Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KRIM EKSTRAK ETANOL TANAMAN SARANG SEMUT

(Myrmecodia tuberosa) TOPIKAL TERHADAP JUMLAH SEL


MAKROFAG PADA PROSES PENYEMBUHAN
ULKUS TRAUMATIK (In Vivo)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata I pada
Progam Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

oleh :
Sastya Fitri Khairunnisa
J 520 150 061

PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH KRIM EKSTRAK ETANOL TANAMAN SARANG SEMUT


(Myrmecodia tuberosa) TOPIKAL TERHADAP JUMLAH SEL
MAKROFAG PADA PROSES PENYEMBUHAN
ULKUS TRAUMATIK (In Vivo)

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

SASTYA FITRI KHAIRUNNISA


J 520 150 061

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

drg. Sartari Entin Yuletnawati, MDSc


NIK/ NIDN: 110.1477/ 0616076603

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH KRIM EKSTRAK ETANOL TANAMAN SARANG SEMUT


(Myrmecodia tuberosa) TOPIKAL TERHADAP JUMLAH SEL
MAKROFAG PADA PROSES PENYEMBUHAN
ULKUS TRAUMATIK (In Vivo)

OLEH
Sastya Fitri Khairunnisa
J520150061

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji


Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Sabtu, 25 Mei 2019 dan dinyatakan
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. drg. Sartari Entin Yuletnawati, MDSc (…………………..)


(Ketua Dewan Penguji)
2. drg. Mahmud Kholifa, MDSc (…………………..)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. drg. Dendy Murdiyanto, MDSc (…………………..)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Muhammadiyah Surakarta

drg. Dendy Murdiyanto, MDSC


NIK/NIDN : 1238/0629127903
ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diterbitkan orang lain,

kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 25 Mei 2019


Penulis

Sastya Fitri Khairunnisa


J520150061

iii
PENGARUH KRIM EKSTRAK ETANOL TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodia
tuberosa) TOPIKAL TERHADAP JUMLAH SEL MAKROFAG PADA PROSES
PENYEMBUHAN ULKUS TRAUMATIK (IN VIVO)

Abstrak
Ulkus traumatik merupakan kondisi patologis mukosa rongga mulut yang disebabkan trauma. Proses
penyembuhan ulkus traumatik melalui tahapan inflamasi, proliferasi dan remodeling. Fase inflamasi
merupakan fase awal penyembuhan luka, salah satu sel yang berperan adalah makrofag. Makrofag
berfungsi sebagai sel antiinflamasi dan memproduksi berbagai mediator antiinflamasi dan growth
factor penyembuhan luka. Tanaman sarang semut mempunyai zat flavonoid dan tanin yang dapat
mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh krim
ekstrak etanol tanaman sarang semut terhadap jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan ulkus
traumatik. Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental laboratory dengan rancangan
posttest only control group design dengan tikus jantan putih strain wistar usia 2-3 bulan sebagai objek
penelitian. Jumlah hewan uji 24 ekor dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu akuades, krim ekstrak
etanol tanaman sarang semut dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan 80% serta aloclair gel,
kemudian dibuat ulkus pada mukosa labial median inferior dengan menggunakan amalgam stopper
yang dipanaskan. Hewan uji diberi perlakuan selama 3 hari dan diterminasi pada hari ke-4 untuk
dibuat sediaan histopatologis. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop dengan menghitung
jumlah sel makrofag. Hasil analisis menggunakan uji One Way Annova menunjukkan perbedaan
signifikan dengan nilai p<0,05. Krim ekstrak etanol tanaman sarang semut berpengaruh terhadap
jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan ulkus traumatik.

Kata kunci : tanaman sarang semut, makrofag, ulkus traumatik, proses penyembuhan

Abstract

Traumatic ulcers are pathological conditions of the oral mucosa caused by trauma. The process of
healing traumatic ulcers through stages of inflammation, proliferation, and remodeling. The
inflammatory phase is the initial phase of wound healing one of the cells that play a role is
macrophages. Macrophages function as anti-inflammatory cells and produce various anti-
inflammatory mediators and wound healing growth factors. Ant nest plants have flavonoids and
tannins which can speed up the wound healing process. This study aimed to determine the effect of
cream ant nest plants ethanol extract on the number of macrophage cells in the healing process of
traumatic ulcers. This study was a true experimental laboratory with posttest only control group
design with white male wistar rats aged 2-3 months as the object of research, and then made an ulcer
on the median inferior labial mucosa using an amalgam stopper heated up. The number of 24 test
animals was divided into 6 treatment groups, with aquades, cream of ant nest plants ethanol extract
at concentrations 10%, 20%, 40%, and 80% and aloclair gel. Test animals were treated for 3 days
and terminated on day 4 to make histopathological preparations. Observations were made using a
microscope by counting the number of macrophage cells. The results of the analysis using One Way
Annova test showed a significant difference with a value of p <0.05. The cream of ant nest plants
ethanol extract influenced the number of macrophage cells in the healing process of traumatic ulcers.
Keywords: ant nest plants, macrophage, traumatic ulcers, wound healing

1
1. PENDAHULUAN

Ulkus merupakan suatu kondisi patologis yang ditandai dengan hilangnya


jaringan epitel akibat mengelupasnya jaringan inflamasi yang telah mengalami
kematian (Ongole dan Praveen, 2007). Ulkus traumatik didefinisikan sebagai
suatu kelainan di rongga mulut yang membentuk ulkus dan disebabkan oleh
paparan trauma. Gambaran klinis dari ulkus traumatik dapat bermacam-macam,
tetapi biasanya lesi ini tampak sebagai ulkus soliter yang terasa nyeri, ukuran
bervariasi, disertai dengan warna lesi yang putih kekuningan dengan daerah tepi
bewarna kemerahan dan terkadang disertai pembengkakan (Anura, 2014). Ulkus
traumatik akut dapat sembuh dalam waktu 10-14 hari (Langlais dkk., 2013).
Secara umum, fase penyembuhan lesi ulkus traumatik terbagi dalam tiga fase,
dengan urutan yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling. Pada fase
inflamasi jaringan di sekitar ulkus traumatik didominasi oleh sel-sel inflamasi
seperti neutrofil dan makrofag dalam jangka waktu cukup lama akan menstimulasi
terbentuknya jaringan kolagen (Mackay dan Miller, 2003).
Makrofag merupakan sel yang paling dominan pada fase inflamasi dan
proliferasi yaitu selama lima hari dengan jumlah paling tinggi berada pada hari ke
dua sampai ke tiga. Makrofag berperan dalam proses fagositosis patogen pada fase
inflamasi. Makrofag pada fase ini juga berperan dalam mengekspresikan berbagai
mediator proinflamatory dan sitokin. Setelah fase inflamasi selesai akan terjadi
fase proliferasi, selanjutnya makrofag akan berubah menjadi sel antiinflamasi dan
memproduksi berbagai mediator antiinflamasi. Beberapa mediator yang disintesis
oleh makrofag antara lain adalah growth factor, interleukin protease dan protease
inhibitor, interferon, TNF-α (tumor necrotizing factor), TGF-β (transforming
growth factor) dan radikal bebas yang dapat mendukung proliferasi sel dan
sintesis protein (abudi dkk., 2017).
Tanaman sarang semut (Myrmecodia tuberosa) merupakan tumbuhan epifit
dari suku Rubiaceae dan biasanya tumbuh di Provinsi Papua (Subroto dan
Saputro, 2006). Tanaman sarang semut diduga dapat mempercepat proses
penyembuhan luka karena mengandung senyawa fitokimia berupa flavonoid dan
tanin (Subroto dan Saputro, 2006). Kemampuan flavonoid sebagai

2
immunomodulator dapat mengaktivasi makrofag dengan cara meningkatkan
produksi IL-2. IL-2 tersebut dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi dari sel
T yang berdiferensiasi menjadi Th1 yang memiliki fungsi mensekresi IL-γ
sehinggga mengaktifkan makrofag. Selanjutnya makrofag yang sudah aktif akan
memproduksi sitokin, recovery jaringan dan memproduksi hormon pertumbuhan
(Shenoy dkk., 2009). Tanin memiliki aktivitas mekanisme seluler yaitu
membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, pembentukan pembuluh darah
kapiler dan meningkatkan aktivasi fibroblas, antibakteri, memicu pertumbuhan
pembuluh darah baru, meningkatkan kontraksi luka dan menstimulasi aktivasi
makrofag (Yildirim dan Kutlu, 2015).

2. METODE
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah true experimental laboratory dengan
rancangan posttest only control group design dengan menggunakan tikus jantan
putih (Rattus norvegicus) strain wistar sebagai objek penelitian. Perlakuan dengan
pemberian krim ekstrak etanol tanaman sarang semut (Myrmecodia tuberose) dan
aloclair gel secara topikal.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor tikus
jantan putih (Rattus norvegicus) strain wistar dengan rentang umur 2-3 bulan dan
rentang berat badan 180-250 gram yang dipilih secara acak kemudian dibagi
kedalam 6 kelompok perlakuan yaitu, kelompok kontrol negatif menggunakan
akuades, kelompok kontrol positif menggunakan aloclair gel dan kelompok krim
ekstrak etanol tanaman sarang semut dengan konsentrasi 10%, 20%, 40% dan
80%. Satu kelompok terdiri dari 4 tikus yang sebelumnya telah dibentuk ulkus
pada mukosa labial median inferior menggunakan amalgam stopper berdiameter
3 mm dan kedalam 1 mm yang dipanaskan dengan bunsen selama 10 detik.
Hewan uji diberi perlakuan selama 3 hari selanjutnya diterminasi pada hari
ke-4 untuk dibuat sediaan preparat histopatologis dengan perwarnaan HE.
Pengambilan data menggunakan mikroskop cahaya dengan menghitung jumlah
sel makrofag pada preparat histopatologis ulkus pada mukosa labial tikus setelah
diberi perlakuan selama 3 hari dengan menggunakan aplikasi image raster 3.0.

3
Preparat dibagi ke dalam 5 lapang padang dengan perbesaran masing-masing
400x.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian tentang pengaruh krim ekstrak etanol tanaman sarang semut
(Myrmecodia tuberosa) topikal terhadap jumlah makrofag pada proses
penyembuhan ulkus traumatik (in vivo) telah dilakukan. Perhitungan sel makrofag
kemudian dicatat dan dilakukan pengamatan untuk setiap kelompok perlakuan
dan didapatkan hasil. Hasil pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan
pembesaran 400x dengan melihat sel makrofag yang memiliki ciri khas yaitu
memiliki diameter sekitar 20µm-50µm, dengan satu atau dua nukleus, serta
memiliki bentuk yang tidak beraturan atau biasa berbentuk seperti ginjal dengan
satu atau dua lekukan, pengamatan sel makrofag dapat dilihat pada gambar 7
berikut ini.

Keterangan
: sel makrofag
: sel neutrofil

Gambar 7. Pengamatan sel makrofag

Setelah didapatkan hasil perhitungan jumlah sel makrofag, kemudian data


perhitungan digunakan untuk uji stastistik (uji normalitas, homogenitas dan One
Way Annova). Data hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan jumlah sel
makrofag pada masing-masing kelompok. Rerata dan jumlah standar deviasi
persentasi jumlah sel makrofag setiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel
1.

4
Tabel 1. Mean dan standar deviasi jumlah sel makrofag
Mean ± SD
K(-) 4,50 ±2,08
P10% 17,25 ±2,62
P20% 11,25 ±2,75
P40% 5,25 ±1,70
P80% 5,00 ±0,81
K(+) 18,00 ±2,58

Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan jumlah sel makrofag pada proses


penyembuhan ulkus traumatik pada setiap kelompok perlakuan pada hari ke-3.
Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji normalitas menggunakan Saphiro-
wilk untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas
menggunakan Saphiro-wilk menunjukkan bahwa seluruh data berditrsibusi
normal yang ditunjukkan dengan nilai p>0,05 pada setiap kelompok perlakuan.
Data kemudian di uji menggunakan Levene test untuk mengetahui homogenitas
dari data. Hasil uji Levene test menunjukkan bahwa data memiliki varian yang
sama (homogen) dengan p>0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas dan
homogenitas maka syarat untuk uji One Way Anova telah terpenuhi sehingga
dapat dilakukan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji One Way Anova
Sig.
Between Groups ,000

Berdasarkan hasil uji one way anova pada tabel 2, menunjukkan nilai p=0,000
(p<0,05) yang berarti terdapat pengaruh dari intervensi yang telah diberikan. Uji
statistik kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Uji Post Hoc yang digunakan
adalah uji LSD (Least Significant Different) dengan tingkat kepercayaan 95%
untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan.

5
Tabel 6. Hasil uji Post Hoc LSD
Kelompok
K(-) P10% P20% P40% P80% K(+)
Perlakuan
K(-) ,000* ,000* ,636 ,752 ,000*
P10% ,000* ,001* ,000* ,000* ,636
P20% ,000* ,001* ,001* ,001* ,000*
P40% ,636 ,000* ,001* ,874 ,000*
P80% ,752 ,000* ,001* ,874 ,000*
K(+) ,000* ,636* ,000* ,000* ,000*

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan krim ekstrak etanol tanaman sarang


semut berpengaruh terhadap jumlah sel makrofag. Hasill ini sesuai dengan teori
yang menjelaskan tanaman sarang semut mengandung beberapa senyawa
fitokimia yang berperan dalam peningkatan jumlah sel makrofag, beberapa yang
dominan yaitu flavonoid dan tanin (Soeksmanto dkk., 2010).
Makrofag merupakan innate imunity yang berperan dalam pertahanan awal
untuk melawan adanya infeksi. Sel ini berperan penting dalam proses fagositosis
dan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) yang mengawali serta mengarahkan
imunitas menuju sistem imunitas seluler yang diperantarai oleh sel T pada infeksi
(Mustamu dkk, 2016). Pada beberapa saat setelah terjadinya trauma, akan
memacu mediator pro-inflamasi yaitu TNF dan IL-1 yang akan mengaktifkan sel
endotel untuk memproduksi intergrin dan kemokin. Integrin berperan dalam
adhesi neutrofil serta kemokin mengaktifkan neutrofil dan merangsang migrasi
melalui endotel ke tempat infeksi. Sel monosit dan sel T yang telah diaktifkan
akan bermigrasi ke daerah luka dengan mekanisme yang sama. Sel T selanjutnya
akan memproduksi sitokin berupa IL-12, selanjutnya sel T berdiferensiasi menjadi
sel Th1 untuk merangsang produksi IFN-γ. Sitokin IFN-γ selanjutnya akan
merangsang monosit untuk berdiferensiasi dan mengaktifkan sel makrofag
(Bratawidjaja dan Rengganis, 2014).
Flavonoid memiliki peran sebagai immunostimulan pada proses inflamasi,
flavonoid dapat memberikan rangsangan intraseluler seperti sel makrofag dan sel

6
T agar bekerja lebih baik. Flavonoid juga memiliki kemampuan dalam
mengaktivasi makrofag, dimulai dengan menghambat enzim lipooksigenase yang
berperan dalam biosintesis prostagaldin. Sifat pereduksi yang baik oleh flavonoid
dapat menghambat reaksi oksidasi oleh bakteri. Flavonoid mengaktifkan sel IL-
12 yang mampu meningkatkan merangsang aktivasi sel Th1 dan proliferasi sel
limfosit. Sel Th1 yang telah teraktivasi akan mempengaruhi kerja sistem SMAF
(Specific Makrofag Activating Factor), yaitu berupa sitokin IFN-ɣ yang berperan
dalam mengaktifkan makrofag, dimana sel ini merupakan diferensiasi dari sel
monosit (Figueroa dkk, 2017).
Tanin merupakan senyawa fenolik yang larut air. Kandungan tanin berguna
sebagai astringen atau menghentikan perdarahan, mempercepat inflamasi
membran mukosa, serta regenerasi jaringan baru (Aliefia dkk., 2015). Tanin pada
konsentrasi optimal akan aktif membunuh bakteri-bakteri disekitar jaringan luka
dengan cara merusak protein bakteri tersebut. Ketiadaan bakteri ini akan membuat
makrofag lebih banyak memproduksi sitokin yang akan meningkatkan jumlah
fibroblast sehingga mempercepat pembentukan kolagen (Li dkk., 2011).
Hasil uji post hoc pada kelompok kontrol positif yaitu aloclair gel terhadap
konsentrasi 10% menunjukkan hasil yang tidak siginifikan yaitu 0,636. Nilai
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa krim ekstrak etanol tanaman sarang semut
konsentrasi 10% memiliki kemampuan yang hampir sama dengan aloclair gel
untuk meningkatkan jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan ulkus
traumatik. Krim ekstrak etanol tanaman sarang semut yang memiliki konsentrasi
di atas 10% mengalami penghambatan dalam peningkatan jumlah sel makrofag.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin tinggi konsentrasi semakin rendah jumlah sel
makrofag yang ditemukan dalam preparat.
Semakin tinggi konsentrasi dari krim ekstrak etanol tanaman sarang semut
diikuti dengan penurunan jumlah makrofag. Hal ini dapat terjadi karena pada
tahap awal proses penyembuhan luka akan terjadi fase inflamasi dan pembentukan
reactive oxygen species (ROS) sebagai bagian dari respon tubuh pada awal proses
inflamasi . Selain berefek positif, ROS juga dapat berdampak negatif. Pada
keadaan konsentrasi ROS rendah, hidrogen peroksida dan ROS yang lain dapat

7
menghambat migrasi berbagai sel inflamasi termasuk sel makrofag, sedangkan
dalam konsentrasi tinggi ROS dapat merusak jaringan bahkan berubah menjadi
neoplasma, sehingga keberadaan ROS akan menghambat penyembuhan luka (Mz
dan Muhartono, 2013). Flavonoid dan tanin merupakan antioksidan, sehingga
dapat membasmi radikal bebas dan melindungi tubuh melawan ROS, akan tetapi
pemberian flavonoid dan tanin dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
kemampuan flavonoid dan tanin untuk mengikat ROS menjadi berlebihan dan
menyebabkan kadar ROS dalam tubuh rendah sehingga membuat migrasi sel-sel
inflamasi termasuk makrofag menuju ke daerah luka menjadi terhambat, sehingga
terjadi penurunan sel makrofag (Keller dkk, 2006).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel makrofag
pada kelompok positif jika dibandingkan dengan kelompok negatif yang bersifat
netral saat diberi perlakuan. Aloclair gel digunakan sebagai kontrol positif karena
terdapat kandungan yaitu aloevera yang memiliki kemampuan aktivasi sel
makrofag. Aloevera memilki kandungan zat aktif yaitu acemannans. Terjadinya
luka akan merangsang keluarnya tromboxane A2 dan prostaglandin 2a, keduanya
adalah vasokonstriktor kuat dimana keluarnya dua vasokonstriktor ini akan
membantu mengurangi perdarahan akibat luka. Pada waktu yang sama,
terpaparnya kolagen jaringan akan mengaktivasi proses pembentukan clot
(clotting cascade). Sel pertama yang masuk menuju ke daerah luka adalah platelet
yang berfungsi membentuk sumbatan di daerah yang luka tersebut. Platelet
selanjutnya akan mengeluarkan hormon Platelet Derived Growth Factor (PDGF)
dan Transforming Growth Factor Beta (TGF-β). Kedua hormon ini akan menarik
neutrofil dan makrofag dari pembuluh darah menuju jaringan luka (Hardiana dkk,
2011).

4. PENUTUP
Krim ekstrak etanol tanaman sarang semut (Myrmecodia tuberosa) berpengaruh
terhadap jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan ulkus traumatik (in vivo).

8
DAFTAR PUSTAKA
Aliefia D.K., Umi K., Ika S.R, 2015, Pengaruh Sediaan Salep Ekstrak Daun
Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Jumlah Fibroblas Luka Bakar Derajat
IIA pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar, Majalah
Kesehatan FKUB, 2(1): 16-29.

Anura, Ariyawardana, 2014, Traumatic Oral Mucosal Lesions: A Mini Review


and Clinical Update, OHDM., 13 (2): 254-259.

Budi, H.S., Soesilowati, P., Imanina, Z., 2017, Gambaran histopatologi


penyembuhkan luka pencabutan gigi pada makrofag dan neovaskular
dengan pemberian getah batang pisang ambon, Majalah Kedokteran
Gigi, 3(3): 121-127

Figueroa, L.A., Abarca-Vargas, R., Alanis, C.G., dan Petricev, V.L., 2017,
Comparison between peritoneal macrophage activation by bougenvillea
xbuttiana extract and LPS and/or interleukins. Biomeds Rest Int. 2017: 1-
11.

Hardiana, D., Budipramana, E.S., dan Wibowo, T.B., 2011, Ekstrak lidah
buaya (Aloe barbadensis miller) terhadap proses penyembuhan luka
insisi pada tikus wistar. Pendodontic Dental Journal, 3(1): 12-17.

Keller, U., Kumin, A., Braun, S., dan Werner, S., 2006, Raective oxygen
species and their detoxification in healing skin wound, Journal of
Investigative Dematology Symposium Preceedong, 11(1): 106-111.

Langlais, Robert P., Craigs S. Miller, dan Jill S. Nield-Gehrig, 2013, Atlas
Bewarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan (terj), 4th ed., Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 172.

Li, K., Diao, Y., Zhang, H., Wang, S., Zhang, Z., Yu, B., Huang, S., dan Yang,
Hl., 2011, Tannin extracts from immature fruits of Terminalia chebula

9
Fructus Retz. Promote cutaneous wound healing in rats, BMC
Complementary and Alternative Medic, 11(86): 1-9.

Mackay, M. dan Miller, A.L., 2003, Nutritional Support for Wound Healing,
Altern Med Rev, 8(4): 359-377.

Mustamu, H.L., Evacuasiany, E., dan Liana L.K., 2016, The Etanol Extract of
Neem Leaf (Azadirachta Indiaca A. Juss) Effect towards Wound Healing
in Male Swiss Webster Mice. J Med Heal. 1(3): 241-251.

Mz, Arif., dan Muhartono, 2013, Perbandingan tingkat kesembuhan luka bakar
dengan pemberian madu dan pemberian gentasimin topikal pada tikus
putih (Rattus norvegicus), MAJORITY, 2(5): 33-42.

Ongole, R., dan Praveen, B.N., 2007, Clinical Manual for Oral Medicine and
Radiology, First, Jaypee Brothers Medical Publisher, New Delhi, hal
202-208.

Shenoy, C., Patil, M.B., Kumar, R., dan Patil, S., 2009, Preliminary
Phytochemical Investigation And Wound Healing Activity Of Allium
Cepa Linn (Liliaceae), International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical, 2(2): 167-175.

Soeksmanto, A., Subroto, M.A., Wijaya, H., dan Simanjuntak, P., 2010,
Anticancer activity for extractsof Sarang-Semut plant (Myrmecodia
pendens) toHeLa and MCM-B2 cells, Pakistan J. Biol. Sci.,13(3): 148-
151.

Subroto, M.A. dan Saputro, H., 2006, Gempur Penyakit dengan Sarang Semut,
Penebar Swadaya, Depok, hal. 7-34.

Yildirim, I. dan Kutlu, T., 2015, Anticancer Agents: Saponin and Tannin,
International Journal of Biology Chemistry, 9(6): 332-340.

10

Anda mungkin juga menyukai