Anda di halaman 1dari 25

ALEMBAGA SOSIAL

1. PENGERTIAN
Lembaga Sosial sebenarnya berasal dari bahasa inggris yaitu Social institutions
Pertanyaan: Apakah istiLah lembaga sama dengan badan/institusi(yang berasal dari bahasa inggris
tsb?
Ada perbedaan istilah:
Lembaga: Sistem norma atau aturan2 mengenai aktivitas masyarakat yang khusus
Institusi/badan: kelompok orang yang terorganisasi dan bertugas melaksanakan aktivitas di dalamnya
Definisi menurut tokoh:…
Prof. Dr. Koentjaraningrat: “Lembaga sosial merupakan satuan norma khusus yang menata
serangkaian tindakan yangberpola untuk keperluan khusus manusia dalamkehidupan
bermasyarakat”
Bruce J. Cohen: “Lembaga sosial merupakan sistem pola sosial yang tersusun rapi dan secara relatif
bersifat permanen serta mengandung perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi pemuasan dan
pemenuhan kebutuhan manusia
Hal2 penting yang dapat disimpulkan, adalah:..
Bahwa pengertian Lembaga Sosial:
Berkaitan dengan kebutuha pokok manusia dalam kehidupan bermasyarakat
Organisasi yang relatif permanen/tetap
Organisasi yang tersusun atau terstruktur
Merupakan cara bertindak yang mengikat
2. Ciri-Ciri Lembaga Sosial
Menurut Gillin and Gillin:
Merupakan organisasi pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas
kemasyarakatan dan hasilnya terdiri atas: adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur
kebudayaan yang tergabung ke dalam satu unit yang fungsional
Mempunyai tingkat kekekalan tertentu
Mempunyai satu atau beberapa tujuan
Mempunyai alat2 perlengkapan yang dipergunakan mencapai tujuan
e. Memiliki lambangtertentu secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsinya
f. Mempunyai tradisi tertulis ataupun yang tidak tertulis yangmerupakan dasar bagi pranata
yangbersangkutan dalam menjalankan fungsinya
3. Tipe-Tipe Lembaga Sosial
Menurut Gillin and Gillin ada beberapa tipe lembaga dilihat dari berbagai sudut pandang:
Dilihat dari perkembangannya:
1. Cresive Institution: lembaga paling primer merupakan lembaga sosial yang tidak sengaja dibentuk
dan tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contoh: pranata perkawinan, pranata hak milik dan
pranata agam
2. Enacted Institution:lembaga Sosial yang sengaja dibentuk untukmencapai tujuan tertentu. Contoh:
Lembaga pendidikan, lembaga ekonomi
b. Dilihat dari sistem nilai yang diterima masyarakat:
1. Basic Institution: “Lembaga sosial yang penting untuk memelihara dan mempertahankan tatatertib
dalam masyarakat. Contoh: Keluarga, sekolah dan negara
2. Subsidiary Institution: “Lembaga sosial yang berkaitan dengan hal2 yang dipandang masyarakat
kurang penting” Contoh: kegiatan rekreasi dan hiburan
c. Dilihat dari penerimaan masyarakat:..
1. Approved/Sanctioned Institution: “Lembaga sosial yang diterima oleh Masyarakat” Contoh:
Sekolah dan perusahaan dagang
2. Unsanctioned Institution: “Lembaga sosial yang ditolak oleh masyarakat, meskipun masyarakat
tidak bisa memberantasnya. Contoh: kelompok preman, geng, kelompok pengemis, kelompok mafia
d. Dari faktor penyebarannya:
1. General Institution: “Lembaga yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat dunia”. Contoh:
Agama
2. Restrcted Institution: “Lembaga sosial yang dikenal oleh masyarakat tertentu saja. Contoh: agama
Islam, kristen, katolik, Hindu, Budha dll
e. Dilihat dari fungsinya:
1. Operative Institution: “Lembaga sosial yang berfungsi menghimpun pola2/tata cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang bersangkutan
contoh: lembaga industri
2. Regulative institutions: “ lembaga Sosial yang bertujuan mengawasi adat-istiadat atau tata
kelakuan yang ada dalam masyarakat. Contoh: lembaga hukum seperti: kejaksaan, pengadilan,
kepolisian, dan LBH
4. Bentuk dan lembaga/Pranata Sosial
Pranata Keluarga: “ Merupakan pranata sosial dasar dari semua pranata sosial lainnya yang
berkembang di masyarakat”
Fungsi pranata keluarga:..
1. Fungsi reproduksi
2. Fungsi afeksi
3. Fungsi penentuan status
4. Fungsi Sosialisasi
5. Fungsi ekonomis
6. Fungsi perlindungan
7. Fungsi Pengawasan Sosial
b. Pranata agama, fungsinya:..
1. Sumber pedoman hidup manusia
2. Pengatur cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia dan lingkungan
3. Sebagai tuntunan mengenai prinsip benar dan salah
4. Pedoman pengungkapan perasaan kebersamaan
5. Pedoman perasaan keyakinan
6. Pedoman keberadaan manusia
d. Pranata politik
“Pranata yang memiliki kegiatan dalam suatu sistem negara yang menyangkut proses menentukan
dan melaksanakan tujuannegara”
Fungsinya:…
1. Memelihara ketertiban dalam masyarakat
2. Bertindak sebagai pemaksa hukum
3. Dengan lat2 yang dimiliki berusaha mempertahankan negara dari ancaman negara luar
4. Mengusahakan kesejahteraan umum
5. Mengatur proses persaingan mencapai kekuasaan
6. Membuat perundang2an dan melaksanakan undang2 yang telah disyahkan
B. KELOMPOK SOSIAL
PENGERTIAN:
“Kelompok sosial berkaitan erat dengan lembaga sosial, kelompok sosial merupakan perwujudan dari
lembaga sosial.
Contoh: hukum merupakan lembaga/pranata sosial, sedangkan pengadilan negeri batam adalah
kelompok sosial
Persyaratan kelompok sosial:
Soerjono Soekanto, memberikan persyaratan agar kumpulan manusia disebut kelompok sosial:
Adanya kesadaran setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan bagian dari kelompok
bersangkutan
Ada hubungan timbal balik antar anggota
Ada faktor pengikat yang dimiliki bersama
Berstruktur , berkaidah dan mempunyai pola perilaku
Bersistem dan berproses
2. Bentuk kelompok sosial
Dilihat dari besar kecilnya anggota kelompok:
1. Kel. Sos. Kecil
2. Kel. Sos. Besar
b. Dilihat dari proses terbentuknya:
1. Kelompok semu/khayalak ramai: sementara,dan memiliki kepentingan sesaat
Contoh: massa, crowd, mob,public. audience
2. Kelompok nyata/organisasi sosial
contoh: keluarga luas/klan/marga, assosiasi,
c. Dilhat dari erat/tidaknya ikatan kelompok:
menurut Ferdinant Tonies:\
1. Kelompok Gemeunschaft/paguyuban
2. Kelompok Gesselschaft/patembayan

A. Pengertian Lembaga Kemasyarakatan


Pengertian istilah lembaga kemasyarakatan dalam bahasa Inggris adalah social institution,
namun socil institution juga diterjemahkan sebagai pranata social. Hal ini dikarenakan socil
institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para anggota masyarakat. Ada
pendapat lain mengemukakan bahwa pranata social merupakan system tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat pada aktifitas- aktifitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
khusus dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga Kemasyarakatan merupakan satuan norma
khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus manusia
dalam kehidupan bermasyarakat. Istilah lain yang digunakan adalah bangunan sosial yang
diambil dari bahasa Jerman sozialegebilde dimana menggambarkan dan susunan institusi
tersebut.
Sedangkan menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah sebuah
bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi. Lembaga
(institutations) adalah suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang
oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata
kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga
adalah proses yang terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.

1.1 Fungsi Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Soerjono Soekanto, Lembaga Kemasyarakatan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus


bersikap atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau
berkembang di lingkungan masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan pemenuhan
kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
3. Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap anggota-anggotanya.

Menurut Horton dan Hunt, fungsi Lembaga Kemasyarakatan adalah:


1. Fungsi Manifes atau fungsi nyata yaitu fungsi lembaga yang disadari dan di akui oleh
seluruh masyarakat
2. Fungsi Laten atau fungsi terselubung yaitu fungsi Lembaga Kemasyarakatan yang tidak
disadari atau bahkan tidak dikehendaki atau jika di ikuti dianggap sebagai hasil sampingan
dan biasanya tidak dapat diramalkan.

2.3 Proses pertumbuhan lembaga kemasyarakatan.


Timbulnya lembaga kemasyarakatan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :
1. Secara tidak terncana
2. Secara terencana
Secara tidak terencana maksudnya adalah institusi itu lahir secara bertahap dalam kehidupan
masyarakat, biasanya hal ini terjadi ketika masyarakat dihadapkan pada masalah atau hal-hal
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat penting. Contohnya
adalah dalam kehidupan ekonomi, dimasa lalu, untuk memperoleh suatu barang orang
menggunakan system barter, namun karena dianggap sudah tidak efisien dan menyulitkan,
maka dibuatlah uang sebagai alat pembayaran yang diakui masyarakat, hingga muncul
lembaga ekonomi seperti bank dan sebagainya.
Secara terencana maksudnya adalah institusi muncul melalui suatu proses perncanaan yang
matang yang diatur oleh seseorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan
wewenang. Contohnya lembaga transmigrasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai cara untuk
mengatasi permasalahan kepadatan penduduk. Singkat kata bahwa proses terbentuknya
lembaga social berawal dari individu yang saling membutuhkan. Saling membutuhkan ini
berjalan dengan baik kemudian timbul aturan yang disebut norma kemasyarakatan. Norma
kemasyarakatan dapat berjalan baik apabila terbentuk lembaga social.

2.4 Perkembangan Lembaga Kemasyarakatan


Terbentuknya lembga kemasyarakatan bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan
kehidupan bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono Soekanto Lembaga
Kemasyarakatan tumbuh karena manusiadalam hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk
mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan norma-norma dalam masyarakat sebagai
paduan bertingkah laku.
Mula-mula sejumlah norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama-
kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar.
Contohnya “dahulu di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari
keuntungan. Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus
mendapat bagiannya, di mana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli
ataukah penjual.”
Sejumlah norma-norma ini kemudian disebut sebagai lembaga social. Namun, tidak semua
norma-norma yang ada dalam masyarakat merupakan Lembaga Kemasyarakatan karena
untuk menjadi sebuah Lembaga Kemasyarakatan sekumpulan norma mengalami proses yang
panjang.
Menurut Robert M.Z. Lawang proses tersebut dinamakan pelembagaan atau institutionalized,
yaitu proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola atau bagaimana suatu pola perilaku
yang mapan itu terjadi. Dengan kata lain, pelembagaan adalah suatu proses berjalan dan
terujinya sebuah kebiasaan dalam masyarakat menjadi institusi/ lembaga yang akhirnya harus
menjadi paduan dalamkehidupan bersama.

2.5 Ciri-Ciri Kelembagaan Masyrakat


Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul “Ciri-ciri Umum Lembaga
Kemasyarakatan” (General Features of Social Institution) menguraikan sebagai berikut :
1. Lembaga Kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku yang
terwujud melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-
kebiasaan, tata kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang tergabung dalam suatu unit
yang fungsional.
2. Lembaga Kemasyarakatan juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh
karena Lembaga Kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma yang berkisar pada
kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya apabila terus dipelihara dan dibakukan.
3. Lembaga Kemasyarakatan memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga
pendidikan sudah pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga lembaga perkawinan,
perbankan, agama, dan lain- lain.
4. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan Lembaga
Kemasyarakatan. Misalnya, rumah untuk lembaga keluarga serta masjid, gereja, pura, dan
wihara untuk lembaga agama.
5. Lembaga Kemasyarakatan biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau simbol-
simbol tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar tujuan dan fungsi
lembaga yang bersangkutan. Misalnya, cincin kawin untuk lembaga perkawinan, bendera dan
lagu kebangsaan untuk negara, serta seragam sekolah dan badge (lencana) untuk sekolah.
6. Lembaga Kemasyarakatan memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan
tujuan, tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan hukum perkawinan untuk
lembaga perkawinan.
Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula mengemukakan
karakteristik dari Lembaga Kemasyarakatan. Menurutnya terdapat sembilan ciri khas
(karakteristik) Lembaga Kemasyarakatan sebagai berikut :
1. Setiap Lembaga Kemasyarakatan bertujuan memenuhi kebutuhan khusus masyarakat.
2. Setiap Lembaga Kemasyarakatan mempunyai nilai pokok yang bersumber dari
anggotanya.
3. Dalam Lembaga Kemasyarakatan ada pola-pola perilaku permanen menjadi bagian tradisi
kebudayaan yang ada dan ini disadari anggotanya.
4. Ada saling ketergantungan antarLembaga Kemasyarakatan di masyarakat, perubahan
Lembaga Kemasyarakatan satu berakibat pada perubahan Lembaga Kemasyarakatan yang
lain.
5. Meskipun antarLembaga Kemasyarakatan saling bergantung, masing-masing Lembaga
Kemasyarakatan disusun dan di- organisasi secara sempurna di sekitar rangkaian pola, norma,
nilai, dan perilaku yang diharapkan.
6. Ide-ide Lembaga Kemasyarakatan pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota
masyarakat, terlepas dari turut tidaknya mereka berpartisipasi.
7. Suatu Lembaga Kemasyarakatan mempunyai bentuk tata krama perilaku.
8. Setiap Lembaga Kemasyarakatan mempunyai simbol-simbol kebudayaan tertentu.
9. Suatu Lembaga Kemasyarakatan mempunyai ideologi sebagai dasar atau orientasi
kelompoknya.

2.6 Syarat Norma Terlembaga


Menurut H.M. Johnson suatu norma terlembaga (institutionalized) apabila memenuhi tiga
syarat sebagai berikut:
1. Sebagian besar anggota masyarakat atau sistem sosial menerima norma tersebut.
2. Norma tersebut menjiwai seluruh warga dalam sistem sosial tersebut.
3. Norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.
Dikenal empat tingkatan norma dalam proses pelembagaan, pertama cara (usage) yang
menunjuk pada suatu perbuatan. Kedua, kemudian cara bertingkah laku berlanjut dilakukan
sehingga menjadi suatu kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan yang selalu diulang dalam
setiap usaha mencapai tujuan tertentu. Ketiga, apabila kebiasaan itu kemudian diterima
sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak, maka di dalamnya sudah terdapat
unsur pengawasan dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan dikenakan sanksi.
Keempat, tata kelakuan yang semakin kuat mencerminkan kekuatan pola kelakuan
masyarakat yang mengikat para anggotanya. Tata kelakuan semacam ini disebut adat istiadat
(custom). Bagi anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat, maka ia akan mendapat
sanksi yang lebih keras. Contoh, di Lampung suatu keaiban atau pantangan, apabila seorang
gadis sengaja mendatangi pria idamannya karena rindu yang tidak tertahan, akibatnya ia
dapat dikucilkan dari hubungan bujang-gadis karena dianggap tidak suci.
Keberhasilan proses institusinalisasi dalam masyarakat dilihat jika norma-norma
kemasyarakatan tidak hanya menjadi terlembaga dalam masyarakat, akan tetapi menjadi
terpatri dalam diri secara sukarela (internalized) dimana masyarakat dengan sendirinya ingin
berkelakuan sejalan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Lembaga Kemasyarakatan umumnya didirikan berdasarkan nilai dan norma dalam
masyarakat, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang
isebut norma sosial yang membatasi perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya Lembaga
Kemasyarakatan terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses
penerapan ke dalam institusi atau institutionalization menghasilkan lembaga social.

2.7 Syarat Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Koentjaraningrat aktivitas manusia atau aktivitas kemasyarakatan untuk menjadi
Lembaga Kemasyarakatan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan tersebut antara
lain:
1. Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan adat istiadat yang
hidup dalam ingatan maupun tertulis.
2. Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas bersama dan saling
berhubungan menurut sistem norma-norma tersebut.
3. Suatu pusat aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks- kompleks kebutuhan tertentu,
yang disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok yang bersangkutan.
4. Mempunyai perlengkapan dan peralatan.
5. Sistem aktivitas itu dibiasakan atau disadarkan kepada kelompok- kelompok yang
bersangkutan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu yang lama.

2.8 Tipe-Tipe Lembaga Kemasyarakatan


Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan sudut perkembangan
 Cre sive institution yaitu institusi yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Contoh: lembaga perkawinan, hak milik dan agama
 Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Contoh: lembaga utang piutang dan lembaga pendidikan.
b. Berdasarkan sudut nilai yang diterima oleh masyarakat
 Basic institution yaitu institusi sosial yang dianggap penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contoh: keluarga, sekolah, dan negara.
 Subsidiary institution yaitu institusi sosial yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap
oleh masyarakat kurang penting dan berbeda di masing-masing masyarakat seperti rekreasi.
c. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
 Approved dan sanctioned institution yaitu institusi sosial yang diterima oleh masyarakat,
misalnya sekolah atau perusahaan dagang.
 Unsanctioned institution yaitu institusi yang ditolak masyarakat meskipun masyarakat
tidak mampu memberantasnya. Contoh: sindikat kejahatan, pelacuran, dan perjudian.
d. Berdasarkan sudut penyebarannya
 General institution yaitu institusi yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat dunia.
Contoh: institusi agama
 Restricted institution yaitu institusi sosial yang hanya dikenal dan dianut oleh sebagian
kecil masyarakat tertentu. Contoh: lembaga agama Islam, Kristen Protestan, Hindu, dan
Budha.
e. Berdasarkan sudut fungsinya
 Operative institution yaitu institusi yang berfungsi menghimpun pola-pola atau cara-cara
yang diperlukan dari masyarakat yang bersangkutan. Contoh: institusi ekonomi.
 Regulative institution yaitu institusi yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata
kelakuan dalam masyarakat. Contoh: institusi hukum dan politik seperti pengadilan dan
kejaksaan.

2.9 Jenis-jenis Lembaga Kemasyarakatan


Ada 5 jenis Lembaga Kemasyarakatan, yakni :
a. Pranata Keluarga
Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat dan juga institusi pertama yang
dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan.Proses Terbentuknya Keluarga Pada umumnya
keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah menurut agama, adat atau pemerintah
dengan proses seperti dibawah ini :
• Diawali dengan adanya interaksi antara pria dan wanita
• Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih intim sehingga
terjadi proses perkawinan.
• Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian terbentuklah keluarga inti.
b. Pranata Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes)
berikut:
• Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
• Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
• Melestarikan kebudayaan.
• Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
• Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan
tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
• Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan
nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan
antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap
terbuka.
• Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat
mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese,
dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas
siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
• Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa
seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
• Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
• Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
• Menjamin integrasi sosial.
• Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
• Sumber inovasi sosial.
c. Pranata Ekonomi
Tujuan dan fungsi lembaga ekonomi
Pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga ekonomi adalah terpenuhinya
kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Fungsi dari lembaga ekonomi adalah:
• Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan
• Memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter
• Memberi pedomantentang harga jual beli barang
• Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja
• Memberikan pedoman tentang cara pengupahan
• Memberikan pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja
• Memberi identitas bagi masyarakat
d. Pranata Agama
Pranata Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam masyarakat yang
telah dirumuskan dan dibakukan.
Fungsi pranata agama adalah:
• Sebagai pedoman hidup
• Sumber kebenaran
• Pengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan
• Tuntutan prinsip benar dan salah
• Pedoman pengungkapan perasaan kebersamaan di dalam agama diwajibkan berbuat baik
terhadap sesama
• Pedoman keyakinan manusia berbuat baik selalu disertai dengan keyakinan bahwa
perbuatannya itu merupakan kewajiban dari Tuhan dan yakin bahwa perbuatannya itu akan
mendapat pahala, walaupun perbuatannya sekecil apapun.
• Pedoman keberadaan yang pada hakikatnya makhluk hidup di dunia adalah ciptaan Tuhan
semata
• Pengungkapan estetika manusia cenderung menyukai keindahan karena keindahan
merupakan bagian dari jiwa manusia
• Pedoman untuk rekreasi dan hiburan. Dalam mencari kepuasan batin melalui rekreasi dan
hiburan, tidak melanggar kaidah-kaidah agama
e. Pranata Politik
Pranata politik merupakan pranata yang menangani masalah administrasi dan tata tertib
umum demi tercapainya keamanan dan ketentraman masyarakat. Pranata yang merupakan
pembantunya adalah seperti sistem hukum dan perundang-undangan, kepolisian, angkatan
bersenjata, kepegawaian, kepartaian, hubungan diplomatik. Bentuk pranata atau institusi
politik yang mengkoordinasi segala kegiatan diatas disebut negara. Fungsi lembaga politik :
• Pelembagaan norma melalui Undang-Undang yang disampaikan oleh badan-badan
legislatif.
• Melaksanakan Undang-Undang yang telah disetujui.
• Menyelesaikan konflik yang terjadi diantara para warga masyarakat yang bersangkutan.
• Menyelenggarakan pelayanan seperti perawatan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan
seterusnya.
• Melindungi para warga masyarakat atau warga negara dari serangan bangsa lain.
• Memelihara kesiapsiagaan/kewaspadaan menghadapi bahaya.

2.10 Cara- Cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan


Betapa pentingnya penelitian terhadap lembaga kemasyarakatan, dapat disimpulkan dari
uraian-uraian diatas. Telah lama para ahli berusaha untuk meneliti dengan cara atu metode-
metode yang menurut anggapannya paling efisien.Apabila cara atu metode-metode tersebut
di himpun, maka akan dapat di jumpai 3 golongan pendekatn (approach) terhadap masalah
tersebut , yaitu sebagai berikut:
1. Analisis secara hitoris
Analisis secara historis bertujuan meneliti sejarah timbul dan perkembangan suatu lembaga
kemasyarakatan tertentu. Mislnya diselediki asal mula serta perkembangan lembaga
demokrasi, perkawinan yang monogami, keluarga batih, dan lain sebagainya.
2. Analisis komparatif
Anlisi komparatif bertujuan menelaah suatu lembaga kemasyrakatan tertentu dalam berbagai
masyarkat berlainan ataupun berbagai lapisan soosial masyarkat tersebut. Bentuk-bentuk
milik, praktik-praktik pendidikan kanak-kanak dan lain-lainnya, banyak di telaah secara
komparatif. Cara anlisis ini bnyk sekli di gunakn oleh para ahli seperti Ruth Benedict,
Mrgaret Mead, dan lain-lain.
3. Analisis Fungsional
Lembaga- lembaga kemasyarakatan dapat pula diselidiki dengan jalan menganalisis
hubungan antara lembaga- lembaga tersebut didalam suatu masyarakat tertentu. Pendekatan
ini, yang lebih menekankan hubungan fungsi sebenarnya, seringkali mempergunakan
analisis- analisis histories dan komparatif. Sesunggugnya suatu lembaga kemasyarakatan
tidak mungkin hidup sendiri terlepas dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Misalnya penelitian tentang lembaga perkawinan mau tak mau kan menyangkut pula
penelitian terhadap lembaga pergaulan muda mudi, lembaga keluarga, lembaga harta
perkawinan, lembaga kewarisan, dan lain sebagainya.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga pendekatan tersebut bersifat saling
melengkapi. Artinya, didalam meneliti lembaga-lembaga kemasyarakatan salah satu
pendekatan akan dipakai sebagai alat pokok, sedangkan yang lain bersifat sebagai tambahan
untuk melengkapi kesempurnaan cara- cara penelitian.

2.11 Conformity Dan Deviation


Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan
kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, deviation adalah penyimpangan terhadap
kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Diadakannya kaidah serta lain- lain
peraturan didalam masyarakat adalaah dengan maksud supaya ada conformity warga
masyarakat terhadap nilai- nilai yang berlaku didalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam
masyarakat yang homogen dan tradisional conformity warga masyarakat cenderung kuat.
Misalnya, didesa- desa yang terpencil, dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan
kuat, warga masyarakat desa tersebut tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengadakan
conformity terhadap kaidah- kaidah serta nilai yang berlaku. Didalam masyarakat desa
terpencil, apabila seseorang mendirikan rumah dia akan meniru bentuk- bentuk rumah yang
telah ada, jika mendirikan rumah dengan bentuk yang berbeda maka dia akan dicelah oleh
para anggota masyarakat lain.
Masyarakat dikota- kota berlainan keadaannya, karena anggota- anggotanya selalu berusaha
menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi dengan kotanya. Hal ini juga
disebabkan karena kota merupakan pintu gerbang masuknya pengaruh- pengaruh luar
misalnya peralatan yang modern dibidang mass comunication seperti surat kabar, film,
televisi dan lain-lain. Dengan demikian, kaidah- kaidah dalam kota, juga mengalami
perkembangan dan perubahan sehingga conformity dikota- kota (terutama dikota- kota besar)
juga sangat kecil, shingga proses institutionalization apabila dibandingkan dengan
masyarakat yang ada didesa.
Deviation atau penyimpann dalam masyarakat tradisoinal yang relative statis yidak akan
disukai. Deviation terhadap kaidah-kaidah dalam masyarakat yang tradisonal memerlukan
suatu keberanian dan kebijaksanaan tersendiri. Namun, apabila masyarakat tradisional
tersebut merasakan manfaat dari suatu deviation tertentu, penyimpangan akan diterimanya.
Biasanya proses tersebut dimulai oleh generasi muda yang pernah pergi merantau.
Kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya dari luar mulai ditiru oleh orang-orang di sekitarnya,
kemudian menjalar ke seluruh masyarakat.
Untuk mengkaji deviation telah banyak teori yang dikembangkan oleh para sarjana ilmu-ilmu
social dan sosiologi. Menurut Robert K. Merton, sosiologi ini meninjau penyimpangan
(deviation) dari sudut struktur social dan budaya. Menurut Merton, diantara segenap unsure
social dan budaya, terdapat dua unsur terpenting yaitu kerangka aspirasi dan unsure-unsur
yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai aspirasi tersebut.
A. Pengertian dan fungsi Lembaga Kemasyarakatan
Pengertian istilah lembaga kemasyarakatan dalam bahasa Inggris adalah social
institution, namun socil institution juga diterjemahkan sebagai pranata social. Hal ini
dikarenakan socil institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para anggota
masyarakat. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata social merupakan
system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktifitas- aktifitas untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga Kemasyarakatan merupakan satuan
norma khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan
khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Istilah lain yang digunakan adalah
bangunan sosial yang diambil dari bahasa Jerman sozialegebilde dimana
menggambarkan dan susunan institusi tersebut.
Sedangkan menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah sebuah
bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi.
Lembaga (institutations) adalah suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan
kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia.
Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur (tersusun) untuk
melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.

Fungsi Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Soerjono Soekanto, Lembaga Kemasyarakatan memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bersikap atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau
berkembang di lingkungan masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan
pemenuhan kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
3. Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap anggota-
anggotanya
B. Bagaimana lembaga kemasyarakatan terbentuk

Lembaga-lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui suatu proses yang disebut


sebagai institusionalisasi, atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk
membantu hubungan antarmanusia di dalam masyarakat. Nilai-nilai yang mengatur
tersebut dikenal dengan istilah norma yang mempunyai kekuatan mengikat dengan
kekuatan yang berbeda-beda.

Secara sosiologis, kekuatan mengikat dari norma dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Cara (Ussage)

2. Kebiasaan (Folkways)

3. Tata kelakuan (Mores)

4. Adat Istiadat (Custom)

C. Ciri lembaga kemasyarakatan

Suatu lembaga kemasyarakatan (social institution) memiliki ciri-ciri yaitu:

1. Mempunyai tujuan tertentu

2. Untuk mencapai tujuan di atas memiliki alat perlengkapan

3. Memiliki lambing-lambang tertentu dalam bentuk tulisan atau slogan misalnya


pada kesatuan-kesatuan angkatan bersenjata

4. Memiliki tradisi lisan atau tertulis yang diwujudkan dalam bentuk adat
istiadat,norma,tata tertib peraturan, atau hukum

lembaga social juga memiliki sifat-sifat umum, menurut Harsojo (1986:139)

1. Sebagai satu unit dalam system kebudayaan yang merupakan satu kesatuan bulat

2. Mempunyai berbagai tujuan yang jelas


3. Biasanya relatif kokoh

4. Dalam melakukan fungsinya sering mempergunakan hasil kebudayaan material

5. Sifat karakteristik yang ada pada lembaga sosial adalah lambing

6. Mempunyai tradisi tertulis atau lisan yang jelas

Ciri-Ciri Kelembagaan Masyrakat


Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul “Ciri-ciri Umum Lembaga
Kemasyarakatan” (General Features of Social Institution) menguraikan sebagai
berikut :

1. Lembaga Kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku


yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia
terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan lain
yang tergabung dalam suatu unit yang fungsional.

2. Lembaga Kemasyarakatan juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu.


Oleh karena Lembaga Kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma yang
berkisar pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya apabila terus dipelihara
dan dibakukan.

3. Lembaga Kemasyarakatan memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga


pendidikan sudah pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga lembaga
perkawinan, perbankan, agama, dan lain- lain.

4. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan


Lembaga Kemasyarakatan. Misalnya, rumah untuk lembaga keluarga serta masjid,
gereja, pura, dan wihara untuk lembaga agama.

5. Lembaga Kemasyarakatan biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau


simbol-simbol tertentu. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar
tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Misalnya, cincin kawin untuk
lembaga perkawinan, bendera dan lagu kebangsaan untuk negara, serta seragam
sekolah dan badge (lencana) untuk sekolah.
6. Lembaga Kemasyarakatan memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang
merumuskan tujuan, tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan
hukum perkawinan untuk lembaga perkawinan.

Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula
mengemukakan karakteristik dari Lembaga Kemasyarakatan. Menurutnya
terdapat sembilan ciri khas (karakteristik) Lembaga Kemasyarakatan sebagai
berikut :

1. Setiap Lembaga Kemasyarakatan bertujuan memenuhi kebutuhan khusus


masyarakat.

2. Setiap Lembaga Kemasyarakatan mempunyai nilai pokok yang bersumber dari


anggotanya.

3. Dalam Lembaga Kemasyarakatan ada pola-pola perilaku permanen menjadi


bagian tradisi kebudayaan yang ada dan ini disadari anggotanya.

4. Ada saling ketergantungan antarLembaga Kemasyarakatan di masyarakat,


perubahan Lembaga Kemasyarakatan satu berakibat pada perubahan Lembaga
Kemasyarakatan yang lain.

5. Meskipun antarLembaga Kemasyarakatan saling bergantung, masing-masing


Lembaga Kemasyarakatan disusun dan di- organisasi secara sempurna di
sekitar rangkaian pola, norma, nilai, dan perilaku yang diharapkan.

6. Ide-ide Lembaga Kemasyarakatan pada umumnya diterima oleh mayoritas


anggota masyarakat, terlepas dari turut tidaknya mereka berpartisipasi.

7. Suatu Lembaga Kemasyarakatan mempunyai bentuk tata krama perilaku.

8. Setiap Lembaga Kemasyarakatan mempunyai simbol-simbol kebudayaan


tertentu.

9. Suatu Lembaga Kemasyarakatan mempunyai ideologi sebagai dasar atau


orientasi kelompoknya.
Syarat Norma Terlembaga
Menurut H.M. Johnson suatu norma terlembaga (institutionalized) apabila
memenuhi tiga syarat sebagai berikut:

1. Sebagian besar anggota masyarakat atau sistem sosial menerima norma


tersebut.

2. Norma tersebut menjiwai seluruh warga dalam sistem sosial tersebut.

3. Norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.


Dikenal empat tingkatan norma dalam proses pelembagaan, pertama cara
(usage) yang menunjuk pada suatu perbuatan. Kedua, kemudian cara
bertingkah laku berlanjut dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan
(folkways), yaitu perbuatan yang selalu diulang dalam setiap usaha mencapai
tujuan tertentu. Ketiga, apabila kebiasaan itu kemudian diterima sebagai
patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak, maka di dalamnya sudah
terdapat unsur pengawasan dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan
dikenakan sanksi. Keempat, tata kelakuan yang semakin kuat mencerminkan
kekuatan pola kelakuan masyarakat yang mengikat para anggotanya. Tata
kelakuan semacam ini disebut adat istiadat (custom). Bagi anggota masyarakat
yang melanggar adat istiadat, maka ia akan mendapat sanksi yang lebih keras.
Contoh, di Lampung suatu keaiban atau pantangan, apabila seorang gadis
sengaja mendatangi pria idamannya karena rindu yang tidak tertahan,
akibatnya ia dapat dikucilkan dari hubungan bujang-gadis karena dianggap
tidak suci.
Keberhasilan proses institusinalisasi dalam masyarakat dilihat jika norma-
norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi terlembaga dalam masyarakat,
akan tetapi menjadi terpatri dalam diri secara sukarela (internalized) dimana
masyarakat dengan sendirinya ingin berkelakuan sejalan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Lembaga Kemasyarakatan umumnya didirikan berdasarkan nilai dan norma
dalam masyarakat, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan
aturan-aturan yang isebut norma sosial yang membatasi perilaku manusia
dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem
norma. Inilah awalnya Lembaga Kemasyarakatan terbentuk. Sekumpulan nilai
dan norma yang telah mengalami proses penerapan ke dalam institusi atau
institutionalization menghasilkan lembaga social.

Syarat Lembaga Kemasyarakatan


Menurut Koentjaraningrat aktivitas manusia atau aktivitas kemasyarakatan untuk
menjadi Lembaga Kemasyarakatan harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Persyaratan tersebut antara lain:

1. Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan adat
istiadat yang hidup dalam ingatan maupun tertulis.

2. Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas bersama dan saling


berhubungan menurut sistem norma-norma tersebut.

3. Suatu pusat aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks- kompleks


kebutuhan tertentu, yang disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok
yang bersangkutan.

4. Mempunyai perlengkapan dan peralatan.

5. Sistem aktivitas itu dibiasakan atau disadarkan kepada kelompok- kelompok


yang bersangkutan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu yang lama.

Tipe-Tipe Lembaga Kemasyarakatan


Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, tipe-tipe Lembaga
Kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan sudut perkembangan

 Cre sive institution yaitu institusi yang tidak sengaja tumbuh dari
adat istiadat masyarakat. Contoh: lembaga perkawinan, hak milik
dan agama

 Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk


mencapai suatu tujuan tertentu. Contoh: lembaga utang piutang
dan lembaga pendidikan.
b. Berdasarkan sudut nilai yang diterima oleh masyarakat

 Basic institution yaitu institusi sosial yang dianggap penting untuk


memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
Contoh: keluarga, sekolah, dan negara.

 Subsidiary institution yaitu institusi sosial yang berkaitan dengan


hal-hal yang dianggap oleh masyarakat kurang penting dan
berbeda di masing-masing masyarakat seperti rekreasi.

c. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat

 Approved dan sanctioned institution yaitu institusi sosial yang


diterima oleh masyarakat, misalnya sekolah atau perusahaan
dagang.

 Unsanctioned institution yaitu institusi yang ditolak masyarakat


meskipun masyarakat tidak mampu memberantasnya. Contoh:
sindikat kejahatan, pelacuran, dan perjudian.
Berdasarkan sudut penyebarannya

d. General institution yaitu institusi yang dikenal oleh sebagian besar


masyarakat dunia. Contoh: institusi agama

 Restricted institution yaitu institusi sosial yang hanya dikenal dan


dianut oleh sebagian kecil masyarakat tertentu. Contoh: lembaga
agama Islam, Kristen Protestan, Hindu, dan Budha.

e. Berdasarkan sudut fungsinya

 Operative institution yaitu institusi yang berfungsi menghimpun


pola-pola atau cara-cara yang diperlukan dari masyarakat yang
bersangkutan. Contoh: institusi ekonomi.

 Regulative institution yaitu institusi yang bertujuan mengawasi


adat istiadat atau tata kelakuan dalam masyarakat. Contoh:
institusi hukum dan politik seperti pengadilan dan kejaksaan.
Jenis-jenis Lembaga Kemasyarakatan
Ada 5 jenis Lembaga Kemasyarakatan, yakni :

1. Pranata Keluarga
Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat dan juga institusi
pertama yang dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan.Proses
Terbentuknya Keluarga Pada umumnya keluarga terbentuk melalui
perkawinan yang sah menurut agama, adat atau pemerintah dengan proses
seperti dibawah ini :
• Diawali dengan adanya interaksi antara pria dan wanita
• Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih
intim sehingga terjadi proses perkawinan.
• Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian terbentuklah
keluarga inti.

2. Pranata Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang
nyata (manifes) berikut:
• Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
• Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
• Melestarikan kebudayaan.
• Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
• Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua
melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
• Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk
menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan
adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu
hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
• Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat
mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan
prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga
diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi
atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
• Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat
masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada
orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai
berikut:
• Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
• Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
• Menjamin integrasi sosial.
• Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
• Sumber inovasi sosial.

3. Pranata Ekonomi
Tujuan dan fungsi lembaga ekonomi
Pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga ekonomi adalah
terpenuhinya kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Fungsi dari lembaga ekonomi adalah:
• Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan
• Memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter
• Memberi pedomantentang harga jual beli barang
• Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja
• Memberikan pedoman tentang cara pengupahan
• Memberikan pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja
• Memberi identitas bagi masyarakat

4. Pranata Agama
Pranata Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam
masyarakat yang telah dirumuskan dan dibakukan.
Fungsi pranata agama adalah:
• Sebagai pedoman hidup
• Sumber kebenaran
• Pengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan
Tuhan
• Tuntutan prinsip benar dan salah
• Pedoman pengungkapan perasaan kebersamaan di dalam agama diwajibkan
berbuat baik terhadap sesama
• Pedoman keyakinan manusia berbuat baik selalu disertai dengan keyakinan
bahwa perbuatannya itu merupakan kewajiban dari Tuhan dan yakin bahwa
perbuatannya itu akan mendapat pahala, walaupun perbuatannya sekecil
apapun.
• Pedoman keberadaan yang pada hakikatnya makhluk hidup di dunia adalah
ciptaan Tuhan semata
• Pengungkapan estetika manusia cenderung menyukai keindahan karena
keindahan merupakan bagian dari jiwa manusia
• Pedoman untuk rekreasi dan hiburan. Dalam mencari kepuasan batin melalui
rekreasi dan hiburan, tidak melanggar kaidah-kaidah agama

5. Pranata Politik
Pranata politik merupakan pranata yang menangani masalah administrasi dan
tata tertib umum demi tercapainya keamanan dan ketentraman masyarakat.
Pranata yang merupakan pembantunya adalah seperti sistem hukum dan
perundang-undangan, kepolisian, angkatan bersenjata, kepegawaian,
kepartaian, hubungan diplomatik. Bentuk pranata atau institusi politik yang
mengkoordinasi segala kegiatan diatas disebut negara. Fungsi lembaga
politik :
• Pelembagaan norma melalui Undang-Undang yang disampaikan oleh badan-
badan legislatif.
• Melaksanakan Undang-Undang yang telah disetujui.
• Menyelesaikan konflik yang terjadi diantara para warga masyarakat yang
bersangkutan.
• Menyelenggarakan pelayanan seperti perawatan kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan dan seterusnya.
• Melindungi para warga masyarakat atau warga negara dari serangan bangsa
lain.
• Memelihara kesiapsiagaan/kewaspadaan menghadapi bahaya.

Anda mungkin juga menyukai