Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu mereka
melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan dan situasi.
Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses perubahan. Keterampilan pertama
adalah proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan dalam
menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan.
Keterampilan kedua adalah ilmu teoretis dan pengalaman praktik. Perawat harus
diajarkan ilmu teoretis di kelas dan mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara
efektif dengan orang lain (Nursalam,2014).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis di mana profesi keperawatan
yang telah terbentuk (1983) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai
dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Profesionalisasi merupakan proses
pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh
masyarakat. Profesi ini baru saja mendapat pengakuan dari profesi lain, sehingga dituntut
untuk mengembangkan diri agar dapat berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia demi mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan
pengakuan tersebut, perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah
profesionalisasi sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial di Indonesia. Proses ini
merupakan tantangan bagi perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik,
berencana, dan berkelanjutan (Nursalam,2014).
Sejalan dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan ekonomi
masyarakat. Syarat pelayanan kesehatan yang baik banyak macamnya, salah satu
diantaranya dipandang mempunyai peranan yang amat penting adalah menyangkut mutu
pelayanan. Tuntuan kebutuhan masyarakat akan pelayan kesehatan ada era global akan
terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus mengalami
perubahan. Pelayanan keperawatan terorganisir, memerlukan perawat manejer atau
adriministrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi pada semua
aspek manajemen. Perewat manejer siap terhadap perubahan dan mampu menghadapi
tantangan dari lingkungan yang selalu berubah dan menggalang sistem pendukung yang
lain (Nursalam,2014).

1
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini
terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling
depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien
dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah
pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan
merupakan perbadingan antara kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan keinginan,
kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2004) (Nursalam,2014).
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
akhir/hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga daripada pegawai,, maka setiap tahapan didalam proses
manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Pelaksanaan
praktek profesi manajemen yang ada menekankan pada penerapan kondep dan prinsip
kepemimpinan dalam manjemen keperawatan untuk membentuk pelayanan yang optimal
sesuai harapan dalam praktek profesi ini (Nursalam, 2014).
Untuk mewujudkan pelayan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi
Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang merupakan suatu pendekatan
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Dalam organisasi
keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatn
(Nursalam, 2014).
Manajemen didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang dinamis proaktif
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning,
organizing, actuanting, controling evaluasi (POACE) terhadap staf, saranan dan proses
dalam menyelesaikan pekerjann orang lain. Praktek keperawatan profesional yang
diterapkan di Rumah Sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang
diberikan untuk pasien diaman lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar
individu. Pernyataan tersubut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan
profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat
(accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik
profesi, dan mempunyai aspek legal. Fenomena tesebut memerlukan upaya pembenahan
dan inovasi dalam manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga rumah
sakit memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan
(Nursalam,2013).

2
Beradsarkan hal tersebut di atas, kami Mahasiswa Program Studi profesi Ners
STIKES Mandala Waluya Kendari Angkatan VII, melaksanakan praktik dengan lingkup
manajemen keperawatan di rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen keperawatan di Ruang ICU RSUD Kota
Kendari?
2. Apakah tersedia seluruh fungsi manajemen keperawatan mulai dari fungsi
perencanaan, pengorganisasian pelayanan keperawatan pengaturan tenaga kesehatan,
pengaturan pelayanan, pelaksanaan proses keperawatan, penilaian pelaksanaan
manjemen hingga fungsi pengendalian mutu pelayanan keperawatan di Ruang ICU
RSUD Kota Kendari?
3. Bagaimana pelaksanaan dari segi fungsi manajemen keperawatan sebagaimana pada
poin dua diatas?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa mampu
menerapkan konsep-konsep dan prinsip administrasi/manajemen keperawatan pada
rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Melanjutkan kegiatan praktik manajemen di Ruang ICU RSUD Kota Kendari.
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan berdasarkan
analisis situasi nyata di Ruang ICU RSUD Kota Kendari.
c. Menyusun tujuan dan alternative pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah
manajemen keperawatan di Ruang ICU RSUD Kota Kendari.
d. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait.

D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Melalui praktek ini mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk
memecahkan maslah yang bersifat teknis operasional dari satu aspek manajemen
pelayanan keperawatan tertentu, yang dapat meningkatkan mutu pelayanan

3
keperawatan secara umum yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayan
keperawatan.
2. Bagi Ruangan
Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu ruang ICU untuk
menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional dari suatu aspek manajemen
layanan keperawatan tertentu yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatn
secara umum yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
3. Bagi program Studi Profesi Ners STIKES Mandala Waluya Kendari.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara
aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen Rumah Sakit.
4. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam mengitegrasikan ilmu
manajemen keperawatan langsung pada tatanan nyata Rumah Sakit dan manajemen
MPKP pada tatanan nyata di Ruang ICU sehingga timbul percaya diri.
E. Tempat dan Waktu
Praktek Manajemen Keperawatan dilaksanakan selama satu bulan pada tanggal 31
Juli sampai dengan 19 Juli 2017 di di Ruang ICU RSUD Kota Kendari.
F. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Perkenalan dengan kepala bidang keperawatan, kepala ruangan didampingi oleh
pembimbing akademik.
b. Diskusi dengan kepala bidang keperawatan, kepala ruangan dan staf.
c. Mengumpulkan data terhadap input, proses dan output dari aspek manajemen
kepewatan yang akan di uji.
2. Tahap identifikasi permasalahan
a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian
b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan lembar observasi, perumusan
masalah dan presentasi hasil observasi
3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi
a. Melakukan analisa data
b. Penentuan proriatas masalah aspek kajian manajemen dan input, proses dan output
yang telah disepakati bersama staf di ruangan, yang dilanjutkan dengan penetapan
tujuan dan seleksi alternatif pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk
pernyataan mencaku apa, siapa, berapa lama, tujuan akan dicapai.

4
c. Pembuatan rencana kegiatan (Plan of Action) dengan mempertimbangkan biaya,
waktu, sarana dan kebijakan tersedia di Rumah Sakit.
d. Presentasi dan sosialisasi kegiatan
4. Tahap evaluasi
5. Tahap pembuatan laporan dan presentasi hasil
a. Prensentasi hasil akhir dan praktek
b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktek pada rumah sakit dan kampus.

5
BAB II
HASIL KAJIAN

A. Gambaran umum ruang ICU


1. Definisi Ruang ICU
Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah ruangan khusus untuk
merawat pasien yang mengalami keadaan kritis (Suryani, 2012).Ruang ICU
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien
yang terancam jiwanya karena kegagalan atau disfungsi satu organ atau ganda akibat
suatu penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya
(Rahmatiah, 2013).
Dasar pengelolaan pasien di ruang ICU adalah dengan pendekatan
multidisiplin tenaga kesehatan yang akan memberikan kontribusi sesuai dengan
bidang keahliannya dan akan saling bekerja sama di dalam tim yang dipimpin oleh
seorang dokter intensif sebagai ketua tim (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2010).
Fakta yang terjadi saat ini, bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai
profesi kesehatan tersebut kedalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif
seperti kurangnya keterampilan komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya
budaya diskusi bersama profesi lain dalam menentukan keputusan klinis pasien (Tim
CFHC-IPE UGM,2014). Kurangnya komunikasi antara tim kesehatan di ruang ICU
akan cenderung merusak kerjasama tim kesehatan dan juga merusak hubungan antara
tim kesehatan dengan keluarga pasien (Wujtewicz et al, 2015)

2. Tujuan Pelayanan Icu


Adapun tujuan pelayanan yang dilakukan di ruang intensive care unit antara
lain sebagai berikut :
a. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat.
b. Mencegah terjadinya penyulit
c. Menerima rujukan dari level yang lebih rendah & melakukan rujukan ke level
yang lebih tinggi
d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien

6
e. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien
3. Jenis-Jenis Icu
Menurut fungsinya intensive care unit (ICU) dibagi menjadi beberapa unsur
yaitu :
a. ICU Khusus
Dimana pasien dirawat dengan payah dan akut dari satu jenis penyakit. Adapun
contohnya yaitu :
1) ICCU (Intensive Coronary Care Unit) yaitu ruang untuk pasien yang dirawat
dengan gangguan pembuluh darah Coroner.
2) Respiratory Unit yaitu ruang untuk pasien yang dirawat dengan mengalami
gangguan pernafasan.
3) Renal Unit yaitu ruang untuk pasien yag dirawat dengan gangguan gagal
ginjal.
b. ICU Umum
Dimana pasien dirawat dengan sakit payah akut di semua bagian RS. Menurut
umur, ICU anak & neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa.
4. Syarat - Syarat Ruang Icu
1. Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih sadar (
Recovery Room)
2. Suhu ruangan diusahakan 22-25 oC, nyaman , energi tidak banyak keluar.
3. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
4. Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
5. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
6. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
7. Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan
isolasi.
8. Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien
5. Indikasi Masuk Icu
a. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi intensif dan
agresif seperti Gangguan atau gagal nafas akut , Gangguan atau gagal sirkulasi,
Gangguan atau gagal susunan syaraf , Gangguan atau gagal ginjal .

7
b. Prioritas 2
Pemantauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-keadaan yang
dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital Misalnya
Observasi intensif pasca bedah operasi : post trepanasi, post open heart, post
laparatomy dengan komplikasi, Observasi intensif pasca henti jantung dalam
keadaan stabil , dan Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.
c. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil
untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mugkin memerlukan
terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan
invasife Intubasi atau Resusitasi Kardio Pulmoner. NB : Pasien prioritas 1 harus
didahulukan dari pada prioritas 2 dan 3.
6. Indikasi Keluar Icu
Adapun indikasi keluar ICU antara lain sebagai berikut :
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.
b. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.
c. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator.
d. Pasien mengalami mati batang otak.
e. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)
f. Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pulang paksa)
g. Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan tempat
penuh.
B. Unsur Input
1. Pasien
Jumlah pasien sebanyak 5 (lima) orang dengan
2. Mahasiswa Praktek selain dari Profesi Ners Stase Manajamen Keperawatan Stikes
Mandala Waluya Kendari ada juga dari Mahasiswa Stikes Karya Kesehatan
Kendari yang berjumlah 8 orang
3. Ketenagaan
a. Kualitas dan kuantitas
Secara keseluruhan jumlah perawat pada Ruang ICU RSUD Kota Kendari
berjumlah 17 orang dengan latar belakang pendidikan profesi Ners (5 org), S1
Keperawatan (2 org) dan Diploma III (10). Secara kualitas rata-rata perawat
pada ruang ICU telah mengikuti pelatihan BHD, PPI, Komunikasi Efektif,

8
Pasien safety dan beberapa perawat telah mengikuti pelatihan BTCLS yang
akan menungjang mutu kinerja dalam melaksanakan proses asuhan
keperawatan.
4. Sumber dana
Sumber dana Pembiayaan sarana dan prasarana Ruang ICU RSUD Kota Kendari
berasal dari APBN, APBD dan DIKS-S ( pendapatan fungsional RS )
5. Fasilitas
Secara umum fasilitas sarana dan prasarana di ruang ICU masih memilki banyak
kekurangan dan keterbasan termasuk pula persedian obat-obat utuk pasien yang
masih terbatas.
6. Motode/Pedoman
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Asuhan keperawatan diruang ICU
menggunakan Metode MPKP namun dalam pelaksanaannya masih bersifat
fungsional.
7. Mesin
Dalam menunjang peningkatan mutu pelayanan keperawatan diruang ICU
memiliki :
a. 11 monitor dengan kondisi dengan baik
b. 3 Infus spam, dengan kondisi baik
c. 3 Syringe pump
d. 1 Autoclave
e. 1 Automatic external defibrillator
f. 2 Nebulizer
g. 5 Troly emergency
C. Unsur proses
1. Proses Asuhan Keperawatan

A. Sejarah

Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam


praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal
untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarganya.

9
Proses keperawatan pertama kali dijelaskan oleh Hall pada tahun 1955.
Selanjutnya proses keperawatan ini mengalami perkembangan sebagai berikut:

TAHUN TOKOH PERKEMBANGAN


1967 Yura & Walsh Penjabaran proses keperawatan menjadi 4 proses, yaitu:
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
1973 Publikasi proses keperawata semakin meningkat
ANA Menggunakan proses keperawatan sebagai pedoman dalam
pengembangan standar praktek keperawatan.
1974 Bloch Memberi tambahan proses keperawatan menjadi 5 tahapan
1975 Roy yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
1976 Aspinal evaluasi.

Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap


sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka
konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saat ini definisi dan tahapan keperawatan
telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai
kriteria dalam program sertifikasi, dan standar aspek legal praktek keperawatan.

B. Definisi

Proses keperawatan dapat didefenisikan berdasarkan tiga dimensi yaitu:


tujuan, organisasi, dan property/karaktersitik.

1. Tujuan

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membangun kerangka


konsep untuk memenuhi kebutuhan individu klien, keluarga, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Yura dan walsh (1983), proses keperawatan merupakan suatu
tahapan desain tindakan yang digunakan untuk memenuhi tujuan keperawatan,
antara lain:

a. Mempertahankan kondisi kesehatan optimal pasien


b. Melakukan tindakan untuk mengembalikan kondisi pasien menjadi normal
kembali

10
c. Memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan kondisi
pasien sehingga ia bisa mencapai derajat kehidupan yang baik

2. Organisasi

Berdasarkan dimensi organisasi, proses keperawatan dikelompokan


menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Kelima tahapan ini merupakan proses terorganisir yang mengatur
pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan rangkaian pengelolaan klien secara
sistematik

3. Karekteristik

Terdapat 6 karakteristik dari proses keperawatan itu, antara lain: (1) tujuan,
(2) sistematik; (3) dinamik; (4) interaktif; (5) Fleksibel; dan (6) Teoritis. Penjabaran
dari karakteristik tersebut dapat dilihat, berikut ini:
1) Tujuan : memiliki tujuan jelas yaitu untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada klien
2) Sistematik: menggunakan pendekatan yang terorganisir dalam mencapai tujuan.
Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta menghindari terjadinya
kesalahan
3) Dinamik: proses keperawatan dilakukan secara berkesinambungan. Serta
ditujukan untuk mengatasi perubahan respon klien yang diidentikan melalui
hubungan antara perawat dengan klien
4) Interaktif: proses keperawatan memiliki dasar hubungan yaitu hubungan timbal
balik antara perawat, klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
5) Fleksibel: fleksibilitas proses keperawatan ini dapat dilihat dalam dua konteks,
yaitu:

a. Dapat diadopsi dalam praktek keperawatan dalam situasi apapun, baik dalam
kaitannya dengan individu, keluarga, atau masyarakat
b. Tahapannya dapat dilakukan berurutan sesuai dengan persetujuan kedua belah
pihak.

11
6) Teoritis : setiap langkah dalam keperawatan selalu berdasarkan pada konsep ilmu
keperawatan.

Berdasarka karakter teoritis ini, maka asuhan keperawatan pada klien


hendaknya menekankan pada tiga aspek penting, antara lain
a. Humanistic : memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia
b. Holistic : intervensi keperawatan harus memenuhi kebutuhan dasar manusia
secara utuh, yakni bio-psiko-sosio-spiritual.
c. Care: asuhan keperawatan yang diberikan hendaknya berlandaskan pada
standar praktek keperawatan dank ode etik keperawatan.

C. Implikasi

Penerapan proses keperawatan memberikan dampak atau implikasi terhadap


profesi keperawatan, klin dan perawat itu sendiri.
1. Profesi

Secara professional, profesi keperawatan melalui 5 tahapan menyajikan


lingkup praktik keperawatan yang secara terus menerus mendefinisikan perannya
baik terhadap klien maupun profesi kesehatan lainnya. Dengan demikian perawat
bekerja melakukan sesuatu bukan hanya sekedar melaksanakan perintah dokter,
melainkan melalui perencanaan keperawatan yang matang.

2. Klien

Proses keperawatan mendorong klien dan keluarga berpartisifasi aktif


dan terlibat ke dalam 5 tahapan proses tersebut. Selama pengkajian, klien
menyediakan informasi yang dibutuhkan, selanjutnya memberikan validasi
diagnosa keperawatan, dan menyediakan umpan balik selama evaluasi.

3. Perawat

Beberapa hal yang dapat diperoleh dari proses keperawatan, antara lain:

a. Meningkatkan kepuasan dan perkembangan profesionalisasi perawat


b. Meningkatkan hubungan antara klien dengan perawat.
c. Meningkatkan pengembangan kreativitas dalam penyelesaian masalah klien.

12
D. Teori yang mendasari

1. Teori sistem

Sistem terdiri dari: tujuan proses dan isi


a. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, sehingga dapat memberikan
arah pada sistem.
b. Proses adalah sesuatu yang berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak
dicapai.
c. Isi merupakan bagian atau elemen yang membentuk sebuah sistem.

Input merupakan kumpulan data hasil pengkajian data beserta


permasalahannya, yang diikut dengan perencanaan dan tindakan keperawatan
yang tepat. Sedangkan output menunjukan hasil dari tindakan yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya feedback merupakan proses pengkomunikasian output
terhadap sistem sehingga dapat dievaluasi dan memberikan arah untuk
pelaksanaan selanjutnya.

Dalam sistem keperawatan dijelaskan bahwa perawat sebagai individu


dan klien (individu, keluarga, masyarakat) melakukan interaksi dan saling
mempengaruhi satu sama lain.

1. Teori kebutuhan manusia

Teori ini memandang bahwa manusia merupakan bagian integral yang


berintegrasi satu sama lain dalam memotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya (fisiologis, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri.
Pada dasarnya kebutuhan dasar manusia merupakan terpenuhinya tingkat
kepuasan agar manusi bisa mempertahankan hidupnya dan perawatlah yang
berperan untuk memenuhinya.
Kerangka kerja pada teori ini menggambarkan penerapan proses
keperawatan selalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan individu yang unik dan
merupakan bagian integral dari keluarga dan masyarakat.

2. Teori persepsi

13
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi
oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan
membawa konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan pada
setiap individu. Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi
setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda-beda. Misalnya,
walaupun kedua pasien sama-sama terkena penyakit DM, akan tetapi
permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama.
Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan
pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi
yang memunyai makna bagi kita. Makna di sini mengandung arti penjabaran dari
persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian persepsi memiliki arti penting
dalam kehidupan, dimana kira bisa mengumpulkan data dari informasi tentang
diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar.
Kondisi ini sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan dimana
perawat dan klien mengumpulkan data. Selanjutnya dari data tersebut akan
diambil makna tertentu yang dapat digunakan dalam melakukan asuhan
keperawatan.

3. Teori informasi dan komunikasi

Salah satu tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengetahui


permasalahan yang dihadapi pasien. Oleh karena itulah perawat dituntut untuk
memiliki pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi dalam
memahami informasi serta menjalin komunikasi yang efektif.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mencari data, menyeleksi,
memproses, dan memutuskan sebuah tindakan berdasarkan informasi tersebut.
Proses keperawatan merupakan sebuah siklus karena memerlukan
modifikasi pengkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui tindakan, dan
mengevaluasi ulang. Dengan demikian asuhan keperawatan memerlukan
informasi yang akurat, dan untuk melakukannya, seorang perawat membutuhkan
kemampuan dalam melakukan komunikasi.

4. Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah

Setiap tindakan yang rasional selalu disertai dengan keputusan atau


pilihan. Sedangkan setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah

14
menuntut kesedian orang yang terlibat agar mau menerima hal-hal baru dan
perbedaan dari kondisi yang ada. Kesenjangan yang terjadi merupakan masalah
yang membutuhkan jawaban serta solusi secara tepat.
Salah satu tujuan dari keperawatan adalah menyelesaikan masalah yang
dihadapi klien. Melaui pendekatan proses keperawatan masalah-masalah yang
dihadapi dapat diidentifikasi secara tepat dan keputusan dapat diambil secara
akurat.
Perbandingan antara pengambilan keputusan dan proses keperawatan
dapat terlihat dalam tabel berikut ini:

Proses Pengambilan Keputusan Proses Keperawatan


Pengumpulan data Pengkajian:

· Pengumpulan data

· Interpretasi
Identifikasi masalah Diagnosa keperawatan
Perencanaan Perencanaan
· Penentuan tujuan · Penentuan tujuan

· Identifikasi solusi · Rencana tindakan


Implementasi Implementasi
Evaluasi dan revisi proses Evaluasi dan modifikasi

E. Standar praktek keperawatan professional

Standar prakek keperawatan nasional merupakan pedoman bagi perawat


Indonesia, baik generalis maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan
kesehatan (RS, Puskesmas, dll) dalam melakukan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan.
Standar praktek keperawatan di Indonesia, sebagaimana telah dijabarkan
oleh PPNI, mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan yakni terdiri dari 5
standar antara lain: (1) pengkajian; (2) diagnosa keperawatan; (3) perencanaan;
(4) implementasi; dan (5) evaluasi.

15
1. Standar I: Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara


akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan.
Kriteria Proses:

a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan


fisik, dan mempelajari data penunjang (hasil lab, catatan klien lainnya)
b. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer
berasal dari pengkajian langsung terhadap klien. Sedangkan sumber data
sekunder berasal dari selain klien, misalnya: keluarga atau orang terkait, tim
kesehatan, rekam medis, dan catatan lainnya.
c. Data yang dikumpulkan, berfokus untuk mengidentifikasi:

1) Status kesehatan klien saat ini


2) Status kesehatan klien masa lalu
3) Status fisiologis-psikologis-sosial-spiritual
4) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
5) dll

2. Standar II : Diagnosa Keperawatan

Perawat melakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan


selama pengkajian untuk menegakan Diagnosa Keperawatan.
Kriteria Proses:

a. Proses diagnosa keperawatan terdiri dari: analisis, interpretasi data, identifikasi


masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.
b. Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari:
 P (Problem) : masalah
 E (Etiology) : penyebab
 S (Symptom) : tanda dan gejala

Akan tetapi terkadang hanya terdiri dari P dan E saja.

c. Validasi diagnosa dilakukan dengan cara bekerjasama dengan klien dan


berusaha untuk dekat dengan klien atau petugas kesehatan lain.

16
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa keperawatan berdasarkan
data terbaru.

3. Standar III : Perencanaan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi


masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

Kriteria Proses:

a. Perencanan terdiri dari penetapan:

 prioritas masalah
 tujuan
 rencana tindakan

b. Melibatkan klien dalam membuat perencanaan keperawatan


c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien
saat itu.
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan

4. Standar IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam


asuhan keperawatan.

Kriteria Proses:

a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


b. Berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan kesehatan
lain
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien
d. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah
tanggungjawabnya

17
e. Menjadi coordinator pelayanan & advocator bagi klien dalam mencapai
tujuan perawatan
f. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitasi-
fasilitasi pelayanan kesehatan yang ada.
g. Memberikan pendidikan pada klien & keluarga mengenai konsep
keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan
yang digunakan
h. Mengkaji ulang & merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien.

5. Standar V : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian


tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.

Kriteria Proses:

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil terhadap intervensi secara komprehensif,


tepat waktu dan terus menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah
pencapaian tujuan
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat dank lien
d. Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

2. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


a. Defenisi Manajemen Keparawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan
POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2013).
Menurut H. Weihrich dan H. Koontz, manajemen adalah suatu proses
merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja

18
sama didalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
seefisien mungkin (Suarli dan Yanyan, 2011).
Menurut Gillies (1994) manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui upaya anggota staf keperawatan untuk memberikan pelayanan
keperawatan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien, dan tugas menejer
keperawatan adalah mernecanakan, mengorganizir, memimpin serta mengontrol
keuangan , material, dan sumber daya manusia yang ada untuk memberikan
pelayanan keperawtan seefektif mungkin bagi setiap kelompok pasien dan keluarga
(Kholid, 2013).
Menurut Gillies (2005), Manjemen keperawatan didefinisikan sebagai
suatu proses dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi, didalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf,
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999
dalam Nursalam 2008). (Kholid, 2013).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional dalam
suatu manajemen keperawatan diperlukan adanya menejer atau kepemimpinan
yang merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
efisien bagi individu, keluarga dan masyarakat (Chandra, 2014).
b. Fungsi –Fungsi Manajemen
Berikut ini fungsi-fungsi manajemen menurut Swansburg, 2000,
dalam Chadra (2014) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaa merupakan fungsi dasar dari manajemen . Perencanaan
dalam manajemne keperawatan adalah proses mental dimana semua
manajer perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk
mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang
dibutuhkan. Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat
kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan
alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa perencanaan
merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas,

19
hasil, dan metode yang yang digunakan untuk sebuah sistem dan
kemudian membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut. Robins
dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup
merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang
telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk
memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
1) Kriteria struktur
a. Kebijakan manajemen pelayanan keperawatan sebagai pendukung
penyusun perencanaan.
b. Visi misi sarana pelayanan kesehatan.
c. Falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan yang mengacuh pada
visi/misi.
d. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan secara
tepat dan memadai .
e. Standar ketenagaan, standar fasilitas dan peralatan pelayanaan
keperawatan.
f. Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk pelayanan
keperawatan.
g. Mekanisme perencanaan pelayanan keperawatan
2) Kriteria proses
a. Melaksanakan koordinasi dengan unit pelayanan terkait
b. Melibatkan unsur pengolaan dan staf sesuai tingkat manajerial
c. Melaksanakan perencanaan secara “bottom up”
3) Kriteria Hasil
a. Dokumentasi yang menunjukan perencanaan keperawatan
meliputi: aspek ketenagaan, fasilitas, peralatan, dan upaya
pengendalian mutu pelayanan
b. Perencanaan keperawatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana induk perencanaan secara kesehatan.

2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah
mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling
sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi

20
proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai
objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit
(Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian
adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan
mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran
manajemen dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas
yang akan dkerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokan
tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan.
Manejer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf
yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter,
2007).

1) Kriteria Struktur
a. Kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan sebagai
pendukung pengorganisasian.
b. Struktur organisasi dan tata hubungan kerja struktural dan
fungsional pelayanan keperawatan disarankan pelayanan
kesehatan.
c. Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan
tertulis bagi tiap tenaga keperawatan.
d. Tenaga keperawatan yang ditunjuk untuk menduduki jabatan
tertentu.
e. Dokumen kualifikasi/persyaratan jabatan bagi pemimpin
keperawatan.

2) Kriteria Proses
a. Memahami uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang bagi
tiap tenaga keperawatan.
b. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab
dan wewenang.
c. Melakukan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan.
3) Kriteria Hasil
a. Adanya tenaga keperawatan yang menduduki jabatan sesuai
dengan persyaratan

21
b. Pelayanan keperawatan bagian integral didalam struktur
organisasi sasaran kesehatan
c. Adanya dokumen pengaturan pendayagunaan sumber daya
keperawatan: ketenagaan, fasilitas perawatan
d. Adanya dokumen pelaksanaan rapat koordinasi

3. Pengarahan (Actuating/Directing)
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak
dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas
yang tinggi.
a. Kegiatan dalam fungsi pengarahan dan implementasi:
b. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
c. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
d. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
1) Kriteria Struktural
a. Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan yang
meduikung fungsi pengarahan
b. Adanya tenaga keperawatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manejerial
c. Adanya mekanisme pembinaan tenaga keperawatan
d. Adanya fasilitas yang mendukung lingkungan kerja yang kondusif
untuk pembinaan
2) Kriteria Proses
a. Melaksanakan pembinaan tenaga keperawatan berdasarkan hasil
evaluasi kinerja
b. Memberikan umpan balik
c. Melaksanakan tindak lanjut hasil program pembinaan antara lain:
pemberian penghargaan dan sanksi
3) Kriteria Hasil
a. Adanya dokumentasi pelaksanaan program pembinaan
b. Adanya peningkatan kemampuan tenaga keperawatan yang dibina

22
c. Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan pembinaan
antara lain: pemberian penghargaan dan sanksi

4. Pengendalian atau pengevaluasian (Controling)


Pengendalian atau pengevalluasian adalah suatu fungsi yang terus
menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan aktivitas. Melalui proses ini standar dibuat dan
kemudain digunakan, diikuti umpan balik yang menimbulkan perbaikan
(Swansburg,2000). Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah
fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan
sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah dierncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi
yang terakhir didalam manajemen dan fungsi memantua dan mengevaluasi setiap
kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan
memantau kinerja stafnya, kinerja tersebut kemudain dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang
maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Pengendalian ini meliputi
memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.
1) Kriteria hasil
a. Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan
disarana kesehatan
b. Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan
c. Adanya standar pelyana keperawatan
d. Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu
e. Adanya tim pengendalian mutu dalam organisasi pelayana kesehatan
f. Adanya sumber daya yang memadai dalam jumlah dan kualitas
2) Kriteria Proses
a. Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metode yang dipilih
b. Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain: audit
keperawatan/supervise keperawatan, gugus kendali mutu, survei kepuasan
pasien, keluarga/petugas, presentasi kasus dan ronde keperawatan
c. Menganalisa dan meninterprestasi data hasil evaluasi pengendalian mutu

23
3) Kriteria Hasil
a. Adanya dokumen hasil pengendalian mutu
b. Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut
c. Adanya dokumen hasil survei kepuasan pasien, keluarga dan petugas
d. Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan
e. Minimalnya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pemberian asuhan
keperawatan antara lain: dekubitus, jatuh, pneumonia, pneumonia
arthostatik, infeksi nosokomial, droof foot.

d. Prinsip-Prinsip Manajemen
Menurut Suyanto (2008) prinsip yang mendasari manajemen keperawatan
yaitu:
a) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan, karena
melalui fungsi perencanaan pimpinan dapat menurunkan risiko kesalahan ,
memudahkan pemecahan masalah
b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui pengguanann waktu yang
efektif. Menejer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai waktu yang telah ditentukan
c) Manajemen keperawatan melibatkan para pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi saat mengelola
kegiatan keperawatan memerlukan keterlibatan pengambilan keputusan
diberbagai tingkatan menejerial.
d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian menejer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan
e) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manejemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelekasanaan rencana yang telah diorganisasikan
f) Devisi keperawatan yang baik dapat memotivasi perawat untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang terbaik
g) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif

24
h) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat
i) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi:
penilaian pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi,
menetapkan standar dan membandingkannya dengan penampilan serta
memperbaiki kekurangan yang terjadi.
e. Lingkup Manajemen Keperawatan
Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manejer keperawatan yang
efektif seyogyanya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Menurut suyanto (2008) manejer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan
meliputi :
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
doagnosa.
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat.
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan

Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari :

a. Manajemen pelayanan keperawatan


Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
2) Manajemen mengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruang keperawatan)
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-
prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan

25
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien
tidak akan dapat terwujud.
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut
harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
c. Proses Manajemen Bimbingan PKK bagi Mahasiswa Praktikan

D. Unsur Output
1. Efesiensi Ruang Rawat
a. Bed Occupancy Ratio
Ini adalah angka penggunaan tempat tidur. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
b. Turn Over Interval
Rata-rata hari dimana tempat tidur tidak dtempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
c. Average Length of Stay
Rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi rumah sakit. Nilai ALOS yang ideal diantara 6-9
hari.
2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK
3. Hasil Evaluasi Bimbingan PKK
4. Kepuasan Kerja Karyawan
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya dan nampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya
serta segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko. TH, 1993).
Menurut Djojodibroto (1997), untuk memperoleh pelayanan asuhan
keperawatan yang baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan
komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang ada
pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang akan mendorong staf

26
melaksanakan komitmennya itu secara baik. Karena kepuasan kerja karyawan
dapat mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerja yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem
pengkajian RS harus:
1) Memenuhi ketentuan upah minimum.
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS.
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa dengan
pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk itu harus ada
gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik.
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar.
Sumber Daya Manusia (SDM)/tenaga kerja adalah unsur terpenting
dalam institusi RS. Jika mutu tenaga kerja rendah maka dapat dipastikan mutu
pengelolaan dan pelayanan RS akan rendah. Untuk meningkatkan mutu tenaga
kerja harus ditempuh cara:
1) Penempatan tenaga yang sesuai.
2) Pemberian penghargaan yang wajar berdasar prestasi kerja.
3) Hubungan kerja yang manusiawi.
4) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM.
5) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural.

27
BAB III
PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Permasalahan
1. Prioritas Masalah dan Intervensi masalah
Pengakajian identifikasi masalah
a. Fungsi Perencanaan
1. input
a) Visi, Misi Pelayanan Keperawatan
Wawancara, menurut Kepala ruangan terdapat visi misi yang telah di
tetapkan dalam bentuk kebijakan rumah sakit dan pelayanannya dan sudah
di jabarkan di tiap-tiap unit perawatan dan semua petugas yang ada di
ruangan mengetahui visi misi rumah sakit.
Observasi, hasil pengamatan di ruang ICU terlihat visi-misi keperawatan
yang ditempel di dinding ruangan yang dapat terbaca dengan mudah oleh
semua orang yang melewatinya.
Masalah : Tidak ada masalah di visi misi ruangan
b) Filosofi keperawatan
Wawancara: menurut Kepala ruangan agar perawat dapat bekerja
berdasarkan filosofi ilmu mereka secara rutin dilakukan disetiap
kesempatan diantaranya pada saat apel pagi dan pada saat pelatihan.
Observasi: terlihat filosofi diruangan
Masalah : Filosofi ruangan ada
c) Data informasi yang di butuhkan
Wawancara: menurut Kepala ruangan di ruangan sudah membuat
rencana harian tetapi belum memiliki bentuk catatan harian yang baku.
Observasi: sudah ada catatan harian, bulanan dan tahunan di ruangan
Masalah : tidak ada masalah
d) Standar ketenagaan, standar fasilitas dan peralatan pelayanan keperawatan
Wawancara : menurut kepala ruangan standar ketenagaan, standar
fasilitas dan pelayanan keperawatan sudah memadai

28
Observasi : standar fasilitas sudah memadai, sarana penyimpanan alat
dan bahan sudah ada tempat masing - masing.
e) Sumber daya yang dibutuhkan untuk pelayanan keperawatan
Wawancara: menurut kepala ruangan sumber daya yang dibutuhkan
untuk pelayanan asuhan keperawatan cukup.
Masalah: -
f) Team perencanaan
Wawancara: menurut kepala ruangan dalam perencanaan dibuat dalam
team
Masalah: -
2. Proses
a) Koordinasi dengan unit pelayanan terkait
Wawancara: menurut kepala ruangan rapat dilakukan koordinasi dengan
unit pelayanan terkait sering dilakukan
Masalah: -
b) Keterlibatan unsur pengelola staf
Wawancara: menurut kepala ruangan pengelola staf sudah dilibatkan
dalam perencanaan
Masalah: -
c) Melaksanakan perencanaan “bottom up”
Wawancara: menurut kepala ruangan telah dilakukan perencanaan
“bottom up”
Masalah: -
3. Output
a) Dokumen perenanaan strategis
Wawancara: menurut kepala ruangan, dokumen perencanaan operasional
sudah ada
Masalah: -
b) Dokumen perencanaan operasional
Wawancara: menurut kepala ruangan dokumen perenanaan operasional
sudah ada
Masalah: -
c) Dokumen perencanaan rumah sakit

29
Wawancara: menurut kepala ruangan dokumen perencanaan rumah sakit
selalu ada
Masalah: -
b. Fungsi Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan
1) Input
a) Struktur Organisasi
Wawancara: menurut Kepala ruang didapatkan informasi bahwa struktur
ketenagaan yang ada sudah dibentuk 2 tim sebagai penerjamaan dari konsep
MPKP diruangan.
Masalah: -
b) Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang bagi tiap tenaga keperawatan
Wawancara: menurut kepala ruangan uraian tugas, tanggung jawab dan
wewenang bagi tiap tenaga keperawatan sudah ada dibukukan.
Masalah: -
c) Tenaga perawat yang ditunjuk dalam jabatan tertentu
Wawancara: menurut kepala ruangan ada beberapa perawat yang ditunjuk dalam
jabatan tertentu
Masalah: -
d) Dokumen kualifikasi jabatan/syarat jabatan bagi pemimpin
Wawancara: menurut kepala ruangan sudah ada dokumen kualifikasi jabatan
atau syarat jabatan pemimpin keperawatan
Masalah: -
2) Proses
a) Pemahaman terhadap uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang perawat
Wawancara: menurut beberapa perawat uraian tugas, tanggung jawab dan
wewenang sudah jelas
Masalah: pemahaman tentang uraian tugas belum optimal
b) Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggungjawab dan wewenang
Wawancara; menurut beberapa parawat mereka melksanakan tugas,
tanggungjawab dan wewenang sesuai yang diharapkan kepala ruangan.
Masalah: -
c) Melakukan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan (ronde keperawatan)
Wawancara; menurut beberapa perawat, diruangan sudah dilakukan koordinasi
kegitan pelayanan keprawatan seperti ronde namun belum ada SOP diruangan.

30
Masalah; ronde sudah dilakukan di ruangan namun belum sesuai SOP ronde.
3) Out put
a) Jabatan pemimpin keperawatan sesuai kriteria
Observasi: jabatan pemimpin keperawatan sudah sesuai dengan kriteria
Masalah: jabatan pemimpin sesuai dengan kriteria.
b) Pelayanan keparawatan terintegrasi dalam struktur organisasi keperwatan
Wawancara: menurut kepala ruangan, pelayanan keperawatan sudah
terintegrasi dalam struktur organisasi keperawatan.
Observasi: sudah ada struktur organisasi.
Masalah: pelayanan keperawatan sudah terintegrasi dalam struktur organisasi
keperawatan.
c) Pengaturan pendayagunaan sumberdaya meliputi ketenagaan, fasilitas dan
peralatan
Wawancara: menurut kepala ruangan keperawatan pengaturan pendayagunaan
sumberdaya sudah dilakukan.
Masalah: -
d) Pelaksanaan rapat koordinasi
Wawancara: menurut kepala ruangan pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan
namun kuantitasnya tidak sering.
Masalah: -
c. Fungsi pengaturan tenaga pelayanan keperawatan
1) Input
a) Kebijakan tentang pendayagunaan tenaga keperawatan
Wawancara: menurut kepala rungan kebijakan tentang pendayagunaan
tenaga keperawatan sudah baik
Masalah: -
b) Tenaga keperawatan tiap unit pelayanan keperawatan
Wawancara: menurut kepala ruangan tenaga keperawatan tiap unit
pelayanan keparawatan.
Masalah: -
c) Pola tenaga keperawatan diunit pelayanan keperawatan .
Wawancara: menurut kepala ruangan pola tenaga keperatawan dibagi
berdasarkan jumlah perawat di unit pelayanan keperwatan.
Masalah: -
31
2) Proses
a) Jenis dan kualifikasi ketenagaan keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan
keperawatan.
Wawancara; menurut kepala ruangan jenisbdan kualifikasi ketenagaan
keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan keperawatan.
Masalah: -
b) Jumlah dan jenis tenaga keperawatan sesuai standar dan pola ketenagaan
keperawatan.
Wawancara: menurut kepala ruangan jumlah ketenaga keperawatan 16
orang sudah ada keterlibatan dalam rektrumen tenaga keperawatan.
Masalah: -
c) Keterlibatan dalam rekrutmen tenaga keperawatan.
Wawancara: menurut kepala ruangan sudah ada keterlibatan dalam
rekrutmen tenaga keperawatan.
Masalah: -
d) Melakukan orientasi bagi tenaga keperawatan yang baru .
Wawancara: menurut kepala ruangan orientasi bagi tenaga keperawatan
baru selalu dilakukan.
Masalah: -
e) Menyusun jadwal dinas yang fleksibel.
Wawancara: menurut kepala ruangan jadwal rungan disusun secara
fleksibel.
Masalah: -
f) Melaksanakan program mutasi, mobilisasi dan mempertahankan pelayanan
keperawatan
Wawancara : Menurut kepala ruangan pelaksanaan program mutasi,
mobilisasi dan mempertahanlkan pelayanan keperawatan sudah berjalan
Masalah : -
g) Menyusun program pengembangan staf keperawatan
Wawancara : menurut kepala ruangan program pengembangan staf
disusun berdasarkan lama kerja dan kualifikasi pendidikan staf perawat.
Masalah : -
h) Melakukan program pengembangan staf keperawatan

32
Wawancara : menurut kepala ruangan program pengembangan staf
keperawatan sudah dilakukan
Masalah : -
3) Output
a) Dokumen tenaga keperawatan
Observasi : ada dokumen pola tenaga keperawatan
Masalah : -
b) Jadwal dines yang menggambarkan komposisi tenaga keperawatan yang
seimbang kompetensinya pada setiap shift
Observasi : Jadwal dines sudah menggambarkan komposisi tenaga
keperawatan yang seimbang kompetensinya pada setiap shift
Masalah : -
c) Dokumen pelaksanaan orientasi staf baru
Observasi : belum ada
Masalah : belum ada dokumentasi hasil penilaian kinerja
d) Dokumen pelaksanaan orientasi staf baru
Observasi : belum ada dokumen pelaksanaan orientasi staf baru
Masalah : belum ada dokumen pelaksanaan orientasi staf baru
e) Dokumen pelaksanaan mutasi, mobilisasi dan retensi
Masalah : -
f) Dokumen model penugasan Askep
Observasi : tidak ada dokumen SK penugasan
Masalah : -
d. Fungsi pengarahan pelayanan keperawatan
1) Input
a) Kebijakan manajemen Yankep yang mendukung fungsi pengarahan
Wawancara : Kebijakan manajemen Yankep yang mendukung fungsi
pengarahan sudah ada
Masalah : -
b) Tenaga keperawatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajerial
Wawancara : menurut kepala ruangan sudah ada tenaga kebidanan yang
memiliki kemampuan dan keterampilan manajerial
Masalah : -

33
c) Mekanisme pembinaan Nakep
Wawancara : menurut kepala ruangan pembinaan tenaga keperawatan
sering dilakukan.
Masalah : -
2) Proses
a) Melakukan pembinaan Nakep berdasarkan evaluasi hasil kerja
Wawancara : menurut kepala ruangan pembinaan tenaga keperawatan
dilakukan berdasarkan evaluasi hasil kinerja
Masalah : -
b) Memberikan umpan balik
Wawancara : menurut kepala ruangan, dalam pembinaan selalu
dilakukan umpan balik pada stafnya
c) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan rewards and punishment
Wawancara : menurut kepala ruangan penatalaksanaan seperti rewards
and punishment belum dilakukan tetapi pelaksanaan rewards and
punishment telah dilakukan seperti teguran secara lisan
Masalah : belum optimalnya tindak lanjut dalam pemberian rewards and
punishment
3) Output
a) Peningkatan kemampuan Nakes yang dibina
Wawancara : menurut kepala ruangan ada beberapa tenaga keperawatan
yang meningkat setelah dibina namun ada juga yang tidak meningkat
Masalah : -
b) Dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan pembinaan
Observasi : ada dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan
pembinaan
Masalah : -
e. Fungsi pelaksanaan proses asuhan keperawatan
1) Input
a) Kebijakan manajemen yang mendukung pelaksanaan manajemen
ASKEP
Wawancara : menurut kepala ruangan sudah ada kebijakan manajemen
yang mendukung pelaksanaan manajemen ASKEP
Masalah : -

34
b) Organisasi MPKP yang terbentuk
Wawancara : menurut kepala ruangan sudah dibentuk organisasi MPKP
Masalah : -
c) Dokumen ASKEP

Wawancara : dokumen ASKEP sudah dilakukan dan optimal

Masalah : -
2) Proses
a) Pelaksanaan ASKEP sesuai MPKP yang dianut
Observasi : pelaksanaan askep sudah sesuai dengan MPKP yang
dianut
Masalah : -
b) Kolaborasi dengan tim kesehatan yang solid
Wawancara : menurut kepala ruangan kolaborasi antara tim sudah
berjalan dengan baik
Masalah : -
c) Menetapkan diagnosis dan klarifikasi pasien
Observasi : penetapan diagnosis telah dilakukan dengan baik
berdasarkan hasil pengkajian dan data penunjang dan klasifikasi pasien
yang telah dilakukan.
Masalah: -
d) Melakukan timbang terima pasien
Observasi: timbang terima belum optimal
Masalah : perawat melakukan timbang terima di tempat (meja jaga
perawat)
3) Out put :
a) MPKP terlaksana dengan baik
Observasi : MPKP sudah terlaksana dengan baik
Masalah : -
b) Dokumen askep tercatat secara lengkap
Observasi: dokumen askep masih ditemukan tercatat lengkap
Masalah :-
c) Diagnosis keperawatan dan sistem klasifikasi pasien dilakukan

35
Observasi : diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas masalah dan
klasifikasi pasien dilakukan
Masalah:-
d) Timbang terima belum dilakukan optimal
Observasi : timbang terima belum dilakukan optimal
Masalah : timbang terima belum dilakukan optimal
e) Ronde keperawatan
Observasi : ronde keperawatan tidak di lakukan.
Masalah : SOP ronde belum ada di ruangan.
f) Pasien dan kepuasaan dengan pelayanaan
Observasi : ada kuesioner kepuasan dengan pelayanan pasien yang
dilaksanakan yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun
Masalah : belum optimal penerapan kuesioner kepuasaan pasien
g) Pasien aman dan tidak beresiko
Observasi : pasien aman tidak beresiko
Masalah:-
Berdasarkan hasil identifikasi masalah maka didapatkan masalah sebagai berikut :
a. Menentukan Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan dengan
menggunakan anaslisis USG (Urgency, Seriusly and Growt)

Prioritas masalah dilakukan dengan teknik analisis USG (Urgency,


Seriusly And Growt) dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

- Urgency (U), yaitu kecenderungan masalah terjadi dengan mendesak


- Seriusly (S), yaitu besarnya keseriusan yang ditimbulkan,
- Growth (G), yaitu perkembangan masalah,
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria
sebagai berikut :

- Nilai 1 = Tidak bermasalah


- Nilai 2 = Kurang Bermasalah
- Nilai 3 = Cukup Bermasalah
- Nilai 4 = Bermasalah
- Nilai 5 = Sangat bermasalah

36
Tabel 1 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan

Fungsi No Permasalahan U S G Total Rangking


manajemen

Fungsi 1 Peningkatan sarana II


perencanaan dan prasarana

2 Peningkatan sumber
daya manusia tentang
pentingnya
III
pengetahuan dan
kompetensi perawat

3 Meningkatkan
motivasi perawat
dalam menjalankan I
tugas

Fungsi 4 Uraian tugas,


pengorganisasian tanggung jawab dan
IV
pelayanan wewenang perawat
keperawatan

Dari tabel diatas maka dibuat prioritas masalah sebagai berikut :

1. Peningkatan sarana dan prasarana


2. Peningkatan sumber daya manusia tentang pentingnya pengetahuan dan
kompetensi perawat
3. Meningkatkan motivasi perawat dalam menjalankan tugas
4. Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang perawat

37
a. Alternatif Solusi dengan menggunakan analisis fishbond analysis

Berdasarkan prioritas masalah diatas, maka ditentukan penyebab masalah sebagai


alternatif solusi dengan menggunakan fishbone analysis dan prioritas solusi dengan
menggunakan metode CARL.

Analisis tulang ikan atau fishbone analysis adalah suatu metode/tool dalam
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram sebab akibat
atau cause effect diagram.

Fishbone analysis dengan cara :

1. Menempatkan masalah pada bagian kanan/kepala


2. Menentukan penyebab pada bagian tulang/rangka

masalah
masMas
alah
Faktor
penyebab
bbb

Sedangkan untuk menunjukkan alternative penyelesaian masalah (solusi) terhadap masalah


yang terpilih dengan menggunakan metode CARL dari singkatan :

 C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternative


 A = Accesability, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternative
 R = Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternative
 L = Leverage, artinya daya ungkit alternative tersebut dalam menyelesaikan masalah
penilaian dilakukan oleh tim yang memberi dengan memberi penilaian mulai dari
rentang nilai 1 – 5 dengan kriteria sebagai berikut :
Nilai 1 = sangat kurang sesuai
Nilai 2 = kurang sesuai
Nilai 3 = cukup sesuai
Nilai 4 = sesuai
Nilai 5 = sangat sesuai
Masalah prioritas yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah

38
No Alternatif Penyelesaian C A R L Total Rangking
Masalah

1 Peningkatan sarana dan prasarana I

2 Meningkatkan motivasi perawat III


dalam menjalankan tugas

3 Peningkatan sumber daya II


manusia tentang pentingnya
pengetahuan dan kompetensi
perawat

4 Uraian tugas,tanggung jawab dan IV


wewenang perawat

Dari tabel diatas maka dibuat prioritas penyelesaian masalah sebagai berikut :

1. Peningkatan sarana dan prasarana


2. Peningkatan sumber daya manusia tentang pentingnya pengetahuan dan
kompetensi perawat
3. Meningkatkan motivasi perawat dalam menjalankan tugas
4. Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang perawat

B. Rencana Kegiatan
Berdasarkan hasil analisi pada tabel diatas, maka masalah dijadikan program alternatif
penyelesaian masalah tersebut merupakan kegiatan-kegiatan dari masing-masing
program yang harus dilakukan, yakni sebagai berikut :
1. Peningkatan sarana dan prasarana
2. Peningkatan sumber daya manusia tentang pentingnya pengetahuan dan
kompetensi perawat
3. Meningkatkan motivasi perawat dalam menjalankan tugas
4. Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang perawat
Program kegiatan sebagaimana disebutkan diatas akan diuraikan secara rinci pada
BAB IV selanjutnya sebagai plan of action yang akan dilaksanakan dalam stase
Manajemen Keperawatan di RSUD Kota Kendari 1 agustus – 18 agustus 2017.
Tabel Planning Of Action (POA)
39
Program dan Penanggung
No Target Waktu Sasaran
Kegiatan jawab

1 Peningkatan Tercapainya Selasa,01 Petugas Mahasiswa


sarana dan Agustus pelaksana Ners
Pengadaan
prasarana 2017
sarana dan
prasarana

Meningkatkan Mendorong Selasa,01 Petugas Mahasiswa


motivasi pemimpin Agustus pelaksana Ners
2
perawat dalam agar lebih 2017
menjalankan memfokusk
tugas sesuai an
aturan rumah perhatianny
sakit a terhadap
anggota tim

3 Menyarankan Tercapainya Selasa,01 Petugas Mahasiswa


agar pihak tenaga kerja Agustus pelaksana Ners
rumah sakit sesuai 2017
perlu dengan
menganalisis kebutuhan
kembali tentang pasien
ketenagaan

40
BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan dan Evaluasi


Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan penyelesaian masalah sesuai skala
prioritas dengan rencana kegiatan yang disepakati pada saat seminar awal yang diikuti
oleh kepala diklat, kepala bagian keperawatan, kepala ruangan sekaligus pembimbing
lahan, ketua tim dan pembimbing institusi STIKES Mandala Waluya Kendari.
Berdasarkan Plan Of Action yang telah dibuat, dilakukanlah program
kegiatan yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan sarana dan prasarana di ruang ICU RSUD Kota Kendari
Implementasi:
1) Melakukan diskusi dengan kepala ruangan ICU untuk ditindak lanjuti dalam
perencanaan pengadaan fasilitas, sarana dan prasarana diruang ICU RSUD Kota
Kendari.
2) Menyarankan kepada pihak RSUD Kota Kendari untuk mengadakan perenanaan
pengadaan fasilitas yang diperlukan.
2. Peningkatan sumber daya manusia tentang pentingnya pengetahuan dan
kompetensi perawat
Implementasi:

41
1) melakukan diskusi dengan kepala ruangan dan perawat ICU RSUD Kota
Kendari terhadap pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan
mengikuti pelatihan dan pendidikan yang menunjang pelaksanaan asuhan
keperawatan diruang ICU RSUD Kota Kendari
2) menyarankan kepada pihak RSUD Kota Kendari untuk mengadakan pelatihan
untuk meningkatkan SDM yang kompeten dan profesional.
3. Meningkatkan motivasi perawat dalam menjalankan tugas
Implementasi:
1) Menyarankan kepada pengambil kebijakan pihak RSUD Kota Kendari untuk
meningkatkan taraf hidup perawat secara finansial sesuai dengan tanggung
jawab, wewenang perawat dan beban kerja.
2) Menyarankan fungsi pengawasan dan supervisi keperawatan berjalan dengan
optimal.

4. Uraian tugas,tanggung jawab dan wewenang perawat


Implementasi:
1) melakukan sosialisasi tentang uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang
perawat diruang ICU RSUD Kota Kendari.
2) Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang perawat telah dibukukan dan
disimpan diruang ICU RSUD Kota Kendari

B. Faktor Kesulitan dan Pendukung yang Dialami Mahasiswa


a. Faktor kesulitan
Dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan diruang ICU RSUD
Kota Kendari ada beberapa kesulitan yang didapatkan, yaitu :
1) Keterbatasan data dalam setiap permasalahan yang terjadi diruangan
2) Kurangnya referensi tentang prosedur operasional alat medis baik dari
inventaris di Ruang ICU maupun yang didapatkan dari study pustaka.
b. Faktor Pendukung
Faktor Pendukung meliputi:
1) Adanya masukkan dari pembimbing klinik

42
2) Adanya dukungan dan partisipasi dari seluruh staf di ruang ICU untuk
membantu dalam pembuatan lembar balik tugas kepala ruang, perawat primer
dan perawat asosiet
3) Adanya koordinasi dan kerja sama dari sesama anggota kelompok manajemen.

43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan praktek Manajemen Keperawatan di RSUD
Kota Kendari kurang lebih 3 minggu dari tanggal 01 agustus – 18 Agustus 2017 maka
dapat disimpulkan bahwa belum memadainya sarana dan prasarana yang menunjang
pelaksanaan asuhan keperawatan, serta kurangnya pelatihan serta pendidikan yang
menunjang peningkatan sumber daya yang profesional sebagai perawat yang
berkompetensi dalam pelayanan asuhan keperawatan di Ruang ICU RSUD Kota
Kendari sesuai dengan SOP yang berlaku.
B. Saran
Diharapakan agar kegiatan yang kami lakukan dapat dilanjutkan serta
dipertimbangkan oleh pihak RSUD Kota Kendari guna peningkatan Mutu Pelayanan
dan terciptanya Perawat yang kompeten dan profesional.

44

Anda mungkin juga menyukai