembelajaran diawali
dengan beberapa pertanyaan.
2. Melatih siswa berfikir untuk menjawab pertanyaan secara benar.
3. Dapat meningkatkan kerjasama siswa, karena dalam belajar dibentuk
kelompok-kelompok kecil.
Kekurangan :
1. Kadang-kadang terjadi kelarutan dalam pertanyaan sehingga materi
yang akan diajarkan kurang tersampaikan dengan baik.
2. Lebih mengutamakan perbandingan dengan materi yang akan
disampaikan.

Menurut Jatiman (20 April 2014) kelebihan dan kekurangan metode


guided teaching adalah :
Kelebihan :
1. Menciptakan suasana belajar yang aktif
2. Motivasi dan semangat belajar siswa meningkat
3. Materi belajar yang disampaikan guru mampu menarik perhatian
siswa

Kekurangan :
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dimanfaatkan dengan baik agar waktu yang
ada tidak terbuang sia-sia
3. Guru memerlukan persiapan dengan matang seperti persiapan bahan
alat yang memadai

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan Guided Teaching adalah model

pembelajaran yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Dengan demikian

pengalaman seorang guru atau tenaga pendidik dalam melaksanakan model

pembelajaran Guided Teaching sangat diperlukan. Selain itu model pembelajaran

Guided Teaching juga membutuhkan perencanaan yang matang, baik dalam

menyiapkan materi yang berupa soal-soal yang memiliki beberapa kemungkinan

jawaban maupun poin-poin utama dalam materi pembelajaran. Guru harus mampu
19

mengarahkan siswa memilih sumber belajar yang tepat sehingga siswa dapat

menyelesaikan soal-soal dan materi pembelajaran juga dapat tersampaikan dengan

baik.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam

interaksi belajar-mengajar. Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan

pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas

yang diciptakan sendiri, baik secara pribadi maupun kelompok. Tanpa adanya

aktivitas, proses belajar tidak akan terjadi.

Hamalik (2013: 90) mengemukakan bahwa:

“Aktivitas belajar merupakan proses belajar sambil bekerja


dikarenakan dalam pendidikan modern proses belajar lebih
menitikberatkan pada aktivitas sejati. Dengan bekerja, siswa memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya,
termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem
pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas
keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.”
Sedangkan menurut Sardiman (2016: 97) “Aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dan dalam kegiatan belajar kedua

aktivitas itu harus selalu berkaitan”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

adalah proses belajar sambil bekerja yang bersifat fisik maupun mental, dan dalam

kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan.

Aktivitas belajar sangatlah penting sehingga perlu dinilai. Penggunaan

aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu. Menurut Hamalik

(2013:91) manfaat aktivitas belajar antara lain:


20

1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.


2. Berbuat sendiri dan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
gilirannya dapat mempelancar kerja kelompok
4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan
individu.
5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan
hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam
pendidikan siswa.
7. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit,
sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta
menghindarkan terjadinya verbalisme.
8. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya
kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
Menurut Sardiman (2006: 100), aktivitas belajar meliputi aktivitas yang

bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut

harus selalu berkait. Aktivitas belajar siswa sangat kompleks. Paul B. Diedrich

(Sardiman, 2006: 101), menyatakan bahwa kegiatan siswa digolongkan sebagai

berikut:

1) Visual activities, diantaranya meliputi membaca, memperhatikan gambar

demonstrasi, percobaan

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

dan mengeluarkan pendapat

3) Listening activities, seperti misalnya mendengarkan percakapan, diskusi dan

pidato.

4) Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan dan menyalin.

5) Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model

mereparasi, bermain, berkebun, beternak;


21

6) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, dan

menganalisis.

7) Emotional activities, misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Penggolongan aktivitas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar

siswa sangat kompleks. Aktivitas belajar dapat diciptakan dengan melaksanakan

pembelajaran yang menyenangkan dengan menyajikan variasi model

pembelajaran yang lebih memicu kegiatan siswa. Dengan demikian siswa akan

lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka aktivitas dapat diklasifikasikan sebagai

suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan -

pengetahuan, nilai - nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang

dilaksanakan secara sengaja, serta menunjukkan bahwa aktivitas sekolah cukup

bervariasi dan kompleks. Jika berbagai kegiatan tersebut diciptakan disekolah,

tentu sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan, sehingga sekolah benar –

benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

Dalam proses pembelajaran keaktifan siswa perlu dinilai, sebab dengan

diadakannya penilaian tersebut siswa menjadi aktif dalam belajar, dan proses

belajar mengajar menjadi lancar. Hal ini akan berdampak positif bagi siswa

maupun guru yang bersangkutan sehingga tercipta hubungan yang baik antara

sesama siswa, guru, dan lingkungan sekolah. Proses penilaian harus objekti,

karena setiap sikap dan tingkah laku siswa perlu diperhatikan oleh guru.
22

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar pada diri

seseorang, terdiri atas dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal

(Purwanto 2017:107). Secara rinci kedua faktor tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut :

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu
yang belajar terbagi dua yakni (1) aspek fisiologis (fisik) dan (2) aspek
psikologis (psikhis).
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas: keadaan keluarga, guru dan cara mengajar,
alat-alat pelajaran, motivasi sosial, dan lingkungan serta kesempatan
(Purwanto, 2017:102-106). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah
ini :
a. Keadaan Keluarga
Pengaruh pendidikan di lingkungan keluarga, suasana di lingkungan
keluarga, cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi, hubungan antar
anaggota keluarga, pengertian orang tua terhadap pendidikan anak dan
hal-hal laainnya di dalam keluarga
b. Guru dan Cara Mengajar
Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti
kegiatan belajar mengajar, dengan segala unsur yang terlibat di
dalamnya
c. Alat-alat Pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang
diperlukan untuk belajar.
d. Motivasi Sosial
Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang di luar tanggung
jawab sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan lingkungan
masyarakat atau bersumber pada lingkungan alam.
e. Lingkungan dan Kesempatan
Lingkungan, dimana siswa tinggal akan mempengaruhi perkembangan
belajar siswa

2.1.3 Hasil Belajar Akuntansi

Setiap aktivitas yang dilakukan manusia selalu mengharapkan hasil.

Demikian juga halnya dalam proses belajar mengajar. Hasil adalah sesuatu yang

terjadi akibat dari usaha yang dilakukan. Dikaitkan dengan dunia pendidikan,
23

hasil adalah suatu perubahan yang terjadi akibat dari diadakannya sebuah proses

belajar mengajar.

Sanjaya (2013:112) mengatakan bahwa “Belajar bukanlah sekedar

mengumpulkan pengetahuan – pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang

terjadi dalam diri seorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan

perilaku.” Menurut Susanto (2014:31) “Belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang”.

Maka belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Istarani dan Pulungan (2017:19) “Hasil belajar adalah suatu

pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam prilaku dan penampilan yang

diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan”. Soediarto (dalam Solihatin, 2012 : 6) mengemukakan bahwa “Hasil

belajar sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa

dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang

ditetapkan.”

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang dialami siswa berupa nilai,

sikap, perbuatan, keterampilan intelektual dan keterampilan motorik yang

diperoleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan

pendidikan yang ditetapkan.


24

Menurut Slameto (2014:54) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua

faktor antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu. Faktor
internal dibagi dalam tiga faktor, yaitu: a. Faktor jasmaniah yang
terdiri dari: faktor kesehatan, cacat tubuh; b. Faktor psikologis yang
terdiri dari: intelligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan; c. Faktor kelelahan yang terdiri dari: kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani.
2. Faktor Eksternal merupakan faktor yang ada dari luar individu. Faktor
ekstern di kelompokkan ke dalam tiga faktor, yaitu: a. Faktor keluarga
yang terdiri dari: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, latar belakang kebudayaan; b. Faktor sekolah yang terdiri dari:
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa,disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah;
c. Faktor masyarakat yang terdiri dari: kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman gaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Slameto (2017:70) menyatakan bahwa “Beberapa hal yang
mempengaruhi hasil belajar siswa mencakup: kegiatan siswa dalam
masyarakat, media masa, teman bergaul, serta bentuk kehidupan
masyarakat.”

Faktor-faktor diatas memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Hasil

belajar tersebut dipengaruhi oleh masukan pribadi berupa motivasi dan harapan

untuk berhasil dan masukan yang berasal dari lingkungan berupa rangsangan dan

pengelolaan motivasional terhadap hasil belajar tetapi berpengaruh terhadap

besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa tersebut untuk mencapai hasil belajar.

Hasil belajar dipengaruhi oleh intelegensi dan kesempatan yang diberikan kepada

siswa yang pada gilirannya berpengaruh terhadap konsekuensi dari hasil belajar

tersebut dan juga adanya penugasan dirumah.

Belajar akuntansi merupakan suatu aktivitas untuk memperdalam

penguasaan siswa dalam bidang akuntansi melalui pembelajaran.


25

Hery (2014 : 5) menyatakan bahwa “Akuntansi dapat didefenisikansebagai

sebuah sistem informasi yang memberikan laporan keuangan kepada para

pengguna informasi akuntansi atau kepada pihak yang memiliki kepentingan

(stakeholders) terhadap hasil kerja dan kondisi keuangan perusahaan”

Sedangkan Lubis, dkk 2017:63) mengemukakan bahwa “Akuntansi pada

umumnya merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang

digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis.”

Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa akuntansi merupakan

suatu sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-

pihak yang memiliki kepentingan untuk proses pengambilan keputusan bisnis.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akuntansi adalah

perubahan tingkah laku siswa dalam pengetahuan,sikap dan keterampilan yang

dicapai dalam mempelajari akuntansi.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Anizar (2016) menerapkan model pembelajaran Guided Teaching untuk

mengetahui peningkatan partisipasi dan hasil belajar ips siswa kelas V SDN 7

Lubuk Alung. Hasil penelitian diperoleh bahwa, terdapat peningkatan partisipasi

belajar dan hasil belajar siswa dalam menggunakan model pembelajaran Guided

Teaching peningkatan tersebut terlihat dari partisipasi siswa dalam hubungan

kerja kelompok meningkat sebesar 48.44 %. Dari siklus I dan Siklus II,

peningkatan partisipasi siswa pada siklus I sebesar 26,56 % dan menjadi 75 %

pada siklus II. Hasil ketuntasan belajar sisa meningkat dari 46,87 % pada siklus I

menjadi 87,5% pada siklus II.


26

Averdini (2018) dalam penelitiannya yaitu penerapan strategi

pembelajaran aktif Guided Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

VII pada mata pelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Gunung Talang Tahun

Pelajaran 2017/2018, menunjukkan bahwa hasil kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan di kelas kontrol dan eksperimen dengan strategi pembelajaran aktif

Guided Teaching memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar

belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam

kelas eksperimen dibanding kelas kontrol, yaitu t hitung = 2,823 > t tabel =1,681.

Dewi (2016) menerapkan kolaborasi metode Guided Teaching dengan Team

Quiz untuk mengetahui pengaruh kolaborasi metode Guided Teaching dengan Team

Quiz terhadap hasil belajar dan aktivitas pada mata pelajaran fisika siswa kelas X

SMA Negeri 1 Sei Suka Tahun Pembelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh bahwa kolaborasi metode Guided Teaching dengan Team

Quiz dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada materi pokok suhu dan kalor,

hal ini dapat dilihat pada hasil uji hipotesis di kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, hasil uji hipotesis diperoleh t hitung =

7,90 dengan t tabel = 1,669 (t hitung > t tabel), sehingga dapat dsimpulkan hasil

belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran fisika pada kelas eksperimen lebih

baik dibandingkan dengan hasil belajar dan aktivitas siswa pada kelas kontrol,

berarti ada pengaruh kolaborasi metode Guided Teaching dengan Team Quiz terhadap

hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor kelas kelas X SMA Negeri 1

Sei Suka Tahun Pembelajaran 2015/2016. Aktivitas siswa selama pembelajaran di


27

kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 65,80 tergolong dalam kategori cukup

aktif.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2016) bertujuan untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran Guided Teaching dalam kemampuan menulis (writing

skill) dalam mata pelajaran bahasa inggris mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran Guided Teaching dan kelas

kontrol digunakan model pembelajaran konvensional. Hasil pre-test menunjukkan

bahwa kemampuan menulis kelas kontrol dengan jumlah skor 1080 lebih besar

dibandingkan kemampuan menulis kelas eksperimen dengan jumlah skor 1030.

Setelah dilakukannya post-test, terdapat perbedaan yang signifikan bahwa

kemampuan menulis kelas eksperimen lebih besar dengan jumlah skor 2214

dibandingkan kemampuan menulis kelas kontrol dengan jumlah skor 1601.

Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan model pembelajaran

Guided Teaching lebih efektif dibandingkan siswa yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

Bahri (2012) menerapkan model pembelajaran Guided Teaching untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IS di MAN

Stabat. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa model pembelajaran

Guided Teaching dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi, hal ini dapat dilihat

pada siklus I hasil belajar ekonomi yang diperoleh dengan skor rata-rata 68,00

atau 47% siswa yang tuntas belajar atau mencapai nilai KKM. Sedangkan siklus II

terjadi peningkatan yaitu hasil belajar ekonomi yang diperoleh dengan skor rata-
28

rata 81 atau 90% siswa yang tuntas belajar atau mencapai nilai KKM. Maka

peningkatan siklus I dan siklus II sebesar 47%.

2.3 Kerangka Berpikir

Guru merupakan salah satu pelaku dalam proses pendidikan yang harus

memiliki kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar

mengajar (PBM). Guru harus bisa mendesain pembelajara yang menarik dan tidak

membuat siswa bosan. Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar banyak

ditentukan oleh guru melalui pemilihan model pembelajaran yang akan

digunakan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu

strategi dalam membenahi dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar

Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan untuk

meningkatkan hasil belajar. Aktivitas belajar merupakan keterlibatan siswa dalam

bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan tindakan dalam kegiatan pembelajaran guna

menunjang keberhasilan belajar mengajar.

Rendahnya hasil belajar akuntansi siswa berkaitan dengan cara penyajian

materi yang kurang tepat dalam proses pembelajaran. Untuk memeperbaiki proses

pembelajaran di kelas, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan

menerapkkan model pembelajaran Guided Teaching.

Model pembelajaran Guided Teaching adalah model pembelajaran dimana

guru berperan sebagai fasilitator yang menolong siswa untuk merefleksikan diri

dan diskusi kelompok. Guru juga harus mampu menciptakan dan

mengembangkan rasa percaya diri pada siswa sehingga dapat mengurangi rasa

takut dan malu dalam diri mereka. Agar siswa merasa nyaman dalam belajar, guru
29

seharusnya memberi pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter sehingga

siswa dapat belajar secara aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar dan

tidak merasa jenuh dan bosan.

Penerapan model pembelajaran Guided Teaching diharapkan merupakan

model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran akuntansi. Hal ini

dikarenakan penerapan model pembelajaran Guided Teaching ini lebih ditujukan

kepada kepemecahan masalah yang diberikan berupa soal-soal yang dikerjakan

secara diskusi kelompok. Disaat berdiskusi dipilih salah seorang siswa untuk

menggantikan peran sebagai seorang guru yang memimpin diskusi dalam

kelompok tersebut sampai siswa mendapat giliran. Setelah itu guru mengadakan

ceramah interaktif dimana masing-masing kelompok menyampaikan poin-poin

dari soal-soal yang telah diselesaikan dilanjutkan dengan penyampaian poin-poin

utama dari materi oleh guru.

Dengan demikian, hal ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa. Karena dengan penerapan model pembelajaran tersebut, siswa akan

menyelesaikan masalah dengan terarah karena mereka hanya menyelesaikan

masalah yang ada pada soal yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas, maka penerapan model pembelajaran Guided

Teaching diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi

siswa XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran

2019/2020 .
30

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar meningkat jika diterapkan pembelajaran Guided Teaching

di XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun Pembelajaran

2019/2020

2. Hasil belajar akuntansi meningkat jika diterapkan pembelajaran Guided

Teaching di XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun

Pembelajaran 2019/2020
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan yang

beralamat di Jalan Irian Bar. Sampali No. 37 Sampali, Percut Sei Tuan. Penelitian

ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pembelajaran 2019/2020.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini

adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan dengan jumlah

38 siswa.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

akuntansi siswa dengan menerapkan model pembelajaran Guided Teaching.

3.3 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran Guided Teaching adalah suatu model

pembelajaran aktif yang dimana guru memberikan sebuah atau beberapa

pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan dan

pemahaman siswa sebelum membuat point-point materi pembelajaran yang

akan disampaikan oleh guru

31
32

2. Aktivitas belajar adalah proses belajar sambil bekerja yang bersifat fisik

maupun mental, dan dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu

berkaitan..

3. Hasil belajar akuntansi adalah perubahan tingkah laku siswa dalam

pengetahuan,sikap dan keterampilan yang dicapai dalam mempelajari

akuntansi

3.4 Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilaksanakan melalui suatu siklus dimana sekurang-kurangnya dalam dua siklus

tindakan berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan siklus

berikutnya. Arikunto (2017:42) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

terdiri dari empat tahap yaitu: “1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan

(action), 3) pengamatan (observation), dan 4) refleksi (reflection)”.

Dari ke empat tahap tersebut, berikut ini digambarkan siklus model penelitian

tindakan kelas menurut Arikunto (2017:42) :


33

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1
Siklus Model Penelitian Tindakan Kelas
Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas, maka

penelitian ini memiliki tahap-tahap penelitian sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan kegiatan awal dalam penelitian tindakan

kelas. Adapun kegiatan dalam tahap perencanaan tindakan kelas:

a. Meminta ijin kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan

b. Observasi dan wawancara

Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMA

Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan secara keseluruhan dan keadaan proses
34

belajar mengajar akuntansi di kelas XII IPS SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Medan.

c. Identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pengajaran akuntansi kurikulum

tingkat satuan pendidikan di kelas, sehingga peneliti dapat menyusun

perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan

kegiatan test meliputi:

1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar

mengajar.

2) Menentukan pokok bahasan/materi pembelajaran.

3) Merencanakan dan merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4) Menyiapkan sumber belajar, lembar kerja untuk diskusi siswa.

5) Membuat skenario pembelajaran

6) Membuat tes hasil belajar

2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan tindakan yang dilakukan yaitu penerapan model

pembelajaran Guided Teaching yang telah disusun. Adapun prosedur kerja yang

akan diterapkan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I

No Tindakan Guru Siswa


Siklus I
1. Pendahuluan
1. Salam, Doa, Absensi, Apersepsi Siswa mengerjakan soal pre-
2. Guru menjelaskan kompetensi test.
yang ingin dicapai dan manfaat
dari proses pembelajaran.
3. Guru memberikan soal pre-test
35

sebelum memulai proses


pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
1. Guru memberikan satu atau Siswa berfikir dan menjawab
beberapa pertanyaan kepada pertanyaan-pertanyaan yang
siswa yang memiliki beberapa diberikan guru.
kemungkinan jawaban.
2. Guru meminta siswa untuk Terbentuknya kelompok
berpasangan ke teman belajar secara berpasangan
sebelahnya dan mendiskusikan dan mendiskusikan jawaban.
jawaban pertanyaan. Guru
memberikan waktu kurang
lebih 35 menit.
3. Mintalah siswa untuk Siswa mendapatkan ilmu dari
menyampaikan hasil jawaban berbagai sumber, saling
mereka dan catat jawaban- membantu satu sama lain dan
jawaban yang siswa sampaikan berbagi pendapat dengan
ke dalam daftar terpisah yang teman – temannya.
berkaitan dengan kategori-
kategori yang akan guru
sampaikan dalam kegiatan
pembelajaran
4. Guru menyampaikan poin-poin Siswa menerima penjelasan
utama dari materi anda dengan dan bahan ajar.
ceramah yang interaktif.
5. Siswa membandingkan poin-
poin yang disampaikan oleh
guru dengan jawaban-jawaban
yang telah mereka sampaikan.
3. Tahap Akhir
1. Guru mengadakan post-test Siswa mampu mengerjakan
dalam bentuk individu untuk post-test dengan baik.
mengetahui kemampuan akhir
siswa.
Tingkat pemahaman siswa
2. Mengevaluasi hasil siklus I
3. Mengadakan refleksi tindakan Aktivitas dan hasil belajar
siswa mwlalui siklus I
.

Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II

No Tindakan Guru Siswa


Siklus II
36

Mengidentifikasi masalah baru Masalah-masalah baru


1. berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi muncul.
siklus I.
2. Pendahuluan .
1. Memberi salam, Doa, Absensi, Siswa memberikan salam,
Apersepsi berdoa, mendengarkan
absensi dan apersepsi
3. Kegiatan Inti
1. Guru memberikan satu atau Siswa berfikir dan menjawab
beberapa pertanyaan kepada pertanyaan-pertanyaan yang
siswa yang memiliki beberapa diberikan guru.
kemungkinan jawaban.
2. Guru meminta siswa untuk Terbentuknya kelompok
berpasangan ke teman belajar secara berpasangan
sebelahnya dan mendiskusikan dan mendiskusikan hasil
jawaban pertanyaan yang diperoleh.
Guru memberikan waktu
kurang lebih 35 menit.
2. Mintalah siswa untuk Siswa mendapatkan ilmu dari
menyampaikan hasil jawaban berbagai sumber, saling
mereka dan catat jawaban- membantu satu sama lain dan
jawaban yang siswa sampaikan berbagi pendapat dengan
ke dalam daftar terpisah yang teman – temannya.
berkaitan dengan kategori-
kategori yang akan guru
sampaikan dalam kegiatan
pembelajaran
3. Guru menyampaikan poin-poin Siswa menerima penjelasan
utama dari materi pembelajaran dan bahan ajar.
dengan ceramah yang interaktif.
4. Siswa membandingkan poin-
poin yang disampaikan oleh
guru dengan jawaban-jawaban
yang telah mereka sampaikan.
4. Tahap Akhir
1. Guru memberikan Post-test II Peningkatan kemampuan
untuk melihat tingkat penyelesaian materi dengan
pengusaan materi siswa model pembelajaran Guided
terhadap materi yang telah
Teaching.
diajarkan.
2. Mengevaluasi hasil siklus II
3. Mengadakan refleksi pada Peningkatan aktivitas dan
siklus II secara menyeluruh. hasil belajar akuntans siswa
37

3. Tahap Observasi/Pengamatan

Kegiatan ini merupakan pengamatan untuk meninjau sejauh mana efektivitas

atas tindakan telah mencapai sasaran. Peneliti menguraikan jenis-jenis data yang

diperoleh, cara pengumpulan data, dan alat pengumpulan data. Pengamatan yang

dilakukan dalam penelitian adalah sejauh mana model pembelajaran berbasis

masalah untuk mengetahui aktivitas siswa mengunakan alat pengumpulan data

berupa lembar observasi.

4. Tahap Refleksi

Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis tentang perubahan yang

terjadi setelah adanya tindakan. Pada saat refleksi ini dilakukan analisa data

mengenai proses, masalah, dan hambatan yang ditemui dan dilanjutkan dengan

refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Hasil

refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk melanjut ke tahap siklus

berikutnya. Jika siklus I sudah berhasil, maka guru dapat melanjutkan ke siklus II

untuk menyakinkan atau meningkatkan hasil yang sudah dicapai.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid dan akurat dari siswa tentang Aktivitas

dan hasil belajar akuntansi, maka teknik untuk pengumpulan data adalah:

3.5.1 Tes

Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar akuntansi setelah menerapkan

model pembelajaran model pembelajaran Guided Teaching. Pre test untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dan Post test untuk mengetahui kemampuan
38

siswa setelah tindakan dilakukan. Tes yang diberikan berbentuk uraian (essay test)

diambil dari buku paket siswa.

3.5.2 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mengamati perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam dengan jumlah

responden yang tidak terlalu besar (Sugiyono, 2017:203). Observasi yang

dilakukan berupa observasi partisipan. Observasi partisipan adalah peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian (Sugiyono, 2017: 204).

Kegiatan observasi terhadap kinerja siswa, dilaksanakan secara langsung

saat kegiataan pembelajaran berlangsung. Pada observasi ini, penulis

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam berkelompok dengan

menganalisis tingkat keaktifan siswa saat proses belajar berlangsung.

Adapun format observasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No. Nama Siswa Aspek Aktivitas Jlh % Ket.


1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
4.
5.
39

A. Keterangan Aspek Aktivitas Yang Dinilai

1. Visual Activities, yang terkmasuk didalamnya misalnya: memperhatikan

materi dan kata kunci yang akan dibahas dalam diskusi dan mengamati

orang lain bekerja.

2. Oral Activities seperti: bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,

dan diskusi.

3. Listening Activities seperti mendengarkan uraian percakapan.

4. Writing Activities seperti misalnya mencatat hasil diskusi.

5. Drawing Activities misalnya menulis atau menggambar kolom kertas.

6. Motor Activities seperti kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan

soal.

7. Mental Activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, dan

menganalisis.

8. Emotional Activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan tidak gugup.

(Sardiman 2016 : 101)

B. Kriteria Skor

1= Tidak pernah melakukan (0)

2= Dilakukan jarang ( 1-2 kali)

3= Sering dilakukan (3 kali)

4= Sangat sering dilakukan (Lebih dari 4 kali)

Diederich (dalam Sardiman:2016:101)

C. Kriteria Penilaian
40

28 – 32 = Sangat Aktif (SA)

23 – 27 = Aktif (A)

18 – 22 = Cukup Aktif (CA)

13 – 17 = Kurang Aktif (KA)

8 – 12 = Tidak Aktif (TA)

(Aqib, 2010)

3.6 Teknik Analisis Data

Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti, jika tidak diadakan

penganalisisan. Teknik analisis data merupakan unsur yang sangat penting dalam

melakukan penelitian, hasil analisis akan memberikan gambaran arah, tujuan dan

maksud penelitian. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu

data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif merupakan data yang berisi informasi yang memberi

gambaran mengenai aktivitas selama proses belajar mengajar. Analisis terhadap

aktivitas siswa yang akan disajikan dan dikategorikan dalam klasifikasi : sangat

aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan tidak aktif.

Data kuantitatif yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama yakni

untuk mengetahui peningkatan aktivitas melalui penerapan model pembelajaran

Guided Teaching yaitu dengan membandingkan aktivitas siklus I dan siklus II.

Jika aktivitas siklus ke 2 lebih besar dari siklus 1 maka hipotesis diterima. Kelas

dikatakan aktif jika terdapat 80% siswa termasuk dalam kategori aktif.

Untuk menganalisis keaktifan siswa maka digunakan rumus sebagai


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
berikut : 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑥 100%
41

Keterangan :

a. Jumlah siswa yang aktif diperoleh atau diketahui setelah dilakukan penilaian

atas observasi aktivitas belajar siswa. Dimana siswa dikatakan aktif apabila

siswa tersebut memperoleh skor minimal 23 dan dikatakan sangat aktif apabila

siswa memperoleh skor minimal 28 pada saat dilakukan penilaian aktivitas

belajar siswa.

b. Jumlah siswa merupakan jumlah subjek penelitian atau jumlah seluruh siswa

dalam kelas yang diteliti.

Untuk menguji hipotesis 2 yaitu mengetahui peningkatan hasil belajar

akuntansi siswa, maka hasil belajar siklus I dibandingkan dengan siklus II.

Hipotesis diterima apabila hasil belajar siklus II lebih tinggi dari siklus I. Dengan

catatan hasil belajar siklus I dan siklus II memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan yaitu 75.

Untuk mengetahui presentase kemampuan siswa secara individual dari

setiap siklusnya digunakan rumus

𝑠𝑐𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


DS = 𝑥 100%
𝑠𝑐𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Keterangan:
DS : Daya Serap
Skor yang diperoleh siswa : Nilai post test siswa
Skor maksimum : 100
Dengan Kriteria : 0 ≤ DS < 75 dikatakan tidak tuntas
75 ≤ DS ≤ 100 dikatakan tuntas
Secara individu, siswa dinyatakan tuntas dengan nilai ≥ 75
42

Dari uraian diatas dapat diketahui siswa yang tuntas dalam pembelajaran

dan siswa yag tidak tuntas dalam pembelajran. Selanjutnya, dapat diketahui

persentase secara keseluruhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑Siswa yang tuntas Belajar


P= 𝑥 100%
∑Siswa

Keterangan :

P : Persentase ketuntasan belajar klasifikal

X : Jumlah siswa yang tuntas belajar

∑Siswa: Jumlah seluruh siswa

Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan, apabila

kelas tersebut telah terdapat 85% siswa yang telah mencapai ≥ 75, maka

ketuntasan secara keseluruhan telah terpenuhi.

3.7 Indikator Keberhasilan Tindakan

3.7.1 Indikator Proses

Indikator dalam proses penelitian ini yaitu proses belajar mengajar

diharapkan sesuai dengan yang direncanakan pada penerapan model pembelajaran

Guided Teaching. Penulis melaksanakan model dan strategi ini dalam mengajar

akuntansi sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat.

3.7.2 Indikator Output

Indikator output yang ditentukan dalam penelitian ini adalah :

1. Aktivitas belajar siswa yang diukur dengan keberhasilan persentase yang

diperoleh siswa yaitu ≥35 siswa mencapai 70%. Maka aktivitas belajar

siswa dikatakan tuntas.


43

2. Hasil belajar siswa ditentukan jika 80% siswa mengikuti mata pelajaran

akuntansi telah memperoleh nilai ≥75 kriteria ketuntasan Minimum

(KKM) yang telah ditetapkan.

3.7.3 Indikator Dampak

Indikator dampak setelah penelitian ini berakhir yaitu aktivitas dan hasil

belajar akuntansi siswa mengalami peningkatan. Pada umumnya siswa yang

megikuti mata pelajaran akuntansi mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan

standar kompetensi sesuai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.


44

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajawali Pers.

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Anizar. 2016. Model Pembelajaran Guided Teaching Untuk Menigkatkan


Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar IPS Kelas VI. Jurnal Pendidikan
Indonesia. 2(1): 38-44.

Averdini, Novitri. dkk. 2016. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif


Tipe Guided Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII SMPN 1 Gunung Talang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Matematika STKIP PGRI FKIP Sumatera Barat. 1(2): 1-6.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. YramaWidya.

Bahri. 2012. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Guided Teaching Kelas XI IS di
MAN Stabat. Skripsi. Universitas Negeri Medan.

Dewi, Puspita. dkk. 2016. Pengaruh Kolaborasi Metode Guided Teaching


Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas
Negeri Medan. 2(3): 1-8. ISSN : 2461-1247

Diana dan Rachamatulloh. (Januari 2017). “Genesis Concept Mastery of High


School Biology in Simeulue Archipelago Through Guided Teaching”. 1st
International Conference of Mathematics and Science Education; Vol. 57
hal. 195-199

Istarani dan Intan Pulungan. 2017. Ensiklopedia Pendidikan. Medan : Media


Persada

Istarani. 2017. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Joice. (2014). dalam Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Kontruktivistik. (hal 52). Jakarta: Prestasi Pusaka

Lestari, Sari Inda. 2018. The Effect of Guided Teaching Method on Students’
Writing Skill at Grade X of SMA Negeri 2 Tanjung Balai in Academic Year
of 2016/2017. Open Jurnal System. VI(II): 1-10. ISSN : 2406-9401
45

Lubis, Arfan Ikhsan, dkk. 2017. Teori Akuntansi. Medan : Madenatera

Lubis, Effi Aswita. 2015. Strategi Belajar Mengajar. Medan : Perdana Publishing

Muhmad. 2011. Definisi Model Pembelajaran Guided Teaching


http://id.shvoong.com (diakses 19 Septemer 2018)

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Purwanto, Ngalim. 2017. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenamedia Mandiri

Slameto. 2017. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :


Rineka Cipta

Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pedidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jaikarta: Kencana Prenada Media Group

Trianto. 2014. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.


(hal 52). Jakarta: Prestasi Pusaka

Zaini, Hisyam, dkk. 2017. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan


Madani

Anda mungkin juga menyukai