Anda di halaman 1dari 8

0BAB I

DEFINISI

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aji Muhammad Parikesit menetapkan


regulasi tentang penerimaan pasien di rawat inap atau pemeriksaan pasien rawat
jalan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasi
sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit.
Skrining adalah proses penerimaan pasien ke rumah sakit yang
dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan atau hasil
pemeriksaan fisik, psikologi, dan pemeriksaan penunjang.
Sumber daya Rumah Sakit dalam pelaksanaan skrining mencakup sumber
daya manusia, fasilitas dan peralatan yang dimiliki. Skrining dapat dilakukan di
dalam RS ataupun di luar RS. Skrining dilakukan saat kontak pertama dengan
pasien oleh tenaga medis (dokter, perawat, bidan, fisioterapis, petugas
laboratorium, petugas radiologi, petugas farmasi, ahli nutrisi) maupun non medis
(Petugas Informasi, satpam, petugas admisi, Customer Service) dengan
menyediakan, mengarahkan, membantu pasien mendapatkan informasi dan
pelayanan yang dibutuhkan.
Skrining juga berarti upaya pengenalan penyakit / kelainan yang belum
diketahui dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat
secara tepat membedakan orang yang tampak sehat adalah benar-benar sehat
atau tampak sehat namun sesungguhnya menderita sakit. (WHO-Regional
Committee for Europe 1957). Skrining bukan diagnosis pasti penyakit melainkan
deteksi dini, sehingga bila menderita penyakit tersebut dapat dilakukan
pencegahan agar tidak muncul manifestasi klinis atau bila sudah muncul
manifestasi klinis dapat ditangani secara dini. Diagnosis pasti suatu penyakit
menggunakan pemeriksaan baku standar (Gold Standart Examination).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan bisa berupa pemeriksaan
laboratorium klinik, mikrobiologi, patologi anatomi, radiologi, atau pemeriksaan
penunjang lain. Jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan tergantung
keputusan dokter yang menangani pasien tersebut berdasarkan kondisi klinisnya
Setelah melalui rangkaian skrining dan mengevaluasi hasilnya maka baru
diputuskan apakah pasien dapat dilayani di RSUD AM Parikesit. Bila ternyata
tidak sesuai, maka pasien akan ditransfer ke fasilitas lain dengan kemampuan dan
fasilitas sesuai kondisi dan kebutuhan pasien setelah kondisi stabil dan
kegawatdaruratan tertangani.

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 1


BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup skrining meliputi :

A. Tujuan Skrining
1. Mengidentifikasi dan memprioritaskan layanan yang dibutuhkan oleh
pasien.
2. Memastikan bahwa RSUD Aji Muhammad Parikesit dapat memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien tanpa memperlambat
proses diagnostik dan terapi.
3. Skrining pasien rawat inap di RSUD A.M Parikesit menetapkan kebutuhan
pelayanan preventif, kuratif, diagnostik, rehabilitative atau paliatif.
4. Skrining oleh petugas medis ialah melakukan triase, evaluasi visual,
pemeriksaan fisik, psikologis dan penunjang.
5. Skrining oleh petugas non medis bertujuan menyediakan, mengarahkan,
membantu pasien mendapatkan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan.

B. Manfaat Skrining
Untuk menentukan kriteria pasien yang dapat di terima atau di layani sesuai
dengan misi dan sumber daya RSUD AM Parikesit.

C. Prinsip
Setelah mendapat hasil skrining dan mengevaluasinya, maka baru
diputuskan apakah pasien dapat dilayani di RSUD A.M Parikeit atau harus
dirujuk / ditransfer ke fasilitas kesehatan lainnya yang sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan pasien.

D. Batasan Skrining
1. Skrining pasien di dalam rumah sakit.
Skrining di dalam rumah sakit meliputi Pendaftaran, UGD, Rawat Jalan,
Rawat Inap, Laboratorium, Radiologi dan penunjang lainnya.
2. Skrining pasien di luar rumah sakit.
Skrining di luar rumah sakit dapat dilakukan sebelum pasien masuk di
RSUD AM Parikesit berdasarkan informasi dari institusi layanan kesehatan
perujuk serta masyarakat yang membutuhkan pelayanan gawat darurat.
3. Skrining dilakukan oleh :
a. Petugas medis meliputi dokter, perawat, bidan, fisioterapis, ahli nutrisi,
petugas farmasi, petugas laboratorium, petugas radiologi.
b. Petugas non medis meliputi petugas Informasi, satpam, petugas admisi,
Customer Service.

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 2


4. Skrining penerimaan pasien masuk rawat inap dilakukan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitative. Yang
meliputi :
a) Informasi pelayanan RS, jadwal dokter yang bertugas.
b) Ketersediaan tenaga kesehatan antar lain Dokter umum, dokter
spesialis, dokter sub spesialis, bidan, perawat, fisioterapis, nutrisionis.
c) Pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
d) Ketersediaan ruangan antara lain ruang rawat biasa, khusus / isolasi,
kamar bedah, ruang intensif, ruang bersalin, ruang bayi sakit, dll
e) Tindakan atau pemeriksaan diagnostik penunjang mampu dilakukan
dan tersedia di RSUD A.M Parikesit..
f) Resiko jatuh, menggunakan Lembar assesmen Pasien Jatuh.
g) Skrining nyeri dengan Visual Analog Scale untuk pasien dewasa dan
Wong – Baker Numeric Pain rating Scale untuk pasien anak-anak.

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 3


BAB III
TATA LAKSANA

Setiap pasien wajib dilakukan skrining untuk menentukan apakah


kebutuhannya sesuai dengan misi dan sumber daya RS saat kontak pertama.
Petugas non medis turut membantu dalam proses skrining dalam hal memberikan
informasi atau mengarahkan dan membantu pasien kepada petugas lain yang
dapat melakukan skrining dan penanganan selanjutnya. Misalnya mengarahkan
pasien ke bagian Informasi untuk mendapatkan nama dan jadwal dokter praktek,
ke Admisi Rawat Inap untuk mencari ruang rawat bagi yang telah membawa surat
pengantar rawat inap, ke UGD bagi pasien yang membutuhkan penanganan
gawat darurat misal stroke, nyeri dada, pingsan atau kecelakaan, ke satpam bagi
pengunjung yang mau besuk
Untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kebutuhan dan kondisi
pasien, perlu dilakukan pemeriksaan yang meliputi anamnesis singkat,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan keadaan
klinisnya. Pemeriksaan penunjang ini bisa berupa pemeriksaan laboratorium klinik,
pemeriksaan mikrobiologi, pemeriksaan patologi anatomi, pemeriksaan radiologi,
atau pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sesuai keputusan dokter yang
menangani pasien berdasarkan kondisi klinis pasien.
Selain harus mengetahui kebutuhan pasien berdasarkan kondisi klinisnya,
petugas pelaksana skrining juga harus mengetahui pelayanan apa saja yang bisa
dilaksanakan dan yang tidak bisa dilaksanakan di RSUD A.M Parikesit. Dengan
demikian petugas bisa mengetahui apakah kebutuhan klinis pasien bisa dipenuhi
oleh RSUD A.M Parikesit atau tidak. Pelaksanaan skrining disesuaikan juga
dengan keadaan pasien saat ditemui pertama kali.

1. Skrining yang dilakukan petugas Admisi :


a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab pasien (orang tua, suami / istri, anak, kerabat)
c. Identitas dokter / bidan perujuk (pemberi surat pengantar)
d. Dokter / bagian yang menjadi tujuan surat rujukan
e. Keperluan pasien (periksa dokter umum, gigi, dll)
2. Skrining oleh perawat :
a. Identitas pasien termasuk fakor resiko
b. Keluhan penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit sebelumnya termasuk riwayat operasi, riwayat pengobatan
dan pemeriksaan sebelumnya
d. Riwayat alergi
e. Kondisi umum, kesadaran, tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi
dan pernafasan, suhu, saturasi oksigen, skala nyeri).

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 4


f. Skrining resiko jatuh dengan Lembar Pencegahan Pasien Jatuh pasien
dewasa / anak-anak
g. Skrining status fungsional : mandiri / perlu bantuan (dengan Bartel Index)
h. Skrining penggunaan restrain, dengan lembar penggunaan restrain
i. Skrining Hambatan di populasi (fisik, budaya, bahasa, kognitif)
j. Skrining status nutrisi dengan Malnutrition Screening Test, apakah perlu
konsul ahli gizi / tidak
3. Skrining oleh dokter penerima pasien :
a. Sama seperti perawat point 1-5
b. Kelainan fisik dari pemeriksaan
c. Pemeriksaan penunjang sesuai kondisi pasien
d. Tujuan perawatan pasien (kuratif, diagnostic, rehabilitative, preventif atau
paliatif)
e. Kebutuhan pasien : rawat jalan / rawat inap, DPJP atau dokter ahli lain,
ruang rawat
f. Konsul dokter ahli lain / alih rawat
g. Dilayani di RSUD A.M Parikesit atau ditransfer ke RS lain.
4. Skrining petugas penerima telepon permintaan ambulance emergency :
a. Oleh petugas penerima telepon (non medis dan atau perawat):
1) Identitas penelepon (nama, alamat, nomor telepon)
2) Keluhan / alasan permintaan ambulans / home visit (keadaan pasien atau
mekanisme cedera)
3) Kebutuhan pemanggilan (home visit untuk pemeriksaan, perawatan luka,
penjemputan pasien tidak sadar, penjemputan pasien untuk pemeriksaan
di IRJA, permintaan pemeriksaan laboratorium / diagnostik lain di RS)
b. Oleh dokter :
1) Dari data sebelumnya menilai apakah pelayanan tersebut cukup dilakukan
perawat atau memerlukan dokter.
2) Kebutuhan pasien selanjutnya rawat jalan, rawat inap, homecare, ruang
rawat, tindakan, pemeriksaan penunjang, rujuk
5. Skrining pasien di luar Rumah Sakit bisa dilakukan saat pasien masih di lokasi
asal atau selama proses transportasi pasien ke Rumah Sakit.
Pasien di luar Rumah Sakit dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Pasien yang dirujuk oleh institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, klinik, dll) atau dokter praktek.
Jika pasien yang berasal dari institusi atau dokter praktek akan dirujuk ke
RSUD . Parikesit, itu berarti pasien tersebut telah dilakukan asesmen oleh
institusi atau dokter perujuk. Dengan demikian, kebutuhan spesifik pasien
yang menyebabkan pasien dirujuk telah diketahui oleh institusi atau dokter
perujuk tersebut.
Pada saat Rumah Sakit menerima telepon / informasi dari institusi pelayanan
kesehatan atau dokter praktek yang akan merujuk pasien, maka petugas
yang menerima telepon melakukan skrining dengan cara menanyakan

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 5


apakah kebutuhan spesifik pasien tersebut yang menyebabkannya dirujuk.
Setelah mengetahui kebutuhan spesifik pasien tersebut, petugas yang
menerima telepon bisa langsung menentukan apakah pasien tersebut bisa
dilayani di RSUD A.M Parikesit atau tidak. Untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat mungkin diperlukan konsultasi dengan petugas kesehatan
lainnya.
b. Orang awam baik awam khusus maupun awam umum yang bermaksud
meminta pertolongan medis.
Pada saat rumah sakit menerima telepon / informasi dari orang awam
yang meminta pertolongan medis, maka skrining melalui telepon seperti
pada point 1 di atas relatif sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu proses
skrining dilakukan pada saat tim ambulan datang menjemput pasien tersebut
atau selama dalam perjalanan transportasi.
Jika pasien berada dalam keadaan gawat darurat maka prioritas utama
adalah memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah kecacatan. Hal ini dilakukan baik pada saat di tempat kejadian
maupun selama dalam perjalanan ke rumah sakit. Setelah pasien sampai di
rumah sakit maka proses skrining di rumahsakit.
6. Skrining penunjang wajib untuk pasien rawat inap :
a. Untuk pasien non bedah < 40 tahun : Darah Lengkap
b. Pasien non bedah ≥ 40 tahun : DL, GDS, EKG dan Foto Thorax.
c. Pasien bedah non kebidanan : DL, GDS, Uji koagulasi BT/ CT, HbsAg, EKG
dan Foto Thorax PA, HIV rapid test opsional.
d. Pasien kebidanan : DL, GDS, BT/ CT, HbsAg, EKG dan HIV rapid test
opsional.
e. Kasus IRIN : DL, GDS, EKG, HbsAg, Foto Thorax
Skrining juga dilakukan di ruang perawatan dengan instruksi DPJP atau
dokter jaga bila dalam perjalanan penyakitnya ada kecurigaan ke arah
diagnose tertentu. Skrining lain sesuai hasil pemeriksaan dan anjuran dokter
penerima pasien dan DPJP.
7. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilayani di Rumah Sakit :
a. Laboratorium Patologi Klinik antara lain : Haematologi, Kimia Klinik,
Imunologi, Pemeriksaan Urin.
b. Laboratorium Patologi Anatomi antara lain Pemeriksaan Hystopatologi (
jaringan ), Pemeriksaan Cytologi ( cairan ascites, efusi pleura, cairan otak,
urine, sputum, sekret vagina / pap smear, FNAB ), Frozen Section /
Pemotongan beku, Pengecatan Hystokimia.
c. Laboratorium Mikrobiologi Klinik antara lain pemeriksaan gram bakteri,
pemeriksaan kultur kuman.
d. Pemeriksaan Radiologi antara lain : X-Ray, USG, Panoramic, CT- Scan

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 6


BAB IV
DOKUMENTASI

1. Dokumentasi skrining pasien di luar Rumah Sakit :


a. Assasmen pasien ambulance Gawat Darurat 119
b. Lembar Catatan Kegawatan Kebidanan UGD

2. Dokumentasi skrining pasien di dalam Rumah Sakit :


a. Assasmen Triase UGD
b. Assasmen Awal Medis Pasien Gawat Darurat
c. Assasmen Awal Medis Rawat Jalan
d. Lembar Resiko jatuh
e. Skrining nyeri dengan Visual Analog Scale untuk pasien
dewasa dan Wong – Baker Numeric Pain rating Scale untuk
pasien anak-anak.

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 7


BAB V
PENUTUP

Proses skrining merupakan proses paling awal dari interaksi pasien


dengan rumah sakit, oleh karena itu skrining mempunyai peran penting dalam
menentukan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Dengan adanya panduan ini diharapkan proses skrining di RSUD A.M Parikesit
dapat terselenggara dengan baik.

PANDUAN SKRINING PASIEN, REV. 00 8

Anda mungkin juga menyukai